90Perjalanan menuju Pangalengan ditempuh selama beberapa jam. Earlene berulang kali memvideokan tempat-tempat yang menurutnya menarik, sepanjang jalan yang dilalui. Perempuan berkaus biru muda yang merupakan seragam istri anggota PC, sangat menikmati perjalanan itu. Meskipun harus duduk berjan-jam, Earlene sama sekali tidak merasa bosan. "Ada yang mau rujak?" tanya Delany yang berada di kursi depan bersama putranya. "Mau!" pekik hampir semua orang yang berada di dalam bus. "Ani, Lien bilang apa?" tanya Earlene menggunakan bahasa Mandarin. "Cici Lien menawarkan rujak. Aneka buah yang dimakan dengan sambal khusus, Nona," terang Anjani yang berada di kursi sebelah kanan. "Ahh, aku mau. Mungkin bisa mengurangi mual di perut." "Apa Nona mau muntah?" Earlene menggeleng. "Hanya mual. Dugaanku, ini karena perjalanan jauh." "Ya, biasanya memang begitu. Apalagi ini menggunakan bus, rasanya akan berbeda dengan menumpang di mobil biasa." Anjani berdiri ketika dipanggil Delany. Dia meny
91Pagi pertama di Pangalengan. Earlene keluar dari rumah bersama Anjani dan rekan-rekannya. Mereka menyusuri jalan di samping kanan bangunan rumah dinas untuk menuju kebun sayur. Earlene merapatkan jaketnya. Hujan yang turun dini hari tadi, menyisakan kabut tebal dan dingin yang menggigit. Meskipun sudah sering berada di area bersalju, tetapi hawanya berbeda karena Pangalengan lebih lembap. Embun menggantung di denaunan. Perlahan menetes menyentuh bumi dan berbaur dengan tanah. Aroma petrikor tercium hidung Earlene ketika menjejakkan kaki ke lahan kebun luas. Dia menghirup udara dengan sedikit rakus sambil membatin jika dirinya benar-benar menyukai tempat itu. Sabrina mendatangi para pekerja dan menyalami mereka. Selama beberapa saat istri Zulfi mendengarkan keluh kesah para pegawai kebun, terutama karena hasil kebun yang sedikit berkurang dari biasanya. "Nanti kubicarakan ke Abah," tutur Sabrina. "Ambu, di dieu, lama teu?" tanya ketua pegawai. "Seminggu lebih." "Singkong bade
92Grandel mengamati Atley yang sedang menonton film kartun di televisi. Lelaki kecil berkaus biru sudah berulang kali menanyakan Yvete. Grandel memahaminya sebagai kerinduan Atley pada sang mama.Pria yang mengenakan t-shirt hijau, memaksa otaknya berpikir cepat. Dia berniat untuk mengantarkan Atley menemui Yvete, tetapi Grandel harus berhati-hati agar tidak dijebak istrinya. Mengingat sosok Yvete membuat Grandel kesal. Dia tidak menduga bila perempuan yang masih disayanginya, sanggup berencana untuk membunuhnya. Terbayang kembali masa-masa di mana mereka sama-sama mabuk kepayang. Grandel bangga bisa mendapatkan hati Nona muda pertama Zhang, sekaligus pewaris utama keluarga Yang. Akan tetapi, akibat kurang berhati-hati, Yvete hamil dan menyebabkan keluarga besar Robert Yang heboh. Hingga sang kakek dan Nenek memutuskan untuk mengganti posisi Yvete sebagai pewaris utama, dengan Earlene yang merupakan cucu kedua. Hal itu menjadi awal perseteruan Graham Yang dan Sophie. Mereka sama-
93Jumat sore, rombongan para istri dan anak-anak dari semua peserta diklat, tiba di resor kedua. Tempat itu berjarak sekitar 5 kilometer dari resor pertama. Sabrina dan rekan-rekannya menjadi panitia penyambut. Mereka turut mengantarkan para tamu hingga tiba di ruang rapat, di mana acara ramah-tamah akan dilaksanakan. Delany, sebagai istri dari direktur utama PBK, membuka acara dengan untaian doa. Kemudian dia menyapa hadirin, lalu menjelaskan sususan acara diklat terakhir esok hari di resor satu. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, sebelum acara penutupan akan dilaksanakan lomba keluarga bagi yang sudah menikah. Sementara untuk yang masih bujangan mengikuti lomba solo yang pesertanya diacak oleh panitia dari setiap kelompok."Untuk kali pertama, akan diadakan lomba khusus anak-anak, sore nanti," tukas Delany yang disambut sorakan hadirin. "Hadiahnya juga nggak main-main. Semuanya dipersembahkan oleh para pengawal lapis satu dan dua," imbuhnya. "Sementara hadiah buat lomba kelua
94Hari berganti. Seusai perlombaan keluarga, semua peserta diklat dan para tamu dipersilakan beristirahat, sekaligus menikmati makan siang. Kemudian acara penutupan dilaksanakan, di mana penghargaan dan peringkat terbaik akan diumumkan. Wirya menaiki podium bersama keempat petinggi PBK. Pria berkulit kuning langsat menyapa hadirin yang membalas dengan teriakan penuh semangat. Selanjutnya Wirya menyampaikan pidato singkat, terutama mengenai rasa kagumnya pada semua peserta diklat yang mengikuti acara dari awal hingga akhir dengan semangat.Lazuardi dan rekan-rekannya berjibaku menyusun piala serta hadiah untuk semua kategori. Sementara para pengawal perempuan menyiapkan deretan hadiah untuk lomba yang diadakan tadi pagi. "Sudah siap untuk menerima hadiah?" tanya Wirya yang dibalas beragam jawaban dari hadirin. "Baik, kita mulai dari lomba para bujangan dan duda. Silakan, Bang Ilyas serta Bang Rusli, umumkan pemenangnya," lanjutnya. Kedua lelaki yang disebut, maju dan berdiri berde
95Earlene dan keluarganya yang masih bertahan di resor BPAGK, melambaikan tangan melepas keberangkatan belasan bus yang hendak menuju Bandung dan Jakarta. Setelah bus terakhir tidak terlihat lagi, mereka memutar badan untuk menaiki mobil golf mini, yang segera bergerak menuju rumah dinas di belakang gedung hotel utama. Carver yang menjadi pengemudi, terus mengoceh mengenai berbagai tingkah rekan-rekannya selama pendidikan dan pelatihan berlangsung. Sekali-sekali Chyou dan Darren menimpali, hingga mereka tiba di tempat tujuan. Earlene turun dan jalan menuju pintu depan rumah yang sudah terbuka lebar. Dia memanggil Lilis, sang asisten rumah tangga untuk menyiapkan minuman hangat buat semua orang. Chyou dan yang lainnya duduk di sofa serta kursi-kursi di ruang tamu. Mereka masih melanjutkan percakapan sambil sesekali tertawa."Aku sudah menduga jika Bang Varo yang akan menjadi juara pertama," tukas Carver."Ya, semua hasil tes-nya 100. Padahal itu materi baru yang disusun tim penga
96Graham Zhang dan Diana tiba di resor BPAGK menjelang jam 12 siang. Mereka ditemani Rembrand Cheung dan Gretta Liu, beserta beberapa pengawal muda PBK yang akan menggantikan tugas regu Anjani. Ketua pengawal perempuan menjelaskan detail apa saja yang harus diketahui Puspa dan ketiga rekannya. Esok hari tim Anjani akan pulang ke Jakarta untuk menikmati cuti seminggu penuh, sebelum mereka kembali bekerja di kantor pusat. Anjani nantinya akan melatih kedua pengawal perempuan baru buat menggantikan tugasnya mengawal Earlene. Para pengganti telah selesai diklat khusus bersama beberapa pengawal perempuan tambahan, yang baru direkrut tim PBK. Seusai makan siang, Chyou mengajak papanya dan Papa mertua mengelilingi area dengan ditemani Abbas, ketua security resor yang telah bekerja di tempat itu sebelum pembangunan resor dimulai. Abbas mengemudikan mobil golf mini sembari menjelaskan hal-hal penting tentang resor. Seusai berkeliling, Abbas mengarahkan kendaraannya keluar area, untuk men
97Sepasang manusia yang masih terikat dalam pernikahan, saling menatap tanpa memedulikan sekitar. Bila Yvete tengah berusaha menahan diri untuk tidak menampar lelaki berkemeja hijau, Grandel justru menguatkan hati untuk tidak bangkit berdiri dan mendekati Yvete buat memeluknya. Grandel tidak menyangka jika hatinya masih berdesir sejak Yvete memasuki ruangan VIP restoran kesukaan mereka. Grandel juga tidak menduga bila masih terpesona dengan keelokan paras sang istri. Perhatian Grandel teralihkan pada Atley yang sedang berbincang dengan Veronica. Lelaki kecil berkaus oren kentara sekali sangat dekat dengan bibinya, yang berulang kali mendekap Atley sambil menciumi puncak kepalanya. Hal serupa juga dilakukan Halton. Pria yang mengapit istrinya bersama Yvete, memegangi lengan keponakannya dan sekali-sekali membelai rambut Atley. Percakapan Yvete dengan pengacaranya menyadarkan Grandel dari lamunan. Dia memperhatikan kedua orang tersebut yang sedang mengobrol tentang berbagai klausul
124Jalinan waktu terus bergulir. Hari berganti menjadi minggu, hingga bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Situasi di Hong Kong, Shanghai, Guangzhou dan beberapa kota lainnya telah kembali kondusif. Tidak ada lagi perkelahian antara kelompok mafia yang tergabung dalam koalisi. Di Kota Taipei, kondisinya telah jauh lebih aman dan nyaman. Hingga warganya bisa beraktivitas dengan tenang dan santai. Tanpa perlu khawatir akan adanya perkelahian kelompok mafia lokal. Kehidupan rumah tangga Chyou dan Earlene pun kian harmonis. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan nyaris tidak terpisahkan. Meskipun Chyou beberapa kali harus berangkat ke luar kota ataupun luar negeri, Earlene tetap merasa diperhatikan sekaligus dicintai. Walaupun terpisah jarak.Bila tengah berada di Kota Taipei, setiap pagi Chyou akan menemani istrinya jalan kaki mengelilingi kompleks. Pria bermata sipit kian takjub dengan kepopuleran Earlene yang selalu disapa para tetangga. Baik yang muda maupun tua, akan m
123Hari berganti hari. Waktu yang diberikan pada kelompok Mùyáng Fheng pun usai. Chyou meminta Flint untuk menghubungi Tengfei, karena hanya dia yang bisa diajak bicara dengan tenang. Tengfei mengajak bertemu nanti malam di tempat yang telah ditentukan. Namun, Flint mengubah lokasinya, karena khawatir ada jebakan menanti di tempat yang diketahuinya sebagai restoran milik kerabat Mùyáng Fheng. Tengfei menyanggupi dan berjanji untuk datang tepat waktu. Setelah menutup sambungan telepon, pria berpipi tirus memandangi kakaknya yang sedang berbincang dengan sang bos. Mùyáng Fheng telah menyetujui ketiga syarat yang diajukan pihak Aiguo. Namun, Zimo masih bersikeras untuk tidak melakukan syarat pertama. Tengfei berdebat dalam hati. Dia bimbang, antara mendukung Zimo, atau memaksa pria tersebut menyerahkan diri. Tengfei berpindah ke dekat jendela. Dia mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada Flint. Tidak berselang lama anak tertua Fang Xie membalas pesan dengan mengirimkan nomor tele
122Dante, Jianzhen, To Mu dan Yuze memasuki ruangan besar di lantai tiga sambil merunduk untuk menghindari peluru yang ditembakkan beberapa orang lainnya. Zulfi, Yanuar dan Yoga menyusul. Bila kedua rekannya balas menembaki pihak lawan dengan pistol masing-masing, Yanuar melepaskan banyak anak panah yang berhasil melumpuhkan para penjaga. Wirya masih baku hantam dengan Jingguo. Sementara Chyou bertarung melawan Quan. Sedangkan Alvaro berhadapan dengan Kang. Dante dan yang lainnya memilih lawan masing-masing, kemudian berkelahi dengan mengeluarkan tenaga penuh. Seunit mobil MPV hitam berhenti di dekat belasan motor di halaman depan. Salman turun sambil membawa kamera beresolusi tinggi miliknya. Yanzou dan Rangga mendampingi Salman yang hendak memanjati dinding, menggunakan tali yang diulurkan Gwenyth dan Dionna dari balkon lantai dua. Rangga memanah siapa pun yang hendak mendekat. Benton yang menjadi sopir mobil tadi, bergegas turun sembari menembakkan pistolnya ke pihak lawan. C
121Sekelompok orang memasuki pekarangan sebuah vihara. Mereka bergegas menghampiri kelima anggota keluarga Bao yang sedang duduk di kursi-kursi, di tengah-tengah halaman depan. Zimo Kuang berhenti 10 meter dari para kerabatnya, tepat di garis pembatas yang telah dibuat tim PBK muda. Asisten kepercayaan Mùyáng Fheng memperhatikan sekeliling sambil menghitung jumlah orang yang menjaga tawanan. "Kupikir Chyou yang akan datang langsung. Tahunya dia hanya mengirim ajudan," ledek Zimo Kuang sambil memandangi Alvaro dan rekan-rekannya yang berada di belakang para tawanan. "Menghadapi babi sepertimu, cukup hanya kami," balas Yusuf yang berdiri di sebelah kanan Alvaro."Bahasamu kasar, Anak muda!" desis Zimo Kuang. "Tidak perlu berlaku sopan santun pada kalian. Karena bagi kami, kalian cuma sekumpulan babi bau dan jorok." "Jaga bicaramu!" Yusuf mengacungkan jari tengah kanan tangannya. "Aku tidak takut padamu." Zimo Kuang hendak maju, tetapi tangannya ditarik sang adik. Tengfei mengge
120Malam harinya, tiga unit mobil MPV hitam berhenti di depan rumah milik Paman Rebecca. Beberapa penjaga segera mendatangi mobil untuk membantu menurunkan barang-barang yang dibawa kelompok terakhir, yang akan bergabung dengan pasukan besar. Boris Dǒng keluar dari mobil pertama bersama Fernando. Keenam ajudan sang mantan mafia bergegas keluar sambil membawa beberapa koper berukuran sedang. Simon, Albern dan Noel turun dari mobil kedua bersama Haryono, Rangga dan kedua pengawal muda. Para penumpang mobil ketiga keluar dengan santai. Mereka melenggang memasuki ruang tamu dengan diikuti kedua kelompok lainnya. Dante menggertakkan gigi saat melihat kelima adiknya tiba di ruangan tersebut. Dia mengumpat pelan, sebelum memelototi pria tertinggi di keluarga Adhitama, yang telah tiba di hadapannya. "Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Dante sambil menatap sepupunya dengan tajam."Koko beraksi sendirian, aku kesal!" geram Samudra. "Betul, harusnya kita juga ikut kemarin dulu," timpal Har
119Matahari sudah menyorot ketika Chyou terbangun. Dia seketika mengaduh karena seluruh badannya sakit. Selama beberapa menit Chyou menggerak-gerakkan jemarinya sambil mengatur napas. Setelah rasa sakitnya mereda, pria berhidung mancung mengerjap-ngerjapkan mata, lalu memindai sekitar. Terlihat seorang lelaki yang tengah berbaring di sofa bed. Chyou hendak memanggil, tetapi suaranya tidak keluar. Pria berkaus putih berusaha menggerakkan bibirnya hingga berhasil berdeham. Shen spontan membuka mata, kemudian dia bangkit. Putra kedua Richard Cheung berdiri dan jalan menyambangi Kakak sepupunya yang berada di kasur besar. "Koko, mau minum?" tanya Shen yang dibalas Chyou dengan kedipan mata. Pria yang lebih muda mengambil botol minuman dari lantai..Dia membuka tutupnya, lalu mendekatkan botol agar Chyou bisa meminumnya. Sekian menit terlewati, suara Chyou telah berhasil dikeluarkan. Dia memegangi tangan Shen yang spontan memandanginya saksama. "Kita ada di mana?" tanya Chyou. "Ruma
118Loko yang masih berada di balkon, meminta Andri untuk merusak kunci pintu. Namun, usaha Andri gagal karena ada seseorang yang menembaki mereka dari jendela sisi kanan. Fajar balas menembaki orang yang tidak terlihat, sedangkan Loko dan Andri bekerjasama mendobrak pintu. Fabian mengangkat pot bunga di sudut kanan balkon, kemudian dia melemparkan benda itu sekuat tenaga hingga kaca pintu pecah. Loko melompat masuk tanpa memedulikan lengan dan kakinya tergores sisa kaca. Andri mundur sedikit, kemudian dia melompat dengan posisi tubuh miring agar tidak terkena pinggir kaca. Fabian dan ketujuh rekannya turut memasuki ruangan. Dia menerobos orang-orang di sekitar ruang tengah untuk mendatangi kamar ujung. Ketua regu pengawal Dante tersebut membuka pintu kamar sambil menunduk. Kemudian Fabian lari untuk menerjang sang penembak yang seketika gelagapan. Fabian menghentikan serangan kala menyadari bila lawannya adalah perempuan. Pria berambut cepak mundur dan hanya menangkis, saat perem
117Pesawat dari Hong Kong mendarat dengan mulus di bandara Taiwan awal malam itu. Lucas yang memimpin kelompok kecil, meminta anggotanya untuk menunggu hingga semua penumpang lainnya turun. Setelah orang terakhir keluar dari pesawat, Lucas mengajak kelompoknya jalan ke pintu. Pria bermata sipit memegangi lengan kanan Ying dan menuntun bibinya dengan hati-hati.Sekian menit terlewati, kelompok tersebut telah berada di tempat pengambilan bagasi. Lucas meminta kedua ajudannya untuk memindahkan semua barang ke troli. Sementara dia dan kedua pengawal lainnya menjaga ketiga perempuan dan dua bocah laki-laki. Putra tertua Gui Xie ikut membantu Lucas memindai sekitar. Dia menyipitkan mata saat melihat sekelompok laki-laki yang sejak tadi mengamati mereka dari dekat pintu menuju toilet. "Paman, coba perhatikan sekelompok orang di sana," tutur Honghui sembari mengarahkan dagunya ke kanan. Lucas tidak langsung menoleh, melainkan berpura-pura merapikan kancing kemeja sang keponakan yang bada
116Benton terkejut ketika sekelompok orang memasuki ruang perawatannya malam itu. Pria berkumis tipis hendak turun dari ranjang, tetapi dicegah Jacob yang langsung menyambangi dan memeluknya erat. Benton mengurai pelukan seraya tersenyum. Dia senang bisa bertemu kembali dengan tangan kanan Flint Xie, yang memang cukup dekat dengannya selama beberapa tahun terakhir. Anak ketiga Fang Xie menyalami Chyou yang datang bersama ketiga adiknya, dan beberapa orang yang dikenali Benton sebagai kerabat keluarga Cheung dan Zheung. Donnel dan Scott bergegas menyiapkan kursi-kursi agar semua tamu bisa duduk. Kemudian mereka keluar untuk bergabung dengan ketiga rekannya, dan tim Loko. Benton dan Jacob berbincang mengenai keadaan masing-masing. Jason turut menimpali dengan beberapa informasi yang tidak diketahui keduanya. "Aku tidak menduga, jika kedua asisten Mùyáng Fheng yang menjadi otak pelaku kericuhan di banyak tempat," tutur Benton. "Saya pikir, mereka memanfaatkan celah runtuhnya kekua