Happy ReadingAlya berteriak kencang saat wanita itu mencoba mengajaknya bicara, dengan cepat Adam lantas mendorong tubuh wanita tersebut untuk menjauh dan langsung memeluk Alya. "Tenanglah," ujar Adam mengelus rambut Alya memeluk gadisnya dalam kehangatan. Alya belum pulih dari luka yang Ia rasakan beberapa bulan ini ketika semua memaksa semuanya Ia akan memberontak. Alya terkejut itulah kenapa Ia kembali sakit, psikiater itupun lantas berdiri tak jauh dari keduanya. Melihat Alya yang sepertinya semakin takut Adam pun meminta mereka untuk keluar dulu. Isak tangis Alya memenuhi ruangan itu, suaranya keras dan tidak terkontrol tapi, dengan sabar Adam memeluk Alya. Hampir satu jam Alya pun berhenti menangis, karena kehabisan tenaga gadis itupun tertidur di dalam pelukan Adam. Usai meletakkan Alya di kasur, Adam keluar menemui psikiater yang masih menunggu di ruang tamu. "Siapa itu Adam?" tanya wanita tadi yang Adam abaikan seolah tidak mengenalnya. "Kamu tidak perlu tau," ujar Adam
Happy ReadingAdam kembali masuk usai Alya dan wanita ini selesai konsultasi, sambil tersenyum wanita inipun berdiri. "Alya jaga kesehatan ya, Aku pulang dulu. Nanti kalau kamu sudah siap cerita lagi Aku ke sini," ujar wanita itu pamit pada Alya. Walaupun usianya sudah paru baya tapi, wanita ini masih terlihat sangat muda. Gaya dan style yang Ia kenakan juga trendy sehingga tidak terlihat jika Ia sudah menikah. Adam mengikuti wanita ini berjalan di sampingnya, sebelum pulang wanita ini pun mengobrol sebentar pada Adam. "Alya mengalami gangguan mental anxiety, Kamu harus memperhatikannya lebih tapi, tidak boleh obsesi karena itu juga yang menjadi faktor utamanya. " Alya masih sangat muda, bahkan mungkin seusia dengan Max." Adam juga paham Alya masih dalam masa perkembangan. Gadis itu terlalu muda untuk menjadi bagian dari mengerti Adam. Sebenarnya Adam juga memiliki gangguan kepribadian, hal itulah yang dilakukan pada Alya. Dengan dalih Ia sangat menyayangi tapi, gangguan tersebu
Happy ReadingSatu bulan kemudian berita perceraian Adam pun terbongkar oleh media. Belum diketahui siapa yang membongkar itu semua tapi, perusahaan sudah mulai bergerak. Adam pagi ini langsung bergegas ke kantor diikuti oleh banyaknya bodyguardnya karena secara mendadak pula saham perusahaan langsung turun. Di ruang rapat semua orang sudah berkumpul, tidak ada satupun yang tau jika Adam sudah bercerai di dalam perusahaan ini. Semuanya tegang, tanpa basa basi Adam pun langsung memulai rapat. "Saya tau kalian semua terkejut tapi, masalah ini adalah hal yang pribadi. Nilai saham yang berdampak akan segera Saya atasi." mendengar itu jelas semuanya masih ingin berkomentar. "Bagaimana mungkin itu hanya masalah pribadi sedangkan berdampak besar pada nilai saham," ujar salah satu diantara mereka. "Benar sekali, kenapa Kamu tidak berani membahasnya." mendengar itu kemarahan Adam pun meningkat. Ia lantas meminta pada seseorang untuk langsung membuat berita kembali, tak ingin memperkeruh m
Happy ReadingHari-hari berlanjut, minggu mulai berganti dan bulan kian bertambah. Tidak selamanya masalah itu akan terjadi, Ia memiliki waktu untuk berdamai. Kali ini Alya ingin sekali lagi berkembang. Walaupun masih dalam masa pulih, Alya kembali mencoba untuk menjadi dirinya kembali. Yang haus akan belajar, yang mencoba banyak hal dan bersyukur atas setiap apa yang sudah ada. Dan yah Ia sedang menjalin hubungan jarak jauh dengan Daddy, sebab Adam sedang mengembalikan anak perusahaannya ke Indonesia yang ada di London. Permasalahannya dengan Amanda yang sudah satu bulan lalu resmi bercerai itu pada akhirnya membuat Adam memutuskan untuk tidak lagi bekerja sama dengan keluarga Amanda untuk perusahaannya akan kembali ke Indonesia. "Daddy, Kamu sudah makan?" tanya Alya ketika panggilan video itu terhubung dengan Daddy yang sekarang sedang di dalam kamarnya. "Saya sedang tidak memiliki selera," balas Adam dengan memelaskan wajahnya. "Sini...," kata Alya menggoda Daddy dengan member
Happy ReadingPagi ini Adam ada kegiatan meeting lagi, sebelum itu Ia video call Alya. Gadis itu baru saja bangun dan masih di tempat tidur. Melihat itu Adam pun hanya tersenyum."Emm Daddy...good morning," sapa Alya seraya mengucek matanya. Gadis yang sekarang ini sedang dalam menatap Adam itupun mengerucutkan bibirnya. "Morning too Baby," balas Adam Ia tau Alya sedang tidak mood sebab sudah lama mereka tidak bertemu. Kesibukan yang semakin padat ditambah lagi dengan jadwal aktifitas mereka yang tidak menentu membuatnya kedua bahkan tidak memiliki waktu sama sekali. "Apa kegiatan Kau hari ini?" tanya Adam pada Alya sambil laki-laki itu merapikan berkas yang ada di atas meja. "Aku ingin pergi shopping Dad," balas Alya menegangkan tubuhnya. Gadis itu merapikan sedikit rambutnya yang berantakan akibat baru bangun, setelah itu Ia pun melihat Adam."Kau benar-benar sibuk," ujar Adam sedikit terkekeh. Tak lama itu notifikasi masuk ke ponsel Alya. 'Transfer dari bank luar negeri sejum
Happy Reading"Daddy...," teriak Alya menyambut Adam di rooftop selepas laki-laki itu landing dari pesawat yang Ia naiki. Adam pun langsung menghampiri Alya dan memeluk gadis itu hingga tubuhnya terangkat, Alya tertawa kegirangan mereka yang ada di sana berbalik tidak ada yang boleh melihat Alya kecuali Adam seorang. "Hahahah...Daddy," pekik Alya karena kerinduan yang sangat mendalam mereka berdua sampai lupa tempat. Adam mengecup kening Alya lama hingga beberapa menit barulah mereka pun masuk ke dalam dengan Adam yang menggandeng tangan Alya. Bulan-bulan berlalu sejak Alya terakhir kali bertemu dengan Adam. Setelah melihatnya dari atas sampai ke bawah, ekspresi terkejut tergambar jelas di wajahnya. Adam tampak berbeda—lebih kurus dan tampak lebih segar."Daddy, ada apa denganmu?" tanya Alya, tak bisa menyembunyikan keheranannya.Adam tersenyum, "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya mulai memperhatikan pola makan dan berolahraga lebih banyak.""Apa? Pola makan dan olahraga?" seru Alya, aga
Happy ReadingAlya menemukan dirinya terjebak dalam dilema yang rumit. Hubungannya dengan Adam, yang semula begitu indah, mulai memasuki wilayah yang sulit dipahami. Adam, yang merupakan seorang sugar daddy, telah memberikan Alya kenyamanan finansial yang tak terduga sejak mereka memulai hubungan mereka. Namun, semakin lama, Alya mulai merasa ada ketidakseimbangan dalam hubungan mereka.Suatu hari, Alya memutuskan untuk membicarakan perasaannya kepada Adam. Mereka duduk bersama di kedai kopi yang biasa mereka kunjungi, atmosfernya tegang. Alya meraih secangkir kopi, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan kegelisahannya."Aku perlu berbicara denganmu tentang sesuatu, Daddy," ucap Alya setelah beberapa saat, wajahnya mencerminkan kekhawatiran.Adam melihatnya dengan perhatian, "Tentu, Alya. Apa yang terjadi?""Aku bersyukur atas semua yang kamu berikan padaku Dad. Tapi terkadang, aku merasa seperti... seperti aku tidak memberikan cukup dalam hubungan ini," ungkap Alya
Zidan dan Adam duduk di ruang tengah, suasana hati mereka lebih ringan setelah melalui perjalanan emosional yang intens. Sambil menyeruput secangkir teh, Gara mencoba untuk mengalihkan perhatian mereka ke sesuatu yang lebih positif."Adam, aku pikir kita bisa mencoba mengalihkan perhatian kita ke sesuatu yang lebih cerah. Bagaimana kalau kita mulai merencanakan bisnis yang ingin kita buka?" ujar Zidan sahabatnya yang sudah lama tidak bertemu–dengan senyuman.Adam setuju, "Itu ide yang bagus, Zidan. Apa yang ingin kita fokuskan?"Zidan membagikan visinya tentang bisnis yang melibatkan desain interior dan furnitur, seiring dengan keahliannya di bidang tersebut. "Saya berpikir untuk membuka perusahaan yang tidak hanya menyediakan furnitur berkualitas tinggi, tetapi juga menawarkan konsep desain interior yang inovatif dan personal. Saya yakin, dengan kombinasi keahlian kita, ini bisa menjadi sesuatu yang istimewa."Adam mendengarkan dengan antusiasme, "Apa kita bisa fokus pada konsep rama