Tadi pagi, tyaga, vero, dan fareta membicarakan seorang gadis yang berhasil membuat mereka berkumpul sepagi itu. Tapi lihatlah sekarang gadis itu justru sedang berdiri di depan kelas mereka.
Iya, di depan kelas.
Bukan sedang menunggu mereka seperti gadis - gadis lain, ya. Ini benar - benar di depan kelas dimana tempat dosen berada.
Bianca sedang menggantikan asisten dosen yang mengisi perkuliahan yang sialnya sedang diambil oleh ketiga pria itu. Mereka saling melihat seakan sedang mentransfer apa yang ada di otak mereka tanpa bicara.
“Ngapain tuh cewek disini ?” tanya tyaga sinis. Vero dan fareta hanya menggeleng.
Bianca meletakkan setumpuk kertas diatas meja, lalu menyiapkan materi yang akan dibahas hari ini.
“Selamat pagi. Baiklah, hari ini saya akan menggantikan asisten dosen yang biasanya. Perkenalkan nama saya bianca.” kata bianca yang ternyata mendapatkan banyak perhatian seisi kelas. Bahkan setelah memperkenalkan diri semua pria di kelas bersorak bahagia seakan sedang memenangkan sebuah undian karena mendapat pengganti asisten dosen yang secantik bianca.
Hal ini juga sebenarnya menarik perhatian fareta. Tadi pagi dari dalam mobilnya fareta melihat bianca menggunakan celana jeans.
Tapi sekarang dandanan bianca berubah menjadi sangat formal dan mengganti celana jeansnya dengan rok pensil sepanjang lututnya.
“Bukannya dia masih dibawah kita ?” Tanya vero yang juga penasaran.
“Entahlah.” Jawab fareta sambil mengangkat bahunya tak mengerti dengan situasi sekarang ini.
Sedangkan tyaga tetap memandang bianca dengan tatapan tak sukanya.
Bianca memberikan kertas absensi di meja terdepan yang nantinya akan diberikan secara estafet sampai seisi kelas menandatanganinya.
Dia juga meletakkan kertas yang tadi dipersiapkan untuk dibagikan.
Baru saja bianca akan berjalan menuju ke meja paling ujung depan, ada salah satu mahasiswa datang menghampirinya dan menawarkan diri untuk membantu bianca.
Sontak seisi ruangan menjadi kembali riuh karena perilaku salah seorang mahasiswa itu.
“Liat tuh, pinter banget tuh cewek kalo cari perhatian.” Kata tyaga dengan tatapan sinis dan mengejek.
“….” Kedua sahabatnya tidak menanggapinya, karena dari penilaian mereka tadi bianca tidak melakukan hal - hal seperti yang tyaga katakan. Justru sebaliknya, bianca tidak terlalu peduli dengan mahasiswa yang berusaha menolongnya. Memang cukup dengan kecantikannya saja bianca bisa menarik perhatian banyak mahasiswa di kelas mereka.
Bukan salah bianca kan jika memiliki paras yang rupawan ?
Perkuliahan berjalan sangat lambat bagi tyaga. Padahal bianca hanya membagikan kertas yang berisikan soal tugas dan materi perkuliahan juga absensi. Mungkin hanya memakan waktu tiga puluh menit saja. Tapi bagi tyaga itu sangat lama.
Dia teringat bagaimana senyum bianca saat berada di bar semalam. Sangat berbeda dengan sosok yang berada didepannya sekarang.
“Baiklah, karena saya sudah memberikan materi hari ini. Perkuliahan saya akhiri.” Kata bianca setelah memeriksa absensi agar memastikan tidak ada mahasiswa yang curang.
Wajah - wajah sedih para mahasiswa serta kondisi yang kembali riuh tak berpengaruh pada bianca sama sekali. Apalagi para mahasiswi disana sudah banyak yang kesal dan berbisik - bisik saat melihat teman pria mereka menjadi tak tahu malu hanya karena seorang bianca. Dengan wajah datarnya bianca keluar begitu saja dari kelas.
Fareta melihat ke arah bianca sampai gadis itu menghilang dari pandangannya. Lalu, dia melihat isi kertas itu.
“Kita mau kemana habis gini ?” Tanya vero yang memecahkan lamunan fareta.
“Ke rumah lo aja, ga. Sekalian nunggu entar malem.” Usul fareta.
“Oke.” Hanya jawaban singkat yang diberikan tyaga.
Dia masih merasa kesal melihat wajah bianca yang menjadi asisten dosen di mata kuliahnya.
Bisa - bisanya mereka kembali dipertemukan dalam perkuliahan ini.
***
Malam harinya, sesuai dengan yang sudah direncanakan oleh tyaga bersama dengan kedua sahabatnya untuk mendatangi bar tempat bianca bekerja.
Ketiga pria itu sengaja datang hampir tengah malam. Dan betapa terkejutnya tyaga melihat kondisi bar yang sepi daripada malam sebelumnya.
Mereka duduk di salah satu kursi VIP agar bisa meminta bianca yang mengurus pesanan mereka nantinya. Sejak tiba disana sampai mereka duduk, tyaga tak menemukan sosok bianca dimana pun. Dia merasa aneh. Jangan - jangan gadis miskin itu sedang libur hari ini. Bisa gagal rencananya membongkar kedok bianca.
Tyaga akhirnya melambaikan tangannya untuk memanggil pelayan. Saat seorang pelayan wanita datang dengan membawa buku menu. Dia berpura - pura memilih menu padahal sebenarnya mulutnya ingin menanyakan dimana keberadaan si gadis ‘taruhan’ itu.
“Segelas whisky dan dua gelas wine untuk mereka.” kata tyaga pada akhirnya.
“Kok cuma wine sih, ga ?” protes vero.
“Nanti lo bisa nambah pesenannya waktu ada dia.” kata tyaga.
“Oke.”
Beberapa menit kemudian, minuman yang dipesan tyaga sudah datang.
“Silahkan.” kata pelayan sopan sambil meletakkan gelas di depan masing - masing pria tampan itu.
Saat akan pergi meninggalkan meja mereka, tyaga akhirnya mulai bertanya. “Apa bianca hari ini sedang libur ?” tanya tyaga basa - basi.
“Oh, bianca ya ? Dia nggak libur kak, tapi udah nggak kerja disini lagi.” jawabnya. Mendengar jawaban itu tyaga hanya mengerutkan kedua alisnya.
“Lalu dia kerja dimana sekarang ?” pelayan itu hanya menggelengkan kepala tanda tak tahu atau tak mau memberi tahu. Tyaga mulai curiga lagi.
“Apa karena kejadian kemarin ?” tanya tyaga lagi.
“Iya. kayaknya kejadian kemarin bener - bener jadi berita hangat ya ? Bahkan bar jadi sepi setelah bianca dipecat.” secara tak sadar pelayan itu bercerita pada tyaga.
“Dipecat ? Karena menggoda tamu kemarin ?” tanya tyaga lagi.
“Eh. bukan kak, justru pria - pria kemarin yang menggoda bianca. Sampai bianca ditampar di sini. Eh…. maaf kak, saya permisi dulu.” tyaga dan kedua sahabatnya hanya diam mendengar cerita pilu tentang kejadian sebenarnya yang baru saja dia dengar.
Gadis taruhan itu dipecat ?
Gadis itu ditampar ?
‘Apa jangan - jangan gue salah menilai dia ?’
“Ga, kenapa cerita lo beda sama dia ?” tanya vero yang bingung.
“Apa yang sebenernya terjadi kemarin, ga ?” tanya fareta lagi.
“Gue udah bilang kan, kemarin ada beberapa pria duduk di kursi sebelah sana. Mereka menarik cewek itu dan dia diem aja. Terus gue cabut. Gue nggak tau kalo dia dipecat.”
Akhirnya fareta melambaikan tangan untuk memanggil pelayan lagi. Dan kali ini yang datang adalah luthfan. Dia langsung menanyakan pesanan yang akan dilakukan fareta karena memang buku menu masih ada di atas meja mereka.
“Berikan aku sebotol wine dan tolong panggilkan manajer bar ini.” kata fareta dengan sopan. Luthfan mengangguk dan langsung membawakan pesanan fareta bersama dengan manajernya.
Awalnya fareta berbasa - basi terlebih dahulu, karena memang itu adalah salah satu kelebihannya dibandingkan vero da juga tyaga. Hingga pada akhirnya bahasan mereka sampai dengan kejadian kemarin.
“Gue denger kemarin ada kejadian disini sampai ada salah satu pelayan dipecat, ya ?” tanya fareta yang terlihat mulai akrab dengan manajer bar itu.
“Oh itu, ternyata beritanya sangat cepat ya. Memang keberadaan bianca di bar ini sangat menarik banyak perhatian. Sama halnya seperti saat dia harus tertimpa kejadian kemarin.”
“Memangnya apa yang sudah terjadi ?” tanya fareta lagi.
“Ada tamu VIP yang ingin melecehkannya. Bianca selalu bisa melindungi dirinya sendiri hingga terjadi pertengkaran yang akhinya membuat gadis itu harus mendapatkan perlakuan tidak adil. Sebenarnya gue juga dengan berat hati memecatnya karena ancaman mereka.” cerita sang manajer dengan wajah penuh perasaan bersalah.
“Meskipun gue pecat bianca tetep aja beritanya menyebar. Mereka memang brengsek. Seharusnya gue bawa video itu ke kantor polisi.” katanya lagi.
“Video ? Video apa ?”
“Video cctv yang menghadap ke meja mereka. Salah satu teman bianca membawa bukti itu untuk menyelamatkannya kemarin.” fareta dan vero hanya mengangguk - anggukan kepalanya setelah mendengar cerita pilu yang harus dihadapi seorang gadis. Berbeda dengan kisah yang tyaga ceritakan kemarin. Bahkan tyaga pun hanya diam tanpa ekspresi apapun setelah mendengar kebenarannya.“Boleh gue liat videonya ?”
“Maaf, tapi untuk apa ?”
“Bianca itu adalah adik angkatan gue di kampus. Mungkin gue bisa membantunya mengurus masalah ini.” kata fareta dengan sangat menyakinkan. Awalnya manajer itu merasa ragu, lalu fareta menunjukkan kartu mahasiswanya dan akhirnya percaya karena dia tahu bianca juga merupakan mahasiswi disana.
Akhirnya manajer itu memberikan video cctv itu kepada fareta.
Mereka bertiga melihat kejadian itu dengan reaksi wajah yang berbeda - beda. Vero sebagai pecinta wanita kelas teri merasa tak terima saat melihat bianca diperlakukan sekasar itu. Sedangkan fareta dan tyaga hanya melihat dengan wajah yang tak bisa diartikan. Hanya mereka sendiri yang tahu apa yang ada di otaknya setelah melihat video itu.
“Gimana menurut lo, ga ?”
“....” tyaga hanya diam.
Lalu…
“Kita lanjutkan taruhan ini.”
***
Tyaga sedang duduk di sofa empuk sebuah ruangan luas dengan aroma manis sebuah toko kue. Ya, sekarang ini dia berada di kantor milik sang oma sendirian, selayaknya cucu pemilik toko kue pada umumnya. Karena omanya sedang sibuk di dapur mencoba resep baru, katanya.Baiklah, memang sekarang tyaga ingin sendirian saja sambil menunggu omanya kembali. Setelah itu dia akan melancarkan rencananya.Tanpa terasa waktu sudah berlalu satu jam lamanya, hingga tyaga tertidur sambil menutup wajahnya dengan sebuah buku.“Hey, cucu kesayangan oma… ayo bangun…” panggil sang oma sambil menggoyangkan tubuh cucunya.Tyaga yang memang sulit dibangunkan ketika sudah terlelap itu hanya menggerakkan kepalanya, seakan sedang menolak semua gangguan yang ada disekitarnya.
Setelah siang tadi harus menghadapi tyaga. Sekarang giliran sang oma yang harus bianca hadapi. Sejujurnya sulit bagi bianca menolaknya, karena oma lisa mengingatkannya dengan sang nenek. Biar bagaimanapun kehidupan menerjangnya, bianca tetap menyayangi keluarganya. Terlebih sang nenek.Siapapun pasti pernah mengecewakan bianca. Tapi hal itu tidak pernah dia dapatkan dari neneknya. Jika begini, dia jadi merindukan nenek kesayangannya itu. Apa daya, keadaan membuatnya tak bisa melakukan hal itu. Termasuk menunjukkan rasa rindu.Karena bagi bianca hal itu menunjukkan sisi terlemahnya. Dia tak ingin ada yang mengetahui sisi terlemahnya itu.“Bi, apa kau benar - benar tidak bisa membantu aga ?” tanya lisa dengan wajah yang terlihat serius dari biasanya. Entah apa yan tyaga katakan, tapi perubahan sikap lisa ini membuat bianca semakin merasa tak ny
Tyaga kembali ke meja dan sayangnya bianca sudah kembali sendirian.“Ternyata banyak juga ya yang mau kenalan sama lo ?” Terdengar nada mengejek dari kata - kata tyaga. Lalu dia mengamati bianca yang sedang duduk saat dirinya masih berdiri. Tak ada yang spesial sama sekali. Bianca terlihat jauh dari kata menarik. Walaupun memang wajahnya yang sangat biasa tanpa polesan makeup sama sekali, tapi wajah bianca tetap cantik dengan kesederhanaan itu.Hanya saja itu tidak berlaku bagi tyaga.Dan untungnya bianca tidak terlalu menanggapi kata - kata tyaga dengan tetap diam dan menjawab dengan mengangkat bahunya cuek.“Mana buku lo ?” Tanya bianca saat tyaga sudah duduk di depannya dan justru terlihat sangat sibuk dengan ponsel miliknya.“Hmm&
Jika kemarin bianca sangat sial karena kehilangan pekerjaannya di toko roi karena tyaga, hari ini gadis itu semakin sial karena harus menghadapi pihak kampus. Entah apa yang terjadi, tiba - tiba saja beasiswanya berada dalam kondisi hampir diberhentikan. Ingin rasanya bianca berteriak dan mengajukan protes. Selama ini dia tidak pernah membuat masalah apapun, bahkan nilainya pun selalu bagus. Lalu, untuk alasan apakah yang mendasari mereka mengatakan ingin menghentikan beasiswa ini.Bianca merasa tidak mendapatkan keadilan disini. Bagaimana bisa Tuhan mengujinya seperti ini. Dalam waktu berdekatan satu per satu pekerjaannya hilang. sekarang biaya pendidikan yang diberikan atas usaha dan kecerdasannya juga berada diambang kehancuran. Entah apa lagi yang akan terjadi.Setelah satu jam lamanya bianca membicarakan dengan pihak kampus, dia keluar dengan wajah lesunya. Kali ini dia tidak bisa menyembunyikan rasa kecewa nya dan juga kelemahan dirinya. Karena memang bianca tak memiliki teman d
Dengan sekuat tenaga seseorang datang dan menarik pria yang berusaha melecehkan bianca. Lalu, pukulan brutal diberikan dengan penuh emosi hingga kedua teman pria itu melepaskan bianca dan membantu temannya. Tapi hal itu tak bisa mengalahkan kemarahan seseorang yang datang karena melihat hal menjijikan di depan matanya. Bagaimana bisa ada seorang wanita yang harus melawan ketiga pria sekaligus ? Sangat tidak imbang.Pukulan demi pukulan membuat ketiga preman itu babak belur dan membuat mereka akhirnya memutuskan untuk pergi. Sedangkan kondisi bianca sedang duduk berjongkok sambil mengeratkan pakaiannya yang sudah tak beraturan.“Bi, lo nggak papa kan ?” tanya tyaga dengan nafas terengah - engahnya setelah berhasil membuat ketiga pria yang mencoba melecehkan bianca pergi.Ya, tyaga yang datang dan menolong bianca. Sebenarnya tadi dia tak berniat ikut campur, karena mengingat dulu saat di bar bianca terlihat bisa melindungi dirinya sendiri. Maka dari itu tyaga memutuskan untuk mengawasi
Keesokan harinya, seperti biasa bianca masih datang pagi karena ada kelas di jam pertama. Wajah bianca nampak pucat dan tak bersemangat seperti biasanya, bahkan sapaan yang diberikan pada pak dudung pun hanya sekedar senyuman simpul. Dan lagi hari ini bianca juga harus mengajar di salah satu mata kuliah, sebagai pengganti seperti biasanya.Hampir semua orang yang berpapasan atau melihat bianca dari kejauhan selalu berbisik - bisik. Sebenarnya dia tak terlalu ambil pusing untuk masalah itu, hanya saja terkadang hal seperti itu justru sangatlah mengganggunya. Terutama saat dia mengisi perkuliahan tadi, hampir seisi kelas berbisik - bisik entah mengenai hal apa. Mungkin karena kejadian kemarin atau mungkin ulah angeline lainnya.Dan pada akhirnya perkuliahan itu hanya bertahan tiga puluh menit dengan dominasi pembagian tugas seperti biasanya. Bianca sudah tak mau ambil pusing untuk masalah itu, yang jelas dia sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.Saat sedang berjalan dari kamar mandi
Karena sudah tak memiliki kesibukan lain selain kuliah dan menjadi asisten dosen, bianca akhirnya memutuskan untuk menghabiskan waktunya di perpustakaan fakultas. Dia berencana mengerjakan tugas kuliahnya sambil mengecek email tugas yang masuk. Setidaknya ada sesuatu pekerjaan yang bermanfaat. Dia tak akan menghabiskan waktu berharga untuk berdiam diri dirumah dan memikirkan semua kejadian yang terjadi akhir - akhir ini.Tadi bianca sudah mengambil beberapa buku referensi untuk tugasnya. Setelah itu, dia mulai menyalakan laptopnya. Sayangnya, saat menekan tombol power tak ada yang terjadi dengan laptop bianca.Laptopnya tidak menyala atau pun mengeluarkan tanda - tanda apapun. Sejenak kedua alis bianca saling bertautan. Dia akhirnya mengingat kejadian terakhir kali itu sempat membuat laptopnya terjatuh dengan keras. Mungkin ini adalah penyebabnya.Bianca mulai mencari kerusakan yang mungkin berada di luar laptopnya. Dia membolak - balikkan laptopnya sambil terus berusaha mencari mungk
‘Dasar bodoh!! Masih aja keras kepala!’Maki tyaga selama melihat bianca yang terus bertahan dengan tak menyentuh laptop miliknya tadi. Dia benar - benar kesal dan mulai kehabisan stok kesabaran untuk menghadapi bianca.Bagaimana tidak, lihat lah sekarang ini bianca masih memilih menyulitkan dirinya sendiri dengan menyalin beberapa bagian penting untuk mengerjakan tugas dengan menulis daripada mengetiknya. Tadinya tyaga ingin sekali kembali menghampiri meja bianca tapi dia urungkan dan lebih memilih melihat dari kejauhan saja.Hingga tak terasa matahari mulai tenggelam. Karena terlalu fokus bianca tak menyadari bahwa hari sudah berganti sore. Kemudian dia membereskan buku - bukunya ke dalam tas hingga menyisakan laptop milik tyaga. Gadis itu bingung harus melakukan apa pada laptop tyaga. Dia ingin mengembalikan tapi tak memiliki nomor ponsel pria itu. Mau tak mau akhirnya bianca membawa serta laptop tyaga masuk ke dalam tasnya. Setelah itu bianca berjalan kaki menuju ke arah halte un
“Aku yakin kau datang bulan, Bi.” Kata Tyaga saat mereka tengah menikmati sarapan yang sudah diantarkan ke kamar.“Mungkin saja.” Jawab Bianca sambil mengangkat bahunya cuek. Sejujurnya dia juga baru tahu dan menyadari bahwa selama ini memang hanyalah kesalahpahaman saja. Untung saja tadi suaminya itu membahasnya.Saat Bianca sedang menyendokkan yogurt ke mulutnya, tiba - tiba Tyaga terlihat berdiri dan berjalan menuju ke arah salah satu laci dekat lemari. Lalu dia membawa sebuah surat dan memberikannya pada Bianca.“Coba baca ini, Bi.” Katanya.Walaupun bingung, Bianca tetap menerima surat itu. Dari depannya saja dia bisa melihat bahwa itu adalah sebuah laporan kesehatan dari rumah sakit yang mereka datangi kemarin. Untuk sejenak kedua alis Bianca mengerut.“Ray, kau tidak sedang sakit kan?” Tanyanya. Tyaga pun hanya menggeleng.“Buka aja, Bi. Nanti kamu bisa lihat sendiri isinya.”Bianca menuruti saja, dia membuka dan membaca hasil pemeriksaan yang mereka lakukan kemarin. Lembar pe
“Aku?” Tanya Bianca sambil menunjuk dirinya sendiri.Senyuman penuh rahasia itu nampak jelas di wajah Tyaga.“Jadi? Apa yang sebenarnya terjadi, Ray. Cepat katakan…” rengek Bianca sambil menggoyang - goyangkan lengan Tyaga dengan sangat manjanya.Bukannya menjawab, Tyaga malah mencondongkan bibirnya ke arah Bianca untuk meminta jatah sebelum menceritakan kisah panas mereka. Dengan senang hati Bianca membalas permintaan itu dengan sebuah kecupan. Hal kecil seperti itu ternyata bisa menjadi alat transaksi informasi diantara mereka. “Baiklah, jadi begini ceritanya…”FLASHBACK ON“Ray, aku ingin whisky milikmu.” Kata Bianca.“Tapi, Bi… Tadi kau…”“Sudah minum wine?” Lanjut Bianca, lalu Tyaga mengangguk.“Memangnya kenapa?” Nada bicara Bianca berubah galak.“Kau sudah mabuk, Bi.”“Siapa bilang aku mabuk? Aku sadar, Ray. Lihat ini.” Kata Bianca sambil berusaha berdiri tegak, namun tentu saja hal itu tidak berhasil karena Bianca hampir saja terjatuh lagi jika Tyaga tidak menahan pinggangnya
“Kalau begitu, jangan ditahan Ray! Lakukan sesukamu! Aku sudah menunggunya.” Kata - kata Bianca barusan bak sebuah mantra yang semakin membuat tubuh Tyaga panas.Ciumannya pun sudah mulai menjelajahi leher hingga ke tulang selangka Bianca. Bahkan tanpa Tyaga Sadari dia sudah membuat rambut istrinya semakin berantakan karena ulahnya. Bianca sendiri terus menggelinjang karena sentuhan Tyaga. Dia juga memejamkan matanya sambil menikmati hal yang yang tak bisa dibilang baru. Karena sebelumnya pun mereka pernah saling mencumbu satu sama lain.Semakin lama gerakan Tyaga semakin tak terarah, dia menyentuh semua bagian tubuh Bianca tanpa melewatkan satu pun. Bahkan tali yang menjadi penghubung pakaian tipis itu mulai melorot sampai ke lengan Bianca. Tentunya karena hal itu sebelah gundukan kenyal milik Bianca mulai terekspos.“Ray…” panggil Bianca dengan suara seraknya.“Hm?”“Dingin.” Katanya dengan tubuh bergetar. Menyadari bahwa tubuh mereka setengah telanjang, Tyaga lalu tersenyum dan m
Akhirnya serangkaian acara pernikahan hingga resepsi hari ini usai sudah. Tyaga dan Bianca sekarang berjalan bersama menuju ke arah kamar pengantin yang sudah disiapkan untuk mereka. Kamar yang tadi sudah mereka datangi.Keduanya jalan berdampingan sambil bergandeng tangan. Acara resepsi tadi benar - benar berjalan lancar tanpa adanya kendala. Hal itu membuat Tyaga merasakan kelegaan yang luar biasa. Sejak kehadiran Fareta tadi, sebenarnya Tyaga merasa begitu was - was. Belum lagi gaun istrinya begitu menggoda siapapun yang melihatnya, Tyaga semakin tidak rela jika sampai Fareta juga hadir dan semakin mengaguminya atau mungkin berniat menculiknya lagi. Gila memang pikiran dan ketakutan tuan Tyaga Rayshiva yang terhormat ini!Tadi saja rasanya ingin sekali dia meminta Bianca untuk terus duduk, jadi para tamu undangan dan keluarga yang hadir tidak harus mengagumi kecantikan istrinya. Padahal kan tujuan resepsi ini diadakan untuk bentuk syukur dan juga memperkenalkan hubungan sah mereka
Karena kejadian tadi, akhirnya mau tidak mau tyaga harus kembali membersihkan diri dengan mandi. Apalagi tadi bianca juga sempat melihat beberapa luka di punggung tangan tyaga. Belum lagi kemeja tyaga juga sudah tidak berbentuk lagi. Dan untungnya untuk acara resepsi nanti mereka menggunakan konsep yang berbeda. Jadi tyaga dan bianca menggunakan gaun dan jas tema lain.Sekarang ini bianca dan tyaga berada di kamar pengantin yang sudah dipersiapkan oleh oma, nenek, dan para mama untuk mereka. Tadi tyaga sengaja tidak mengajak bianca kembali ke kamar miliknya karena terlalu banyak orang disana. Dan tyaga tidak ingin menjelaskan apapun.Bianca terlihat duduk di sofa sambil memegang gelas wine sambil menunggu tyaga selesai mandi. Sejenak dia terdiam dan memikirkan semua kejadian yang terjadi selama seharian ini. Tak pernah bianca sangka fareta akan melakukan hal senekat itu padahal dirinya sudah resmi menikah dengan tyaga.Tiba - tiba terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka, tapi b
“Selamat, ga. Kau membuktikan bahwa kau berhasil merebut semua yang aku inginkan!” Orang lain yang mendengarnya saja bisa menilai betapa fareta membenci tyaga dari kata - katanya itu. Bahwa sejak awal dia memang hanya menganggap tyaga adalah saingan yang seimbang untuknya dalam hal apapun. Padahal kenyataan itu begitu berbanding terbalik bagi tyaga. Sejak awal dia menganggap fareta sebagai sahabatnya sama seperti vero. Tapi semenjak adanya masalah diantara mereka karena fareta berusaha merebut bianca, tyaga jadi tersadar akan hal itu.Dengan senyuman terbaiknya tyaga membalas uluran tangan fareta, namun sebelah tangannya langsung menggenggam tangan bianca.“Thanks.” katanya singkat.“Ternyata kau benar - benar menerima bianca dan juga anak dalam kandungannya. Padahal kau belum mengetahui anak siapa itu.” bisik fareta lagi.“Memangnya itu penting ya? Bagi gue yang terpenting adalah bisa bersama bianca selamanya dengan menikahinya.” balas tyaga sambil berbisik juga. Fareta hanya terse
Akhirnya, seseorang yang sangat ditunggu oleh banyak orang mulai menunjukkan tanda - tanda kehadirannya. Sang pengantin wanita yang diantarkan langsung oleh seorang pria yang menjadi cinta pertamanya sejak hari pertamanya lahir ke dunia yaitu sang papa tercinta untuk memasuki area pernikahan. Sedangkan sang pengantin pria yang memang sejak tadi sudah gugup sambil menunggu pujaan hatinya sekarang ini jantungnya semakin berdebar sangat kencang. Apalagi hampir semua orang mulai menolehkan kepala mereka ke arah pintu masuk utama.Tyaga berulang kali menarik nafas dan menghembuskannya untuk menenangkan diri. Ini adalah hari yang sangat dia tunggu selama beberapa tahun belakangan. Mengingat untuk bisa mewujudkan terjadinya hari ini pun cobaan dan rintangan yang harus dia hadapi juga tak mudah.Setiap hubungan memang memiliki ujian dan cobaannya sendiri - sendiri. Tyaga dan bianca sudah menjadi salah satu pasangan yang membuktikan sendiri bahwa mereka bisa melewati semuanya bersama. Selain
Setelah menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam untuk bersiap, akhirnya tyaga sudah terlihat sangat rapi, wangi, tampan, dan sangat mempesona dalam balutan jas berwarna hitam. Sebentar lagi dia akan segera resmi menjadi seorang suami untuk bianca. Itu berarti salah satu tujuan dalam hidupnya benar - benar tercapai.Buah kesabaran dan usaha tyaga akan terbayar sebentar lagi. Bianca benar - benar menjadi satu - satunya gadis yang membuatnya jatuh cinta hingga seperti ini. Bahkan jika diingat lagi tak pernah sekalipun tyaga jatuh cinta pada gadis lain.Walaupun ditengah perjalanan sempat muncul sosok bianca renata yang sempat mewarnai hidupnya. Tapi tetap saja bianca renata yang menjadi gadis taruhan tyaga adalah satu orang yang sama dengan bianca grizelle kekasih pertama dan satu - satunya seorang tyaga.Saat ini tyaga sudah keluar dari kamarnya untuk berjalan menuju ke area tempat pernikahannya dengan bianca. Di Tengah jalan ternyata yoshua sudah menunggu sambil duduk di sofa yang
Senna yang melihat bianca pergi setelah memutar kembali rekaman cctv yang yoshua berikan tadi tentu saja langsung menyusul. Dia tahu betul kondisi bianca saat ini, lagipula senna juga tahu bahwa semua ini memang rencana tyaga dan yoshua untuk bianca. Sejak semalam dia memang membantu calon suami sahabatnya itu agar menyudahi kecurigaannya.“Bi… tunggu aku!!” Panggil senna sambil berlari kecil untuk menyusul bianca.Mendengar namanya dipanggil bianca menghentikan langkahnya, lalu dia menarik pergelangan tangan sahabatnya untuk kembali ke kamar. “Aku beritahu saat sudah dikamar, sen.” Namun sayangnya saat sudah berada di kamar ternyata disana sudah ada beberapa orang.“Halo, bianca ya?” Sapa salah satu orang di dalam kamarnya.“Hai…” “Aku karin dan mereka semua adalah timku. Kami ditugaskan oleh nyonya panya dan nyonya kezia untuk mendandanimu.” Jelas seorang wanita yang memperkenalkan dirinya dengan nama karin. Dan ternyata tim MUA yang dipesan mama dan mama mertuanya sudah datang. H