Tyaga sedang duduk di sofa empuk sebuah ruangan luas dengan aroma manis sebuah toko kue. Ya, sekarang ini dia berada di kantor milik sang oma sendirian, selayaknya cucu pemilik toko kue pada umumnya. Karena omanya sedang sibuk di dapur mencoba resep baru, katanya.
Baiklah, memang sekarang tyaga ingin sendirian saja sambil menunggu omanya kembali. Setelah itu dia akan melancarkan rencananya.
Tanpa terasa waktu sudah berlalu satu jam lamanya, hingga tyaga tertidur sambil menutup wajahnya dengan sebuah buku.
“Hey, cucu kesayangan oma… ayo bangun…” panggil sang oma sambil menggoyangkan tubuh cucunya.
Tyaga yang memang sulit dibangunkan ketika sudah terlelap itu hanya menggerakkan kepalanya, seakan sedang menolak semua gangguan yang ada disekitarnya.
Setelah siang tadi harus menghadapi tyaga. Sekarang giliran sang oma yang harus bianca hadapi. Sejujurnya sulit bagi bianca menolaknya, karena oma lisa mengingatkannya dengan sang nenek. Biar bagaimanapun kehidupan menerjangnya, bianca tetap menyayangi keluarganya. Terlebih sang nenek.Siapapun pasti pernah mengecewakan bianca. Tapi hal itu tidak pernah dia dapatkan dari neneknya. Jika begini, dia jadi merindukan nenek kesayangannya itu. Apa daya, keadaan membuatnya tak bisa melakukan hal itu. Termasuk menunjukkan rasa rindu.Karena bagi bianca hal itu menunjukkan sisi terlemahnya. Dia tak ingin ada yang mengetahui sisi terlemahnya itu.“Bi, apa kau benar - benar tidak bisa membantu aga ?” tanya lisa dengan wajah yang terlihat serius dari biasanya. Entah apa yan tyaga katakan, tapi perubahan sikap lisa ini membuat bianca semakin merasa tak ny
Tyaga kembali ke meja dan sayangnya bianca sudah kembali sendirian.“Ternyata banyak juga ya yang mau kenalan sama lo ?” Terdengar nada mengejek dari kata - kata tyaga. Lalu dia mengamati bianca yang sedang duduk saat dirinya masih berdiri. Tak ada yang spesial sama sekali. Bianca terlihat jauh dari kata menarik. Walaupun memang wajahnya yang sangat biasa tanpa polesan makeup sama sekali, tapi wajah bianca tetap cantik dengan kesederhanaan itu.Hanya saja itu tidak berlaku bagi tyaga.Dan untungnya bianca tidak terlalu menanggapi kata - kata tyaga dengan tetap diam dan menjawab dengan mengangkat bahunya cuek.“Mana buku lo ?” Tanya bianca saat tyaga sudah duduk di depannya dan justru terlihat sangat sibuk dengan ponsel miliknya.“Hmm&
Jika kemarin bianca sangat sial karena kehilangan pekerjaannya di toko roi karena tyaga, hari ini gadis itu semakin sial karena harus menghadapi pihak kampus. Entah apa yang terjadi, tiba - tiba saja beasiswanya berada dalam kondisi hampir diberhentikan. Ingin rasanya bianca berteriak dan mengajukan protes. Selama ini dia tidak pernah membuat masalah apapun, bahkan nilainya pun selalu bagus. Lalu, untuk alasan apakah yang mendasari mereka mengatakan ingin menghentikan beasiswa ini.Bianca merasa tidak mendapatkan keadilan disini. Bagaimana bisa Tuhan mengujinya seperti ini. Dalam waktu berdekatan satu per satu pekerjaannya hilang. sekarang biaya pendidikan yang diberikan atas usaha dan kecerdasannya juga berada diambang kehancuran. Entah apa lagi yang akan terjadi.Setelah satu jam lamanya bianca membicarakan dengan pihak kampus, dia keluar dengan wajah lesunya. Kali ini dia tidak bisa menyembunyikan rasa kecewa nya dan juga kelemahan dirinya. Karena memang bianca tak memiliki teman d
Dengan sekuat tenaga seseorang datang dan menarik pria yang berusaha melecehkan bianca. Lalu, pukulan brutal diberikan dengan penuh emosi hingga kedua teman pria itu melepaskan bianca dan membantu temannya. Tapi hal itu tak bisa mengalahkan kemarahan seseorang yang datang karena melihat hal menjijikan di depan matanya. Bagaimana bisa ada seorang wanita yang harus melawan ketiga pria sekaligus ? Sangat tidak imbang.Pukulan demi pukulan membuat ketiga preman itu babak belur dan membuat mereka akhirnya memutuskan untuk pergi. Sedangkan kondisi bianca sedang duduk berjongkok sambil mengeratkan pakaiannya yang sudah tak beraturan.“Bi, lo nggak papa kan ?” tanya tyaga dengan nafas terengah - engahnya setelah berhasil membuat ketiga pria yang mencoba melecehkan bianca pergi.Ya, tyaga yang datang dan menolong bianca. Sebenarnya tadi dia tak berniat ikut campur, karena mengingat dulu saat di bar bianca terlihat bisa melindungi dirinya sendiri. Maka dari itu tyaga memutuskan untuk mengawasi
Keesokan harinya, seperti biasa bianca masih datang pagi karena ada kelas di jam pertama. Wajah bianca nampak pucat dan tak bersemangat seperti biasanya, bahkan sapaan yang diberikan pada pak dudung pun hanya sekedar senyuman simpul. Dan lagi hari ini bianca juga harus mengajar di salah satu mata kuliah, sebagai pengganti seperti biasanya.Hampir semua orang yang berpapasan atau melihat bianca dari kejauhan selalu berbisik - bisik. Sebenarnya dia tak terlalu ambil pusing untuk masalah itu, hanya saja terkadang hal seperti itu justru sangatlah mengganggunya. Terutama saat dia mengisi perkuliahan tadi, hampir seisi kelas berbisik - bisik entah mengenai hal apa. Mungkin karena kejadian kemarin atau mungkin ulah angeline lainnya.Dan pada akhirnya perkuliahan itu hanya bertahan tiga puluh menit dengan dominasi pembagian tugas seperti biasanya. Bianca sudah tak mau ambil pusing untuk masalah itu, yang jelas dia sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.Saat sedang berjalan dari kamar mandi
Karena sudah tak memiliki kesibukan lain selain kuliah dan menjadi asisten dosen, bianca akhirnya memutuskan untuk menghabiskan waktunya di perpustakaan fakultas. Dia berencana mengerjakan tugas kuliahnya sambil mengecek email tugas yang masuk. Setidaknya ada sesuatu pekerjaan yang bermanfaat. Dia tak akan menghabiskan waktu berharga untuk berdiam diri dirumah dan memikirkan semua kejadian yang terjadi akhir - akhir ini.Tadi bianca sudah mengambil beberapa buku referensi untuk tugasnya. Setelah itu, dia mulai menyalakan laptopnya. Sayangnya, saat menekan tombol power tak ada yang terjadi dengan laptop bianca.Laptopnya tidak menyala atau pun mengeluarkan tanda - tanda apapun. Sejenak kedua alis bianca saling bertautan. Dia akhirnya mengingat kejadian terakhir kali itu sempat membuat laptopnya terjatuh dengan keras. Mungkin ini adalah penyebabnya.Bianca mulai mencari kerusakan yang mungkin berada di luar laptopnya. Dia membolak - balikkan laptopnya sambil terus berusaha mencari mungk
‘Dasar bodoh!! Masih aja keras kepala!’Maki tyaga selama melihat bianca yang terus bertahan dengan tak menyentuh laptop miliknya tadi. Dia benar - benar kesal dan mulai kehabisan stok kesabaran untuk menghadapi bianca.Bagaimana tidak, lihat lah sekarang ini bianca masih memilih menyulitkan dirinya sendiri dengan menyalin beberapa bagian penting untuk mengerjakan tugas dengan menulis daripada mengetiknya. Tadinya tyaga ingin sekali kembali menghampiri meja bianca tapi dia urungkan dan lebih memilih melihat dari kejauhan saja.Hingga tak terasa matahari mulai tenggelam. Karena terlalu fokus bianca tak menyadari bahwa hari sudah berganti sore. Kemudian dia membereskan buku - bukunya ke dalam tas hingga menyisakan laptop milik tyaga. Gadis itu bingung harus melakukan apa pada laptop tyaga. Dia ingin mengembalikan tapi tak memiliki nomor ponsel pria itu. Mau tak mau akhirnya bianca membawa serta laptop tyaga masuk ke dalam tasnya. Setelah itu bianca berjalan kaki menuju ke arah halte un
Bianca bangun dengan kepala yang masih pusing tapi badannya terasa lebih baik dari sebelumnya. Dia melihat ke sekitar dengan tatapan aneh. Seingatnya terakhir saat dia tertidur itu adalah di kursi ruang tamu.Tapi sekarang lihatlah dia bangun di dalam kamarnya dan diatas ranjang.“Kok gue dikamar, ya ?” gumam bianca sambil memijat keningnya. Lalu dia melihat di lengannya ada bekas sebuah suntikan yang sudah ditutup dengan plester. Pikiran bianca semakin kemana - mana. Saat berdiri perlahan untuk melihat ke sekitar kamar, mata bianca menemukan sebuah post it berwarna pink menempel di pintu kamarnya.Gue kunci pintu rumah dari luar.Kalo lo udah sadar jangan lupa hubungi gue di nomor ini 08123456789Gue juga udah siapin makanan dan obat di meja makanBesok pagi gue jemput lo lagi-Tyaga-Begitu tulisan tangan yang ternyata tyaga tinggalkan untuk bianca. Tapi setelah membaca pesan itu bianca tak memiliki minat untuk menghubunginya. Dia berjalan menuju ke arah dapur untuk minum. Dan di a