Setelah lelah aku memutuskan untuk menyudahi pencarianku. Aku kembali ke ruangan, menunggu kelas terakhir.
Disana ada Reina, Fifian dan Juga Sandra. Sudah menunggu daritadi."Lu darimana aja, hampir kena sekorkan untung ibunya telat masuk." Celoteh Reina
"Iyanih lu darimana huh?" Tambah fifian dan sandra bergantian.
"Gue ada keperluan tadi bentar. Udah udah tuh dosen jangan ribut lagi ntar kena sekorsing beneran." Ujarku yang langsung duduk menyesuaikan diri disebelah Reina.
***
Kelas terakhir usai. Kami mempersiapkan diri untuk pulang, Reina pamit untuk bertemu kekasihnya, sedang Fifian dan Sandra mengajakku untuk bergabung dengan mereka sore ini, mereka akan mengadakan party di salah satu club ternama di kota ini, aku tak enak bila ajakan pertama mereka langsung aku tolak. Terpaksa aku mengiyakan. Hanya saja aku tidak bisa langsung pergi aku musti ijin pada orangtuaku. Mendengar itu Fifian dan Sandra malah menertawaiku. Mereka beranggapan bahwa aku terlalu childish. Namun itulah aku dan kebiasaan dirumahku. Tidak ada kegiatan tanpa ijin terlebih dahulu. Lalu aku memberithau keduanya untuk pergi lebih dulu. Dan aku akan menyusul. Mereka hanya perlu shareloc padaku.
***
"Bundaa...." aku menghampiri bunda yang sedang berada diruang tamu.
"Iya sayang, ada apa ?" Jawab bunda sambil meneruskan kegiatannya merangkai bunga.
"Canva boleh gak keluar malam ini.?" Aku sudah mengutarakan keinginanku namun kakiku masih terus saja gemetar karna takut.
"Kemana?" Bunda menjawabku masih dengan nada biasa
"Ke club."
"Huh... sejak kapan anak bunda suka main ke Club.?" Sekarang nada suara bunda mulai berubah. Kakiku semakin gemetar namun aku harus melakukannya.
"Canva bukannya sejak SMA juga pernah ke club sesekali, Canva kan juga sering ijin gitu. Bunda bolehin." Ujarku lagi pada bunda dengan wajah sedikit memelas
"Itukan ulangtahun temen kamu,"
"Iya ini juga sama. Ultah teman kampus Canva."
"Tapi sayang, kamu udah punya Regar
Bagaimana kalau keluarga Regar tau kamu sering ke club,?""Kan cuman malam ini juga Bunn..."
"Baiklah. tapi kamu kesana sama Regar."
"What. Kenapa sama dia bun??? "
"Biar aman kamunya sayang, !"
"Ogah ahh. Apa apansih emang Canva anak kecil pakek ditemenin segala." Baru saja aku ingin berterimakasih karena bunda mengizinkan namun aku urungkan setelah mendengar nama Regar bunda sebut.
"Dengerin dan nurut atau gak sama sekali vaa...!"
"Yawdah gak perlu. Canva gak bakalan pergi. Gila aja pergi sama tu anak." Karna kesal aku berlari menuju lantai dua kamarku. Malas aku berdebat dengan bunda kalau seperti ini.
***
Dring
ding ding ding. Panggilan w******p Sandra masukKu slide tombol hijau tanda panggilan jawab.
Ku dengar suara riuh dari seberang telpon. Mereka pasti sudah menungguku di club. Ujarku dalam hati
"Hallooo.... hallloooo Vaaa. Canvaa. Ar u there ? HELLOOOOOOWWWWW"
Aku sebenarnya sudah menjawab namun karna brisik oleh suara musik mereka jelas tidak bisa mendengar.
"Ok Va, kita tungguin Lu 20 menit lagi yah, awas kalo lu gak Dateng. Byee"
Hanya kalimat itu yang sempat ku dengar hingga akhirnya panggilan itu terputus.
****
VaCanva : REEEEEE
*Sent
Akhirnya kuputuskan mengirim pesan pada Reina.
REINA : iya , ada apa Va ?
VaCanva : gue bingung nih, mau ke
club atau nggak.REINA : emang kenapa ?
VaCanva : nyokap maksa gue pergi
sama Regar !REINA : Regar, whos him ???
VaCanva : itu cowok yang mau
dijodohin sama gue.REINA : oh iya iya gue ingat.
Reina memang sudah sempat mendengar nama Regar sebelumnya. Waktu itu aku sempat menceritakan soal Regar padanya.
Vacanva : gimana dong Reee
REINA : ohyawdah gak papa sama
Regar aja.VaCanva : lahhh gimana sih lu
emmmmm.Membaca pesan Reina aku langsung cemberut, lama aku tak mengetikkan apapun untuk membalas pesan Reina. bagaimana mungkin ia menyetujui usul bunda.
REINA : Va.?
VaCanva : iya
REINA : yahhh lu kan pinter neng
masa gitu aja bingung!VaCanva : maksud lu ?
REINA : yawdah iyain aja kata
nyokap lu , Regar kan hanyaperlu jemput lu, trus udah lusuruh Regar balik. Udah kanberes.!Aku kembali tersenyum. Ternyata Reina bukan sedang setuju pada Bunda tapi iya memang memberiku ide yang bagus.
VaCanva : ohmygod, kok gue gak
kepikiran sampe situ yahREINA : lu sih ngambek mulu !
Belum sempat aku balas Reina sudah lebih dluh mengirimiku lagi 1 pesan
REINA : yaudah yah gue lagi sama
doi. Ntar lu bilang aja kaloada apa apa lagi. Bye Va.VaCanva : ohyaudah thanks yah
ReeeeeSetelah mendapat saran dari Reina, aku menemui Bunda, setelah bunda setuju akhirnya aku jadi pergi ke Club. Dan tentu diantar Regar.
****
"Kok lu ke club doang ajakin gue sihhhh.... manja banget." Suara Regar membuatku tersadar kalo sekarang aku sudah bersama dengannya didalam mobilnya
"Ehhh, lu yah kalo ngomong di olah dulu. Jangan nyeblak aja.. nyettt" karena kesal aku menjawab sinis pernyataan Regar lalu aku mengalihkan pandanganku ke arah lain.
"Apa dong penjelasannya Neng ?" Tanya Regar lagi sambil konsen dengan pandangannya kearah depan. Sadar ia sedang mengemudi sekarang.
"Lu hanya perlu nurunin gue depan Club trus lu pulang, dan nanti lu jemput gue kambali, waktunya nanti gue w******p ke lu. Okk" jawabku dengan tanpa merasa malu
"enak banget. Emang gue supir lu. Lu manfaatin gue yahhh...?" Ujar Regar dengan mimik kesal
"Heh nyet ini juga karna ulah lu, coba waktu itu lu hadir di makan malam kita bukannya malah kabur pasti gak bakal kegini jadinya.."
"Alibi lu. Itu mulu Neng eneng."
"Awas yah lu nyebut gue gitu lagi., lagian gue juga mending nyetir sendiri daripada di setirin lu" aku terus mengoceh sepanjang perjalanan tanpa perduli Regar terus memperhatikanku sesekali.
"Lu manggil gue onyet gue gak komen. " Regar melakukan pembelaan yang kali ini aku membenarkannya meski itu hanya dalam hati.
"Itusih urusann lu." Karena sudah depan Club Aku meminta Regar memberhentikan mobilnya " udah, udah setop sini" dan setelah Regar memberhentikan mobil da memarkir tepat depan club aku dengan cepat keluar dari mobil Regar. Regar yang melihat ulahku lagi dan lagi hanya bisa terdiam. Dia tahu salahnya. Makanya dia akan menerima apa saja keinginanku, untuk saat ini tidak berdebat denganku mungkin lebih baik dari pada mendapat amukkan.
to be continued. . .
Kini aku sudah berada di dalam club. Aku sudah mengamati seluruh penjuru ruangan untuk mencari keberadaan dua gadis itu. Dan dari kejauhan tepatnya diatas panggung club ini, Sandra dan Fifian melambaikan tangannya padaku. Mengisyaratkan untukku segera mendatangi mereka. Lalu ku ikuti petunjuk untuk menuju panggung Cuma butuh satu menit untuk sampai ke Panggung itu, padahal ada begitu banyak manusia disana yang menghalangi namun entah kekuatan apa yang ku miliki malam ini hingga membuat semua menyingkir begitu saja saat melihatku berjalan. Tapi aku tidak perduli yang terpenting Aku sudah berada di depan panggung sekarang, lalu ku lihat Fifian yang sepertinya sudah mabuk, sedang Sandra masih normal. Dengan alat musik biola yang ia mainkan.Aku melangkah lebih dekat ke fifian, lalu aku dengan sigap memegangi tangan Fifian untuk menyeimbangkan tubuhnya yang sudah hampir ambruk."Sand. Sandra. Come her
"Wah gue minta maaf yah kejadian di club itu Va." ujar Fifian setelah duduk disebalahkuSeminggu setelah insiden di Night club. Hari ini, aku bertemu kembali di kelas dengan Reina dan juga kedua sahabatnya. Sandra dan Fifian."Hummmm, kalian harusnya gak ngundang gue, gak tau betapa kesalnya gue malam itu." Jawabku santai meski memang kejadian malam itu menjengkelkan"Sorry, im so sorry Canva, Forgive us." Begitu Sandra dan Fifian merajuk meminta pengertian dariku"Yasudahlah gue juga udah lupain kok.""Thankyou Va." Setelah menerima maaf dariku keduanya spontan memberi pelukan padaku. Meski sebenarnya risih aku terpaksa membalas pelukan ituBegitulah seharusnya aku memang bukan sahabat mereka bertiga lalu untuk apa aku marah. Tidak ada alasan yang pasti untukku marah ataupun merasa kecewa.Dan itu menurutku keuntungan dari aku yang tidak ingin memiliki sahabat.*****Beberapa hari setelah insiden Aku dan Regar berselisi
------Libur tiba, aku mendapat ijin dari Ayah dan bunda untuk ikut liburan bersama Reina dan yang lainnya. Tentu itu ada syaratnya---Aku harus berkunjung ke rumah Regar terlebih dahulu, untuk meminta ijin---akupun menyetuji syarat tersebut.Aku berkunjung kerumah Regar, dan disana hanya ada ibunda Regar, tante jennie. Yang lain sedang diluar kota. Setelah berbincang dengan tante jennie dan mendapat ijin untuk liburan.Aku menanyakan keberadaan Regar dan ternyata Regar sedang berada di Prancis. Dan aku sama sekali tidak mengetahui hal itu!Alasan tante Jennie tidak memberitahukan kabar itu karena mereka berpikir kalo Regar sudah menyampaikan hal itu padaku. Namun sepertinya hal itu tidak dilakukan Regar karena dia masih merasa kesal oleh ulahku di club itu.Regar memang masih merupakan mahasiswa di salah satu univ di Prancis, dia ke kampusku cuman sebagai peserta pertukaran mahasiswa. Dan soal perjodohan kami masih dilanjutkan. Hanya perlu me
Minggu, februari! Pagi ini masih sama buatku masih tetap menyejukkan, aku duduk melantai depan jendala kamar, memandang indah diluar sana. Sambil sesekali memejamkan mata merasakan hembusan angin yang menerobos masuk begitu saja tanpa izin. Oh sejuknya... menusuk keseluruh kulitku. Rambut hitam legamku yang terurai panjang ikut terkibas olehnya.Hari yang begitu indah dan cerah. Embun membuatku merasa lebih segar pagi ini. Langit biru yang selalu menjadi saksi kecantikan parasku setiap pagi. Aku tersipu malu setiap melihatnya lebih indah. Mataharipun teriknya tak mau kalah selalu membuatku tenang dan damai tanpa perduli ucapan selamat pagi dari seseorang yang mereka sebut kekasih, karena bagiku, embun, langit dan mentari pagi sudah cukup buatku menyambut pagi. "Selamat pagi untukku" batinku. Seperti biasa pagiku dimulai dengan lima belas menit menatap keindahan sunrise, tiga menit membasuh muka, satu menit menggosok gigi kemudian menit berikutnya tinggal menunggu alarm sarapan pa
Hari ini aku resmi menjadi Mahasiswi di salah satu universitas swasta di kotaku, dan pagi ini aku sengaja datang lebih awal dari ketentuan kampus, karna aku ingin mencari tahu banyak hal, siapa tahu ada yang bisa aku eksplor. "Haha maksud aku bisa aku ajak berduet di ring tinju. Ngaco gak itu hanya gurauan seorang anak yang benar benar gila akan belajar bukan adu tinju seperti anak-anak sebaya lainnya."gumamku***"Emm permisi bu." Setelah mengetuk pintu aku mencoba membuka sedikit pintu ruangan"Iya ada apa, masuk." Salah satu Dosen cantik yang mengetahui keberadaanku depan pintu mempersilahkanku masuk. "Kamu mahasiswi jurusan apa?" tanyanya.Aku tersenyum malu mendapati pertanyaan itu. "Oh maaf ibu, aku mahasiswi baru." Aku mulai melangkah maju mendekat ke Dosen cantik itu."Oh astaga, ibu pikir kau sudah mahasiswi akhir, soalnya kau begitu terlihat dewasa dan anggun. Caramu berpakaian
Aku sudah berada dikampus tepat pukul 08.00 sesuai intruksi ibu dosen cantik kemarin. Lalu aku menuju kelas yang memang diperuntukan untuk segala macam test. Termasuk testku hari ini untuk memperoleh beasiswa. Sebenarnya keinginanku mendapat beasiswa bukan karena orangtuaku tidak mampu membiayaiku. Mereka sangat mampu bahkan aku terbilang cukup tajir dikalangan Teman SMA ku. Namun aku ingin beasiswa semata mata untuk memperjelas kehebatanku dalam masalah akademik. Tentu itu sangat membantu apalagi aku ingin melanjutkan studytour sampe luar negri. Jelas aku butuh predikat hebat itu.*** "Hey cantik, kamu sudah disinih?" Suara Dosen cantik itu terdengar menyapaku. Aku membalas sapaannya dengan memberikan sedikit senyum. "Iya bu, aku baru saja tiba." "Silahkan masuk, dan posisikan dirimu senyaman mungkin. Pilih saja bebas dimana kamu ingin duduk, karna katanya tempat duduk cukup berperan penting untuk kes
Masih ospek terakhir untuk kami para mahasiswa baru dikampus ini. Dan juga hari ini Pengumuman untuk hasil test beasiswa yang ku ikuti. Aku memutuskan untuk menuju ke papan buletin kampus. Dan alhasil Namaku tertera dengan jelas sebagai pemegang no.1 untuk beasiswa prestasi. "Wah legah." Bisikku. Tentu ini meyelamatkan aku dari absen ospek dan kemungkinan akan ketahuan siapa aku sebenarnya. Yah walopun bukan aku yang mengumumkan diriku senior mereka sendiri yang seenaknya menfonisku demikian.*** Kabar gembira ini lalu sampai kepada kedua orangtuaku. Ayah dan Bunda tentu sangat bahagia. Akhirnya aku bisa membuktikan sekali lagi aku adalah the winner untuk urusan study. Mereka pula menjanjikan S2 ke luar negeri untukku. Dimana itu terserah aku. Soal biaya jelas orangtuaku tidak masalah. Ditambah lagi sekarang aku Resmi Kuliah gratis."Sayang. Kau diam diam sudah membuat Ayah dan Bunda bangga. Bunda yakin pulang nanti
Setelah perkuliahan hari ini berakhir, seperti janjiku akan bertemu Regar. Aku menunggunya di salah satu Cafe dekat kampus. 30 menit menunggu akhirnya Regar muncul. "Darimana aja huh? gue lama nungguin lu, tau." Aku terus saja mengomel sambil mengaduk-aduk minumanku yang daritadi tidak aku sentuh setegukpun. "Sorry... gue ada keperluan, lagi itu minuman jangan dimainin gitu, kasihan minumannya ntar oleng" sindir Regar padaku"Lu harus secepatnya umumin ke ortu lu kalo lu udah punya pasangan!" Ujarku masih dengan wajah serius"Tapi siapa ?""Idih nanya gue, yah serah Lu dah ,pokoknya pointnya mah Lu harus batalin perjodohan itu TITIK. Gue gak mau denger alesan apapun."Setelah memberi peringatan pada Regar, gue memilih untuk langsung pergi dari cafe itu, tak perduli apa kata Regar, aku yang memaksanya datang lalu meninggalkannya begitu saja. Aku yakin dan percaya bahwa Regar akan men
------Libur tiba, aku mendapat ijin dari Ayah dan bunda untuk ikut liburan bersama Reina dan yang lainnya. Tentu itu ada syaratnya---Aku harus berkunjung ke rumah Regar terlebih dahulu, untuk meminta ijin---akupun menyetuji syarat tersebut.Aku berkunjung kerumah Regar, dan disana hanya ada ibunda Regar, tante jennie. Yang lain sedang diluar kota. Setelah berbincang dengan tante jennie dan mendapat ijin untuk liburan.Aku menanyakan keberadaan Regar dan ternyata Regar sedang berada di Prancis. Dan aku sama sekali tidak mengetahui hal itu!Alasan tante Jennie tidak memberitahukan kabar itu karena mereka berpikir kalo Regar sudah menyampaikan hal itu padaku. Namun sepertinya hal itu tidak dilakukan Regar karena dia masih merasa kesal oleh ulahku di club itu.Regar memang masih merupakan mahasiswa di salah satu univ di Prancis, dia ke kampusku cuman sebagai peserta pertukaran mahasiswa. Dan soal perjodohan kami masih dilanjutkan. Hanya perlu me
"Wah gue minta maaf yah kejadian di club itu Va." ujar Fifian setelah duduk disebalahkuSeminggu setelah insiden di Night club. Hari ini, aku bertemu kembali di kelas dengan Reina dan juga kedua sahabatnya. Sandra dan Fifian."Hummmm, kalian harusnya gak ngundang gue, gak tau betapa kesalnya gue malam itu." Jawabku santai meski memang kejadian malam itu menjengkelkan"Sorry, im so sorry Canva, Forgive us." Begitu Sandra dan Fifian merajuk meminta pengertian dariku"Yasudahlah gue juga udah lupain kok.""Thankyou Va." Setelah menerima maaf dariku keduanya spontan memberi pelukan padaku. Meski sebenarnya risih aku terpaksa membalas pelukan ituBegitulah seharusnya aku memang bukan sahabat mereka bertiga lalu untuk apa aku marah. Tidak ada alasan yang pasti untukku marah ataupun merasa kecewa.Dan itu menurutku keuntungan dari aku yang tidak ingin memiliki sahabat.*****Beberapa hari setelah insiden Aku dan Regar berselisi
Kini aku sudah berada di dalam club. Aku sudah mengamati seluruh penjuru ruangan untuk mencari keberadaan dua gadis itu. Dan dari kejauhan tepatnya diatas panggung club ini, Sandra dan Fifian melambaikan tangannya padaku. Mengisyaratkan untukku segera mendatangi mereka. Lalu ku ikuti petunjuk untuk menuju panggung Cuma butuh satu menit untuk sampai ke Panggung itu, padahal ada begitu banyak manusia disana yang menghalangi namun entah kekuatan apa yang ku miliki malam ini hingga membuat semua menyingkir begitu saja saat melihatku berjalan. Tapi aku tidak perduli yang terpenting Aku sudah berada di depan panggung sekarang, lalu ku lihat Fifian yang sepertinya sudah mabuk, sedang Sandra masih normal. Dengan alat musik biola yang ia mainkan.Aku melangkah lebih dekat ke fifian, lalu aku dengan sigap memegangi tangan Fifian untuk menyeimbangkan tubuhnya yang sudah hampir ambruk."Sand. Sandra. Come her
Setelah lelah aku memutuskan untuk menyudahi pencarianku. Aku kembali ke ruangan, menunggu kelas terakhir.Disana ada Reina, Fifian dan Juga Sandra. Sudah menunggu daritadi."Lu darimana aja, hampir kena sekorkan untung ibunya telat masuk." Celoteh Reina"Iyanih lu darimana huh?" Tambah fifian dan sandra bergantian."Gue ada keperluan tadi bentar. Udah udah tuh dosen jangan ribut lagi ntar kena sekorsing beneran." Ujarku yang langsung duduk menyesuaikan diri disebelah Reina.*** Kelas terakhir usai. Kami mempersiapkan diri untuk pulang, Reina pamit untuk bertemu kekasihnya, sedang Fifian dan Sandra mengajakku untuk bergabung dengan mereka sore ini, mereka akan mengadakan party di salah satu club ternama di kota ini, aku tak enak bila ajakan pertama mereka langsung aku tolak. Terpaksa aku mengiyakan. Hanya saja aku tidak bisa langsung pergi aku musti ijin pada orangtuaku. Mendengar itu Fifian dan Sa
Setelah perkuliahan hari ini berakhir, seperti janjiku akan bertemu Regar. Aku menunggunya di salah satu Cafe dekat kampus. 30 menit menunggu akhirnya Regar muncul. "Darimana aja huh? gue lama nungguin lu, tau." Aku terus saja mengomel sambil mengaduk-aduk minumanku yang daritadi tidak aku sentuh setegukpun. "Sorry... gue ada keperluan, lagi itu minuman jangan dimainin gitu, kasihan minumannya ntar oleng" sindir Regar padaku"Lu harus secepatnya umumin ke ortu lu kalo lu udah punya pasangan!" Ujarku masih dengan wajah serius"Tapi siapa ?""Idih nanya gue, yah serah Lu dah ,pokoknya pointnya mah Lu harus batalin perjodohan itu TITIK. Gue gak mau denger alesan apapun."Setelah memberi peringatan pada Regar, gue memilih untuk langsung pergi dari cafe itu, tak perduli apa kata Regar, aku yang memaksanya datang lalu meninggalkannya begitu saja. Aku yakin dan percaya bahwa Regar akan men
Masih ospek terakhir untuk kami para mahasiswa baru dikampus ini. Dan juga hari ini Pengumuman untuk hasil test beasiswa yang ku ikuti. Aku memutuskan untuk menuju ke papan buletin kampus. Dan alhasil Namaku tertera dengan jelas sebagai pemegang no.1 untuk beasiswa prestasi. "Wah legah." Bisikku. Tentu ini meyelamatkan aku dari absen ospek dan kemungkinan akan ketahuan siapa aku sebenarnya. Yah walopun bukan aku yang mengumumkan diriku senior mereka sendiri yang seenaknya menfonisku demikian.*** Kabar gembira ini lalu sampai kepada kedua orangtuaku. Ayah dan Bunda tentu sangat bahagia. Akhirnya aku bisa membuktikan sekali lagi aku adalah the winner untuk urusan study. Mereka pula menjanjikan S2 ke luar negeri untukku. Dimana itu terserah aku. Soal biaya jelas orangtuaku tidak masalah. Ditambah lagi sekarang aku Resmi Kuliah gratis."Sayang. Kau diam diam sudah membuat Ayah dan Bunda bangga. Bunda yakin pulang nanti
Aku sudah berada dikampus tepat pukul 08.00 sesuai intruksi ibu dosen cantik kemarin. Lalu aku menuju kelas yang memang diperuntukan untuk segala macam test. Termasuk testku hari ini untuk memperoleh beasiswa. Sebenarnya keinginanku mendapat beasiswa bukan karena orangtuaku tidak mampu membiayaiku. Mereka sangat mampu bahkan aku terbilang cukup tajir dikalangan Teman SMA ku. Namun aku ingin beasiswa semata mata untuk memperjelas kehebatanku dalam masalah akademik. Tentu itu sangat membantu apalagi aku ingin melanjutkan studytour sampe luar negri. Jelas aku butuh predikat hebat itu.*** "Hey cantik, kamu sudah disinih?" Suara Dosen cantik itu terdengar menyapaku. Aku membalas sapaannya dengan memberikan sedikit senyum. "Iya bu, aku baru saja tiba." "Silahkan masuk, dan posisikan dirimu senyaman mungkin. Pilih saja bebas dimana kamu ingin duduk, karna katanya tempat duduk cukup berperan penting untuk kes
Hari ini aku resmi menjadi Mahasiswi di salah satu universitas swasta di kotaku, dan pagi ini aku sengaja datang lebih awal dari ketentuan kampus, karna aku ingin mencari tahu banyak hal, siapa tahu ada yang bisa aku eksplor. "Haha maksud aku bisa aku ajak berduet di ring tinju. Ngaco gak itu hanya gurauan seorang anak yang benar benar gila akan belajar bukan adu tinju seperti anak-anak sebaya lainnya."gumamku***"Emm permisi bu." Setelah mengetuk pintu aku mencoba membuka sedikit pintu ruangan"Iya ada apa, masuk." Salah satu Dosen cantik yang mengetahui keberadaanku depan pintu mempersilahkanku masuk. "Kamu mahasiswi jurusan apa?" tanyanya.Aku tersenyum malu mendapati pertanyaan itu. "Oh maaf ibu, aku mahasiswi baru." Aku mulai melangkah maju mendekat ke Dosen cantik itu."Oh astaga, ibu pikir kau sudah mahasiswi akhir, soalnya kau begitu terlihat dewasa dan anggun. Caramu berpakaian
Minggu, februari! Pagi ini masih sama buatku masih tetap menyejukkan, aku duduk melantai depan jendala kamar, memandang indah diluar sana. Sambil sesekali memejamkan mata merasakan hembusan angin yang menerobos masuk begitu saja tanpa izin. Oh sejuknya... menusuk keseluruh kulitku. Rambut hitam legamku yang terurai panjang ikut terkibas olehnya.Hari yang begitu indah dan cerah. Embun membuatku merasa lebih segar pagi ini. Langit biru yang selalu menjadi saksi kecantikan parasku setiap pagi. Aku tersipu malu setiap melihatnya lebih indah. Mataharipun teriknya tak mau kalah selalu membuatku tenang dan damai tanpa perduli ucapan selamat pagi dari seseorang yang mereka sebut kekasih, karena bagiku, embun, langit dan mentari pagi sudah cukup buatku menyambut pagi. "Selamat pagi untukku" batinku. Seperti biasa pagiku dimulai dengan lima belas menit menatap keindahan sunrise, tiga menit membasuh muka, satu menit menggosok gigi kemudian menit berikutnya tinggal menunggu alarm sarapan pa