Sejak panggilan telepon hari itu, tyaga sudah kembali menjadi dia yang biasanya. Tyaga selalu berusaha untuk menghubungi bianca saat ada waktu senggang. Bahkan dia juga terus pergi ke mana pun diantar oleh supir agar tyaga tidak terlalu lelah dan bisa mencuri waktu untuk menghubungi bianca.
Sedangkan sekarang ini bianca sudah menikmati liburan musim semi, sejak saat itu dia semakin mendalami kursus baking yang sudah diambilnya bersama senna. Rencananya yoshua ingin membuat sebuah usaha cafe kecil dengan melibatkan senna dan bianca langsung didalamnya, jadi ilmu dari kursus yang diambil kedua gadis ini akan berguna dan tersalurkan. Jadi selama liburan ini mereka bisa memanfaatkannya dengan kegiatan yang produktif.
Sebenarnya ini juga dilakukan oleh yoshua karena dia ingin mewujudkan keinginan senna agar bisa memasak untuknya. Walaupun selama ini yoshua tid
Tyaga tertegun setelah mendengar pertanyaan bianca, padahal hal ini adalah sesuatu yang memang diinginkan olehnya. Apalagi setelah panggilan mereka terputus secara sepihak, tyaga sangat yakin bahwa sekarang ini bianca pasti sedang salah paham padanya. Entah kenapa bukannya merasa senang karena bianca menunjukkan perasaan dan emosinya, tyaga justru merasakan perasaan bersalah. Namun, pada akhirnya tyaga hanya bisa menatap kosong layar ponselnya yang sudah gelap.“P-pak, ma-maaf… saya jadi merasa bersalah sama kekasih bapak.” Kata ratih dengan suara takutnya. Sejak menyelesaikan urusan di Bandung tadi, sebenarnya mereka selesai lebih cepat dari perkiraan. Tapi tyaga sengaja mengajak kepala pengawas proyek untuk makan malam bersama terlebih dahulu, alhasil mereka sampai di Jakarta hampir tengah malam. Padahal sebelum - sebelumnya tyaga tidak pernah melakukannya. Belum lagi permintaannya yan
Sekarang ini adalah hari dimana acara soft opening cafe yang diberikan oleh yoshua pada senna dan bianca. Mereka benar - benar sedang sangat sibuk sekarang. Kondisi di dalam dapur tak kalah sibuk dengan banyak sekali orang yang berlalu lalang untung menyiapkan semua bahan untuk menu yang sudah mereka masukkan dalam daftar.Bianca sendiri sekarang ini sedang menata display pastry dan juga cake yang sudah dibuatnya sejak pagi tadi. Beberapa cake ada yang sengaja dibuat oleh bianca sejak kemarin malam. Dia sudah memperkirakan estimasi waktu yang dibutuhkan dan sepertinya memang tidak akan cukup jika semua dibuat pagi ini. Tapi berhubung untuk memanggang pastry jauh lebih cepat, jadi bianca bisa membuatnya pagi ini.Sedangkan yoshua sedang menata meja dengan peralatan makan dan kekasihnya senna sedang merangkai bunga di vas untuk menambah keindahan meja. Mere
“Ray?” panggil bianca dengan setengah berteriak hingga membuat para tamu yang lain melihat ke arah mereka.Sedangkan tyaga yang sudah terbongkar semua penyamarannya hanya bisa berusaha tersenyum pada bianca. “Hai, bi?” sapanya.“Apa yang kau lakukan disini?” tanya bianca yang masih terkejut.“Aku… aku…” tyaga masih memiliki kata yang tepat untuk menjelaskan alasan keberadaannya disini. Tapi untungnya yoshua yang memahami situasi langsung memeluk bahu bianca dan memaksanya duduk dikursi yang berada di hadapan tyaga.“Duduklah, bi. Dan selesaikan semua masalah kalian.” begitu katanya. Kemudian dia tersenyum ke arah tyaga dan mengulurkan tangannya ke arah senna. Didepan tyaga, yoshua menarik senna ke
Pada akhirnya setelah hampir tiga jam tyaga menunggu disekitar cafe, tapi bianca tak kunjung terlihat keluar dari sana. Sekarang jarum jam sudah menunjukkan jam delapan malam kurang lima belas menit dan tyaga masih saja berada ditempat yang sama. Sesekali dia berdiri, kemudian saat lelah dia duduk, lalu mengecek ponselnya karena takut bianca mengirimkan pesan, dan berakhir seperti ini. Dia pulang dengan tangan hampa. Bianca tak ada niat sedikitpun untuk meluruskan semua ini dengannya.Tyaga pun kembali ke hotel tempatnya menginap. Hotel itu adalah hotel yang sama seperti saat pertama kali dia datang ke Amsterdam. Dia menempelkan kartu untuk membuka kunci pintu kamarnya, kemudian masuk dan melemparkan jaketnya ke arah sofa dengan kasar. Tyaga sempat melihat ke arah jendela yang langsung menghadap ke arah jalan utama, dia berharap akan melihat bianca disana. Namun sayangnya harapan tetaplah menjadi harapan.
“Aku mencintaimu, ray.” bisik bianca tepat di samping telinga tyaga. Mendengar hal itu tyaga sontak menguraikan pelukannya dengan bianca. Dia ingin memastikan bahwa bianca benar - benar mengatakan hal yang dinantinya ini.“Bi, katakan sekali lagi?” pinta tyaga yang kini terlihat lebih ceria dari sebelumnya.“Nggak mau!!” Tolak bianca kemudian kembali masuk ke dalam dekapan tyaga. Dengan senang hati dan tangan terbuka dia menyambut bianca dalam pelukannya.Ini mungkin akan menjadi salah satu hari terbaik dalam hidup tyaga karena pada akhirnya dia mendengar secara langsung ungkapan hati bianca.“Baiklah, aku masih punya banyak waktu untuk mendengarnya lagi nanti.” kata tyaga sambil menepuk punggung bianca.
“Bi, would you be mine?” tanya tyaga sambil tersenyum. Bianca yang terkejut hanya bisa menutup mulutnya dengan mata yang mulai berair karena merasa sangat terharu. Dia tidak menyangka tyaga akan melakukan hal semacam ini padanya.Saat tyaga memberikan rangkaian bunga itu, bianca langsung menerimanya dengan dua tangan. Dia melihat tulisan itu sambil menahan haru.“Kapan kau menyiapkan semua ini, ray?” tanya bianca.“Saat kau tidur semalam.” jawabnya.“Terima kasih.” ucapnya sambil mengulurkan tangannya ke arah tyaga. Dengan senang hati tyaga meraih uluran tangan bianca dan menggenggamnya erat.“Jadi… jawaban apa yang kau berikan?”tanya tyaga.
Sekitar satu bulan berlalu begitu saja, besok adalah hari pembukaan cafe untuk umum. Jadi hari ini semua orang sibuk. Bahkan kali ini tyaga pun menjadi salah satu yang sibuk juga. Sejak pagi dia menemani bianca mengecek bahan baku, lalu pergi membeli buah - buahan segar yang baru dipetik hari ini, dan akhirnya kembali ke cafe dan membantu yoshua untuk pengaturan manajemen cafe. Dalam hal ini tyaga terhitung cukup berpengalaman juga, walaupun dia tidak menekuni bidang kuliner tapi tyaga cukup bisa diandalkan untuk urusan pengaturan karyawan serta pekerjaan mereka agar lebih terarah.Beberapa kali tyaga juga ikut mencicipi masakan buatan senna dan bianca, karena hari ini adalah food test terakhir setelah menyempurnakan semua resep sesuai dengan ulasan yang ditulis para tamu undangan. Yoshua juga memberikan beberapa tips agar kedua gadis ini mengkreasikan masakan mereka sesuai dengan lidah orang lokal.
Keesokan paginya, bianca mengantarkan tyaga ke bandara. Kebetulan penerbangan yang tyaga ambil adalah sore hari waktu Amsterdam. Jadi pagi harinya mereka masih bisa menghabiskan waktu bersama untuk sarapan. Lalu sekitar pukul tiga sore ketika mereka sampai, tyaga langsung mengurus semua koper agar segera masuk bagasi sekaligus melakukan check in, barulah setelah itu dia kembali keluar untuk menemui bianca yang masih menunggunya.“Sayang?” panggil tyaga saat sudah berada dekat dengan bianca. Gadis yang sejak tadi sedang menatap layar ponselnya itu langsung mengangkat kepalanya ke arah pria yang sedang berdiri di depannya itu.“Udah beres semuanya?” pertanyaan bianca dijawab anggukan kepala oleh tyaga.“Kau ingin minum kopi dulu?” tanya tyaga.