Minggu, februari!
Pagi ini masih sama buatku masih tetap menyejukkan, aku duduk melantai depan jendala kamar, memandang indah diluar sana.Sambil sesekali memejamkan mata merasakan hembusan angin yang menerobos masuk begitu saja tanpa izin.Oh sejuknya... menusuk keseluruh kulitku. Rambut hitam legamku yang terurai panjang ikut terkibas olehnya.Hari yang begitu indah dan cerah. Embun membuatku merasa lebih segar pagi ini. Langit biru yang selalu menjadi saksi kecantikan parasku setiap pagi. Aku tersipu malu setiap melihatnya lebih indah.Mataharipun teriknya tak mau kalah selalu membuatku tenang dan damai tanpa perduli ucapan selamat pagi dari seseorang yang mereka sebut kekasih, karena bagiku, embun, langit dan mentari pagi sudah cukup buatku menyambut pagi."Selamat pagi untukku" batinku.Seperti biasa pagiku dimulai dengan lima belas menit menatap keindahan sunrise, tiga menit membasuh muka, satu menit menggosok gigi kemudian menit berikutnya tinggal menunggu alarm sarapan pagi dari lantai bawah.Dan yah Ayah-Bunda selalu menjadi alarm terdahsyat buat ku diantara semua alarm yang sudah ku setting. Itu mengapa tidak pernah seharipun pagiku lewati tanpa alarm dari mereka. Suara teriakan memanggil namaku. Meski begitu keras namun aku tahu itu adalah panggilan penuh rasa cinta.Oh ayah-Bunda. Kalian adalah dua anak manusia yang juga sama sepertiku. Sama merasakan kebahagian menjadi seorang anak. Teruslah bersamaku selamanya!Begitulah bisikku dalam hati. Setiap hari memuji muji nama mereka. Bagaimana tidak mereka adalah satu-dua milikku yang paling berharga.***"Sayang makan yang banyak dong!""Nih... nih... semua makan. Gak boleh ada yang dilewatin!"Peringatan barusan datang dari ibundaku tersayang, yang membuat lamunanku terhenti."Ya ampun bunda ini banyak banget ntar akunya gendut lagi."eluhku.Lalu Sebagian makanan yang bunda beri aku keluarkan dari piring, aku hanya menerima satu mangkok sup kesukaanku."No gendut. Kamu lagi pertumbuhan jadi harus makan banyak biar tinggi kamu nambah, yahkan ayah?""Alaaaaa... minta bantuan ke Ayah, Bunda selalunya begitu.""Sudahlah sayang dengerin apa kata bunda, kamu sehat dan tinggikan juga buat kamu nantinya." ujar Ayah dan sesuai insting Bunda, Ayah kini ikut memerintah."Okok. I know. Uda deh Ayah-bunda, udah gede ini."Sendok yang kupegang, keduanya ku letakkan ke dalam mangkuk sup. Aku mulai malas dengan perdebatan yang hanya akan membuat moodku berantakan.Bunda menatapku "No! Kamu masih bocah dan akan selalu seperti itu dimata bunda dan ayah!" tegasnya."Im 18 years old bundaa... bentar lagi 19th Comeon."'Bagaimana mungkin usia 19 masih akan bertambah tingginya hanya dengan sepiring nasi goreng?'Aku mengomel sepuasnya meski hanya berputar-putar dalam otak, tak berani ku proklamirkan."Yaudah kamu sarapan trus siap-siap kita ada acara keluarga, dan kamu harus ikut, kan hari minggu."ajak Ayah memenuhi maksud Bunda.Aku menggeleng kuat, menolak. "No ayah. Aku ada job. And verry important. ok?"rajukku."Gak boleh dong gak ikut kamu sayang. Inikan hari minggu. Lagi kamu bentar lagi kuliah dan ini masih masa libur kamu sampe penerimaan mahasiswa baru. Jadi bagi waktu lah buat keluarga." potong Bunda, yang Kini semakin melancarkan aksinya yang tak akan terbantahkan.Aku lagi-lagi menggeleng "No, bunda. " hanya dua kata itu yang dapat ku utarakan sebagai protes."Canva, please dengerin bunda kamu." Tambah Ayah lagi yang terus saja menjadi penengah yang tak adil sebab lebih berat ke Bunda daripada Aku."Ayah. I konw that. But i hv job. And i cant leave it." Bantahku, berusaha protes dengan alasan yang ku buat.Ayah melirik ke arah ku dengan tatapan permohonan, namun aku mengabaikannya."Ok, Jam berapa dan dimana ??" Tanya Ayah.Aku menghembuskan nafas pelan sebelum menjawab "At home." Jawabku.Aku memang seorang author namun aku tak pandai merangkai kalimat dusta makanya kata yang keluar sebagai alibi hanya itu.SUNGGUH KONYOL!"Walah udah kamu ikut. Nanti pulang kerjain job kamu itu. Gak ada bantah lagi." Pintah Ayah sementara Bunda mulai mengomel macam-macam."Ih ayah. Bunda tuh kenapa sih .""Udah ah debat mulu sama Bunda. Gak baik atuh neng. Nurut aja." Lagi lagi dan lagi Ayah mendukung Bunda."I dunno, how much mother like mymom. Aku ke atas Yah." Begitu teriakku pada Ayah lalu beranjak meninggalkan meja makan menuju lantai atas. Kamarku."CANVA. .SHE IS YOUR MOMS, U CAN'T SAY THAT!!!!." Ayah membalas teriakanku dengan teriakan yang lebih keras dan intonasi yang bisa ditebak itu berarti Marah."Okok. Ayah. Im keep silent. Udah." Meski suara Ayah sudah tak begitu jelas namun Aku tau selanjutnya apa yang akan Ayah katakan sebagai nasehat.Setelah menjawab, aku menarik gagang pintu kamar agar tertutup lalu ku jatuhkan tubuhku ke Queen size milikku. Setelah mendarat sempurna, ku benamkan wajahku sepenuhnya kebantal. Aku tidak ingin mendengar apapun lagi.*****Harusnya pagi ini menjadi hal menyenangkan, namun ternyata tidak. Memang seperti itulah kenyataan. Walaupun aku disambut indah oleh Mentari dan kawan kawan, namun tidak selalu dengan manusianya.Hari ini Bunda lagi-lagi ngotot dengan keinginannya. Dan aku tidak suka akan hal itu. Aku sayang Bunda, itu JELAS! .namun soal bunda yang selalu mengatur kegiatanku, itu aku KESAL, sebab itu sangat mendasar. Dan aku tahu persis maksud bunda hari ini. Itu alasan mengapa aku semakin ingin berdebat dengan bunda. Nanti juga kalian akan tahu kenapa. Karena aku sangat tahu setiap kali ada pertemuan keluarga pasti akan ada MOMEN itu. So kita lihat saja bersama nanti. Aku juga penasaran.*****Kami sudah berada di rumah uncle jon. Rumah dimana menjadi pusat berkumpul for our bigfams today .Disini sangat ramai dan aku tidak suka akan hal ini. Tidak apa bagiku, aku berada ditengah jutaan manusia asalkan mereka tidak aku kenal. Namun kalo seperti saat ini, ini adalah posisi paling menyebalkan dalam hidupku. Berada diantara orang Orang yang sangat mengenal baik diriku. Oh lebih tepatnya sok tahu tentangku dan kehidupanku.****"Hey Canva."Sapa seseorang tiba-tiba muncul dari arah berlawanan dengan tujuanku sekarang yang sebenarnya sudah ingin lenyap dari keramaian ini. "Eh Hi." aku terpaksa harus membalikkan badan dan basabasi menyumbangkan sedikit senyumku pada pria yang baru saja menyapaku itu."Mau kemana buru buru amat?" Pria barusan yang menyapaku melangkah kearahku lebih dekat"Emm mau kedalam sebentar pening nih. Riuh." Aku yang tau ia ingin mendekat buru-buru mengalihkan pandangan dan dengan cepat berbalik arah"Gak pernah berubah lu yah. Masih kamar jadi favorite place?" Pria itu menyerangku dengan kalimat familiar"What ???" Saat dia menyebutkan kamar aku sudah tau maksudnya apa. Tapi aku harus bertanya dia siapa . Sampai tahu kebiasaanku. Padahal aku jelas tidak menyebutkan kamar cuman sekedar berkata ingin kedalam."Oh. Lu pasti gak inget gua lagi yah ?? Kenalin kembali deh. Gua Regar!""Regar siapa. Regar manaa. Gua gak kenal. Dan gak tahu sama sekali." Ucap Canva bingung."Siregar alias Onyet, remember ?!"Saat iya menyebutkan Regar jelas aku kebingungan, namun kata Onyet aku cuman pernah sekali memberi julukan itu pada seseorang dan itu adalah Siregar, salah satu tetanggaku sewaktu masih dibangku SD, apakah ini orang yang sama. Pikirkuh keras."Wait. Wait. Lu Regar, siregar yang gendut cengeng bacotan ileran and iyyuuu zuper ngeselin itu. Are you seriously ???""Hahaha.. yeah thts me. Why ???" Ia menjawab dengan bahasa tubuh yang menandakan kepercayaan diri tinggi"No no no. You are lying. I know exactly how he is. Not like you now. Ok." Aku masih sulit mempercayai apa yang ada didepan mataku"Ok. Banyak orang gak percaya. Tapi harusnya lu masih ingatkan sama ini?" Dia menunjukkan bekas luka jahitan dikepalanya. Dan aku ingat benar itu adalah ulahku. Dan akhirnya aku harus percaya kalau itu adalah dia. Siregar. Anak kecil cupu yang waktu itu bermain denganku setiap hari."Ohmygodness. And then you ?? Like this ??? Wow. What happened. and change you to be like this ???" Aku menatapnya sinis, memerhatikan dari ujung kaki sampai kepala"Yeah. Itu dulu. And now. Gua harus berubah lah." Sekali lagi ia menunjukkan betapa OverConfidentnya dia"Ok. Whatever you say lah Nyett."Harus ku akui perubahan pria dihadapanku saat ini, sangat menarik dan sungguh berubah total, kalau saja aku tidak mengingat masa kecil itu atau ini adalah pertemuan pertama kami mungkin aku akan memujanya, bagaimana tidak dia begitu charming dan berwibawa, padahal dia sama denganku baru memulai Study untuk universitas namun dia sudah terlihat seperti seorang CEO mudah. Ahh aku mulai berpikir jauh. Sudahlah dia tetap anak menyebalkan dan tidak akan ada yang berubah aku tahu aku tidak akan pernah menjatuhkan hati padanya."Gua udah seminggu disini dan gua baru sempet ketemu lo sekarang.""Dan gua gak kepikiran buat bisa ketemu lu lagi. Serius.""Yasih... mana mungkin juga lu bisa kepikiran. Lu kan gak pernah mikir.""Etttt. Enak aja. Kalo gak mikir gua gak bakal jadi the winner mulu.""Masih aja sombong. Dasar angkuh.""Eh lu ke prancis selama ini ??""Iya. Gue pindah dan gue baru seminggu ini injak indo lagi. Selama kurang lebih 6 tahun disana sekolah dan fokus menurunkan beratbadan.""Jadi waktu itu umur gue 11 tahun dong. And you ?""Sama gue juga 11 tahunlah.""Eh nggak dong lu kan adik baya gue.""Iyaiya gue beda beberapa bulan adik lu lah.""Nah gitu dongg.. lu lebih adik dari gue.""Lebih tua ?""No. Lebih mudah!" protesku."Gak usah sebut sebut tua lagi yah! Gak enak didengar." tambahku."Eh kok lu bisa ikutan acara hari ini, emang siapa lu disini bdw?" tanyaku."Oh ini kan acara reunian tetangga dulu, lu gak tau ?""Huh? Omg jadi ini cuman gue yang gak ngehh... payah!""Lu emang gak pernah ngeh.""Eh gak usah sotoy lu. 6 tahun lalu sama sekarang bedayah.""Lu masih sama. Gak ada yang berubah.""Apa iya ???""Iya. Dari fisik sikap semuanya dehh..""Yah.. its ok. Im always beautiful for sure.""GR. ""Why not. "Begitulah seterusnya sepanjang hari mereka selalu saling mengungkit kekurangan..***Hari ini aku resmi menjadi Mahasiswi di salah satu universitas swasta di kotaku, dan pagi ini aku sengaja datang lebih awal dari ketentuan kampus, karna aku ingin mencari tahu banyak hal, siapa tahu ada yang bisa aku eksplor. "Haha maksud aku bisa aku ajak berduet di ring tinju. Ngaco gak itu hanya gurauan seorang anak yang benar benar gila akan belajar bukan adu tinju seperti anak-anak sebaya lainnya."gumamku***"Emm permisi bu." Setelah mengetuk pintu aku mencoba membuka sedikit pintu ruangan"Iya ada apa, masuk." Salah satu Dosen cantik yang mengetahui keberadaanku depan pintu mempersilahkanku masuk. "Kamu mahasiswi jurusan apa?" tanyanya.Aku tersenyum malu mendapati pertanyaan itu. "Oh maaf ibu, aku mahasiswi baru." Aku mulai melangkah maju mendekat ke Dosen cantik itu."Oh astaga, ibu pikir kau sudah mahasiswi akhir, soalnya kau begitu terlihat dewasa dan anggun. Caramu berpakaian
Aku sudah berada dikampus tepat pukul 08.00 sesuai intruksi ibu dosen cantik kemarin. Lalu aku menuju kelas yang memang diperuntukan untuk segala macam test. Termasuk testku hari ini untuk memperoleh beasiswa. Sebenarnya keinginanku mendapat beasiswa bukan karena orangtuaku tidak mampu membiayaiku. Mereka sangat mampu bahkan aku terbilang cukup tajir dikalangan Teman SMA ku. Namun aku ingin beasiswa semata mata untuk memperjelas kehebatanku dalam masalah akademik. Tentu itu sangat membantu apalagi aku ingin melanjutkan studytour sampe luar negri. Jelas aku butuh predikat hebat itu.*** "Hey cantik, kamu sudah disinih?" Suara Dosen cantik itu terdengar menyapaku. Aku membalas sapaannya dengan memberikan sedikit senyum. "Iya bu, aku baru saja tiba." "Silahkan masuk, dan posisikan dirimu senyaman mungkin. Pilih saja bebas dimana kamu ingin duduk, karna katanya tempat duduk cukup berperan penting untuk kes
Masih ospek terakhir untuk kami para mahasiswa baru dikampus ini. Dan juga hari ini Pengumuman untuk hasil test beasiswa yang ku ikuti. Aku memutuskan untuk menuju ke papan buletin kampus. Dan alhasil Namaku tertera dengan jelas sebagai pemegang no.1 untuk beasiswa prestasi. "Wah legah." Bisikku. Tentu ini meyelamatkan aku dari absen ospek dan kemungkinan akan ketahuan siapa aku sebenarnya. Yah walopun bukan aku yang mengumumkan diriku senior mereka sendiri yang seenaknya menfonisku demikian.*** Kabar gembira ini lalu sampai kepada kedua orangtuaku. Ayah dan Bunda tentu sangat bahagia. Akhirnya aku bisa membuktikan sekali lagi aku adalah the winner untuk urusan study. Mereka pula menjanjikan S2 ke luar negeri untukku. Dimana itu terserah aku. Soal biaya jelas orangtuaku tidak masalah. Ditambah lagi sekarang aku Resmi Kuliah gratis."Sayang. Kau diam diam sudah membuat Ayah dan Bunda bangga. Bunda yakin pulang nanti
Setelah perkuliahan hari ini berakhir, seperti janjiku akan bertemu Regar. Aku menunggunya di salah satu Cafe dekat kampus. 30 menit menunggu akhirnya Regar muncul. "Darimana aja huh? gue lama nungguin lu, tau." Aku terus saja mengomel sambil mengaduk-aduk minumanku yang daritadi tidak aku sentuh setegukpun. "Sorry... gue ada keperluan, lagi itu minuman jangan dimainin gitu, kasihan minumannya ntar oleng" sindir Regar padaku"Lu harus secepatnya umumin ke ortu lu kalo lu udah punya pasangan!" Ujarku masih dengan wajah serius"Tapi siapa ?""Idih nanya gue, yah serah Lu dah ,pokoknya pointnya mah Lu harus batalin perjodohan itu TITIK. Gue gak mau denger alesan apapun."Setelah memberi peringatan pada Regar, gue memilih untuk langsung pergi dari cafe itu, tak perduli apa kata Regar, aku yang memaksanya datang lalu meninggalkannya begitu saja. Aku yakin dan percaya bahwa Regar akan men
Setelah lelah aku memutuskan untuk menyudahi pencarianku. Aku kembali ke ruangan, menunggu kelas terakhir.Disana ada Reina, Fifian dan Juga Sandra. Sudah menunggu daritadi."Lu darimana aja, hampir kena sekorkan untung ibunya telat masuk." Celoteh Reina"Iyanih lu darimana huh?" Tambah fifian dan sandra bergantian."Gue ada keperluan tadi bentar. Udah udah tuh dosen jangan ribut lagi ntar kena sekorsing beneran." Ujarku yang langsung duduk menyesuaikan diri disebelah Reina.*** Kelas terakhir usai. Kami mempersiapkan diri untuk pulang, Reina pamit untuk bertemu kekasihnya, sedang Fifian dan Sandra mengajakku untuk bergabung dengan mereka sore ini, mereka akan mengadakan party di salah satu club ternama di kota ini, aku tak enak bila ajakan pertama mereka langsung aku tolak. Terpaksa aku mengiyakan. Hanya saja aku tidak bisa langsung pergi aku musti ijin pada orangtuaku. Mendengar itu Fifian dan Sa
Kini aku sudah berada di dalam club. Aku sudah mengamati seluruh penjuru ruangan untuk mencari keberadaan dua gadis itu. Dan dari kejauhan tepatnya diatas panggung club ini, Sandra dan Fifian melambaikan tangannya padaku. Mengisyaratkan untukku segera mendatangi mereka. Lalu ku ikuti petunjuk untuk menuju panggung Cuma butuh satu menit untuk sampai ke Panggung itu, padahal ada begitu banyak manusia disana yang menghalangi namun entah kekuatan apa yang ku miliki malam ini hingga membuat semua menyingkir begitu saja saat melihatku berjalan. Tapi aku tidak perduli yang terpenting Aku sudah berada di depan panggung sekarang, lalu ku lihat Fifian yang sepertinya sudah mabuk, sedang Sandra masih normal. Dengan alat musik biola yang ia mainkan.Aku melangkah lebih dekat ke fifian, lalu aku dengan sigap memegangi tangan Fifian untuk menyeimbangkan tubuhnya yang sudah hampir ambruk."Sand. Sandra. Come her
"Wah gue minta maaf yah kejadian di club itu Va." ujar Fifian setelah duduk disebalahkuSeminggu setelah insiden di Night club. Hari ini, aku bertemu kembali di kelas dengan Reina dan juga kedua sahabatnya. Sandra dan Fifian."Hummmm, kalian harusnya gak ngundang gue, gak tau betapa kesalnya gue malam itu." Jawabku santai meski memang kejadian malam itu menjengkelkan"Sorry, im so sorry Canva, Forgive us." Begitu Sandra dan Fifian merajuk meminta pengertian dariku"Yasudahlah gue juga udah lupain kok.""Thankyou Va." Setelah menerima maaf dariku keduanya spontan memberi pelukan padaku. Meski sebenarnya risih aku terpaksa membalas pelukan ituBegitulah seharusnya aku memang bukan sahabat mereka bertiga lalu untuk apa aku marah. Tidak ada alasan yang pasti untukku marah ataupun merasa kecewa.Dan itu menurutku keuntungan dari aku yang tidak ingin memiliki sahabat.*****Beberapa hari setelah insiden Aku dan Regar berselisi
------Libur tiba, aku mendapat ijin dari Ayah dan bunda untuk ikut liburan bersama Reina dan yang lainnya. Tentu itu ada syaratnya---Aku harus berkunjung ke rumah Regar terlebih dahulu, untuk meminta ijin---akupun menyetuji syarat tersebut.Aku berkunjung kerumah Regar, dan disana hanya ada ibunda Regar, tante jennie. Yang lain sedang diluar kota. Setelah berbincang dengan tante jennie dan mendapat ijin untuk liburan.Aku menanyakan keberadaan Regar dan ternyata Regar sedang berada di Prancis. Dan aku sama sekali tidak mengetahui hal itu!Alasan tante Jennie tidak memberitahukan kabar itu karena mereka berpikir kalo Regar sudah menyampaikan hal itu padaku. Namun sepertinya hal itu tidak dilakukan Regar karena dia masih merasa kesal oleh ulahku di club itu.Regar memang masih merupakan mahasiswa di salah satu univ di Prancis, dia ke kampusku cuman sebagai peserta pertukaran mahasiswa. Dan soal perjodohan kami masih dilanjutkan. Hanya perlu me
------Libur tiba, aku mendapat ijin dari Ayah dan bunda untuk ikut liburan bersama Reina dan yang lainnya. Tentu itu ada syaratnya---Aku harus berkunjung ke rumah Regar terlebih dahulu, untuk meminta ijin---akupun menyetuji syarat tersebut.Aku berkunjung kerumah Regar, dan disana hanya ada ibunda Regar, tante jennie. Yang lain sedang diluar kota. Setelah berbincang dengan tante jennie dan mendapat ijin untuk liburan.Aku menanyakan keberadaan Regar dan ternyata Regar sedang berada di Prancis. Dan aku sama sekali tidak mengetahui hal itu!Alasan tante Jennie tidak memberitahukan kabar itu karena mereka berpikir kalo Regar sudah menyampaikan hal itu padaku. Namun sepertinya hal itu tidak dilakukan Regar karena dia masih merasa kesal oleh ulahku di club itu.Regar memang masih merupakan mahasiswa di salah satu univ di Prancis, dia ke kampusku cuman sebagai peserta pertukaran mahasiswa. Dan soal perjodohan kami masih dilanjutkan. Hanya perlu me
"Wah gue minta maaf yah kejadian di club itu Va." ujar Fifian setelah duduk disebalahkuSeminggu setelah insiden di Night club. Hari ini, aku bertemu kembali di kelas dengan Reina dan juga kedua sahabatnya. Sandra dan Fifian."Hummmm, kalian harusnya gak ngundang gue, gak tau betapa kesalnya gue malam itu." Jawabku santai meski memang kejadian malam itu menjengkelkan"Sorry, im so sorry Canva, Forgive us." Begitu Sandra dan Fifian merajuk meminta pengertian dariku"Yasudahlah gue juga udah lupain kok.""Thankyou Va." Setelah menerima maaf dariku keduanya spontan memberi pelukan padaku. Meski sebenarnya risih aku terpaksa membalas pelukan ituBegitulah seharusnya aku memang bukan sahabat mereka bertiga lalu untuk apa aku marah. Tidak ada alasan yang pasti untukku marah ataupun merasa kecewa.Dan itu menurutku keuntungan dari aku yang tidak ingin memiliki sahabat.*****Beberapa hari setelah insiden Aku dan Regar berselisi
Kini aku sudah berada di dalam club. Aku sudah mengamati seluruh penjuru ruangan untuk mencari keberadaan dua gadis itu. Dan dari kejauhan tepatnya diatas panggung club ini, Sandra dan Fifian melambaikan tangannya padaku. Mengisyaratkan untukku segera mendatangi mereka. Lalu ku ikuti petunjuk untuk menuju panggung Cuma butuh satu menit untuk sampai ke Panggung itu, padahal ada begitu banyak manusia disana yang menghalangi namun entah kekuatan apa yang ku miliki malam ini hingga membuat semua menyingkir begitu saja saat melihatku berjalan. Tapi aku tidak perduli yang terpenting Aku sudah berada di depan panggung sekarang, lalu ku lihat Fifian yang sepertinya sudah mabuk, sedang Sandra masih normal. Dengan alat musik biola yang ia mainkan.Aku melangkah lebih dekat ke fifian, lalu aku dengan sigap memegangi tangan Fifian untuk menyeimbangkan tubuhnya yang sudah hampir ambruk."Sand. Sandra. Come her
Setelah lelah aku memutuskan untuk menyudahi pencarianku. Aku kembali ke ruangan, menunggu kelas terakhir.Disana ada Reina, Fifian dan Juga Sandra. Sudah menunggu daritadi."Lu darimana aja, hampir kena sekorkan untung ibunya telat masuk." Celoteh Reina"Iyanih lu darimana huh?" Tambah fifian dan sandra bergantian."Gue ada keperluan tadi bentar. Udah udah tuh dosen jangan ribut lagi ntar kena sekorsing beneran." Ujarku yang langsung duduk menyesuaikan diri disebelah Reina.*** Kelas terakhir usai. Kami mempersiapkan diri untuk pulang, Reina pamit untuk bertemu kekasihnya, sedang Fifian dan Sandra mengajakku untuk bergabung dengan mereka sore ini, mereka akan mengadakan party di salah satu club ternama di kota ini, aku tak enak bila ajakan pertama mereka langsung aku tolak. Terpaksa aku mengiyakan. Hanya saja aku tidak bisa langsung pergi aku musti ijin pada orangtuaku. Mendengar itu Fifian dan Sa
Setelah perkuliahan hari ini berakhir, seperti janjiku akan bertemu Regar. Aku menunggunya di salah satu Cafe dekat kampus. 30 menit menunggu akhirnya Regar muncul. "Darimana aja huh? gue lama nungguin lu, tau." Aku terus saja mengomel sambil mengaduk-aduk minumanku yang daritadi tidak aku sentuh setegukpun. "Sorry... gue ada keperluan, lagi itu minuman jangan dimainin gitu, kasihan minumannya ntar oleng" sindir Regar padaku"Lu harus secepatnya umumin ke ortu lu kalo lu udah punya pasangan!" Ujarku masih dengan wajah serius"Tapi siapa ?""Idih nanya gue, yah serah Lu dah ,pokoknya pointnya mah Lu harus batalin perjodohan itu TITIK. Gue gak mau denger alesan apapun."Setelah memberi peringatan pada Regar, gue memilih untuk langsung pergi dari cafe itu, tak perduli apa kata Regar, aku yang memaksanya datang lalu meninggalkannya begitu saja. Aku yakin dan percaya bahwa Regar akan men
Masih ospek terakhir untuk kami para mahasiswa baru dikampus ini. Dan juga hari ini Pengumuman untuk hasil test beasiswa yang ku ikuti. Aku memutuskan untuk menuju ke papan buletin kampus. Dan alhasil Namaku tertera dengan jelas sebagai pemegang no.1 untuk beasiswa prestasi. "Wah legah." Bisikku. Tentu ini meyelamatkan aku dari absen ospek dan kemungkinan akan ketahuan siapa aku sebenarnya. Yah walopun bukan aku yang mengumumkan diriku senior mereka sendiri yang seenaknya menfonisku demikian.*** Kabar gembira ini lalu sampai kepada kedua orangtuaku. Ayah dan Bunda tentu sangat bahagia. Akhirnya aku bisa membuktikan sekali lagi aku adalah the winner untuk urusan study. Mereka pula menjanjikan S2 ke luar negeri untukku. Dimana itu terserah aku. Soal biaya jelas orangtuaku tidak masalah. Ditambah lagi sekarang aku Resmi Kuliah gratis."Sayang. Kau diam diam sudah membuat Ayah dan Bunda bangga. Bunda yakin pulang nanti
Aku sudah berada dikampus tepat pukul 08.00 sesuai intruksi ibu dosen cantik kemarin. Lalu aku menuju kelas yang memang diperuntukan untuk segala macam test. Termasuk testku hari ini untuk memperoleh beasiswa. Sebenarnya keinginanku mendapat beasiswa bukan karena orangtuaku tidak mampu membiayaiku. Mereka sangat mampu bahkan aku terbilang cukup tajir dikalangan Teman SMA ku. Namun aku ingin beasiswa semata mata untuk memperjelas kehebatanku dalam masalah akademik. Tentu itu sangat membantu apalagi aku ingin melanjutkan studytour sampe luar negri. Jelas aku butuh predikat hebat itu.*** "Hey cantik, kamu sudah disinih?" Suara Dosen cantik itu terdengar menyapaku. Aku membalas sapaannya dengan memberikan sedikit senyum. "Iya bu, aku baru saja tiba." "Silahkan masuk, dan posisikan dirimu senyaman mungkin. Pilih saja bebas dimana kamu ingin duduk, karna katanya tempat duduk cukup berperan penting untuk kes
Hari ini aku resmi menjadi Mahasiswi di salah satu universitas swasta di kotaku, dan pagi ini aku sengaja datang lebih awal dari ketentuan kampus, karna aku ingin mencari tahu banyak hal, siapa tahu ada yang bisa aku eksplor. "Haha maksud aku bisa aku ajak berduet di ring tinju. Ngaco gak itu hanya gurauan seorang anak yang benar benar gila akan belajar bukan adu tinju seperti anak-anak sebaya lainnya."gumamku***"Emm permisi bu." Setelah mengetuk pintu aku mencoba membuka sedikit pintu ruangan"Iya ada apa, masuk." Salah satu Dosen cantik yang mengetahui keberadaanku depan pintu mempersilahkanku masuk. "Kamu mahasiswi jurusan apa?" tanyanya.Aku tersenyum malu mendapati pertanyaan itu. "Oh maaf ibu, aku mahasiswi baru." Aku mulai melangkah maju mendekat ke Dosen cantik itu."Oh astaga, ibu pikir kau sudah mahasiswi akhir, soalnya kau begitu terlihat dewasa dan anggun. Caramu berpakaian
Minggu, februari! Pagi ini masih sama buatku masih tetap menyejukkan, aku duduk melantai depan jendala kamar, memandang indah diluar sana. Sambil sesekali memejamkan mata merasakan hembusan angin yang menerobos masuk begitu saja tanpa izin. Oh sejuknya... menusuk keseluruh kulitku. Rambut hitam legamku yang terurai panjang ikut terkibas olehnya.Hari yang begitu indah dan cerah. Embun membuatku merasa lebih segar pagi ini. Langit biru yang selalu menjadi saksi kecantikan parasku setiap pagi. Aku tersipu malu setiap melihatnya lebih indah. Mataharipun teriknya tak mau kalah selalu membuatku tenang dan damai tanpa perduli ucapan selamat pagi dari seseorang yang mereka sebut kekasih, karena bagiku, embun, langit dan mentari pagi sudah cukup buatku menyambut pagi. "Selamat pagi untukku" batinku. Seperti biasa pagiku dimulai dengan lima belas menit menatap keindahan sunrise, tiga menit membasuh muka, satu menit menggosok gigi kemudian menit berikutnya tinggal menunggu alarm sarapan pa