Share

Mantan

Author: Ascorpens
last update Last Updated: 2021-09-09 23:35:48

Awan mendung menggantung di langit-langit Jakarta begitu Raline menggeleserkan audi putihnya di pelataran sebuah cafe. Depus angin sedikit menusuk kulit putih susu Raline. Sayang sekali ia tidak membawa sweater rajut yang baru dibelinya bulan lalu. Raline hanya bisa merapatkan blazer ditubuhnya.

Kaki jenjang Raline memasuki sebuah cafetaria yang hanya terdapat beberapa pengunjung. Nuansa sunyi begitu kental terasa. Hanya terdengar alunan lirih piano yang dimainkan. Raline berderap menuju sosok yang melambai ke arahnya.

"Gue gak bisa lama, harus jemput Lisa." Raline mendudukan dirinya di kursi. Lelaki dihadapannya hanya mengangguk tenang. "Udah lama?"

"Gak, gue baru aja kok. Mau pesan?" 

Raline mengangguk. "Kayak biasa."

Pria dengan jas silver itu memanggil salah satu pelayan. Memesan beberapa makanan ringan serta minuman hangat untuk dirinya dan Raline.

"Jadi gimana? Masih betah jadi Dosen?" tanya Alan 

"Masih, cuma ya kadang kesel juga sama mahasiswa di sana, sebel aja sama mereka yang kadang nganggap gue itu seumuran sama mereka," gerutu Raline.

Alan terkekeh ringan. "Dan gue yakin, sebagian besar yang anggap lo seumuran semuanya cowok, iya 'kan?"

Raline memutar bola mata. "Yah, makhluk sejenis lo itu memang paling jengkelin." 

Obrolan keduanya terpaksa berhenti dengan kedatangan pelayan yang mengantar pesanan.

"Mereka gak mungkin kayak gitu kalo bukan karena muka lo yang masih fresh itu," ujar Alan sebelum menyesap macchiato miliknya.

"Penampilan gue kurang apa sih Al, perasaan gue udah berusaha berpenampilan kayak wanita dewasa dah. Apa emang mata mereka aja kali yang bermasalah." Raline mencibik.

"Muka lo gak bisa bohong Lin, usia aja gak penting buat para lelaki ngejauhin lo. Coba lo pikir deh, misalnya waktu pertama kali lo ketemu satu cowok, apa yang buat dia terkesan pengin banget dekatin lo? Gak mungkin 'kan dia langsung nanyain umur lo, dia pasti dekatin lo karena liat rupa lo dulu." Alan sendiri tak bisa menghindar dari pesona Raline. Sesungguhnya perasaannya tak bisa hilang begitu saja, masih ada keinginan untuk bersama Raline lebih dari sekedar sahabat tentunya. "Dan mungkin setelah tau lo orangnya gimana dan berapa usia lo, para lelaki tetap bakalan ngejar lo Lin, termasuk gue."

Raline mendengus sebal, mendengar penuturan pria yang pernah memiliki hatinya itu. Jika tak mengingat Alan adalah sahabatnya, Raline mungkin akan menolak mentah-mentah ajakkan Alan sewaktu meminta bersama kembali sebagai sahabat.

"Jangan ngomong yang nggak-nggak, deh."

Alan tersenyum masam. Rupanya rencana untuk memiliki Raline tak semudah yang ia pikirkan. "Lo ... masih belum bisa maafin gue?" 

Raline memutar bola mata. "Kalo gue belum bisa maafin lo, mana mungkin gue duduk di sini sekarang terus bisa terima lo sebagai sahabat lagi," ketusnya sambil bersandar. Raline mengangkat bahu seraya mengalihkan tatapannya ke arah jalanan yang lenggang dengan rintik hujan yang mulai berjatuhan. "Gue rasa penampilan gue gak semenawan yang lo bilang, kalo gue cantik banget gak mungkin 'kan lo bisa ngelirik cewek lain, bahkan sampai grepe-grepe dihadapan gue."

"Maaf." 

Alan  menundukkan wajahnya. Lelaki dengan netra hitam itu tak tau harus melakukan apa lagi agar kesalahannya dulu bisa ditebus. Kadang ia berpikir bagaimana bisa ia tergoda dengan wanita lain sementara ia telah memiliki pujaan hati yang begitu ia cintai. Wanita yang percaya untuk memberikan hatinya, tapi justru ia sia-siakan begitu saja. Alan benar-benar mengutuk dirinya saat itu. 

"Lo cantik, Lin. Banget. Cuma gue aja yang emang bego karena udah sia-sian cewek sebaik lo." Ia memberanikan diri menatap kedua iris cokelat yang juga menatapnya.

Raline kembali menglihkan tatapannya. Ia berdeham. "Udahlah, gak usah di bahas. Setelah gue pikir-pikir kita emang cocoknya jadi sahabat. Apa bedanya sama orang pacaran, toh kita juga bisa jalan bareng, nonton bareng, gak ada yang beda. Pacaran itu cuma nama lainnya doang."

Alan mengangguk setuju. "Ya, lo benar." Meski sebenarnya untuk memiliki Raline kembali seperti dulu adalah tujuan Alan sekarang, tapi ia akan melakukannya dengan perlahan, karena dia tahu masih ada sisa-sisa kebencian Raline padanya yang belum hilang. "Lo gak ada niatan buat balik lagi ke perusahaan gue?" Mungkin ini salah satu rencana awalnya. Oh, tidak. Rencana pertama telah ia lancarkan, yaitu dengan mengajak Raline untuk bersahabat kembali.

Raline menyipitkan kedua matanya, menatap Alan curiga. "Buat apa? Gue udah nyaman jadi Dosen." 

"Katanya gak suka sama tatapan mahasiswa lo, gue bisa terima lo lagi jadi karyawan atau kalo lo mau lo bisa jadi sekretaris gue," tawar Alan dengan wajah penuh harap.

"Nggak, makasih atas tawarannya. Gue masih suka marah-marahin mahasiswa gue, lebih enak aja ada yang bisa buat luapain emosi," ujar Raline dengan tawa pelan di ahkir kalimat.

Alan mengangguk kecewa. "Oh yaudah. Ngomong-ngomong Lo keliatan suntuk banget hari ini, kenapa? Ada masalah?" 

Raline menghela napas. "Kemarin gue berantem sama wali mahasiswa gue. Kesel banget gue, masa dia ngata-ngatain gue bocah. Terus dibilang bocah kayak gue gak pantes jadi Dosen."

Alan menajamkan matanya. "Siapa yang bilang kayak gitu? Kasih tahu gue Lin yang mana orangnya." 

Raline mengibaskan tangannya. "Ck, udahlah gak usah di cari, entar masalahnya makin runyam."

"Tapi Lin—"

"Eh gue kudu cabut nih, mau jemput Lisa. Pesanan gue lo bayar, 'kan?"

"Iya."

"Oke, sip!" Raline beralih mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya kemudian meletakan di atas meja. "Nih sebagai gantinya. Ayam geprek tuh, gue sendiri yang buat. Makan yang banyak, lo makin kurusan. Gue cabut dulu ya, bye!" Raline melambai sebelum melangkah keluar.

Alan tersenyum tipis seraya menatap kotak bekal di depannya. "Thanks."

Pikirkan saja, bagaimana Alan tidak ingin mengajak Raline kembali bersama kalau gadis itu terus saja memberikan perhatian padanya.

Related chapters

  • My Mate by Trouble   Lisa

    "Lama banget, sih. Sampai keroncongan nih perut gue," dumel seorang gadis berambut sebahu yang baru saja menduduki kursi disebelah Raline. Ia meletakan tas ranselnya di jok belakang. "Bekal lo masih sisa, 'kan? Sini gue makan.""Gak ada sisa.""Hah? Kok bisa? Semalam Lo bilang katanya mau diet.""Bekalnya gue kasiin Alan."Alis Lisa tertarik ke atas. "Lo ketemu sama Bang Alan?""Iya," sahut Raline."Langgeng banget ya lo berdua." Raline sontak melempar tatapan tajamnya pada Lisa. "Pertemanan lo maksud gue, Mbak. Belum selesai ngomong udah main lirik-lirik aja. Sensi amat, sih."Raline memilih menghidupkan mesin mobil, menjejakan roda mobilnya dengan tenang dari pada membalas omelan Lisa. Jalanan yang lenggang, memudahkan Raline untuk menaikkan kecepatan kendaraannya, menyelip beberapa kendaraan roda empat di depan."Mama nanya besok pulang apa nggak, lo pulang ng

    Last Updated : 2021-09-09
  • My Mate by Trouble   Malamnya si jomblo

    Raline lebih menyukai mendekam di rumah dengan leptop yang menayangkan serial drama Korea di tambah cemilan keripik kentang buatan Dian ketimbang harus menemani sang adik yang ingin menonton film di bioskop. Menyebalkan. Raline harus merelakan jadwal menontonnya demi menemani Lisa yang tidak hanya ingin menonton, tapi juga berkencan dengan kekasihnya.Apalah daya seorang Raline yang notabenenya telah berstatus jomblo yang diselingkuhi, harus bermalam minggu dengan sepasang kekasih yang sedang kasmaran itu. Sialan.Dan itu semua bukan kemauan Raline atau Lisa, pun juga bukan keinginan kekasih Lisa yang Raline saja tak tahu nama serta wujudnya. Titah sang Ibunda Ratu yang sedang berada di Bandung yang mengharuskan Raline selalu menjaga Lisa dimana pun sang adik berada. Dikarenakan Raline adalah anak yang penurut, menyayangi orang tua, jadi tak ada alasan untuk dirinya menolak titah tersebut.Tubuh ramping yang terbalut pakaian casual

    Last Updated : 2021-09-10
  • My Mate by Trouble   Jaminan teraneh

    Raline tak menyangka, dari sekian banyaknya lelaki di dunia ini, kenapa harus mahasiswa bernama Arbelio Fino Desaga yang menjadi kekasih Lisa. Masalahnya bukan karena Fino mahasiswanya, tapi karena Raline tahu betul seperti apa kelakuan Fino. Tak hanya kurang ajar dengan Dosen, Raline sendiri pernah melihat Fino ditampar oleh seorang perempuan karena dituding telah berselingkuh.Memiliki wajah tampan bak aktor laga membuat Fino banyak digandrungi kaum hawa. Ketampanan itulah yang membuat ia menjadi sosok laki-laki yang ingin memiliki segalanya, termasuk kaum hawa tentunya. Dan Raline membenci keinginannya itu.Raline tidak akan melarang hubungan keduanya. Raline tahu Lisa seperti apa. Gadis itu pandai dalam menangani masalah percintaan seperti ini, dia tidak lugu dan bodoh seperti kakaknya. Raline sangat yakin kalau Lisa sudah mengetahui kelakuan nakal Fino."Jadi Kakak aku dosen kamu, Yang?" tanya Lisa.Raline ha

    Last Updated : 2021-09-10
  • My Mate by Trouble   Kabar buruk

    Jam berdetak pukul sebelas malam ketika Raline baru saja menghabiskan secangkir coklat hangat dan menyelesaikan drama Korea favortinya. Bola matanya memandang cemas jam dinding sembari napasnya terhela berat. Tungkai kakinya bolak-balik mengitari meja ruang tamu. Sesekali ia menarik rapat sweater rajutnya begitu depus angin malam masuk melalui jendela yang masih terbuka lebar. Raline memang sengaja membiarkan jendela besarnya terbuka, agar ia bisa memastikan langsung kedatangan Lisa. Tapi sayang, yang ditunggu-tunggu tak kunjung memunculkan batang hidungnya.Menurut Raline, ini sudah terlalu larut malam untuk berkencan. Sang adik yang entah di mana sekarang belum pulang sehingga membuat Raline di penuhi rasa cemas. Ponsel Lisa yang tak bisa di hubungi semakin menambah kekhawatiran Raline. Benak wanita itu sejak tadi terus menyalahkan dirinya sendiri. Seharusnya dia bisa mencegah Lisa supaya gadis itu tidak jalan lagi bersama Fino atau seharusnya Ra

    Last Updated : 2021-11-03
  • My Mate by Trouble   Kekecewaan

    Pukul setengah delapan pagi, Rana sudah bersiap dengan setelan kerjanya berupa kemeja biru langit dan celana bahan berwarna hitam. Penampilan pria itu cukup necis dengan rambut bermodel undercut yang disisir rapi serta sepatu pantofel hitam mengkilap yang tengah menjejaki lantai ruang makan. Ketukan pelan sepatu Rana menyadarkan Mayang yang tengah menyeduh Teh hangat di dapur, bersegera wanita berhijab itu menambahkan sedikit gula ke dalam teh sebelum mengaduknya pelan. "Pagi, Bu," sapa Rana seraya meletakan tablet di atas meja. Hari ini dia ingin memeriksa beberapa pasien yang sudah membuat jadwal dengannya dari kemarin. "Pagi. Tehnya Mas." Mayang membawa nampan berisi teh lalu meletakkannya di atas meja. "Makasih, Bu." Rana melempar senyum tipis sembari memperbaiki kancing baju di lengannya.

    Last Updated : 2022-01-04
  • My Mate by Trouble   Awal mula

    "Ananda Fino! Berulang kali sudah saya peringati, jika tidak ingin mengikuti mata kuliah saya, Anda bisa keluar dari kelas!" seru Raline. Wanita dengan blouse merah maroon tersebut memandang penuh jengkel satu-satunya mahasiswa yang sedang bermain game di tengah kelas yang hening.Sementara pemuda bernama lengkap Arbelio Fino Desaga itu justru semakin asik bermain game online di ponselnya. Ia bahkan mengangkat satu kakinya diatas meja, seolah menantang sang Dosen.Raline menarik napas kesal. Ia mengetuk jemari diatas meja beberapa saat sebelum mengayunkan tungkai jenjangnya menuju tempat duduk Fino. Raline memandang pemuda tersebut sebelum merebut ponselnya dan melemparnya ke lantai. Bunyi ponsel Fino yang beradu dengan lantai membuat semua orang terkesiap. Tak terkecuali Fino, bola mata pemuda itu nyaris keluar begitu melihat ponsel mahalnya tergeletak tak sempurna dengan garis retak di kaca."Kenapa Ibu lempar hp saya?

    Last Updated : 2021-09-09
  • My Mate by Trouble   Pertengkaran sengit

    Mobil SUV milik Rana akhirnya terparkir di depan gedung Fakulitas Ekonomi. Pemilik mobil tersebut turun lalu melihat sekitar sambil berkacak pinggang. Ini kali pertama Rana menginjakan kakinya di kampus Fino."Woy, Bang!"Rana menoleh ke sumber suara. Pria dengan bomber jacket yang baru saja keluar langsung berlari menghampirinya."Dimana ruangan Dosen lo?" tanya Rana."Ayo ikut gue."Rana mengikuti langkah Fino, berjalan melewati koridor kampus. Sepanjang perjalanan Rana merasa berada di rumah sakit jiwa. Ia merasa risih dengan pekikan tertahan di sepanjang koridor. Jika tidak mengingat ini adalah kampus Fino, sudah sejak tadi ia akan memberikan tatapan laser pada gadis-gadis tidak tahu malu itu. Bisa-bisanya mereka menggoda Rana.Fino membawa Rana ke sebuah ruangan dimana terdapat seorang wanita yang tengah berjibaku dengan pekerjaannya. Sebelah

    Last Updated : 2021-09-09
  • My Mate by Trouble   Dosen cantik nan galak

    "Bu, ayolah saya cuma telat lima menit, kok. Masa saya gak jadi bimbingan lagi," keluh seorang cowok yang berjalan di sebelah Raline. Sesekali ia memperbaiki letak tas ransel di bahunya yang melorot. Satu tangannya memeluk lembaran kertas yang tebal. Kakinya mengikuti irama high heels milik Raline. "Saya udah berusaha datang cepat Bu, cuma ya itu macet banget tadi tuh. Biasa Bu, penyakit Jakarta. Masa Ibu gak ngerti, sih.""Bukan urusan saya.""Yah, Ibu! Saya 'kan cuma telat lima menit terus ...." Cowok itu merapatkan bibir saat Raline menghentikan langkahnya.Raline menatapnya datar. "Waktu saya berharga, bahkan sedetik berbicara dengan kamu seperti ini saja membuang waktu bagi saya. Jangan merengek seperti bocah, hubungi saya dan jadwalkan lagi bimbingannya."Raline kembali melanjutkan langkahnya. Sementara cowok dibelakang sana sibuk mengumpat Dosen pembimbingnya itu."Kenapa lagi Bu mahasiswanya? Bermas

    Last Updated : 2021-09-09

Latest chapter

  • My Mate by Trouble   Kekecewaan

    Pukul setengah delapan pagi, Rana sudah bersiap dengan setelan kerjanya berupa kemeja biru langit dan celana bahan berwarna hitam. Penampilan pria itu cukup necis dengan rambut bermodel undercut yang disisir rapi serta sepatu pantofel hitam mengkilap yang tengah menjejaki lantai ruang makan. Ketukan pelan sepatu Rana menyadarkan Mayang yang tengah menyeduh Teh hangat di dapur, bersegera wanita berhijab itu menambahkan sedikit gula ke dalam teh sebelum mengaduknya pelan. "Pagi, Bu," sapa Rana seraya meletakan tablet di atas meja. Hari ini dia ingin memeriksa beberapa pasien yang sudah membuat jadwal dengannya dari kemarin. "Pagi. Tehnya Mas." Mayang membawa nampan berisi teh lalu meletakkannya di atas meja. "Makasih, Bu." Rana melempar senyum tipis sembari memperbaiki kancing baju di lengannya.

  • My Mate by Trouble   Kabar buruk

    Jam berdetak pukul sebelas malam ketika Raline baru saja menghabiskan secangkir coklat hangat dan menyelesaikan drama Korea favortinya. Bola matanya memandang cemas jam dinding sembari napasnya terhela berat. Tungkai kakinya bolak-balik mengitari meja ruang tamu. Sesekali ia menarik rapat sweater rajutnya begitu depus angin malam masuk melalui jendela yang masih terbuka lebar. Raline memang sengaja membiarkan jendela besarnya terbuka, agar ia bisa memastikan langsung kedatangan Lisa. Tapi sayang, yang ditunggu-tunggu tak kunjung memunculkan batang hidungnya.Menurut Raline, ini sudah terlalu larut malam untuk berkencan. Sang adik yang entah di mana sekarang belum pulang sehingga membuat Raline di penuhi rasa cemas. Ponsel Lisa yang tak bisa di hubungi semakin menambah kekhawatiran Raline. Benak wanita itu sejak tadi terus menyalahkan dirinya sendiri. Seharusnya dia bisa mencegah Lisa supaya gadis itu tidak jalan lagi bersama Fino atau seharusnya Ra

  • My Mate by Trouble   Jaminan teraneh

    Raline tak menyangka, dari sekian banyaknya lelaki di dunia ini, kenapa harus mahasiswa bernama Arbelio Fino Desaga yang menjadi kekasih Lisa. Masalahnya bukan karena Fino mahasiswanya, tapi karena Raline tahu betul seperti apa kelakuan Fino. Tak hanya kurang ajar dengan Dosen, Raline sendiri pernah melihat Fino ditampar oleh seorang perempuan karena dituding telah berselingkuh.Memiliki wajah tampan bak aktor laga membuat Fino banyak digandrungi kaum hawa. Ketampanan itulah yang membuat ia menjadi sosok laki-laki yang ingin memiliki segalanya, termasuk kaum hawa tentunya. Dan Raline membenci keinginannya itu.Raline tidak akan melarang hubungan keduanya. Raline tahu Lisa seperti apa. Gadis itu pandai dalam menangani masalah percintaan seperti ini, dia tidak lugu dan bodoh seperti kakaknya. Raline sangat yakin kalau Lisa sudah mengetahui kelakuan nakal Fino."Jadi Kakak aku dosen kamu, Yang?" tanya Lisa.Raline ha

  • My Mate by Trouble   Malamnya si jomblo

    Raline lebih menyukai mendekam di rumah dengan leptop yang menayangkan serial drama Korea di tambah cemilan keripik kentang buatan Dian ketimbang harus menemani sang adik yang ingin menonton film di bioskop. Menyebalkan. Raline harus merelakan jadwal menontonnya demi menemani Lisa yang tidak hanya ingin menonton, tapi juga berkencan dengan kekasihnya.Apalah daya seorang Raline yang notabenenya telah berstatus jomblo yang diselingkuhi, harus bermalam minggu dengan sepasang kekasih yang sedang kasmaran itu. Sialan.Dan itu semua bukan kemauan Raline atau Lisa, pun juga bukan keinginan kekasih Lisa yang Raline saja tak tahu nama serta wujudnya. Titah sang Ibunda Ratu yang sedang berada di Bandung yang mengharuskan Raline selalu menjaga Lisa dimana pun sang adik berada. Dikarenakan Raline adalah anak yang penurut, menyayangi orang tua, jadi tak ada alasan untuk dirinya menolak titah tersebut.Tubuh ramping yang terbalut pakaian casual

  • My Mate by Trouble   Lisa

    "Lama banget, sih. Sampai keroncongan nih perut gue," dumel seorang gadis berambut sebahu yang baru saja menduduki kursi disebelah Raline. Ia meletakan tas ranselnya di jok belakang. "Bekal lo masih sisa, 'kan? Sini gue makan.""Gak ada sisa.""Hah? Kok bisa? Semalam Lo bilang katanya mau diet.""Bekalnya gue kasiin Alan."Alis Lisa tertarik ke atas. "Lo ketemu sama Bang Alan?""Iya," sahut Raline."Langgeng banget ya lo berdua." Raline sontak melempar tatapan tajamnya pada Lisa. "Pertemanan lo maksud gue, Mbak. Belum selesai ngomong udah main lirik-lirik aja. Sensi amat, sih."Raline memilih menghidupkan mesin mobil, menjejakan roda mobilnya dengan tenang dari pada membalas omelan Lisa. Jalanan yang lenggang, memudahkan Raline untuk menaikkan kecepatan kendaraannya, menyelip beberapa kendaraan roda empat di depan."Mama nanya besok pulang apa nggak, lo pulang ng

  • My Mate by Trouble   Mantan

    Awan mendung menggantung di langit-langit Jakarta begitu Raline menggeleserkan audi putihnya di pelataran sebuah cafe. Depus angin sedikit menusuk kulit putih susu Raline. Sayang sekali ia tidak membawa sweater rajut yang baru dibelinya bulan lalu. Raline hanya bisa merapatkan blazer ditubuhnya.Kaki jenjang Raline memasuki sebuah cafetaria yang hanya terdapat beberapa pengunjung. Nuansa sunyi begitu kental terasa. Hanya terdengar alunan lirih piano yang dimainkan. Raline berderap menuju sosok yang melambai ke arahnya."Gue gak bisa lama, harus jemput Lisa." Raline mendudukan dirinya di kursi. Lelaki dihadapannya hanya mengangguk tenang. "Udah lama?""Gak, gue baru aja kok. Mau pesan?"Raline mengangguk. "Kayak biasa."Pria dengan jas silver itu memanggil salah satu pelayan. Memesan beberapa makanan ringan serta minuman hangat untuk dirinya dan Raline."Jadi gimana? Masih betah jadi Dosen?" tanya Ala

  • My Mate by Trouble   Dosen cantik nan galak

    "Bu, ayolah saya cuma telat lima menit, kok. Masa saya gak jadi bimbingan lagi," keluh seorang cowok yang berjalan di sebelah Raline. Sesekali ia memperbaiki letak tas ransel di bahunya yang melorot. Satu tangannya memeluk lembaran kertas yang tebal. Kakinya mengikuti irama high heels milik Raline. "Saya udah berusaha datang cepat Bu, cuma ya itu macet banget tadi tuh. Biasa Bu, penyakit Jakarta. Masa Ibu gak ngerti, sih.""Bukan urusan saya.""Yah, Ibu! Saya 'kan cuma telat lima menit terus ...." Cowok itu merapatkan bibir saat Raline menghentikan langkahnya.Raline menatapnya datar. "Waktu saya berharga, bahkan sedetik berbicara dengan kamu seperti ini saja membuang waktu bagi saya. Jangan merengek seperti bocah, hubungi saya dan jadwalkan lagi bimbingannya."Raline kembali melanjutkan langkahnya. Sementara cowok dibelakang sana sibuk mengumpat Dosen pembimbingnya itu."Kenapa lagi Bu mahasiswanya? Bermas

  • My Mate by Trouble   Pertengkaran sengit

    Mobil SUV milik Rana akhirnya terparkir di depan gedung Fakulitas Ekonomi. Pemilik mobil tersebut turun lalu melihat sekitar sambil berkacak pinggang. Ini kali pertama Rana menginjakan kakinya di kampus Fino."Woy, Bang!"Rana menoleh ke sumber suara. Pria dengan bomber jacket yang baru saja keluar langsung berlari menghampirinya."Dimana ruangan Dosen lo?" tanya Rana."Ayo ikut gue."Rana mengikuti langkah Fino, berjalan melewati koridor kampus. Sepanjang perjalanan Rana merasa berada di rumah sakit jiwa. Ia merasa risih dengan pekikan tertahan di sepanjang koridor. Jika tidak mengingat ini adalah kampus Fino, sudah sejak tadi ia akan memberikan tatapan laser pada gadis-gadis tidak tahu malu itu. Bisa-bisanya mereka menggoda Rana.Fino membawa Rana ke sebuah ruangan dimana terdapat seorang wanita yang tengah berjibaku dengan pekerjaannya. Sebelah

  • My Mate by Trouble   Awal mula

    "Ananda Fino! Berulang kali sudah saya peringati, jika tidak ingin mengikuti mata kuliah saya, Anda bisa keluar dari kelas!" seru Raline. Wanita dengan blouse merah maroon tersebut memandang penuh jengkel satu-satunya mahasiswa yang sedang bermain game di tengah kelas yang hening.Sementara pemuda bernama lengkap Arbelio Fino Desaga itu justru semakin asik bermain game online di ponselnya. Ia bahkan mengangkat satu kakinya diatas meja, seolah menantang sang Dosen.Raline menarik napas kesal. Ia mengetuk jemari diatas meja beberapa saat sebelum mengayunkan tungkai jenjangnya menuju tempat duduk Fino. Raline memandang pemuda tersebut sebelum merebut ponselnya dan melemparnya ke lantai. Bunyi ponsel Fino yang beradu dengan lantai membuat semua orang terkesiap. Tak terkecuali Fino, bola mata pemuda itu nyaris keluar begitu melihat ponsel mahalnya tergeletak tak sempurna dengan garis retak di kaca."Kenapa Ibu lempar hp saya?

DMCA.com Protection Status