Happy ReadingPagi ini Adam ada kegiatan meeting lagi, sebelum itu Ia video call Alya. Gadis itu baru saja bangun dan masih di tempat tidur. Melihat itu Adam pun hanya tersenyum."Emm Daddy...good morning," sapa Alya seraya mengucek matanya. Gadis yang sekarang ini sedang dalam menatap Adam itupun mengerucutkan bibirnya. "Morning too Baby," balas Adam Ia tau Alya sedang tidak mood sebab sudah lama mereka tidak bertemu. Kesibukan yang semakin padat ditambah lagi dengan jadwal aktifitas mereka yang tidak menentu membuatnya kedua bahkan tidak memiliki waktu sama sekali. "Apa kegiatan Kau hari ini?" tanya Adam pada Alya sambil laki-laki itu merapikan berkas yang ada di atas meja. "Aku ingin pergi shopping Dad," balas Alya menegangkan tubuhnya. Gadis itu merapikan sedikit rambutnya yang berantakan akibat baru bangun, setelah itu Ia pun melihat Adam."Kau benar-benar sibuk," ujar Adam sedikit terkekeh. Tak lama itu notifikasi masuk ke ponsel Alya. 'Transfer dari bank luar negeri sejum
Happy Reading"Daddy...," teriak Alya menyambut Adam di rooftop selepas laki-laki itu landing dari pesawat yang Ia naiki. Adam pun langsung menghampiri Alya dan memeluk gadis itu hingga tubuhnya terangkat, Alya tertawa kegirangan mereka yang ada di sana berbalik tidak ada yang boleh melihat Alya kecuali Adam seorang. "Hahahah...Daddy," pekik Alya karena kerinduan yang sangat mendalam mereka berdua sampai lupa tempat. Adam mengecup kening Alya lama hingga beberapa menit barulah mereka pun masuk ke dalam dengan Adam yang menggandeng tangan Alya. Bulan-bulan berlalu sejak Alya terakhir kali bertemu dengan Adam. Setelah melihatnya dari atas sampai ke bawah, ekspresi terkejut tergambar jelas di wajahnya. Adam tampak berbeda—lebih kurus dan tampak lebih segar."Daddy, ada apa denganmu?" tanya Alya, tak bisa menyembunyikan keheranannya.Adam tersenyum, "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya mulai memperhatikan pola makan dan berolahraga lebih banyak.""Apa? Pola makan dan olahraga?" seru Alya, aga
Happy ReadingAlya menemukan dirinya terjebak dalam dilema yang rumit. Hubungannya dengan Adam, yang semula begitu indah, mulai memasuki wilayah yang sulit dipahami. Adam, yang merupakan seorang sugar daddy, telah memberikan Alya kenyamanan finansial yang tak terduga sejak mereka memulai hubungan mereka. Namun, semakin lama, Alya mulai merasa ada ketidakseimbangan dalam hubungan mereka.Suatu hari, Alya memutuskan untuk membicarakan perasaannya kepada Adam. Mereka duduk bersama di kedai kopi yang biasa mereka kunjungi, atmosfernya tegang. Alya meraih secangkir kopi, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan kegelisahannya."Aku perlu berbicara denganmu tentang sesuatu, Daddy," ucap Alya setelah beberapa saat, wajahnya mencerminkan kekhawatiran.Adam melihatnya dengan perhatian, "Tentu, Alya. Apa yang terjadi?""Aku bersyukur atas semua yang kamu berikan padaku Dad. Tapi terkadang, aku merasa seperti... seperti aku tidak memberikan cukup dalam hubungan ini," ungkap Alya
Zidan dan Adam duduk di ruang tengah, suasana hati mereka lebih ringan setelah melalui perjalanan emosional yang intens. Sambil menyeruput secangkir teh, Gara mencoba untuk mengalihkan perhatian mereka ke sesuatu yang lebih positif."Adam, aku pikir kita bisa mencoba mengalihkan perhatian kita ke sesuatu yang lebih cerah. Bagaimana kalau kita mulai merencanakan bisnis yang ingin kita buka?" ujar Zidan sahabatnya yang sudah lama tidak bertemu–dengan senyuman.Adam setuju, "Itu ide yang bagus, Zidan. Apa yang ingin kita fokuskan?"Zidan membagikan visinya tentang bisnis yang melibatkan desain interior dan furnitur, seiring dengan keahliannya di bidang tersebut. "Saya berpikir untuk membuka perusahaan yang tidak hanya menyediakan furnitur berkualitas tinggi, tetapi juga menawarkan konsep desain interior yang inovatif dan personal. Saya yakin, dengan kombinasi keahlian kita, ini bisa menjadi sesuatu yang istimewa."Adam mendengarkan dengan antusiasme, "Apa kita bisa fokus pada konsep rama
Adam dan Alya tiba di Bandara Schiphol, Amsterdam, dengan senyum di wajah mereka. Meskipun hubungan mereka sempat renggang, liburan ini di Eropa diharapkan bisa menjadi titik balik untuk mendekatkan kembali hati mereka. Kota Amsterdam yang indah dan penuh dengan kehidupan memberikan mereka atmosfer yang sempurna untuk memulai perjalanan ini."Dad, aku senang kita bisa melakukan perjalanan ini bersama-sama," ujar Alya dengan senyuman lembut.Adam meraih tangan Alya dan berkata, "Aku juga, Alya. Aku berharap liburan ini membawa kebahagiaan dan kenangan indah bagi kita berdua."Setelah tiba di hotel mereka yang terletak di pinggiran kota Amsterdam, mereka bergegas meletakkan barang-barang mereka dan segera pergi menjelajahi kota. Mereka berjalan-jalan di sepanjang kanal yang indah, menikmati pemandangan bangunan khas Amsterdam yang berwarna-warni."Alya, aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kita," kata Adam setelah beberapa saat berjalan diam-diam.Alya menoleh padanya, eksp
Happy ReadingHari itu, Alya duduk di kafe favorit mereka sambil menatap gelas kopi kosong di depannya. Pikirannya terus melayang-layang pada permasalahan yang semakin membelit hubungannya dengan Adam. Hubungan sugar baby dan sugar daddy yang mereka jalin selama ini semakin dirasakannya tidak lagi hanya sebagai permainan biasa.Adam yang duduk di seberang meja menyadari ketegangan yang melingkupi Alya. Ia mengambil nafas dalam-dalam sebelum berbicara, "Baby, kita harus bicara serius. Masalah ini tidak bisa terus dibiarkan begitu saja."Alya mengangguk setuju, "Iya Daddy. Aku merasa semakin sulit menjalani hubungan ini. Keluargamu semakin menolak hubungan kita. Aku bingung, apa yang harus kita lakukan?"Adam menatap Alya dengan serius, "Kita perlu mencari solusi bersama-sama. Pertama-tama, kita harus berbicara dengan keluargaku. Mungkin kita bisa membuat mereka memahami bahwa ini bukan sekadar hubungan biasa.""Aku takut Dad. Bagaimana jika mereka menolak dan memisahkan kita?" ujar Aly
Happy ReadingHampir setengah tahun setelah mereka kembali bersama, Adam dan Alya menemukan diri mereka terperangkap dalam rutinitas yang sibuk. Alya tenggelam dalam buku-bukunya, bersiap menghadapi ujian semester genap, sementara Adam harus menangani berbagai urusan bisnis yang semakin rumit.Suatu malam, setelah Alya menyelesaikan satu sesi belajarnya, Adam menghampirinya di ruang belajar. "Baby, kamu harus beristirahat sejenak. Aku bisa membuatkanmu teh," kata Adam sambil tersenyum.Alya mengangguk lelah, "Terima kasih, Daddy. Aku merasa hancur, tapi ada begitu banyak yang harus aku pelajari."Adam sambil menuangkan teh, duduk di samping Alya. "Kamu hebat Baby. Aku tahu ujian ini memberikan tekanan besar padamu, tapi kita akan melewati ini bersama-sama."Alya menatap Adam dengan mata penuh rasa syukur. "Aku bahagia memiliki dukunganmu. Kadang-kadang aku merasa kelelahan, tapi ketika aku memikirkan impian kita, itu memberiku kekuatan untuk terus maju."Adam mengangkat gelas tehnya,
Happy ReadingMeskipun Adam dan Alya telah melewati banyak bab dalam kisah cinta mereka, hubungan mereka sebagai sugar daddy dan sugar baby tetap menjadi aspek yang perlu dikelola dengan bijak. Mereka sadar bahwa dinamika ini dapat menimbulkan tantangan, namun mereka memilih untuk berkomunikasi terbuka dan jujur satu sama lain.Adam, sebagai sugar daddy, menyadari pentingnya memahami batas-batas dalam hubungan ini. Dia berkomitmen untuk tidak hanya menyediakan dukungan finansial, tetapi juga memberikan perhatian dan penghargaan terhadap keinginan serta impian Alya. Mereka berdua setuju untuk selalu berbicara terbuka mengenai harapan dan batasan masing-masing.Alya, sebagai sugar baby, juga berperan aktif dalam menjaga keseimbangan. Dia memastikan bahwa hubungan ini tidak hanya didasarkan pada aspek finansial semata, melainkan juga pada kecocokan emosional dan intelektual. Alya menyadari bahwa penting untuk tetap merawat hubungan ini dengan penuh rasa hormat dan transparansi.Keduanya