86Bunyi genderang memancing pandangan penonton ke pintu masuk ruang pertemuan. Sunardi, Gumelar, Harun dan Nanang maju berderet sambil memukul drum dengan seirama. Seruan seseorang dari belakang ketiganya mengiringi kehadiran Hisyam, Aditya, Yusuf, Jeffrey, Chairil, Jauhari, Beni, Robi, Syuja, Ibrahim, Fawwaz dan Qadry, yang berlari kencang, lalu melompati para senior yang telah merunduk dan berbaris rapi di kedua sisi jalan.Hamid dan rekan-rekannya dari pengawal lapis satu, membiarkan punggung mereka menjadi tumpuan para junior yang sedang melakukan parkour. Tim selanjutnya menyusul sambil melaksanakan wushu menggunaakan tongkat dengan kerincing di ujungnya. Miguel, Steve, Michael, Cedric, Gibson, Frank, Daluh, Yarif, Fadhil dan tentu saja Loko, berkung-fu dengan apik sembari sekali-sekali berseru. Irfan, Nurhan, Lazuardi, Dimas, Mukti, Wahyudi, Valdi, Uday, Uwais, Ukky, Sony dan Novan, menyusul sambil memamerkan pertunjukan tongkat khas pengamanan yang dilempar silang pada se
87Kelompok Chyou tiba di kediaman Koh Li Bun menjelang tengah malam. Kinsey turun lebih dulu dari kursi depan untuk membukakan pintu tengah. Chyou keluar, lalu mengangkat dan menggendong Earlene yang sudah terlelap sejak tadi. Carver yang juga telah turun, bergegas ke pintu depan rumah sambil meraih kunci cadangan dari saku celananya. Pria berparas manis membuka pintu lebar-lebar agar Chyou leluasa memasuki ruangan. Darren mengejar Kakak iparnya untuk membukakan pintu kamar di belakang. Dia ikut masuk untuk menyalakan lampu dan mesin penyejuk udara, kemudian Darren keluar sambil menutup pintu. Sekian menit berlalu, Chyou keluar dari kamar mandi. Dia berganti pakaian dengan setelan kaus kesukaan. Chyou melenggang ke dekat pintu untuk menekan sakelar lampu utama. Seketika ruangan berubah remang-remang karena ada sinar lampu dinding. Chyou merebahkan badan di sisi kiri kasur. Dia tidak membangunkan Earlene dan membiarkan istrinya tidur tanpa berganti pakaian. Chyou tahu jika Earlene
88Suasana ruang tamu kediaman Yanuar sore itu terlihat ramai orang. Mereka memerhatikan pria berparas separuh luar negeri yang sedang menjelasksn detail proyek terbaru, yakni proyek gabungan banyak bos PG dan PC. Chyou sekali-sekali akan menunduk untuk membaca detail proyek di kertas yang telah dibagikan Wirya sebelum acara dimulai. Chyou berdecak dalam hati menyaksikan jumlah dana yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek tersebut. Carver, Darren dan Kinsey berulang kali menanyakan hal yang kurang dimengerti. Wirya dan Zulfi menjelaskan dengan bahasa Mandarin agar ketiganya lebih paham. "Oke, sekarang kita tentukan wakil dari semua pemegang saham proyeknya," tutur Alvaro. "Zulfi, Wirya, Yoga, Andri dan Haryono hanya ikut mengontrol, nggak bisa stand by sebulan di sana, karena kesibukan mereka yang luar biasa," lanjutnya. "Ini kesempatan bagus untuk membuktikan eksistensi di dunia bisnis luar negeri. Karena proyek ini dikerjakan di tiga negara sekaligus. Yakni, Cina, Thailand, d
89Chyou memandangi Earlene yang sedang sibuk menikmati makanan kiriman Winarti. Perempuan bergaun panjang hijau lumut sekali-sekali akan mendesis kepedasan. Namun, Earlene tetap meneruskan bersantap dengan semangat. Hal yang sama juga dilakukan Diana dan Bibi Yuen. Keduanya berulang kali memuji makanan tersebut, terutama karena bumbu kacang dan kuah cuko yang lezat. Graham tidak banyak bicara. Pria tua berkaus hitam tampak antusias menghabiskan hidangan, sambil mendengarkan percakapan Darren, Kinsey dan Carver tentang proyek terbaru mereka. Graham sudah membicarakan hal itu pada Robert dan Seth. Mereka sepakat untuk memberikan modal tambahan, agar ketiga lelaki muda kian semangat bekerja. Loko dan Brandon muncul dari teras dengan langkah lebar. Mereka langsung menyambangi bos masing-masing, lalu membungkuk untuk membisikkan kabar terbaru terbaru dari Guangzhou.."Apa?" tanya Kinsey sambil membeliakkan mata. "Bagaimana bisa begitu?" desaknya. "Saya tidak tahu, Tuan muda. Ini info
90Perjalanan menuju Pangalengan ditempuh selama beberapa jam. Earlene berulang kali memvideokan tempat-tempat yang menurutnya menarik, sepanjang jalan yang dilalui. Perempuan berkaus biru muda yang merupakan seragam istri anggota PC, sangat menikmati perjalanan itu. Meskipun harus duduk berjan-jam, Earlene sama sekali tidak merasa bosan. "Ada yang mau rujak?" tanya Delany yang berada di kursi depan bersama putranya. "Mau!" pekik hampir semua orang yang berada di dalam bus. "Ani, Lien bilang apa?" tanya Earlene menggunakan bahasa Mandarin. "Cici Lien menawarkan rujak. Aneka buah yang dimakan dengan sambal khusus, Nona," terang Anjani yang berada di kursi sebelah kanan. "Ahh, aku mau. Mungkin bisa mengurangi mual di perut." "Apa Nona mau muntah?" Earlene menggeleng. "Hanya mual. Dugaanku, ini karena perjalanan jauh." "Ya, biasanya memang begitu. Apalagi ini menggunakan bus, rasanya akan berbeda dengan menumpang di mobil biasa." Anjani berdiri ketika dipanggil Delany. Dia meny
91Pagi pertama di Pangalengan. Earlene keluar dari rumah bersama Anjani dan rekan-rekannya. Mereka menyusuri jalan di samping kanan bangunan rumah dinas untuk menuju kebun sayur. Earlene merapatkan jaketnya. Hujan yang turun dini hari tadi, menyisakan kabut tebal dan dingin yang menggigit. Meskipun sudah sering berada di area bersalju, tetapi hawanya berbeda karena Pangalengan lebih lembap. Embun menggantung di denaunan. Perlahan menetes menyentuh bumi dan berbaur dengan tanah. Aroma petrikor tercium hidung Earlene ketika menjejakkan kaki ke lahan kebun luas. Dia menghirup udara dengan sedikit rakus sambil membatin jika dirinya benar-benar menyukai tempat itu. Sabrina mendatangi para pekerja dan menyalami mereka. Selama beberapa saat istri Zulfi mendengarkan keluh kesah para pegawai kebun, terutama karena hasil kebun yang sedikit berkurang dari biasanya. "Nanti kubicarakan ke Abah," tutur Sabrina. "Ambu, di dieu, lama teu?" tanya ketua pegawai. "Seminggu lebih." "Singkong bade
92Grandel mengamati Atley yang sedang menonton film kartun di televisi. Lelaki kecil berkaus biru sudah berulang kali menanyakan Yvete. Grandel memahaminya sebagai kerinduan Atley pada sang mama.Pria yang mengenakan t-shirt hijau, memaksa otaknya berpikir cepat. Dia berniat untuk mengantarkan Atley menemui Yvete, tetapi Grandel harus berhati-hati agar tidak dijebak istrinya. Mengingat sosok Yvete membuat Grandel kesal. Dia tidak menduga bila perempuan yang masih disayanginya, sanggup berencana untuk membunuhnya. Terbayang kembali masa-masa di mana mereka sama-sama mabuk kepayang. Grandel bangga bisa mendapatkan hati Nona muda pertama Zhang, sekaligus pewaris utama keluarga Yang. Akan tetapi, akibat kurang berhati-hati, Yvete hamil dan menyebabkan keluarga besar Robert Yang heboh. Hingga sang kakek dan Nenek memutuskan untuk mengganti posisi Yvete sebagai pewaris utama, dengan Earlene yang merupakan cucu kedua. Hal itu menjadi awal perseteruan Graham Yang dan Sophie. Mereka sama-
93Jumat sore, rombongan para istri dan anak-anak dari semua peserta diklat, tiba di resor kedua. Tempat itu berjarak sekitar 5 kilometer dari resor pertama. Sabrina dan rekan-rekannya menjadi panitia penyambut. Mereka turut mengantarkan para tamu hingga tiba di ruang rapat, di mana acara ramah-tamah akan dilaksanakan. Delany, sebagai istri dari direktur utama PBK, membuka acara dengan untaian doa. Kemudian dia menyapa hadirin, lalu menjelaskan sususan acara diklat terakhir esok hari di resor satu. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, sebelum acara penutupan akan dilaksanakan lomba keluarga bagi yang sudah menikah. Sementara untuk yang masih bujangan mengikuti lomba solo yang pesertanya diacak oleh panitia dari setiap kelompok."Untuk kali pertama, akan diadakan lomba khusus anak-anak, sore nanti," tukas Delany yang disambut sorakan hadirin. "Hadiahnya juga nggak main-main. Semuanya dipersembahkan oleh para pengawal lapis satu dan dua," imbuhnya. "Sementara hadiah buat lomba kelua