Share

Jaminan teraneh

Penulis: Ascorpens
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-10 01:13:47

Raline tak menyangka, dari sekian banyaknya lelaki di dunia ini, kenapa harus mahasiswa bernama Arbelio Fino Desaga yang menjadi kekasih Lisa. Masalahnya bukan karena Fino mahasiswanya, tapi karena Raline tahu betul seperti apa kelakuan Fino. Tak hanya kurang ajar dengan Dosen, Raline sendiri pernah melihat Fino ditampar oleh seorang perempuan karena dituding telah berselingkuh.

Memiliki wajah tampan bak aktor laga membuat Fino banyak digandrungi kaum hawa. Ketampanan itulah yang membuat ia menjadi sosok laki-laki yang ingin memiliki segalanya, termasuk kaum hawa tentunya. Dan Raline membenci keinginannya itu. 

Raline tidak akan melarang hubungan keduanya. Raline tahu Lisa seperti apa. Gadis itu pandai dalam menangani masalah percintaan seperti ini, dia tidak lugu dan bodoh seperti kakaknya. Raline sangat yakin kalau Lisa sudah mengetahui kelakuan nakal Fino.

"Jadi Kakak aku dosen kamu, Yang?" tanya Lisa. 

Raline harus menahan diri untuk tidak memutar bola matanya saat mendengar suara Lisa yang demi apa pun baru kali ini ia mendengar suara semanja itu.

"I-iya, Sa. Bu Raline Dosen di kampusku."

Raline mendengus melihat senyum manis Fino padanya yang terlihat jelas dipaksakan. Dia yakin betul anak tengil satu ini pasti masih menyimpan dendam padanya meski dia sudah mengganti biaya ponsel yang dilemparnya tempo hari.

"Kalian ngobrol aja, saya ke toilet bentar." Bersegera Raline bangkit setelah mendapat anggukan dari keduanya.

Raline hanya sekedar buang air kecil dan memoles kembali makeup tipisnya saat di toilet. Sebenarnya ia menghindari adegan romantisme Fino dan Lisa.  Daripada Raline harus hangus terbakar api iri dan dengki lebih baik dia menghindar saja. Setidaknya dua puluh menit Raline menghabiskan waktu dengan berselancar di media sosial sebelum akhirnya memilih kembali ke area food court. 

Ada sedikit perbedaan di meja makan saat Raline kembali. Di sana tidak hanya ada Lisa dan Fino, tapi Raline juga melihat punggung seorang lelaki yang berbalut kemeja hitam dengan posisi membelakanginya.

Raline mengernyit.

"Eh, itu orangnya udah datang, kita langsung beli tiket aja."

Ketiga orang di meja itu langsung bangkit sembari memandangi kedatangan Raline, termasuk pemilik punggung tegap itu.

Raline tidak bisa menahan tatapan tak sukanya saat mendapati sosok pria berwajah datar itu. Mendadak ia merasa malam ini akan menjadi malam paling tersial sepanjang hidupnya. Bagaimana tidak, ia harus bertemu kembali dengan lelaki yang telah menghina-hina dirinya.

"Sa, maaf banget nih, gue kayaknya gak nonton deh. Kalian aja ya, perut gue tiba-tiba gak enak," bohong Raline seraya mendesis lirih.

"Eh, lo sakit Kak? Kalau gitu kita batalin aja nontonnya."

Raline menggeleng cepat. "Gak usah, Sa. Gue ... baik-baik aja kok, lanjutin aja nontonnya. Gue cuma butuh baring doang, entar juga mendingan."

Alis Lisa bertaut, heran. Namun kepalanya tetap mengangguk. "Oke, lo hati-hati. Kabarin kalo ada apa-apa."

"Iyaa." Raline beralih menatap Fino. "Kamu nanti anterin adik saya pulang, 'kan?"

Alan mengangguk sigap. "Ibu tenang aja, saya pasti bakalan ngantar Lisa tepat waktu, kok." Ia tersenyum manis seraya mengusap rambut sebahu Lisa penuh sayang.

Melihat pemandangan manis didepannya, mendadak membuat Raline kembali dilanda rasa iri.  Kapan gue bisa kayak gitu, Tuhan? batinnya menjerit. 

Raline tersenyum pahit. 

"Kalau gitu gue balik dulu." 

Raline melangkah gontai keluar dari area food court. Mungkin dia bisa kembali ke jadwal awal yaitu menghabiskan episode drama Korea untuk membunuh waktu malam yang menyedihkan ini. Yeah, itu lebih baik meski nantinya ia hanya bisa berandai-andai kembali saat melihat adegan romantis. Setidaknya Raline tidak menjadi obat nyamuk untuk kencan Lisa. 

"Heh, Bocah!"

Raline sedikit terusik dengan suara panggilan dibelakangnya, namun ia mencoba untuk tidak peduli. Kakinya tetap melangkah, tetapi tarikkan kasar dilengannya itu cukup membuat Raline jengkel seketika.

"Kamu gak dengar saya panggil?"

Raline menyentak kasar tangan di lengannya.

"Jangan kurang ajar, ya!" hardik Raline seraya memegang pergelangan tangannya yang sedikit nyeri akibat tangan kasar tadi.

"Jelas-jelas saya manggil kamu bocah, masa gitu aja nggak dengar?"

Raline mendengus. "Jelas-jelas itu bukan nama saya, masa gitu aja gak tau."

"Itu nama dari saya untuk kamu."

"Makasih untuk namanya, saya gak butuh!" Raline memilih membuka pintu mobilnya namun lagi-lagi pria menyebalkan itu menarik bahunya. "Jangan kurang aja, ya!" Raline mencoba keluar dari himpitan kedua lengan dibahunya.

Rana berdecih. "Siapa yang mau kurang ajar sama kamu? Kamu pikir saya pedofil?"

Raline menggeram kesal. Ia berusaha sekuat tenaga melepas tangan Rana dari bahunya "Lepasin! Mau kamu apa, sih?!"

Rana tertawa kering. "Wah, saya gak nyangka kalau orang sakit tenaganya bisa sebesar ini." Ia memundurkan tubuhnya sambil mengangkat kedua tangan.

Raline menatapnya tajam. "Saya gak sakit!" Oke, dengan bodohnya Raline malah membuka kartunya sendiri dan membuat Rana menunduk untuk menyembunyikan senyum gelinya.

Sialan, batin Raline memaki.

Rana mengangguk-angguk seolah baru saja menemukan fakta baru. "Sepertinya saya tahu alasan kenapa kamu berbohong. Hm, alasan yang cukup ... menyediakan." Wajah Rana berubah perihatin namun Raline sangat tahu bahwa itu hanya tipuan saja.

"Ngapain kamu kesini?"

Rana bersandar disisi mobil Raline seraya menyilangkan lengannya. "Saya diminta adik kamu untuk mengantar kamu pulang. Dia khawatir sama kakaknya yang tukang bohong ini."

Raline menghela napas. "Kamu tidak perlu mengantar saya, sebaiknya kamu kembali ke dalam karena saya lebih khawatir adik saya nanti di apa-apain sama adik kamu."

Raline takut terjadi apa-apa dengan Lisa. Dia tak yakin anak tengil itu akan menjaga Lisa baik-baik. Mungkin saja si Fino itu masih dendam dengan Raline dan ingin membalasnya lewat Lisa. Astaga jika itu terjadi, Raline akan membunuh mahasiswanya itu. Dia sangat menyayangi Lisa, di kota sebesar ini dia harus menjaga Lisa lebih ekstra lagi meski usia gadis itu sudah benar-benar dewasa.

"Adik saya gak akan apa-apain adik kamu. Kamu tenang aja," ucap Rana dengan santai.

Raline melirik Rana, sinis. "Apa jaminannya kalau adik kamu gak akan apa-apain adik saya?"

Rana terlihat berpikir sejenak sebelum mengangkat satu bahunya. "Saya bakalan nikahin kamu."

Raline menatap Rana terkejut. Telinganya terasa bocor mendengar jaminan teraneh itu. "Situ gila, ya?!"

Bab terkait

  • My Mate by Trouble   Kabar buruk

    Jam berdetak pukul sebelas malam ketika Raline baru saja menghabiskan secangkir coklat hangat dan menyelesaikan drama Korea favortinya. Bola matanya memandang cemas jam dinding sembari napasnya terhela berat. Tungkai kakinya bolak-balik mengitari meja ruang tamu. Sesekali ia menarik rapat sweater rajutnya begitu depus angin malam masuk melalui jendela yang masih terbuka lebar. Raline memang sengaja membiarkan jendela besarnya terbuka, agar ia bisa memastikan langsung kedatangan Lisa. Tapi sayang, yang ditunggu-tunggu tak kunjung memunculkan batang hidungnya.Menurut Raline, ini sudah terlalu larut malam untuk berkencan. Sang adik yang entah di mana sekarang belum pulang sehingga membuat Raline di penuhi rasa cemas. Ponsel Lisa yang tak bisa di hubungi semakin menambah kekhawatiran Raline. Benak wanita itu sejak tadi terus menyalahkan dirinya sendiri. Seharusnya dia bisa mencegah Lisa supaya gadis itu tidak jalan lagi bersama Fino atau seharusnya Ra

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-03
  • My Mate by Trouble   Kekecewaan

    Pukul setengah delapan pagi, Rana sudah bersiap dengan setelan kerjanya berupa kemeja biru langit dan celana bahan berwarna hitam. Penampilan pria itu cukup necis dengan rambut bermodel undercut yang disisir rapi serta sepatu pantofel hitam mengkilap yang tengah menjejaki lantai ruang makan. Ketukan pelan sepatu Rana menyadarkan Mayang yang tengah menyeduh Teh hangat di dapur, bersegera wanita berhijab itu menambahkan sedikit gula ke dalam teh sebelum mengaduknya pelan. "Pagi, Bu," sapa Rana seraya meletakan tablet di atas meja. Hari ini dia ingin memeriksa beberapa pasien yang sudah membuat jadwal dengannya dari kemarin. "Pagi. Tehnya Mas." Mayang membawa nampan berisi teh lalu meletakkannya di atas meja. "Makasih, Bu." Rana melempar senyum tipis sembari memperbaiki kancing baju di lengannya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-04
  • My Mate by Trouble   Awal mula

    "Ananda Fino! Berulang kali sudah saya peringati, jika tidak ingin mengikuti mata kuliah saya, Anda bisa keluar dari kelas!" seru Raline. Wanita dengan blouse merah maroon tersebut memandang penuh jengkel satu-satunya mahasiswa yang sedang bermain game di tengah kelas yang hening.Sementara pemuda bernama lengkap Arbelio Fino Desaga itu justru semakin asik bermain game online di ponselnya. Ia bahkan mengangkat satu kakinya diatas meja, seolah menantang sang Dosen.Raline menarik napas kesal. Ia mengetuk jemari diatas meja beberapa saat sebelum mengayunkan tungkai jenjangnya menuju tempat duduk Fino. Raline memandang pemuda tersebut sebelum merebut ponselnya dan melemparnya ke lantai. Bunyi ponsel Fino yang beradu dengan lantai membuat semua orang terkesiap. Tak terkecuali Fino, bola mata pemuda itu nyaris keluar begitu melihat ponsel mahalnya tergeletak tak sempurna dengan garis retak di kaca."Kenapa Ibu lempar hp saya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • My Mate by Trouble   Pertengkaran sengit

    Mobil SUV milik Rana akhirnya terparkir di depan gedung Fakulitas Ekonomi. Pemilik mobil tersebut turun lalu melihat sekitar sambil berkacak pinggang. Ini kali pertama Rana menginjakan kakinya di kampus Fino."Woy, Bang!"Rana menoleh ke sumber suara. Pria dengan bomber jacket yang baru saja keluar langsung berlari menghampirinya."Dimana ruangan Dosen lo?" tanya Rana."Ayo ikut gue."Rana mengikuti langkah Fino, berjalan melewati koridor kampus. Sepanjang perjalanan Rana merasa berada di rumah sakit jiwa. Ia merasa risih dengan pekikan tertahan di sepanjang koridor. Jika tidak mengingat ini adalah kampus Fino, sudah sejak tadi ia akan memberikan tatapan laser pada gadis-gadis tidak tahu malu itu. Bisa-bisanya mereka menggoda Rana.Fino membawa Rana ke sebuah ruangan dimana terdapat seorang wanita yang tengah berjibaku dengan pekerjaannya. Sebelah

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • My Mate by Trouble   Dosen cantik nan galak

    "Bu, ayolah saya cuma telat lima menit, kok. Masa saya gak jadi bimbingan lagi," keluh seorang cowok yang berjalan di sebelah Raline. Sesekali ia memperbaiki letak tas ransel di bahunya yang melorot. Satu tangannya memeluk lembaran kertas yang tebal. Kakinya mengikuti irama high heels milik Raline. "Saya udah berusaha datang cepat Bu, cuma ya itu macet banget tadi tuh. Biasa Bu, penyakit Jakarta. Masa Ibu gak ngerti, sih.""Bukan urusan saya.""Yah, Ibu! Saya 'kan cuma telat lima menit terus ...." Cowok itu merapatkan bibir saat Raline menghentikan langkahnya.Raline menatapnya datar. "Waktu saya berharga, bahkan sedetik berbicara dengan kamu seperti ini saja membuang waktu bagi saya. Jangan merengek seperti bocah, hubungi saya dan jadwalkan lagi bimbingannya."Raline kembali melanjutkan langkahnya. Sementara cowok dibelakang sana sibuk mengumpat Dosen pembimbingnya itu."Kenapa lagi Bu mahasiswanya? Bermas

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • My Mate by Trouble   Mantan

    Awan mendung menggantung di langit-langit Jakarta begitu Raline menggeleserkan audi putihnya di pelataran sebuah cafe. Depus angin sedikit menusuk kulit putih susu Raline. Sayang sekali ia tidak membawa sweater rajut yang baru dibelinya bulan lalu. Raline hanya bisa merapatkan blazer ditubuhnya.Kaki jenjang Raline memasuki sebuah cafetaria yang hanya terdapat beberapa pengunjung. Nuansa sunyi begitu kental terasa. Hanya terdengar alunan lirih piano yang dimainkan. Raline berderap menuju sosok yang melambai ke arahnya."Gue gak bisa lama, harus jemput Lisa." Raline mendudukan dirinya di kursi. Lelaki dihadapannya hanya mengangguk tenang. "Udah lama?""Gak, gue baru aja kok. Mau pesan?"Raline mengangguk. "Kayak biasa."Pria dengan jas silver itu memanggil salah satu pelayan. Memesan beberapa makanan ringan serta minuman hangat untuk dirinya dan Raline."Jadi gimana? Masih betah jadi Dosen?" tanya Ala

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • My Mate by Trouble   Lisa

    "Lama banget, sih. Sampai keroncongan nih perut gue," dumel seorang gadis berambut sebahu yang baru saja menduduki kursi disebelah Raline. Ia meletakan tas ranselnya di jok belakang. "Bekal lo masih sisa, 'kan? Sini gue makan.""Gak ada sisa.""Hah? Kok bisa? Semalam Lo bilang katanya mau diet.""Bekalnya gue kasiin Alan."Alis Lisa tertarik ke atas. "Lo ketemu sama Bang Alan?""Iya," sahut Raline."Langgeng banget ya lo berdua." Raline sontak melempar tatapan tajamnya pada Lisa. "Pertemanan lo maksud gue, Mbak. Belum selesai ngomong udah main lirik-lirik aja. Sensi amat, sih."Raline memilih menghidupkan mesin mobil, menjejakan roda mobilnya dengan tenang dari pada membalas omelan Lisa. Jalanan yang lenggang, memudahkan Raline untuk menaikkan kecepatan kendaraannya, menyelip beberapa kendaraan roda empat di depan."Mama nanya besok pulang apa nggak, lo pulang ng

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • My Mate by Trouble   Malamnya si jomblo

    Raline lebih menyukai mendekam di rumah dengan leptop yang menayangkan serial drama Korea di tambah cemilan keripik kentang buatan Dian ketimbang harus menemani sang adik yang ingin menonton film di bioskop. Menyebalkan. Raline harus merelakan jadwal menontonnya demi menemani Lisa yang tidak hanya ingin menonton, tapi juga berkencan dengan kekasihnya.Apalah daya seorang Raline yang notabenenya telah berstatus jomblo yang diselingkuhi, harus bermalam minggu dengan sepasang kekasih yang sedang kasmaran itu. Sialan.Dan itu semua bukan kemauan Raline atau Lisa, pun juga bukan keinginan kekasih Lisa yang Raline saja tak tahu nama serta wujudnya. Titah sang Ibunda Ratu yang sedang berada di Bandung yang mengharuskan Raline selalu menjaga Lisa dimana pun sang adik berada. Dikarenakan Raline adalah anak yang penurut, menyayangi orang tua, jadi tak ada alasan untuk dirinya menolak titah tersebut.Tubuh ramping yang terbalut pakaian casual

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10

Bab terbaru

  • My Mate by Trouble   Kekecewaan

    Pukul setengah delapan pagi, Rana sudah bersiap dengan setelan kerjanya berupa kemeja biru langit dan celana bahan berwarna hitam. Penampilan pria itu cukup necis dengan rambut bermodel undercut yang disisir rapi serta sepatu pantofel hitam mengkilap yang tengah menjejaki lantai ruang makan. Ketukan pelan sepatu Rana menyadarkan Mayang yang tengah menyeduh Teh hangat di dapur, bersegera wanita berhijab itu menambahkan sedikit gula ke dalam teh sebelum mengaduknya pelan. "Pagi, Bu," sapa Rana seraya meletakan tablet di atas meja. Hari ini dia ingin memeriksa beberapa pasien yang sudah membuat jadwal dengannya dari kemarin. "Pagi. Tehnya Mas." Mayang membawa nampan berisi teh lalu meletakkannya di atas meja. "Makasih, Bu." Rana melempar senyum tipis sembari memperbaiki kancing baju di lengannya.

  • My Mate by Trouble   Kabar buruk

    Jam berdetak pukul sebelas malam ketika Raline baru saja menghabiskan secangkir coklat hangat dan menyelesaikan drama Korea favortinya. Bola matanya memandang cemas jam dinding sembari napasnya terhela berat. Tungkai kakinya bolak-balik mengitari meja ruang tamu. Sesekali ia menarik rapat sweater rajutnya begitu depus angin malam masuk melalui jendela yang masih terbuka lebar. Raline memang sengaja membiarkan jendela besarnya terbuka, agar ia bisa memastikan langsung kedatangan Lisa. Tapi sayang, yang ditunggu-tunggu tak kunjung memunculkan batang hidungnya.Menurut Raline, ini sudah terlalu larut malam untuk berkencan. Sang adik yang entah di mana sekarang belum pulang sehingga membuat Raline di penuhi rasa cemas. Ponsel Lisa yang tak bisa di hubungi semakin menambah kekhawatiran Raline. Benak wanita itu sejak tadi terus menyalahkan dirinya sendiri. Seharusnya dia bisa mencegah Lisa supaya gadis itu tidak jalan lagi bersama Fino atau seharusnya Ra

  • My Mate by Trouble   Jaminan teraneh

    Raline tak menyangka, dari sekian banyaknya lelaki di dunia ini, kenapa harus mahasiswa bernama Arbelio Fino Desaga yang menjadi kekasih Lisa. Masalahnya bukan karena Fino mahasiswanya, tapi karena Raline tahu betul seperti apa kelakuan Fino. Tak hanya kurang ajar dengan Dosen, Raline sendiri pernah melihat Fino ditampar oleh seorang perempuan karena dituding telah berselingkuh.Memiliki wajah tampan bak aktor laga membuat Fino banyak digandrungi kaum hawa. Ketampanan itulah yang membuat ia menjadi sosok laki-laki yang ingin memiliki segalanya, termasuk kaum hawa tentunya. Dan Raline membenci keinginannya itu.Raline tidak akan melarang hubungan keduanya. Raline tahu Lisa seperti apa. Gadis itu pandai dalam menangani masalah percintaan seperti ini, dia tidak lugu dan bodoh seperti kakaknya. Raline sangat yakin kalau Lisa sudah mengetahui kelakuan nakal Fino."Jadi Kakak aku dosen kamu, Yang?" tanya Lisa.Raline ha

  • My Mate by Trouble   Malamnya si jomblo

    Raline lebih menyukai mendekam di rumah dengan leptop yang menayangkan serial drama Korea di tambah cemilan keripik kentang buatan Dian ketimbang harus menemani sang adik yang ingin menonton film di bioskop. Menyebalkan. Raline harus merelakan jadwal menontonnya demi menemani Lisa yang tidak hanya ingin menonton, tapi juga berkencan dengan kekasihnya.Apalah daya seorang Raline yang notabenenya telah berstatus jomblo yang diselingkuhi, harus bermalam minggu dengan sepasang kekasih yang sedang kasmaran itu. Sialan.Dan itu semua bukan kemauan Raline atau Lisa, pun juga bukan keinginan kekasih Lisa yang Raline saja tak tahu nama serta wujudnya. Titah sang Ibunda Ratu yang sedang berada di Bandung yang mengharuskan Raline selalu menjaga Lisa dimana pun sang adik berada. Dikarenakan Raline adalah anak yang penurut, menyayangi orang tua, jadi tak ada alasan untuk dirinya menolak titah tersebut.Tubuh ramping yang terbalut pakaian casual

  • My Mate by Trouble   Lisa

    "Lama banget, sih. Sampai keroncongan nih perut gue," dumel seorang gadis berambut sebahu yang baru saja menduduki kursi disebelah Raline. Ia meletakan tas ranselnya di jok belakang. "Bekal lo masih sisa, 'kan? Sini gue makan.""Gak ada sisa.""Hah? Kok bisa? Semalam Lo bilang katanya mau diet.""Bekalnya gue kasiin Alan."Alis Lisa tertarik ke atas. "Lo ketemu sama Bang Alan?""Iya," sahut Raline."Langgeng banget ya lo berdua." Raline sontak melempar tatapan tajamnya pada Lisa. "Pertemanan lo maksud gue, Mbak. Belum selesai ngomong udah main lirik-lirik aja. Sensi amat, sih."Raline memilih menghidupkan mesin mobil, menjejakan roda mobilnya dengan tenang dari pada membalas omelan Lisa. Jalanan yang lenggang, memudahkan Raline untuk menaikkan kecepatan kendaraannya, menyelip beberapa kendaraan roda empat di depan."Mama nanya besok pulang apa nggak, lo pulang ng

  • My Mate by Trouble   Mantan

    Awan mendung menggantung di langit-langit Jakarta begitu Raline menggeleserkan audi putihnya di pelataran sebuah cafe. Depus angin sedikit menusuk kulit putih susu Raline. Sayang sekali ia tidak membawa sweater rajut yang baru dibelinya bulan lalu. Raline hanya bisa merapatkan blazer ditubuhnya.Kaki jenjang Raline memasuki sebuah cafetaria yang hanya terdapat beberapa pengunjung. Nuansa sunyi begitu kental terasa. Hanya terdengar alunan lirih piano yang dimainkan. Raline berderap menuju sosok yang melambai ke arahnya."Gue gak bisa lama, harus jemput Lisa." Raline mendudukan dirinya di kursi. Lelaki dihadapannya hanya mengangguk tenang. "Udah lama?""Gak, gue baru aja kok. Mau pesan?"Raline mengangguk. "Kayak biasa."Pria dengan jas silver itu memanggil salah satu pelayan. Memesan beberapa makanan ringan serta minuman hangat untuk dirinya dan Raline."Jadi gimana? Masih betah jadi Dosen?" tanya Ala

  • My Mate by Trouble   Dosen cantik nan galak

    "Bu, ayolah saya cuma telat lima menit, kok. Masa saya gak jadi bimbingan lagi," keluh seorang cowok yang berjalan di sebelah Raline. Sesekali ia memperbaiki letak tas ransel di bahunya yang melorot. Satu tangannya memeluk lembaran kertas yang tebal. Kakinya mengikuti irama high heels milik Raline. "Saya udah berusaha datang cepat Bu, cuma ya itu macet banget tadi tuh. Biasa Bu, penyakit Jakarta. Masa Ibu gak ngerti, sih.""Bukan urusan saya.""Yah, Ibu! Saya 'kan cuma telat lima menit terus ...." Cowok itu merapatkan bibir saat Raline menghentikan langkahnya.Raline menatapnya datar. "Waktu saya berharga, bahkan sedetik berbicara dengan kamu seperti ini saja membuang waktu bagi saya. Jangan merengek seperti bocah, hubungi saya dan jadwalkan lagi bimbingannya."Raline kembali melanjutkan langkahnya. Sementara cowok dibelakang sana sibuk mengumpat Dosen pembimbingnya itu."Kenapa lagi Bu mahasiswanya? Bermas

  • My Mate by Trouble   Pertengkaran sengit

    Mobil SUV milik Rana akhirnya terparkir di depan gedung Fakulitas Ekonomi. Pemilik mobil tersebut turun lalu melihat sekitar sambil berkacak pinggang. Ini kali pertama Rana menginjakan kakinya di kampus Fino."Woy, Bang!"Rana menoleh ke sumber suara. Pria dengan bomber jacket yang baru saja keluar langsung berlari menghampirinya."Dimana ruangan Dosen lo?" tanya Rana."Ayo ikut gue."Rana mengikuti langkah Fino, berjalan melewati koridor kampus. Sepanjang perjalanan Rana merasa berada di rumah sakit jiwa. Ia merasa risih dengan pekikan tertahan di sepanjang koridor. Jika tidak mengingat ini adalah kampus Fino, sudah sejak tadi ia akan memberikan tatapan laser pada gadis-gadis tidak tahu malu itu. Bisa-bisanya mereka menggoda Rana.Fino membawa Rana ke sebuah ruangan dimana terdapat seorang wanita yang tengah berjibaku dengan pekerjaannya. Sebelah

  • My Mate by Trouble   Awal mula

    "Ananda Fino! Berulang kali sudah saya peringati, jika tidak ingin mengikuti mata kuliah saya, Anda bisa keluar dari kelas!" seru Raline. Wanita dengan blouse merah maroon tersebut memandang penuh jengkel satu-satunya mahasiswa yang sedang bermain game di tengah kelas yang hening.Sementara pemuda bernama lengkap Arbelio Fino Desaga itu justru semakin asik bermain game online di ponselnya. Ia bahkan mengangkat satu kakinya diatas meja, seolah menantang sang Dosen.Raline menarik napas kesal. Ia mengetuk jemari diatas meja beberapa saat sebelum mengayunkan tungkai jenjangnya menuju tempat duduk Fino. Raline memandang pemuda tersebut sebelum merebut ponselnya dan melemparnya ke lantai. Bunyi ponsel Fino yang beradu dengan lantai membuat semua orang terkesiap. Tak terkecuali Fino, bola mata pemuda itu nyaris keluar begitu melihat ponsel mahalnya tergeletak tak sempurna dengan garis retak di kaca."Kenapa Ibu lempar hp saya?

DMCA.com Protection Status