“Yang pertama saya ingin tanyakan, apa kelemahan terbesar River Clayton?” tanya Sierra lekat-lekat sambil meremas alat perekam yang tengah digenggamnya.
Pria bermata hijau zamrud itu nampak tercengang dengan pertanyaan pertama yang dilontarkan wanita mungil di hadapannya. Tidak pernah ada yang mengusik hidup si pria itu—River Clayton—sampai Sierra Harper, wanita mungil yang nampak kikuk juga ragu-ragu tersebut muncul di hadapannya.
River Clayton dijuluki sebagai the most wanted bachelor in New York oleh seluruh orang di negeri ini. Sebagai pewaris utama CL Groups yang memiliki banyak bisnis dan anak perusahaan, ketampanan nyaris sempurna dengan ciri khas River yang selalu diingat para wanita yang menggilainya; ujung dagu yang terbelah serta sepasang bola mata berwarna hijau zamrud.
Sekalipun telah menggenggam semesta, yaitu semua hal yang nyaris diinginkan semua orang; kekayaan, kekuasaan, dan ketampanan, River tidak pernah terlihat bersama seseorang untuk waktu yang lama. Paling lama waktu para wanita itu hanya tiga bulan saja.
Dehaman Sierra dan tatapan bingungnya menyadarkan River dari lamunannya. Lihat kan, satu lagi hal yang jarang dilakukan River. Termenung cukup lama. Pria itu selalu menganggap aktivitas itu hanya buang-buang waktu saja.
“Sierra Harper.” River menyahut singkat tanpa mengalihkan tatapan tajamnya dari wanita itu.
Mungkin jika wanita lain akan memekik penuh haru lalu menyambar River dalam pelukan. Tapi tanggapan Sierra berbeda. Wanita itu malah menelan ludahnya, mengerjap berkali-kali dan nampak resah.
Refleks, Sierra memundurkan kursinya juga mematikan alat perekamnya. Demi Neptunus, wawancara ini benar-benar menguras seluruh kewarasannya selama beberapa minggu ini! Kalau bukan karena ancaman keras dari atasannya yang suka memerasnya dan mengancamnya dengan membeberkan rahasia kecilnya, Sierra tidak mau ambil resiko dengan mengejar sosok River Clayton untuk sebuah wawancara eksklusif.
“S-Sir? Maksudnya bagaimana?” tanya Sierra dengan kikuk setelah menyalakan kembali alat perekamnya.
“Tadi kau bertanya apa kelemahan terbesar River Clayton?”
Sierra mengangguk dengan rikuh. Rambut panjang hitam legamnya yang tidak dikuncir itu ikut bergerak dengan lincah.
“Dan itulah jawabanku. Sierra Harper.”
Bayangkan saja jika ini wawancara langsung yang disiarkan pada stasiun tv nasional, disaksikan puluhan pasang mata, menjadi trending di seluruh media sosial, mungkin Sierra akan langsung berpindah ke Kutub Utara saja daripada menjadi bulan-bulanan penggemar garis berat River Clayton!
Beruntungnya Sierra jika sekarang hanyalah gladi resik wawancara. Sesuai permintaan River Clayton kepada produser ABC News, Nora Camille yang merupakan atasan Sierra untuk mengadakan gladi resik ini.
Sierra berdeham, “Jadi begini, Tuan Clayton yang terhormat. Meskipun ini hanya sesi gladi resi wawancara dan bukan yang sesungguhnya, tolong berikan jawaban yang tepat dan akurat untuk bisa saya laporkan dan presentasikan kepada tim ABC News.”
Terkadang, Sierra bisa menjadi wanita kikuk yang menggemaskan. Tapisedetik kemudian, bisa berubah serius dan profesional jika menyangkut pekerjaannya.
Pada detik pertama bertemu dengan wanita ini, River tahu tidak bisa mengalihkan tatapannya dari yang lain.
“Memangnya kenapa kalau kau melaporkan demikian? Bukankah jurnalis membutuhkan fakta bukan omong-kosong?” River bersedekap dan memiringkan alisnya.
“Tentu saja ini bakal menjadi bencana besar,” sahut Sierra langsung yang detik berikutnya menyesal karena telah kelepasan bicara.
Sierra segera mematikan lagi alat perekamnya dan menaruhnya pada sisi meja kerja River yang didominasi tumpukan kertas. Tahu bakal begini, Sierra membiarkan saja atasannya yang menyebalkan itu menyebarkan rumor mengenai dirinya. Lebih baik dirinya dipecat daripada harus berhadapan dengan seribu satu gombalan River Clayton yang tidak ada habisnya sejak kemarin!
Hingga tiba-tiba River malah memajukan posisi duduknya. Dalam sekali kerjapan mata, tahu-tahu saja tangan kanan River sudah menyambar tangan kiri Sierra yang masih berada di meja.
“Kalau tidak ingin menjadi kelemahanku, jadi kekasihku saja, Harper.” Tukas River.
Sekali lagi, River melakukan hal yang tidak pernah dilakukan olehnya sebelumnya. Meminta seseorang untuk menjadi kekasihnya. Biasanya, para wanita itu akan mengklaim statusnya sebagai kekasihnya ketika sudah bersama River setelah lebih dari tiga hari.
Namun untuk Sierra Harper, wanita mungil yang kerap mengeluh juga mengumpat atas tidak adil hidup ini baginya tiap detik, River mengajukan pertanyaan sejenis itu.
Detik itu, Sierra merasa dunianya tidak akan sama lagi setelah mengenal River Clayton.
***
Satu bulan sebelumnya,
“Harper! Mengapa sulit sekali melangkahkan kaki pendekmu itu ke ruanganku dengan cepat?!” omel Nora Camille, salah satu produser ABC News.
Sierra tergopoh-gopoh masuk ke dalam ruangan atasannya sambil membawa tumpukan kertas berikut segelas Ice Americano. Wanita itu meletakkan tumpukan kertas di sisi kiri meja Nora lalu menyodorkan minuman yang dipesan Nora dua puluh menit lalu.
Usai menegak Ice Americano tersebut, raut wajah Sierra nampak terlihat membaik. Urat syaraf di wajahnya tidak terlalu tegang seperti beberapa menit lalu.
“Program kita terancam punah jika kau terus menyodorkan ide yang tidak disukai penonton,” sergah Nora sambil menelaah tumpukan kertas yang baru saja diletakkan Sierra yang merupakan laporan rutin rating dari program Be Inspire! “Kau lihat ini, Harper. Rating episode kemarin yang paling terburuk sepanjang karirku sebagai produser acara TV!”
“Tapi Marinna Delania sedang viral karena tindakan amalnya untuk menyelamatkan para hewan-hewan terlantar di seluruh dunia,” terang Sierra sambil menunjukkan data signifikan dalam ponselnya tentang aksi Marinna membuat petisi untuk menghentikan pemburuan paus di Samudra Pasifik.
Nora mengeluarkan ekspresi mengantuk dibuat-buat, “Sekarang bukan lagi era Hellen Keller. Paling tidak, sosok itu harus memiliki kekutan super supaya seluruh orang di Amerika mencintai dan memujanya seperti Superman.”
“Ya, kurasa kita harus pindah ke Smallville untuk mendapatkan wawancara eksklusif dengan Superman.” Canda Sierra dengan nada menyindir samar-samar.
Hingga tiba-tiba Nora membanting kertas tersebut dan menatap Sierra lekat-lekat, “Kau benar, Harper. Kita harus mencari seseorang dengan kekuatan super.”
Detik pertama Sierra mendengar ide atasannya yang menggelikan tersebut, ia hanya bisa tertawa dalam hati.
“River Clayton sosok yang tepat. Dia punya segalanya dengan kualifikasi yang penonton sukai dan tentu saja sosok yang amat menginspirasi seluruh wanita di dunia, kan?” sergah Nora.
Detik berikutnya, Sierra terkesiap. Ia merasa sebentar lagi petaka akan menghampirinya.
“Harper, tampilkan River Clayton pada episode perdana awal bulan. Aku tidak peduli bagaimana caranya kau mendapatkan persetujuan River agar mau tampil pada acara kita,” ujar Nora.
“Aku tidak yakin—”
“Lakukan saja perintahku, Harper. Atau, kau ingin keluar dari sini dengan reputasi berantakan? Kau tahu bukan, jika reputasimu tercemar sedikit saja, kau tidak akan bisa bekerja lagi di bidang ini lagi,” ancam Nora sambil mendesis.
“Ini tidak adil, Nora. Kau menggunakan rahasiaku untuk mengancamku.” Sierra berseru lirih lalu menghela napas.
Nora terkekeh, “Karena memang cara bekerja dunia seperti ini, Harper.”
Sierra menunjukkan ekspresi tidak suka dengan terang-terangan. Gestur tubuhnya mulai tidak nyaman.
Kemudian, Nora memajukan tubuhnya agar Sierra dapat mendengarnya berbisik, “Lagipula, kau bisa bermalam dengan Robert Hills hingga dia bersedia tampil dengan sukarela, masa kau tidak bisa melakukan hal serupa dengan River Clayton? Gunakan saja keahlian spesialmu itu, Sierra.” Bisik Nora dengan nada penuh arti.
Sierra tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain hanya mengangguk pasrah. Bahkan untuk sekadar berkata akan mengusahakannya saja, wanita itu tidak bisa melakukannya. Atasannya itu telah mengetahui rahasia kotor Sierra.
Bahwa Sierra adalah wanita malam yang menjajakan tubuhnya pada pria berbeda setiap malamnya untuk melunasi hutang keluarganya.
Kalau saja di dunia ini ada pekerjaan yang bisa memberi upah 40 dollar selama satu jam tanpa perlu membuka baju, Sierra akan jadi orang pertama yang mendaftarnya. Sehingga hanya dalam waktu setengah tahun saja hutangnya dapat lunas.Sayangnya, Sierra harus mengubur harapannya itu dalam-dalam karena pekerjaan seperti itu hanya untuk orang yang berpendidikan tinggi dan punya “orang dalam” di perusahaan yang dapat menjamin akan dapat upah tinggi.“Harper, bagaimana kemajuannya?” tanya Nora penuh arti sambil memegang gelas kopinya.Sierra yang baru saja tiba di lobi gedung stasiun TV ABC terkesiap karena kemunculan Nora yang tiba-tiba di belakangnya. Sudah beberapa hari ini Nora terus menerornya dengan pertanyaan serupa terkait interview dengan River Clyaton.“Aku sedang berusaha mendapatkan kontaknya,” jawab Sierra.Nora menjawil pundak kanan Sierra, “Masa harus kuajarkan juga bagaimana caranya, Harper?&
“Sir, maaf aku tidak sengaja!” ujar Sierra dengan amat bersalah karena baru saja menabrak seseorang yang tengah membawa segelas es kopi. Refleks, Sierra segera mengeluarkan saputangan berwarna broken white dari dalam tasnya. Kemudian wanita itu mengelapkan pada sisi bawah kemeja seorang pria yang tadi tidak sengaja ditabraknya saat mengantre di barisan depan kasir. Wanita itu tidak menyadari siapa pria yang sudah ditabrak di kedai kopi. Pasalnya Sierra sibuk membersihkan noda kopi basah yang menempel di sana. Dehaman suara pria tersebut dengan nada barithon khasnya tidak kunjung membuat Sierra menoleh lantaran sengatan rasa bersalah yang begitu kuat. Sierra masih mengusapkan saputangannya cukup keras untuk menghilangkan noda tersebut. Hingga tiba-tiba tangan kanan kekar pria itu menghentikan aksi Sierra. “Tidak perlu merepotkan dirimu. Noda ini tidak akan hilang begitu saja.” Sierra menoleh dan langsung terkesiap begitu sadar siapa yang berdir
Di luar dugaan, rupanya pertemuan dengan River terjadi besok sore. Terry langsung meminta pada River untuk mengkosongkan waktunya.Semuanya terjadi begitu cepat. Telepon Bree pada pagi hari ke nomor ponselnya, undangan langsung ke ruangan River Clayton di CL Headquarters. Sierra tidak sempat berpikir akan mengenakan setelan apa karena langsung berangkat dari kantornya.Ruangan River terletak di lantai 30. Untuk sampai ke lantai tersebut, butuh kartu akses khusus karena pengamanannya yang amat ketat. Beberapa kali bahkan Bree melakukan konfirmasi wajahnya untuk masuk ke pintu berikutnya.Satu fakta yang Sierra amati selama masuk ke dalam gedung ini, para pekerja wanitanya didominasi oleh wanita berambut pirang. Muncul rasa tidak percaya diri yang menyelinap dalam dada Sierra.Namun sedetik kemudian Sierra menggeleng. Tujuannya ke sini adalah mengajak River sebagai narasumbernya.Setelah lima menit berjalan di koridor lantai tersebut yang tiada habis
They said when you accidentaly met someone once, that's a coincidence. But, twice at the exactly same place? Probably destiny.Dari seluruh kafe yang tersebar di New York yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan pada setiap distrik, mengapa River dan Sierra harus bertemu kembali di Dixie Cafe?Butuh waktu beberapa detik bagi Sierra untuk memikirkan jawabannya sambil beradu tatap dengan pria bermata hijau zamrud yang masih mengenakan setelan kantornya dengan lengkap itu.Dixie Café hanyalah sebuah kafe sederhana dengan interior yang didominasi kayu berwarna cokelat muda dengan alunan instrument jazz dan piano yang khas. Karena lokasinya lumayan dekat dari kantornya, Sierra biasa menghabiskan waktunya di sini ketika tengah penat di kantor. Alasan lainnya, Sierra jarang menemukan rekan kantornya di sini karena mereka lebih memilih Starbucks yang berseberangan langsung dengan gedung ABC TV.Segala hal mengenai kafe ini rasanya “tidak”
“Harper, temani aku malam ini, ya?” pinta Terry.Sierra nampak tersentak ketika menemukan Terry yang menjawil pundaknya dari belakang. Yang lebih mengejutkan lagi Terry nampak kehilangan separuh kesadarannya.“Kita langsung saja menuju apartemenku,” ajak Terry lagi sambil merangkul bahu Sierra yang terbuka karena mengenakan gaun model sabrina.“Kau mabuk, Terry!” tegur Sierra sambil berusaha menepis tangan Terry dari pundaknya. “Aku tidak akan melademimu kalau kondisimu seperti ini.”“Aku sadar sepenuhnya, Harper. Kau selalu saja memiliki segudang alasan untuk menolakku!” sergah Terry dengan keras hingga beberapa orang menoleh.Sierra langsung was-was ketika beberapa pasang mata mulai memperhatikan mereka. Tidak mungkin kan dia membuat keributan di pesta ulang tahun sahabatnya?Lagipula Sierra tidak berniat untuk menemani kliennya dan hanya ingin bersenang-senang saja di pesta.
“Aku sudah memberiku nomormu, kenapa kau tidak ingat untuk menghubungiku, Sierra?!” protes River sambil menyodorkan wanita itu sebotol air mineral dingin yang baru saja diambil pria itu dalam kulkas mini. Sierra mengambil botol itu dan menegaknya hingga separuh isinya tandas seketika. Tangan kanannya masih bergetar efek terkejut dari kejadian penyerangan Terry beberapa saat lalu. Tapi Sierra menyembunyikannya rapat-rapat. Karena tidak ingin membuat River makin khawatir. Tidak diduga, River membawanya ke suite room New York Hotel yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari hotel Luxury. Seharusnya bisa saja River membawanya pada salah satu kamar di hotel Luxury yang ballroomnya menjadi lokasi pesta ulang tahun Audrey, sahabatnya. Tapi mengapa pria ini membawa dirinya ke hotel di kamar paling mahal untuk semalam saja? “Apa sebenarnya hubunganmu dengan Terry? Kalau kau mengenalnya dengan sangat baik, harusnya kau tahu reputasi pria itu!” dengus River s
Tatapan keingintahuan Audrey yang langsung menyambut Sierra begitu membuka pintu unit apartemen sahabatnya itu.“Ceritakan padaku mengapa kau bisa bermalam bersama River Clayton?!” tembak Audrey langsung.Sierra bahkan belum menginjakkan kedua kakinya ke dalam ruangan. Namun Audrey sudah menyemprotnya begitu. Tidak mengherankan, sahabatnya itu punya rasa keingintahuan tinggi. Lagipula, Audrey berhak mendapatkan penjelasan setelah Sierra mengacaukan pesta ulang tahunnya semalam.“Astaga, Sierra. Pria yang sedang aku tanyakan tuh River Clayton! Ya, Clayton yang itu!” pekik Audrey dengan heboh sambil berjalan di belakang Sierra yang hendak mengambil minum di dapur.“Audrey Johnshon, tolong berikan waktu sebentar saja bagiku untuk bernapas dan minum, oke?” sergah Sierra kemudian membuka kulkas dan mengambil sekotak jus jeruk dingin kesukaannya.“Aku jelas punya waktu yang banyak, Sierra Harper!”
Usai membeli empat belas Hot Americano dari Royal Coffee, Sierra bergegas kembali menuju kantornya. Ia melangkah dengan hati-hati sambil menenteng kedua belas gelas kopi tersebut.Sierra cukup terbiasa membawa banyak barang sambil berjalan sejak menjabat sebagai asisten produksi. Entah siapa yang duluan menyuruhnya berbagai pekerjaan seperti pesuruh. Malah sepertinya Sierra lebih banyak melakukan sejenis ini dibanding sebagai asisten produksi sebuah stasiun TV pada umumnya.Namun Sierra tidak mau ambil pusing. Toh, selama bekerja di sini Sierra mendapatkan ilmu mengenai dunia jurnalis yang harusnya didapatkan saat kuliah.“Perlu bantuan, Miss Harper?” tanya Ivan, satpam yang tengah berjaga di gerbang dan paling ramah pada Sierra.“Terima kasih atas tawaranmu, Sir. Aku bisa menanganinya,” sahut Sierra dengan nada sopan.“Pasti karena si tamu penting itu makanya departemenmu jadi sibuk?”“Kau
Pergulatan panas tersebut berlangsung sampai empat puluh lima menit lamanya! Baik River mau pun Sierra tidak menyadarinya.Mereka berhenti juga karena security mansion sudah menghubungi telepon di unit River yang mengabarkan jika ada pengantar pizza.“Astaga, kau sudah kelaparan sekali?” sergah River sambil terperangah melihat Sierra yang baru saja menghabiskan potongan kedua pizzanya.Sierra mengangguk, “Untung saja kau memesan dua kotak. Sepertinya aku bisa menghabiskan satu kotak,” terang Sierra kemudian menelan lagi potongan pizzanya.River menggeleng penuh takjub,”Kau hanya mengkhawatirkan perutmu saja?”“Seharian ini aku hanya memakan steik saat makan siang. Aku melewatkan sarapan bahkan untuk menegak sekotak susu untuk menghilangkan rasa lapar karena pekerjaanku yang tidak ada habisnya!” keluh Sierra kemudian menggigit lagi pizzanya. “Sudah sepatutnya aku memikirkan kondisi perutku.&rdquo
Jika wanita lain akan melonjak kegirangan diberikan akses ke mansion mewah dengan fasilitas serba ada juga eksklusif milik River Clayton.Namun berbeda dengan Sierra Harper. Justru tanggapan pertama wanita itu malah menghembuskan napas dengan kesal selama beberapa kali.“Kau tidak menyukainya?” tanya River.Sierra menggeleng sambil menghentakkan kakinya dengan kesal, “Bohong banget kalau aku bilang tidak menyukainya.”“Lalu?”“Begini ya, Riv.” Sierra menghentikan langkahnya kemudian menatap kedua mata River lekat-lekat. “Jangan berikan hal berlebihan begini. Aku bukan siapa-siapamu… Kau harusnya juga tahu, aku tidak akan pernah bisa membalasnya.” Sierra mengedarkan seluruh pandangannya terhadap mansion mewah tersebut dengan tatapan menyindir.Pada sekali kerjapan mata, River menarik wajah Sierra kemudian melumat bibirnya tanpa ampun. Sierra nyaris tidak bisa bernapas akibat m
“A-Ak Aku harus—” sergah Sierra terbata-bata. River tersenyum jenaka menangkap kegugupan Sierra. Kini wanita itu mengedipkan matanya berkali-kali dan napasnya belum teratur. Sierra merapikan bajunya usai kedua kakinya bisa kembali menapak di trotoar. Sementara kedua mata River langsung terarah pada bibir Sierra yang noda lipstiknya berantakan. “Aku akan mengantarmu ke kantor,” seru River kemudian mengelap noda lipstick yang berantakan tersebut dengan saputangannya. Belum sempat menarik napas, Sierra terkesiap lagi oleh sikap santai River mengelap sisa-sisa lipsticknya yang berantakan akibat ulah adiknya! Beberapa orang di sekitar tentu memperhatikan aksi mereka. Bahkan, diam-diam ada yang memotret mereka. Sierra hanya bisa mengangguk tanpa mengatakan apa pun lagi. Pikirannya Sierra dipenuhi beragam rasa yang sulit dijelaskan. Rasa bersalah juga bingung yang paling mendominasi. “Kau tidak menanyakan kabarku?” tanya River yang be
Kepala River berdenyut-denyut tiada henti kala menatap jadwal bekerja yang baru saja disodorkan sekretarisnya. Belum pulih dari jet lag, namun sekarang River harus menyapa rekan bisnis ayahnya yang sedang berada di New York.Begitu tiba waktu makan siang, River izin pamit dengan alasan ada lunch meeting padahal sebenarnya mampir ke Paul’s Time. Salah satu bistro favoritnya di New York yang dikelola oleh Paul Martinez, sahabat lama ayah River.River menyetir sendirian karena sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Ia butuh waktu untuk bernapas sejenak saja dari business trip selama seminggu belakangan.Mungkin memang River membutuhkan waktu untuk berlibur. Bersama seseorang yang dirindukannya begitu dalam selama beberapa waktu.Seseorang itu tentu saja wanita yang memiliki senyum manis sehangat matahari pagi di bulan Desember. Seperti Sierra Harper.Sementara itu di tempat dan waktu yang sama Sierra masi
“Untuk hal konyol seperti ini kau membuat kontraknya?! Tak kusangka, kau serius juga!” cibir Sierra sambil menggelengkan kepala.Dalam hati wanita itu sebenarnya meneriakkan frustrasi dan kekesalan berkali-kali. Lantaran, kejadian yang coba dilupakan Sierra dua hari lalu berujung sia-sia.Tadi pagi ketika Sierra dalam perjalanan menuju kantor ada sebuah nomor tidak dikenal yang menelepon ponsel khusus pekerjaannya. Tanpa berpikir aneh-aneh, Sierra mengangkat saja.Si penelepon rupanya Raven Clayton! Entah bagaimana caranya pria itu mendapatkan kontak pribadinya. Jadi begini, Sierra punya dua ponsel dan dua nomor. Ponsel yang satunya hanya dinyalakan pukul enam sore sampai pagi dan dikhususkan untuk para kliennya.Sementara ponsel satunya selalu Sierra nyalakan dua puluh empat jam penuh. Karena semua kerabat, rekan kerja bahkan rumah sakit tempat ibunya dirawat mengetahui nomornya itu.Kalau sedang bersama kliennya, Sierra akan meninggal
“Seingatku sih Billy Harrison sudah memiliki istri yang cantik, baik dan menyenangkan. Dia juga memiliki seorang anak laki-laki yang—” “Apa maumu sebenarnya, Raven?!” potong Sierra karena jengah dengan nada Raven yang terdengar seperti pembaca berita membosankan ketika menyebutkan fakta soal kliennya. Raven menyunggingkan senyum tengilnya dan memiringkan alis kanannya. Sumpah, Sierra rasanya ingin menamparnya detik ini juga. Ini lebih memalukan ketimbang kepergok dengan keluarga Billy Harison. Ya, setidaknya Sierra bakal langsung mendapatkan hukuman seketika. Ditampar minimal atau disiram air. Lain halnya kalau Raven Clayton yang malah memergoki dirinya telah menghabiskan malam bersama Billy Harison. “Kau tahu kan, aku punya bukti jika kau berkelit.” “Kau ingin menyebarkan apa yang baru saja kau lihat kepada publik?” “Sierra, tolonglah bersikap baik padaku sedikit saja. Kau sedang berada di posisi tidak bisa berbuat banyak,” se
Sierra bernapas lega ketika mendapatkan laporan rating dari Nora perihal penayangan episode Be Insipire! Dengan River sebagai bintang tamunya. Hasilnya benar-benar di luar ekspetasi semua orang. Sampai berhasil memecahkan rekor tertinggi departemen Sierra. Meski demikian tetap saja Nora yang mendapat kredit paling banyak dari orang-orang. Kantor juga tidak menyediakan bonus tambahan. Hutang yang harus dibayar Sierra juga terus bertambah bunganya setiap bulan. Apalagi beberapa hari belakangan Sierra tidak menerima panggilan klien manapun. “Ada apa, darling?” tanya Billy, klien yang tengah Sierra temani malam ini di suite room Diamond Hotel. Sierra menggeleng dengan cepat lantas ditegur oleh kliennya karena melamun,”Ah, tidak. Aku memikirkan langit New York yang indah malam ini…” Billy mengelus pipi kanan Sierra, “Kau juga indah, Darling. Seperti langit malam yang kau kagumi itu,” seru pria itu kemudian menjilat leher kiri Sierra.
Seperti ada sesuatu yang menggelegak dalam diri Sierra, tiba-tiba wanita itu lekas berdiri. Kemudian menghampiri Raven yang masih menyender di tembok sambil bersedekap.“K-Kau tadi melihatku?” tanya Sierra sekali lagi.“Sekarang juga aku sedang melihatmu, Miss Harper.” Raven menyahut dengan senyum jailnya.Sierra yang tadinya gugup mendadak keki karena sadar pria di hadapannya tengah mempermainkannya.Sekali lagi Sierra mengamati pria yang kini berdiri begitu dekat dengan dirinya tersebut.“Kau sedang mempermainkanku rupanya,” seru Sierra kemudian mendengus kesal.Raven menggeleng, “Kenapa kau bisa menyimpulkan seperti itu?”“Yah, kau belagak seolah sering melihatku bersama River.” Sierra berseru dengan nada remeh.“Aku memang melihatmu.”Sierra menghela napas letih, “Ya, baiklah. Kalau kau memang melihatnya,” ujar Sierra lalu kembali ke
“Riv…” sergah Sierra setelah berhasil melepaskan bibirnya dengan susah-payah. Napas wanita itu masih tersenggal-senggal. River hendak menyambar bibir Sierra tanpa mempedulikan jeda yang diberikan wanita itu. Namun Sierra mengalihkan kepalanya ke sisi kiri. “Aku tidak bisa bernapas, Riv…” ujar Sierra lagi dengan napas yang sudah lebih teratur dari sebelumnya. River mengalah dan membiarkan Sierra mengambil napas beberapa saat. Ingin sekali River menarik Sierra ke ranjangnya detik ini juga. Kenyataannya, mereka tengah berada di dalam toilet kantor ABC News. “Mampirlah ke tempatku setelah pekerjaanmu selesai di sini,” ujar River kemudian membereskan kerah kemeja Sierra yang berantakan. “Aku tidak bisa, Riv.” “Itu bukan permintaan, tapi pernyataan,” ujar River dengan tegas. “Mengapa aku harus melakukannya?” Sierra bersedekap. “Anggap saja sebagai bentuk terima kasih karena aku sudah bersusah-payah meluangkan waktu ag