Share

Bab 110

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-31 17:01:17

Qeiza memandangi wajah tegang Ansel dengan tatapan penuh kebencian. Sekarang dia bisa mengenali seperti apa kepribadian Ansel yang sesungguhnya. Selain tak tahu malu, lelaki itu juga seorang diktator.

Untung saja dia sudah bercerai darinya. Kalau tidak, Qeiza tidak dapat membayangkan seperti apa hidupnya dalam kekuasaan Ansel.

“Kalau begitu, kuberi kau pilihan,” timpal Ansel. Sinar matanya berkilat licik. “Pertama, tanda tangani surat perjanjian ini dan kita menikah kembali, atau ….”

Ansel menggantung kalimatnya. Dia menurunkan wajahnya agar lebih dekat ke muka Qeiza. Qeiza kesulitan menjauhkan wajahnya dari Ansel. Dia cuma bisa sedikit memiringkan kepala. Terlebih saat Ansel terus menyesuaikan posisi wajah mereka.

“Kau … menjadi Nyonya Ansel dan kita menghabiskan seluruh sisa hidup kita bersama.”

“Aku tidak sebodoh itu!” sentak Qeiza. “Itu bukan pilihan, tapi pemaksaan.”

“Aku tidak memaksamu,” timpal Ansel. “Bukankah aku telah memberimu dua pilihan?”

Ansel mempertontonkan serin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Obsessive Ex   Bab 111

    Jangan pernah memandang remeh kekuatan seorang wanita. Terlihat lemah bukan berarti tak berdaya. Kamu tidak pernah tahu sudah berapa banyak rasa sakit yang dilewatinya untuk bisa tumbuh menjadi tangguh. *** Ansel dikuasai amarah. Garis rahangnya tercetak semakin jelas. Memperlihatkan gurat kemurkaan. Perlawanan Qeiza membuat darahnya mendidih. Dia semakin ingin memakan Qeiza. Posisi kedua tangannya yang terus menekan kaki Qeiza meningkatkan aliran darah Ansel. Bukan hanya karena marah, tetapi juga lantaran sesuatu dalam dirinya menginginkan tubuh Qeiza. Napas Ansel semakin cepat. Seperti seekor kuda pacuan yang sedang berlari di lintasan terakhir. Detak jantung Qeiza juga berpacu. Kecemasan menyergap hatinya. Memaksa otaknya untuk berpikir cepat. Dia tidak mau kehilangan permata berharganya gara-gara keberingasan hasrat Ansel. Saat Ansel merangkak untuk mengungkung tubuhnya, Qeiza menjepit kepala Ansel dengan kedua tangannya. Detik berikutnya dia bergerak cepat mengangkat kepala

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31
  • My Obsessive Ex   Bab 112

    Ansel memperketat belitan lengannya pada pinggang Qeiza. “Sudah kubilang kali ini aku tidak akan melepaskanmu,” bisik Ansel di telinga Qeiza. “Kita akan bersenang-senang. Hem … aku yakin kau akan sangat menyukainya.” Mendengar itu, Qeiza merinding. Dia tidak akan membiarkan Ansel mendapatkan apa yang diinginkannya. Qeiza mencubit keras lengan atas Ansel tepat pada bagian di dekat ketiak. Seketika lengan Ansel terlepas dari pinggangnya. Ansel terperangah sampai-sampai mulutnya ternganga. Merasakan perih pada jejak cubitan Qeiza. Otot-ototnya seperti terkena setruman listrik bertegangan tinggi. Cepat-cepat Qeiza balik badan. Bersiap untuk mendaratkan tendangan pada lutut Ansel. Lantaran telah mendapatkan serangan Qeiza beberapa kali, Ansel lebih siaga. Dia menangkis serangan mantan istrinya itu dengan tangan. Aksi Ansel itu membuat Qeiza makin beringas. Dia harus bisa melumpuhkan Ansel kalau mau bebas dari neraka berbentuk istana mewah itu. Gagal menjatuhkan Ansel dari bagian kaki

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31
  • My Obsessive Ex   Bab 113

    Jangan pernah merasa aman atas perbuatan jahat yang kau lakukan. Sekecil apa pun itu, semua akan kembali padamu. *** Menyadari beberapa orang baru saja memasuki kamar hotel itu, Qeiza buru-buru turun dari tubuh Ansel. Wajahnya merah padam seperti kepiting rebus. Dia malu sekali mengetahui orang lain menyaksikan aksi brutalnya. Qeiza tegak di depan mereka dengan perasaan canggung. Sementara Ansel berjuang untuk duduk dengan tangan yang masih terikat ke belakang. Melihat Alina salah satu dari tamu tak diundang itu, Ansel segera bangkit. Berniat mendatangi Alina. Lambaian tangan Alina menghentikan langkah Ansel. Akhirnya dia juga berdiri dengan kepala tertunduk dua langkah di samping kanan Qeiza. Qeiza bergeser ke kiri, menjauh dari Ansel. Dia benci sekali dekat-dekat dengan mantan suaminya tersebut. Lelaki itu telah membuatnya kehilangan muka di hadapan seseorang yang sangat penting dalam hidupnya. “I–ini tidak seperti yang kau lihat, Oppa!” Qeiza berkata dengan suara serak dan n

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-01
  • My Obsessive Ex   Bab 114

    “Qeiza! Kau baik-baik saja?” tanya Dae Hyun. Napasnya memburu karena cemas. Dia baru saja keluar dari mobil dan berlari ke arah Qeiza. Adik angkatnya itu sedang berjalan menuju mobil Chin Hwa. Sesaat dia mengamati sekujur tubuh Qeiza dari puncak kepala hingga ke ujung kaki. Dia juga tidak segan-segan memutar tubuh Qeiza. Tanpa menghiraukan keberadaan Chin Hwa di sana, Dae Hyun mendekap Qeiza setelah tak menemukan cedera serius pada tubuh Qeiza. Chin Hwa hanya bisa menarik napas dalam melihat adegan itu. Dia tahu Qeiza dan Dae Hyun bersaudara. Walaupun begitu, hatinya tetap berdesir tak suka. Dia cemburu melihat kemesraan itu. Dia merasa Dae Hyun baru saja merampas sesuatu yang seharusnya hanya menjadi miliknya. Setelah beberapa waktu, Dae Hyun mengungkai pelukannya dari tubuh Qeiza. Dia berpaling kepada Chin Hwa dan mendekatinya. Dia juga memberikan pelukan hangat kepada bos adik angkatnya itu. “Terima kasih sudah menyelamatkan Ae Ri!” bisiknya sambil menepuk pelan punggung Chin

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-01
  • My Obsessive Ex   Bab 115

    Berprasangka baik itu bagus. Akan tetapi, terlalu percaya bahwa semua orang itu akan selalu bersikap baik bukanlah sebuah pemikiran yang bagus. *** Qeiza berjalan menyusuri jalan setapak halaman belakang rumah Dae Hyun. Dia mengenakan celana berwarna cokelat gelap. Tubuh bagian atasnya ditutupi dengan sehelai coat panjang berwarna beige. Qeiza menyembunyikan kedua tangannya di dalam saku coat. Dia menengadah. Menatap dedaunan kering yang berjatuhan tertiup semilir angin pagi. Musim gugur masih lama berakhir. Cahaya mentari tidak begitu menyengat. Bahkan, sekumpulan awan kumulus berwarna kelabu. Perlakuan buruk Ansel kembali melintas di ingatannya. Qeiza mendesah. Tak percaya mantan suaminya itu tega ingin melakukan perbuatan tidak senonoh kepadanya. Dedaunan kering yang berjatuhan dan hampir memenuhi seluruh permukaan taman itu tampak seperti karpet warna-warni. Mereka tetap terlihat indah, meskipun sudah terlepas dari tempatnya. Bukankah seharusnya hubungannya dengan Ansel juga

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-01
  • My Obsessive Ex   Bab 116

    Dae Hyun berjongkok di hadapan Qeiza. Membuat Qeiza semakin kikuk. Refleks dia menarik kakinya ke belakang tatkala Dae Hyun akan menyorongkan sandal. Dae Hyun menengadah. Memamerkan senyumannya yang memesona. Indahnya senyuman Dae Hyun seakan mengalahkan terangnya mentari pagi kala itu. “Pegang pundakku!” perintah Dae Hyun. Dia pikir Qeiza takut jatuh jika dia membantunya memakaikan sandal ke kakinya. Anehnya, lagi-lagi Qeiza seperti terhipnotis. Dia menurut saja pada instruksi Dae Hyun. Tangan kanannya segera berpegang pada bahu kiri Dae Hyun.Dae Hyun tersenyum dalam tunduk. Hatinya berbunga-bunga saat memasangkan sandal ke kaki Qeiza. “Thanks!” ujar Qeiza. Cepat-cepat dia balik badan dan kabur dari hadapan Dae Hyun. Dia khawatir jantungnya akan copot jika dia terus berada di dekat kakak angkatnya itu. Dae Hyun menumpukan lengan di atas lutut kirinya. Memandang punggung Qeiza yang terus menjauh dengan senyuman riang. Detik berikutnya dia tegak dan menyusul langkah Qeiza. Qeiz

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-02
  • My Obsessive Ex   Bab 117

    Chin Hwa menggebrak meja kerjanya. “Sial! Mereka lebih licik dari yang kukira,” umpatnya. Matanya nanar menatap artikel yang masih terpampang di layar monitor komputernya. Tak satu pun berita tentang Ansel menyekap seorang perempuan di kamar hotel beredar di dunia maya. Entah bagaimana cara orang-orang Ansel membersihkannya. Kemarin sore, jelas-jelas Ansel ditangkap polisi. Pagi ini, lelaki itu dikabarkan sedang menjalani perawatan kesehatan karena kelelahan. Chin Hwa meraih ponselnya yang tergeletak di sudut kiri meja. Dia menghubungi orang kepercayaannya. “Selidiki kenapa kasusnya bisa bersih secepat ini!” perintahnya tanpa tedeng aling-aling. Setiap kali dia berselancar di dunia maya dan tak menemukan apa yang dicarinya, Chin Hwa mengusap mukanya dengan kasar. Dia merasa frustrasi dengan hilangnya bangkai perilaku busuk Ansel. “Argh!” Chin Hwa menggeram marah. Dia ingin melenyapkan Ansel untuk selamanya. Akan tetapi, akhirnya dia sadar bahwa itu tidak mudah untuk dilakukan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-02
  • My Obsessive Ex   Bab 118

    Setelah tinggal seorang diri di dalam kamar. Ansel menutup rapat kelopak matanya. Kenangan pahitnya kemarin sore berkelebat di dalam ingatannya, seperti sebuah film pendek yang diputar ulang. “Kalian akan menyesal karena telah menangkapku!” Ansel mengutuk petugas polisi yang membawanya. “Anda salah paham, Tuan,” sahut polisi muda yang menjadi sopir, melirik Ansel dari kaca spion tengah. “Kami justru sedang menyelamatkan Anda.” “Dengan membawaku ke penjara?” sindir Ansel. Lelaki itu tersenyum membalas tatapan beringas Ansel melalui kaca spion. “Kami hanya menjalankan perintah Nyonya Alina, Tuan.” Ansel menyipitkan mata. Mereka menangkapnya atas perintah mamanya? Itu artinya dia tidak benar-benar kehilangan reputasinya. “Lalu, kenapa kalian tidak melepaskan borgolku?” Mendengar pertanyaan sindiran dari Ansel, petugas polisi yang duduk di samping Ansel segera sadar akan kelalaiannya. Dia membungkuk. “Harap maafkan saya, Tuan,” ujarnya. “Akan segera saya lepaskan.” Ansel memutar

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-02

Bab terbaru

  • My Obsessive Ex   Bab 176

    Hati Qeiza berdebar-debar. Ini adalah malam pertamanya dengan Dae Hyun. Dia salah memilih waktu untuk mandi. Seharusnya dia membersihkan diri lebih awal, bukan selepas isya begini. Ah, kalau saja dia tidak ketiduran karena kelelahan. “Tapi, kita—” Sanggahan Qeiza terputus lantaran Dae Hyun telah membungkam mulutnya dengan lumatan lembut. Qeiza gelagapan. Detak jantungnya semakin berpacu. Dia baru saja kehilangan ciuman pertamanya. Terdengar konyol memang. Di saat teman-teman seusianya sudah kaya dengan pengalaman tentang hubungan lawan jenis, Qeiza malah belum tahu apa-apa. Dia buta akan segala hal tentang cinta. Fokusnya hanya mengejar mimpi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Wajahnya memerah ketika Dae Hyun memberinya kesempatan untuk bernapas. Pipinya memanas karena malu, tetapi dia juga sangat menyukai sensasi rasa yang diperkenalkan Dae Hyun kepadanya. “Apa itu tadi ciuman pertamamu?” Dae Hyun kaget mendapati Qeiza masih sangat kaku. Wanita itu tak merespons perlaku

  • My Obsessive Ex   Bab 175

    “Kau cantik sekali, Sayang ….” Sorot mata Nyonya Kim memancarkan bias kekaguman dan rasa bangga akan status baru Qeiza sebagai menantunya. “Dae Hyun sangat beruntung mendapatkanmu sebagai istri.” “Eomma ….” Qeiza tersipu malu. Tamu undangan sudah membubarkan diri. Kini tinggallah keluarga Tuan Kim. Bersiap untuk meninggalkan aula pernikahan itu. Tuan Kim menepuk pundak kiri Dae Hyun. “Ae Ri sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu.” “Tentu, Appa. Aku janji akan menjaga dan membahagiakannya.” Dae Hyun meyakinkan Tuan Kim disertai tangannya yang refleks merangkul pinggang Qeiza. Sebuah mobil pengantin bergerak pelan dan berhenti tepat di hadapan Dae Hyun dan keluarganya. “Pergilah!” ujar Nyonya Kim ketika Qeiza pamit dengan pandangan mata. Dae Hyun segera menggandeng tangan Qeiza, siap berjalan menuju mobil. Ansel menepuk pundak Xander. Memaksa lelaki itu berhenti saat dia melihat Qeiza dan Dae Hyun semakin dekat ke mobil mereka. Buru-buru Ansel turun dari mobil dan berlari

  • My Obsessive Ex   Bab 174

    Pupil mata Dae Hyun membesar melihat penampilan Qeiza. Memancarkan kehangatan cinta dari lubuk hati. Ribuan kupu-kupu seperti beterbangan di perut Dae Hyun ketika Qeiza tiba di dekatnya. Nyonya Kim mengarahkan gadis itu untuk langsung duduk tanpa menoleh kepada calon suaminya. Dae Hyun bergegas ikut duduk di sisi kanan Qeiza. Penghulu siap mengulurkan tangan kepada Dae Hyun untuk memulai prosesi ijab kabul. Dengan keringat bercucuran, Dae Hyun menyambut uluran tangan penghulu. Qeiza sengaja tak menghubungi pamannya dengan alasan jauh. “Saya terima nikah dan kawinnya Anindira Qeiza Pratista binti Pratista Bumantara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” “Saaah!” Helaan napas lega dan teriakan kata sah bergema memenuhi aula pernikahan tersebut setelah Dae Hyun berhasil melafalkan ucapan kabul tanpa hambatan. Tangan-tangan dari jiwa para perindu rida Allah segera menadah ke langit begitu penghulu memimpin doa. Dae Hyun dan Qeiza memutar tubuh agar saling berhadapan. Detak jantun

  • My Obsessive Ex   Bab 173

    “Kenapa kau terobsesi sekali sama aku?” “Aku tergila-gila padamu. Aku … tak bisa hidup tanpamu.” “Kau baik-baik saja selama empat tahun,” ujar Qeiza. “Kau pasti juga akan hidup dengan baik untuk selanjutnya.” “Qei, please … beri aku kesempatan!” “Aku tak bisa.” “Kenapa? Apa kau benar-benar sangat membenciku?” “Aku telah melarung pecahan hatiku di lautan air mata,” kata Qeiza. “Sia-sia bila kau bersikeras ingin menyatukannya lagi.” Ansel merasa hatinya seakan baru saja dikoyak oleh taring-taring tajam hewan buas. Sangat sakit dan perih. Langit mendadak mendung. Cuaca di musim gugur memang tak menentu. Hujan bisa turun kapan saja. Sama seperti hati Ansel yang juga tersaput awan kelabu kesedihan. “Maaf, Ansel!” ujar Qeiza. “Mulai sekarang, berhentilah mengejarku!” “Tapi … aku benar-benar tertarik padamu, Qei,” sahut Ansel. Masih berjuang meyakinkan Qeiza akan kesungguhan perasaannya terhadap wanita itu. “Terima kasih. Aku merasa tersanjung.” “Jadi, apa kau mau mempertimbangka

  • My Obsessive Ex   Bab 172

    “Sekarang sebaiknya nikmati sarapan kalian,” ujar Nyonya Kim, menghentikan obrolan Dae Hyun dan Qeiza. Dia menyodorkan piring yang sudah terisi penuh kepada suaminya. Di saat bersamaan, Dae Hyun juga melakukan hal yang sama untuk Qeiza. “Aigoo … aku senang sekali melihat kaliar akur begini.” Mata Nyonya Kim berbinar terang tatkala memandangi Dae Hyun dan Qeiza silih berganti. “Kita harus secepatnya menikahkan mereka,” timpal Tuan Kim. “Aku takut Dae Hyun akan selalu mencuri kesempatan untuk melewati batas.” Ucapan Tuan Kim sukses membuat pipi Dae Hyun memerah laksana kepiting rebus. Dia masih belum berhasil mengungkapkan perasaannya pada Qeiza, tetapi ayahnya sudah menyinggung soal pernikahan. Dae Hyun terbatuk gara-gara menelan makanannya dengan tergesa-gesa. Bergegas dia menyambar gelas yang disodorkan Qeiza. “Pelan-pelan makannya,” tegur Nyonya Kim. “Kau juga masih harus menunggu appa-mu, kan?” Hari itu, Tuan Kim berencana untuk memperkenalkan Dae Hyun sebagai calon penggant

  • My Obsessive Ex   Bab 171

    Mendengar gumaman Qeiza, Nyonya Kim menarik album foto tersebut dari tangan Qeiza. Dia juga ingin melihat foto yang menyebabkan air mata Qeiza semakin membanjiri wajahnya. “Jangan ambil, Eomma!” Qeiza berusaha merebut kembali album itu dari tangan Nyonya Kim. “Aku sangat merindukan mama sama papa.” Nyonya Kim memandangi wajah gadis kecil di foto tersebut, lalu beralih pada muka Qeiza. Membandingkan keduanya. Tiba-tiba, dia menghambur memeluk Qeiza. “Anakku ….” Cairan hangat membanjiri pipinya. “Maafkan aku! Ternyata kau sangat dekat selama ini, tapi … aku tak mengenalimu.” Setelah cukup lama berpelukan dalam tangis, Nyonya Kim mengangkat wajah Qeiza. Dia menyeka air mata gadis itu dengan jari. “Terima kasih kau kembali pada kami, Sayang!” Nyonya Kim mengecup kening Qeiza. Tuan Kim juga menyeka air matanya. Dae Hyun tertegun. Dia kehilangan kata-kata. Perasaannya campur aduk—antara senang dan haru. Entah berapa lama Qeiza terus memandangi wajah kedua orang tuanya dengan tatapan

  • My Obsessive Ex   Bab 170

    Qeiza menepuk kedua pundak Dae Hyun. “Turunkan aku di sini!” pintanya ketika tiba di depan pintu kamar orang tua angkatnya. Dia tidak mau Nyonya dan Tuan Kim melihat Dae Hyun menggendongnya. Dae Hyun segera berjongkok memenuhi permintaan Qeiza. Dia membimbing wanita itu masuk ke kamar orang tuanya. Nyonya Kim bergegas menyongsong Qeiza. “Kau tidak harus datang ke sini,” ujarnya. “Kau juga perlu istirahat.” Qeiza mengangkat kakinya sedikit. “Ini hanya cedera ringan, Eomma,” sahutnya. “Akan segera membaik.” Qeiza berjalan dengan sebelah kaki mendekati kursi yang disediakan Dae Hyun di dekat tempat tidur ayahnya. “Wajah Appa tampak lebih cerah setelah tiba di rumah.” Qeiza mencandai Tuan Kim yang melayangkan senyum kepadanya. “Tentu saja! Tak ada tempat yang lebih nyaman daripada rumah sendiri.” “Aigoo … kalau begitu, kau harus menjaga kesehatanmu dengan baik,” timpal Nyonya Kim. “Benar, Appa!” sambut Qeiza. “Sudah saatnya Appa bersantai di rumah.” Tuan Kim melirik Dae Hyun. “It

  • My Obsessive Ex   Bab 169

    Ansel berjalan dengan mengendap-endap, keluar dari tempat persembunyiannya menuju pintu masuk rumah Dae Hyun. Sesekali dia menoleh ke belakang, memastikan tak seorang pun memergoki aksinya. Ujung jari Ansel baru saja hendak menyentuh gagang pintu ketika dia merasakan sebuah tangan kekar menarik kerah bajunya dari belakang. Ansel memutar kepala ke kanan. Penjaga rumah Dae Hyun langsung menyambutnya dengan tatapan garang. “Bukankah seharusnya Anda sudah pulang?” Ansel tersenyum kecut. “Aku belum pamit sama Ae Ri,” sahutnya. “Tuan Muda Kim meminta saya untuk tidak membolehkan siapa pun masuk rumah sebelum dia pulang,” balas penjaga rumah itu, masih dengan wajah tak bersahabat. “Jadi, silakan pulang sekarang!” Ansel memasang wajah memelas. “Sebentar saja … biarkan aku ketemu Ae Ri sebelum pergi.” “Nona Muda Kim butuh istirahat. Dia tidak boleh diganggu.” Air muka Ansel berubah keruh karena putus asa. Penjaga rumah itu tidak mempan dirayu. Dia hanya bisa menoleh ke lantai atas saat

  • My Obsessive Ex   Bab 168

    Qeiza terlonjak duduk. Dia berpegangan pada kedua lengan kursi lantaran kaget mendengar suara gelegar pintu didorong dengan kasar. Mulutnya ternganga ketika melihat Ansel muncul di kamarnya. Roman muka Ansel yang semula memerah karena marah, mendadak berubah risau tatkala melihat Qeiza meringis kesakitan. “K–kakimu kenapa?” Ansel mendatangi Qeiza. Matanya terpaku pada pergelangan kaki Qeiza yang terbalut perban elastis. Qeiza menyandarkan lagi punggungnya. Dia mendesah seraya memejamkan mata. “Sebaiknya kau keluar sekarang!” Ansel tak menggubris perintah Qeiza. Dia berjongkok di samping meja. “Jangan sentuh!” larang Qeiza ketika Ansel mengulurkan tangan untuk meraih kakinya. “Kenapa? Sakit sekali ya?” Ansel menoleh pada Qeiza. “Kalau kau sudah tahu, harusnya kau membiarkan aku istirahat.” Qeiza menjawab acuh tak acuh. Meskipun dia tak lagi membenci mantan suaminya itu, dia juga tidak berharap untuk bertemu kembali dengannya. Alih-alih menuruti pergi dari kamar itu, Ansel mal

DMCA.com Protection Status