Home / Romansa / My Protective CEO (Indonesia) / 3. Takdir Berkata Lain

Share

3. Takdir Berkata Lain

Author: MissCilla
last update Last Updated: 2021-05-06 19:36:25

“Sir, maaf aku tidak sengaja!” ujar Sierra dengan amat bersalah karena baru saja menabrak seseorang yang tengah membawa segelas es kopi.

Refleks, Sierra segera mengeluarkan saputangan berwarna broken white dari dalam tasnya. Kemudian wanita itu mengelapkan pada sisi bawah kemeja seorang pria yang tadi tidak sengaja ditabraknya saat mengantre di barisan depan kasir.

Wanita itu tidak menyadari siapa pria yang sudah ditabrak di kedai kopi. Pasalnya Sierra sibuk membersihkan noda kopi basah yang menempel di sana.

Dehaman suara pria tersebut dengan nada barithon khasnya tidak kunjung membuat Sierra menoleh lantaran sengatan rasa bersalah yang begitu kuat. Sierra masih mengusapkan saputangannya cukup keras untuk menghilangkan noda tersebut. Hingga tiba-tiba tangan kanan kekar pria itu menghentikan aksi Sierra.

“Tidak perlu merepotkan dirimu. Noda ini tidak akan hilang begitu saja.”

Sierra menoleh dan langsung terkesiap begitu sadar siapa yang berdiri di hadapannya dan masih meremas erat lengan kirinya.

Pria yang namanya kerap disebut oleh Nora dan menjadi alasan migrainnya kambuh selama dua minggu belakangan.

Pria bermata hijau zamrud yang detik ini juga membuat jantung Sierra berhenti berdetak. Saking gugupnya, Sierra sampai berkedip berkali-kali.

“A-aku sa-sangat minta maaf atas ini.” Sierra tergeragap.

River tersenyum, “Its okay. No problem.”

Sierra masih menunjukkan sikap kikuknya, “Ak-Aku tidak melihatmu tadi karena sedang buru-buru. Kalau saja tadi aku melihat jalan dan tidak fokus pada ponselku saja, pasti kejadian ini tidak akan terjadi,” seru Sierra panjang-lebar karena masih gugup luar biasa berbicara dengan River.

“Aku punya baju ganti di mobil untuk mengantisipasi kejadian seperti ini, Miss.” River kemudian melepaskan cekalannya. “Terima kasih untuk niat baikmu,” sambung River lagi sambil tersenyum dengan lembut lalu menepuk bahu kiri Sierra.

River melenggang dengan penuh percaya diri menuju pintu keluar kafe tersebut. Mengabaikan tatapan terperangah dan kekaguman orang-orang di sekitanya. Juga Sierra yang masih melongo bagaikan terkena sihir penghenti waktu.

Barulah ketika seseorang memintanya menyingkir karena ingin mengantre di barisan, Sierra mendapatkan kembali kesadarannya. Namun wanita itu belum menyadari jika saputangannya diambil oleh River.

Yang ada dalam pikiran wanita itu mengapa juga dirinya sampai lupa dengan misinya untuk mengundang River melakukan wawancara eksklusif di acara TVnya?!

Lagipula nih, Sierra sama sekali tidak menyangka dapat bertemu River di kedai kopi pinggir jalan. Mengapa pula harus bertemu di saat Sierra sedang berantakan karena baru saja diperbantukan di berbagai departemen?

Sementara itu, River Clayton malah tersenyum tiada henti memperhatikan sebuah saputangan putih yang memiliki renda di setiap sudutnya tersebut. Pada sudut sebelah kanan ada noda hitam yang berasal dari kopi hitamnya.

Di zaman modern seperti sekarang masih juga ada orang yang menggunakan saputangan seperti ini.

Sepasang mata River lalu tertambat pada inisial ‘SH’ yang terjalin rapih di sudut sebelah kiri dengan lamat-lamat.

River menatap dengan lembut saputangan tersebut, mengelusnya beberapa saat lalu memasukannya ke dalam saku celananya.

***

Penyesalan Sierra makin membesar ketika dirinya menelepon nomor yang diberikan Terry padanya yang ternyata diangkat oleh Bree, sekretaris River. Puluhan kali usaha Sierra menelepon selalu berujung pada penolakan Bree dan menyatakan akan menjadwalkan pertemuannya dengan River.

Sierra tidak mungkin menggunakan cara biasanya untuk menggoda Bree bukan? Peluang keberhasilannya bakal menipis. Bree jelas perempuan tulen yang menyukai pria dan tidak memiliki ketertarikan sejenis.

Sampai suatu hari, Sierra nekat berjalan menuju CL Headquarters yang terletak di distrik enam belas. Desakan Nora beserta ancamannya makin membuat Sierra muak dan tidak nyaman.

Sialnya lagi, usaha Sierra digagalkan oleh resepsionis lobi utama gedung tersebut. Kalau tidak memiliki janji, jelas tidak bisa bertemu dengan bos mereka.

Sierra termenung beberapa saat sambil memperhatikan gedung CL Headquarters di hadapannya. Wanita itu sampai perlu menengadahkan kepalanya untuk dapat melihat betapa tingginya gedung tersebut.

Sejenak, Sierra menebak dalam hatinya. Di manakah ruangan River Clayton? Apa di lantai tertinggi gedung ini?

Bagaimana rasanya berada di puncak paling atas, ya? Sudah pasti angin dingin musim gugur makin kencang menghempas. Sierra yakin bakal langsung terkena flu jika terlalu lama berada di lantai teratas.

“Harper!” pekik Terry sambil melambaikan tangannya begitu keluar dari mobil dan bergegas menghampiri wanita itu.

Sierra yang sedang menyender di tembok dekat air mancur yang dekat dengan lobi utama CL Headquartes, tersentak sesaat. Sierra jarang bertemu kliennya saat siang hari di tempat terbuka seperti ini.

“Dari ekspresi cemberutmu, kutebak kalau Bree mengecewakanmu?” sergah Terry.

Bukannya menjawab, Sierra lantas menoleh ke kanan juga kiri guna memastikan tidak ada orang yang memperhatikan mereka.

“Apa kau sedang dikejar seseorang? Kenapa kau nampak gelisah?” tegur Terry.

“Kau tidak malu berbicara denganku di ruang terbuka begini?” seru Sierra yang masih menjaga jarak dengan tatapan waspada.

Terry terkekeh, “Selama kau tidak melakukan aktivitas aneh dan memalukan. Misalnya seperti menceburkan dirimu ke kolam air mancur itu.”

“Astaga, aku terlihat sefrustrasi itu di matamu?”

Terry mengangguk, “Semua ini salahku karena tidak memberi tahu Bree kalau kau adalah kenalanku.”

“Tidak apa-apa, Terry. Bukan sepenuhnya salahmu.”

“Karena kita sudah di sini, bagaimana kalau kita langsung bertemu River saja di kantornya? Kebetulan sekali aku memang akan menemuinya untuk membicarakan beberapa hal membosankan,” tawar Terry.

“Ah, tidak usah, Terry. Aku tidak ingin mengganggu waktumu. Pasti kau ingin membicarakan bisnis. Lanjutkan saja kegiatanmu.”

“Harper, tenang saja. Kau tidak perlu khawatir,” sergah Terry mendekat pada Sierra.

Refleks, Sierra malah mundur beberapa langkah, “Kalau kau masih merasa bersalah, tolong sampaikan saja pada resepsionis, Bree, atau siapa pun itu kalau aku ingin menemui River. Bagaimana?” tawar Sierra.

Terry nampak sedih dengan tindakan Sierra barusan, “Baiklah kalau itu yang kau inginkan.”

“Katakan saja kalau aku reporter ABC News dan ingin mewawancarainya,” seru Sierra sambil mengeluarkan kartu namanya dari dompetnya lalu menyodorkannya pada Terry.

Kontan, Terry menatap kartu nama tersebut beberapa saat lalu mengambilnya. Pria itu juga memperhatikan Sierra yang mengenakan blus putih tulang lengan panjang dengan dua buah pita yang nampak seperti dasi berikut celana bahan berwarna pink muda serta sepasang flat shoes hitam.

Benar-benar tidak seperti Sierra yang lekat dalam benak Terry. Sierra yang ditemuinya biasa menggunakan gaun malam yang cenderung menonjolkan bagian-bagian tubuhnya, belahan yang menggairahkan dan cenderung agresif.

“Apa imbalanku karena sudah melakukan ini untukmu, Harper? Kau sendiri yang pernah bilang padaku tidak ada gratis di dunia ini,” sergah Terry sambil mengacung-acungkan kartu nama tersebut.

“Aku akan mentraktirmu kopi?” tawar Sierra.

Terry terkekeh, “Baiklah, Harper. Aku akan menunggumu menghubungiku kalau begitu.”

Sierra nampak lega karena Terry langsung menyetujuinya.

“Kau tahu kan, cuaca sedang dingin. Paling tidak, kenakanlah mantel yang tebal, Harper.” Kilah Terry sambil membuka mantel cokelat tua yang tengah dikenakannya lalu memakaikannya pada pundak Sierra dalam satu gerakan yang cepat.

Sierra nampak tertegun sesaat oleh tingkah Terry barusan.

Related chapters

  • My Protective CEO (Indonesia)   4. Pertemuan Kedua

    Di luar dugaan, rupanya pertemuan dengan River terjadi besok sore. Terry langsung meminta pada River untuk mengkosongkan waktunya.Semuanya terjadi begitu cepat. Telepon Bree pada pagi hari ke nomor ponselnya, undangan langsung ke ruangan River Clayton di CL Headquarters. Sierra tidak sempat berpikir akan mengenakan setelan apa karena langsung berangkat dari kantornya.Ruangan River terletak di lantai 30. Untuk sampai ke lantai tersebut, butuh kartu akses khusus karena pengamanannya yang amat ketat. Beberapa kali bahkan Bree melakukan konfirmasi wajahnya untuk masuk ke pintu berikutnya.Satu fakta yang Sierra amati selama masuk ke dalam gedung ini, para pekerja wanitanya didominasi oleh wanita berambut pirang. Muncul rasa tidak percaya diri yang menyelinap dalam dada Sierra.Namun sedetik kemudian Sierra menggeleng. Tujuannya ke sini adalah mengajak River sebagai narasumbernya.Setelah lima menit berjalan di koridor lantai tersebut yang tiada habis

    Last Updated : 2021-05-07
  • My Protective CEO (Indonesia)   5. Kencan Dadakan

    They said when you accidentaly met someone once, that's a coincidence. But, twice at the exactly same place? Probably destiny.Dari seluruh kafe yang tersebar di New York yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan pada setiap distrik, mengapa River dan Sierra harus bertemu kembali di Dixie Cafe?Butuh waktu beberapa detik bagi Sierra untuk memikirkan jawabannya sambil beradu tatap dengan pria bermata hijau zamrud yang masih mengenakan setelan kantornya dengan lengkap itu.Dixie Café hanyalah sebuah kafe sederhana dengan interior yang didominasi kayu berwarna cokelat muda dengan alunan instrument jazz dan piano yang khas. Karena lokasinya lumayan dekat dari kantornya, Sierra biasa menghabiskan waktunya di sini ketika tengah penat di kantor. Alasan lainnya, Sierra jarang menemukan rekan kantornya di sini karena mereka lebih memilih Starbucks yang berseberangan langsung dengan gedung ABC TV.Segala hal mengenai kafe ini rasanya “tidak”

    Last Updated : 2021-05-09
  • My Protective CEO (Indonesia)   6. Petaka Pesta

    “Harper, temani aku malam ini, ya?” pinta Terry.Sierra nampak tersentak ketika menemukan Terry yang menjawil pundaknya dari belakang. Yang lebih mengejutkan lagi Terry nampak kehilangan separuh kesadarannya.“Kita langsung saja menuju apartemenku,” ajak Terry lagi sambil merangkul bahu Sierra yang terbuka karena mengenakan gaun model sabrina.“Kau mabuk, Terry!” tegur Sierra sambil berusaha menepis tangan Terry dari pundaknya. “Aku tidak akan melademimu kalau kondisimu seperti ini.”“Aku sadar sepenuhnya, Harper. Kau selalu saja memiliki segudang alasan untuk menolakku!” sergah Terry dengan keras hingga beberapa orang menoleh.Sierra langsung was-was ketika beberapa pasang mata mulai memperhatikan mereka. Tidak mungkin kan dia membuat keributan di pesta ulang tahun sahabatnya?Lagipula Sierra tidak berniat untuk menemani kliennya dan hanya ingin bersenang-senang saja di pesta.

    Last Updated : 2021-05-11
  • My Protective CEO (Indonesia)   7. Pertama Kalinya Berbagi Kenikmatan yang Sama

    “Aku sudah memberiku nomormu, kenapa kau tidak ingat untuk menghubungiku, Sierra?!” protes River sambil menyodorkan wanita itu sebotol air mineral dingin yang baru saja diambil pria itu dalam kulkas mini. Sierra mengambil botol itu dan menegaknya hingga separuh isinya tandas seketika. Tangan kanannya masih bergetar efek terkejut dari kejadian penyerangan Terry beberapa saat lalu. Tapi Sierra menyembunyikannya rapat-rapat. Karena tidak ingin membuat River makin khawatir. Tidak diduga, River membawanya ke suite room New York Hotel yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari hotel Luxury. Seharusnya bisa saja River membawanya pada salah satu kamar di hotel Luxury yang ballroomnya menjadi lokasi pesta ulang tahun Audrey, sahabatnya. Tapi mengapa pria ini membawa dirinya ke hotel di kamar paling mahal untuk semalam saja? “Apa sebenarnya hubunganmu dengan Terry? Kalau kau mengenalnya dengan sangat baik, harusnya kau tahu reputasi pria itu!” dengus River s

    Last Updated : 2021-05-12
  • My Protective CEO (Indonesia)   8. Kembali pada Realita Hidup

    Tatapan keingintahuan Audrey yang langsung menyambut Sierra begitu membuka pintu unit apartemen sahabatnya itu.“Ceritakan padaku mengapa kau bisa bermalam bersama River Clayton?!” tembak Audrey langsung.Sierra bahkan belum menginjakkan kedua kakinya ke dalam ruangan. Namun Audrey sudah menyemprotnya begitu. Tidak mengherankan, sahabatnya itu punya rasa keingintahuan tinggi. Lagipula, Audrey berhak mendapatkan penjelasan setelah Sierra mengacaukan pesta ulang tahunnya semalam.“Astaga, Sierra. Pria yang sedang aku tanyakan tuh River Clayton! Ya, Clayton yang itu!” pekik Audrey dengan heboh sambil berjalan di belakang Sierra yang hendak mengambil minum di dapur.“Audrey Johnshon, tolong berikan waktu sebentar saja bagiku untuk bernapas dan minum, oke?” sergah Sierra kemudian membuka kulkas dan mengambil sekotak jus jeruk dingin kesukaannya.“Aku jelas punya waktu yang banyak, Sierra Harper!”

    Last Updated : 2021-05-13
  • My Protective CEO (Indonesia)   9. Kesepakatan Sebelah Pihak

    Usai membeli empat belas Hot Americano dari Royal Coffee, Sierra bergegas kembali menuju kantornya. Ia melangkah dengan hati-hati sambil menenteng kedua belas gelas kopi tersebut.Sierra cukup terbiasa membawa banyak barang sambil berjalan sejak menjabat sebagai asisten produksi. Entah siapa yang duluan menyuruhnya berbagai pekerjaan seperti pesuruh. Malah sepertinya Sierra lebih banyak melakukan sejenis ini dibanding sebagai asisten produksi sebuah stasiun TV pada umumnya.Namun Sierra tidak mau ambil pusing. Toh, selama bekerja di sini Sierra mendapatkan ilmu mengenai dunia jurnalis yang harusnya didapatkan saat kuliah.“Perlu bantuan, Miss Harper?” tanya Ivan, satpam yang tengah berjaga di gerbang dan paling ramah pada Sierra.“Terima kasih atas tawaranmu, Sir. Aku bisa menanganinya,” sahut Sierra dengan nada sopan.“Pasti karena si tamu penting itu makanya departemenmu jadi sibuk?”“Kau

    Last Updated : 2021-05-15
  • My Protective CEO (Indonesia)   10. Tawaran Perdamaian

    Tidak ada sedikit pun penyesalan yang tersisa setelah Sierra memutuskan keluar dari mobil sport River. Bahkan wanita itu berharap selamanya memutuskan hubungan dengan River.Bagi Sierra, pria itu hanyalah sebuah keajaiban yang diberikan semesta untuknya. Seperti salah satu sore terbaik di musim panas.Namun… Bagi River, wanita itu seperti sinar matahari pagi yang hangat dan jarang dirasakannya lagi di New York.Tidak terasa sudah seminggu berlalu sejak Sierra memutuskan hubungan dengan River. Tidak ada kontak sama sekali di antara keduanya. Wanita itu tenggelam dalam kesibukannya sebagai asisten produksi di ABC News.Untuk mengurus jadwal dan mencocokkan jadwal, Sierra hanya mengontak Bree sesekali lewat email juga telepon ke nomor kantor. Sierra menghindari interaksi langsung dengan River.Setidaknya sampai sesi wawancara yang diminta River sebagai geladi kotor sebelum siaran langsung nanti.Yang sialnya, geladi kotor tersebut berlan

    Last Updated : 2021-05-24
  • My Protective CEO (Indonesia)   11. Permintaan Bermalam Bersama

    “Aku tidak tahu kau bisa memasak,” sergah Sierra yang masih tercengang dengan hidangan steik yang terhampar di hadapannya.River melepaskan apron hitam yang dikenakannya lalu bergabung bersama Sierra di meja makan. Ia memilih sebotol wine merah yang dibelinya lima tahun lalu di Perancis. Untuk momen seperti ini, tentu harus dirayakan dengan segelas wine dengan rasa otentik bukan?Belum selesai dari keterpanaannya, Sierra sekali lagi dibuat takjub ketika River menuangkan wine yang baru saja dibuka kemasannya pada gelasnya.“Apa kau tidak menyukai makanannya?” tanya River yang langsung membuat Sierra tersadar.“Huh? Apa? Oh, ti-tidak, Riv. A-aku belum sempat mencicipinya,” sahut Sierra dengan kikuk kemudian berdeham.“Lantas, apa yang kau tunggu?” seru River kemudian menarik kursi di seberang Sierra. “Atau kau ingin makanan lain?”Lantas, Sierra langsung menggeleng dan mengambil garpu

    Last Updated : 2021-06-13

Latest chapter

  • My Protective CEO (Indonesia)   22. Bath Tub Moments (21+)

    Pergulatan panas tersebut berlangsung sampai empat puluh lima menit lamanya! Baik River mau pun Sierra tidak menyadarinya.Mereka berhenti juga karena security mansion sudah menghubungi telepon di unit River yang mengabarkan jika ada pengantar pizza.“Astaga, kau sudah kelaparan sekali?” sergah River sambil terperangah melihat Sierra yang baru saja menghabiskan potongan kedua pizzanya.Sierra mengangguk, “Untung saja kau memesan dua kotak. Sepertinya aku bisa menghabiskan satu kotak,” terang Sierra kemudian menelan lagi potongan pizzanya.River menggeleng penuh takjub,”Kau hanya mengkhawatirkan perutmu saja?”“Seharian ini aku hanya memakan steik saat makan siang. Aku melewatkan sarapan bahkan untuk menegak sekotak susu untuk menghilangkan rasa lapar karena pekerjaanku yang tidak ada habisnya!” keluh Sierra kemudian menggigit lagi pizzanya. “Sudah sepatutnya aku memikirkan kondisi perutku.&rdquo

  • My Protective CEO (Indonesia)   21. Gejolak Hasrat yang Terlepas

    Jika wanita lain akan melonjak kegirangan diberikan akses ke mansion mewah dengan fasilitas serba ada juga eksklusif milik River Clayton.Namun berbeda dengan Sierra Harper. Justru tanggapan pertama wanita itu malah menghembuskan napas dengan kesal selama beberapa kali.“Kau tidak menyukainya?” tanya River.Sierra menggeleng sambil menghentakkan kakinya dengan kesal, “Bohong banget kalau aku bilang tidak menyukainya.”“Lalu?”“Begini ya, Riv.” Sierra menghentikan langkahnya kemudian menatap kedua mata River lekat-lekat. “Jangan berikan hal berlebihan begini. Aku bukan siapa-siapamu… Kau harusnya juga tahu, aku tidak akan pernah bisa membalasnya.” Sierra mengedarkan seluruh pandangannya terhadap mansion mewah tersebut dengan tatapan menyindir.Pada sekali kerjapan mata, River menarik wajah Sierra kemudian melumat bibirnya tanpa ampun. Sierra nyaris tidak bisa bernapas akibat m

  • My Protective CEO (Indonesia)   20. Tempat Istimewa untuk Sierra

    “A-Ak Aku harus—” sergah Sierra terbata-bata. River tersenyum jenaka menangkap kegugupan Sierra. Kini wanita itu mengedipkan matanya berkali-kali dan napasnya belum teratur. Sierra merapikan bajunya usai kedua kakinya bisa kembali menapak di trotoar. Sementara kedua mata River langsung terarah pada bibir Sierra yang noda lipstiknya berantakan. “Aku akan mengantarmu ke kantor,” seru River kemudian mengelap noda lipstick yang berantakan tersebut dengan saputangannya. Belum sempat menarik napas, Sierra terkesiap lagi oleh sikap santai River mengelap sisa-sisa lipsticknya yang berantakan akibat ulah adiknya! Beberapa orang di sekitar tentu memperhatikan aksi mereka. Bahkan, diam-diam ada yang memotret mereka. Sierra hanya bisa mengangguk tanpa mengatakan apa pun lagi. Pikirannya Sierra dipenuhi beragam rasa yang sulit dijelaskan. Rasa bersalah juga bingung yang paling mendominasi. “Kau tidak menanyakan kabarku?” tanya River yang be

  • My Protective CEO (Indonesia)   19. Ciuman Pengalihan

    Kepala River berdenyut-denyut tiada henti kala menatap jadwal bekerja yang baru saja disodorkan sekretarisnya. Belum pulih dari jet lag, namun sekarang River harus menyapa rekan bisnis ayahnya yang sedang berada di New York.Begitu tiba waktu makan siang, River izin pamit dengan alasan ada lunch meeting padahal sebenarnya mampir ke Paul’s Time. Salah satu bistro favoritnya di New York yang dikelola oleh Paul Martinez, sahabat lama ayah River.River menyetir sendirian karena sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Ia butuh waktu untuk bernapas sejenak saja dari business trip selama seminggu belakangan.Mungkin memang River membutuhkan waktu untuk berlibur. Bersama seseorang yang dirindukannya begitu dalam selama beberapa waktu.Seseorang itu tentu saja wanita yang memiliki senyum manis sehangat matahari pagi di bulan Desember. Seperti Sierra Harper.Sementara itu di tempat dan waktu yang sama Sierra masi

  • My Protective CEO (Indonesia)   18. Kontrak Raven Clayton

    “Untuk hal konyol seperti ini kau membuat kontraknya?! Tak kusangka, kau serius juga!” cibir Sierra sambil menggelengkan kepala.Dalam hati wanita itu sebenarnya meneriakkan frustrasi dan kekesalan berkali-kali. Lantaran, kejadian yang coba dilupakan Sierra dua hari lalu berujung sia-sia.Tadi pagi ketika Sierra dalam perjalanan menuju kantor ada sebuah nomor tidak dikenal yang menelepon ponsel khusus pekerjaannya. Tanpa berpikir aneh-aneh, Sierra mengangkat saja.Si penelepon rupanya Raven Clayton! Entah bagaimana caranya pria itu mendapatkan kontak pribadinya. Jadi begini, Sierra punya dua ponsel dan dua nomor. Ponsel yang satunya hanya dinyalakan pukul enam sore sampai pagi dan dikhususkan untuk para kliennya.Sementara ponsel satunya selalu Sierra nyalakan dua puluh empat jam penuh. Karena semua kerabat, rekan kerja bahkan rumah sakit tempat ibunya dirawat mengetahui nomornya itu.Kalau sedang bersama kliennya, Sierra akan meninggal

  • My Protective CEO (Indonesia)   17. Kesepakatan Sebelah Pihak

    “Seingatku sih Billy Harrison sudah memiliki istri yang cantik, baik dan menyenangkan. Dia juga memiliki seorang anak laki-laki yang—” “Apa maumu sebenarnya, Raven?!” potong Sierra karena jengah dengan nada Raven yang terdengar seperti pembaca berita membosankan ketika menyebutkan fakta soal kliennya. Raven menyunggingkan senyum tengilnya dan memiringkan alis kanannya. Sumpah, Sierra rasanya ingin menamparnya detik ini juga. Ini lebih memalukan ketimbang kepergok dengan keluarga Billy Harison. Ya, setidaknya Sierra bakal langsung mendapatkan hukuman seketika. Ditampar minimal atau disiram air. Lain halnya kalau Raven Clayton yang malah memergoki dirinya telah menghabiskan malam bersama Billy Harison. “Kau tahu kan, aku punya bukti jika kau berkelit.” “Kau ingin menyebarkan apa yang baru saja kau lihat kepada publik?” “Sierra, tolonglah bersikap baik padaku sedikit saja. Kau sedang berada di posisi tidak bisa berbuat banyak,” se

  • My Protective CEO (Indonesia)   16. Mimpi Buruk di Pagi Hari

    Sierra bernapas lega ketika mendapatkan laporan rating dari Nora perihal penayangan episode Be Insipire! Dengan River sebagai bintang tamunya. Hasilnya benar-benar di luar ekspetasi semua orang. Sampai berhasil memecahkan rekor tertinggi departemen Sierra. Meski demikian tetap saja Nora yang mendapat kredit paling banyak dari orang-orang. Kantor juga tidak menyediakan bonus tambahan. Hutang yang harus dibayar Sierra juga terus bertambah bunganya setiap bulan. Apalagi beberapa hari belakangan Sierra tidak menerima panggilan klien manapun. “Ada apa, darling?” tanya Billy, klien yang tengah Sierra temani malam ini di suite room Diamond Hotel. Sierra menggeleng dengan cepat lantas ditegur oleh kliennya karena melamun,”Ah, tidak. Aku memikirkan langit New York yang indah malam ini…” Billy mengelus pipi kanan Sierra, “Kau juga indah, Darling. Seperti langit malam yang kau kagumi itu,” seru pria itu kemudian menjilat leher kiri Sierra.

  • My Protective CEO (Indonesia)   15. Rival Sepanjang Masa

    Seperti ada sesuatu yang menggelegak dalam diri Sierra, tiba-tiba wanita itu lekas berdiri. Kemudian menghampiri Raven yang masih menyender di tembok sambil bersedekap.“K-Kau tadi melihatku?” tanya Sierra sekali lagi.“Sekarang juga aku sedang melihatmu, Miss Harper.” Raven menyahut dengan senyum jailnya.Sierra yang tadinya gugup mendadak keki karena sadar pria di hadapannya tengah mempermainkannya.Sekali lagi Sierra mengamati pria yang kini berdiri begitu dekat dengan dirinya tersebut.“Kau sedang mempermainkanku rupanya,” seru Sierra kemudian mendengus kesal.Raven menggeleng, “Kenapa kau bisa menyimpulkan seperti itu?”“Yah, kau belagak seolah sering melihatku bersama River.” Sierra berseru dengan nada remeh.“Aku memang melihatmu.”Sierra menghela napas letih, “Ya, baiklah. Kalau kau memang melihatnya,” ujar Sierra lalu kembali ke

  • My Protective CEO (Indonesia)   14. Tertangkap Basah

    “Riv…” sergah Sierra setelah berhasil melepaskan bibirnya dengan susah-payah. Napas wanita itu masih tersenggal-senggal. River hendak menyambar bibir Sierra tanpa mempedulikan jeda yang diberikan wanita itu. Namun Sierra mengalihkan kepalanya ke sisi kiri. “Aku tidak bisa bernapas, Riv…” ujar Sierra lagi dengan napas yang sudah lebih teratur dari sebelumnya. River mengalah dan membiarkan Sierra mengambil napas beberapa saat. Ingin sekali River menarik Sierra ke ranjangnya detik ini juga. Kenyataannya, mereka tengah berada di dalam toilet kantor ABC News. “Mampirlah ke tempatku setelah pekerjaanmu selesai di sini,” ujar River kemudian membereskan kerah kemeja Sierra yang berantakan. “Aku tidak bisa, Riv.” “Itu bukan permintaan, tapi pernyataan,” ujar River dengan tegas. “Mengapa aku harus melakukannya?” Sierra bersedekap. “Anggap saja sebagai bentuk terima kasih karena aku sudah bersusah-payah meluangkan waktu ag

DMCA.com Protection Status