Hari ini aku resmi menjadi Mahasiswi di salah satu universitas swasta di kotaku, dan pagi ini aku sengaja datang lebih awal dari ketentuan kampus, karna aku ingin mencari tahu banyak hal, siapa tahu ada yang bisa aku eksplor. "Haha maksud aku bisa aku ajak berduet di ring tinju. Ngaco gak itu hanya gurauan seorang anak yang benar benar gila akan belajar bukan adu tinju seperti anak-anak sebaya lainnya."gumamku
***
"Emm permisi bu." Setelah mengetuk pintu aku mencoba membuka sedikit pintu ruangan
"Iya ada apa, masuk." Salah satu Dosen cantik yang mengetahui keberadaanku depan pintu mempersilahkanku masuk. "Kamu mahasiswi jurusan apa?" tanyanya.
Aku tersenyum malu mendapati pertanyaan itu. "Oh maaf ibu, aku mahasiswi baru." Aku mulai melangkah maju mendekat ke Dosen cantik itu.
"Oh astaga, ibu pikir kau sudah mahasiswi akhir, soalnya kau begitu terlihat dewasa dan anggun. Caramu berpakaian layaknya mahasiswi bimbingan skripsi." sanjung Dosen itu padaku dan membuatku semakin tersipu malu.
"Terimakasih bu." ucapku sembari menyalami Dosen itu.
"Ohiya. Ada perlu apa cantik. Bukankah untuk mahasiswa baru harusnya datang jam 2 siang. Ini masih sangat pagi."
"Aku ingin mengajukan surat rekomendasi bu."
"Rekomendasi apa?"
"Ini bu." Aku menyodorkan sebuah amplop yang berisikan surat pengajuan rekomendasi beasiswa.
Dosen cantik itu sudah meraih Amplop dariku-mulai mengeluarkan isinya-dan membacanya "Oh kamu ingin masuk kelas beasiswa.?" Tanya Dosen itu lagi sembari sibuk mengamati isi Suratku
"Iya bu."
"Lalu kenapa kau tidak masuk sejak awal. Dipendaftaran kan ada." Dosen itu kembali menutup rapat amplop suratku
"Aku masuk kampus ini setelah aku gagal masuk universitas yang ku mau ibu, Makanya aku masuk sesuai prosedur reguler-dan sekarang aku berharap dapat diterima." Aku menjawab dengan penuh percaya diri-berharap tak ada ponalakan atas ajuanku itu
"Dan kamu datang pada orang yang tepat." Dan benar saja Dosen cantik itu mengeluarkan statement yang sangat ku inginkan.
"Ohya. Ibu bisa bantu aku?" Oh astaga sepertinya wanita cantik ini oh tepatnya Dosen cantik ini begitu open minded sampe alasan akupun dia tidak mempermasalahkannya. Syukurlahh
Aku kembali melebarkan senyumku entah sudah keberapa kalinya
"Nanti kamu ikut ujian tes besok untuk mengetahui apa diterima atau tidak ajuanmu."
"Tapi bu, besok aku harus ikut ospek"
"Tenang saja. Kau bisa ikut ospek setelahnya. Nanti ibu atur sebab jika kau lolos kau akan langsung masuk daftar bimbingan olimpiade."
"Apa bu, Sungguhh? Ohh benarkah ??" Itu jelas keinginan terbesarku dan sepertinya sangat mudah disini aku meraihnya. Meskipun aku gagal masuk universitas negeri no.1 di Indonesia yah paling tidak ini adalah salah satu kampus swasta yang pasti mudah juga untuk bermitra dengan kampus ternama diberbagai penjuru Universitas dunia.
"Yah tentu. Kau sanggup kan ? ibu percaya kau anak yang terampil melihat nilai dan caramu berpakaian ibu yakin kau tepat untuk calon mahasiswi privat ibu."
"Thanks bu. Aku akan berusaha dan membuat keyakinan ibu menjadi benar adanya."
"Iya cantik. Kau boleh pulang dan datang kembali sesuai jadwal untuk persiapan ospek."
"Iya bu. Permisi" setelah memberikan salam aku langsung bergegas meninggalkan Dosen Cantik itu di ruangan Dosen
****
Hari ini lebih tepatnya pagi ini aku memutuskan untuk tetap stay di Kampus sampai jam yang ditentukan. Aku bisa keliling melihat-lihat situasi dan banyak hal tentunya. Aku yakin gak akan ada yang ngeh siapa aku. Ibu dosen cantik tadi saja berkata aku anak mahasiswi akhir.
****
Setelah lelah berkeliling akhirnya aku memutuskan makan di kantin kampus. Aku melihat begitu banyak Mahasiswa di kantin---asyik menyantap makan siang--cemilan dan lainnya---Beragam aku melihat Bentukan orang-orangnya dari yang buruk-biasa aja- standart-sampe yang wah..Aku melangkah dengan ragu---diliputi rasa was-was ketika menuju loket pemesanan makanan. Aku memesan satu mangkok siomay andalanku lengkap dengan satu gelas es teh. Aku berdiri menunggu beberapa menit di depan loket sampai akhirnya pesananku tersaji---aku meraih baki berisi pesananku yang dikeluarkan salah satu pelayan dari Dalam loket. Setelah memegang baki aku melihat kiri dan kanan memastikan tempat yang hendak ku pakai menyantap makan siangku. Hingga pandanganku berhenti ke salah satu bangku panjang yang sudah hampir terisi penuh oleh beberapa anak lainnya---namun tanpa pikir lagi---aku melangkah gontai dan duduk dibangku itu dengan santai---Aku sengaja memilih tempat itu biar bisa berbaur seolah aku mengenal mereka, begitu pikirku
"Hey, lu dari fakultas apa. Gue baru lihat." Sapa salah satu anak yang duduk disebelahku. Dia seorang pria. Cukup gagah menurutku namun aku belum tahu sikapnya bagaimana-bisa saja sikapnya akan membuat kegagahannya ternodai.
"Gue dari fakultas ekonomi" jawabku
"Jurusan apa?" Tanyanya lagi
"Oh aku manajemen !"
"Wah wah wah pinter dongg " Pria itu memberiku pujian dengan senyum dibibirnya
"Biasa aja. " aku membalasnya cuek
"Oh, lu sendiri ?" Tak perduli aku yang cuek-dia terus menjajali aku pertanyaan
"Iya, oh gue permisi sebentar yah, masih lama kan." Aku mengabaikan pertanyaan terakhirnya dan pamit kebelakang. Aku sengaja meminta waktu sebentar takut mereka bertanya lebih lanjut tentang semesterku
"Iya udah ditutup aja makanannya ntar dihinggapin laler." Ujar anak lain disebelahnya
"Iya." Balasku lalu melenggang pergi
Sekitar 5 menit aku kembali ke meja dan mereka masih ada disana. Aku menghela napas meski bukan napas legah sebab mereka masih asyik mengobrol dibangku itu meski seluruh mangkuk mereka sudah kosong-habis dimakan
"Eh sorry lama." Ujurku sambil kembali duduk
"Gak kok cuman 5 menit doangkan." Jawab salah satu cewek yang berbadan lumayan kekar. Pasti dia rajin fitnes. Gumamku
"Ohiya gue langsung pamit yah ada kelas jam 2. Makasih bdw"
Tanpa menunggu jawaban mereka Aku langsung beranjak meninggalkan bangku panjang itu-dan aku yakin 100% kelak mereka akan tahu siapa aku. Hadeh biarkan saja, pikirku. lagi aku gak merasa berbohong apapun.
***
Setelah makan siang aku memutuskan mengecheck persiapan ospek dan aku tahu kegiatan ospek dilakukan di Aula Kampus-makanya aku langsung bergegas menuju gedung Aula-tempat dimana kami semua mahasiswa baru dikumpulkan dan sepertinya aku adalah yang terakhir masuk didalam ruangan ini sampai semua mata tertuju padaku. Tentu saja karna mereka sama sepertiku baru merasakan berada dilingkungan kampus yang benar- benar berbeda 180 derajat dengan sekolah kami dulu. Di kampus seolah berada di satu Negara baru yang benar-benar harus siaga. Apalagi kami masih mahasiswa baru. Tahu sendiri bagaimana legenda cerita senior yang tak pernah salah.
Semua yang berada dalam Aula tiba-tiba terdiam-seketika Aula yang tadi sangat brisik-gaduh dengan ratusan bahkan mungkin seribuan mahasiswa menjadi hening. Aku sontak saja merasakan ke anehan. Aku berhentih tepat di blue karpet yang disediakan memang khusus alur perjalanan menuju setiap deretan bangkunya. Dan aku memerhatikan semua mata kini tertuju padaku.
"Selamat siang senior." Salah satu mahasiswa itu berteriak padaku. Dan dari dandanannya sepertinya dia dari fakultas teknik. Akupun tentu saja hanya berdiam diri dan enggan melanjutkan langkah sampai akhirnya mereka semua mulai membuka suara.
"Selamat siang senior."
Mendengar itu aku sungguh merasa seperti debaran jantungku bekerja 2x lebih cepat dari biasanya. Oh ini apa apaan, apakah wajahku begitu terlihat tua sampai semua anak dikampus ini menganggap aku senior. Atau pakaianku yang salah. Hah benar lihat saja mereka semua berpakaian layaknya anak SMA. Lebih baik aku pergi saja dari ruangan ini. Daripada aku akan malu. Gumamku dan secepat mungkin memutar balik badanku melangkah ke pintu keluar Aula
"Eh senior mau kemana,??"
Aku tidak memperdulikan panggilan itu aku terus mempercepat langkahku untuk segera menghilang sebelum ada senior benaran yang muncul dan mempermalukan aku.
"Wah senior itu sangat cantik"
"Sungguh cantik"
"Pasti dia anak manajemen"
"Bukan, dia sepertinya anak hukum"
"Tapi kenapa dia pergi?"
"Harusnya dia menjadi kekasihku!"
"Dia memang cantik tapi pasti sangat ambisius dan protektif!"
Begitulah beberapa tanggapan anak yang berada dalam Ruangan tentang Canva (aku).
***
Karena merasa kepayahan terus berlari keluar gedung, akhirnya aku memutuskan untuk naik di atap gedung. Pikirku tak akan ada siapapun diatas.
Sudah kurang lebih 10 menit aku berdiam diri-sibuk dengan pemikiran yang bercabang kemana-mana. Aku berlalu kesana-kemari-sesekali menghela napas kesal "Aduh kacau benar benar kacau ini. Gue harus gimana ini. Haduhhh." Teriakku
"Kenapa lu ?" Sapa seseorang yang entah sejak kapan berada disini
"Eh. Sorry. Gue brisik yah. Gue gak tau ada orang disini" Aku menatap malu Pria itu
"Gimana lu mau lihat kalo daritadi lu cuman mondar mandir gak jelas." Pria itu bangun dari tidurnya-bangkit berdiri sejajar denganku
"Lu lihat semuanya. Astaga. " aku merasa malu olehnya yang mungkin sejak tadi menertawaiku
"Gue baru lihat lu disini-sepertinya juga gak mungkin ada yang gue lewatin dikampus ini-jadi gue yakin lu bukan anak kampus ini-lu anak integrasi atau bisa juga lu salah satu pertukaran mahasiswa." Tanyanya padaku dan terus memerhatikanku dengan seksama
"Ohmaygudness.. lu ngomong apa pidato sihh.."
"Sorry. Gue sekedar berargumen" jawabnya asal
"Bentar dehh gue mau nanya-menurut lo gue itu wajahnya ketuaan-sok paksa dewasa Or something more than bad again-lo bisa gambarin tentang gue nggak. Dandanan gue-pakean-makeup atau tatanan rambut gue. Gimana huh huh ????" Kini aku makin menjajali dia dengan banyak pertanyaan
Dia yang mendengar pertanyaanku mengangkat sebelah halisnya "Wihhh lu lebih dari argumen gue." Dia tertawa kecil
"Jawab aja. " aku melihat dia yang tertawa merasa kesal dan menarik pelan tubuhku untuk sedikit berbatas dengannya
"Emmmm." Sambil memasang tampang seolah sedang berpikir dia mengelilingiku sampai aku ikut pusing dibuatnya
"Yahh muka lu sih gak tua atau dewasa gitu. Okelah. Cuman emang dandanan lu style lu sekarang tuhh emang kayak anak kuliah semester akhir."
Nah kan tuh. Berarti gue salah .Mampus gue. Gumamku
"Kenapa lu bisik-bisik gue gak denger."
"Eh kalo gede ngomongnya itu bukan rahasia gue lagi." Setelah mendapati pernyataannya aku berpikir harus segera meninggalkan Kampus
"Tapi lu dari fakuktas apa-soalnya Gue gak pernah lihat lu. Gue juga mahasiswa sini." Tanyanya lagi
"Yaelah. Bisa gila gue lama-lama dikampus ini." Tak ingin lebih lama berada dirooftop dengannya aku dengan cepat memutar balik badanku-melenggang pergi menuju pintu keluar
"Heh. Lu ngomong apaan barusan??? Jadi lu bener bukan mahasiswa sini." Pria itu terus melangkah maju mendekatiku yang mulai menjauh
"Gue mahasiswa sini. Dan gue gak suka orang seperti lu. Bye" aku semakin mempercepat langkahku
"Hey" teriaknya lagi dengan wajah setengah mati penasaran olehku
Meski tahu dia penasraan-Aku tetap cuek pergi begitu saja meninggalkan pria itu di rooftop.
***
Hari ini aku sempurna membolos-untuk pertama kalinya aku lari dari kenyataan. Benar ini mimpi buruk buatku.Kenapa juga aku bisa salah kostum. Ahhh tapi, menurut aku ini sangat pantas untukku. Hah. Sudahlah-Bodoamat-Lagipula besok aku ikut tes-aku yakin akan lulus. Jadi aku gak musti ikut ospek dan tetebengek kampus itu.
***
Aku sudah berada dikampus tepat pukul 08.00 sesuai intruksi ibu dosen cantik kemarin. Lalu aku menuju kelas yang memang diperuntukan untuk segala macam test. Termasuk testku hari ini untuk memperoleh beasiswa. Sebenarnya keinginanku mendapat beasiswa bukan karena orangtuaku tidak mampu membiayaiku. Mereka sangat mampu bahkan aku terbilang cukup tajir dikalangan Teman SMA ku. Namun aku ingin beasiswa semata mata untuk memperjelas kehebatanku dalam masalah akademik. Tentu itu sangat membantu apalagi aku ingin melanjutkan studytour sampe luar negri. Jelas aku butuh predikat hebat itu.*** "Hey cantik, kamu sudah disinih?" Suara Dosen cantik itu terdengar menyapaku. Aku membalas sapaannya dengan memberikan sedikit senyum. "Iya bu, aku baru saja tiba." "Silahkan masuk, dan posisikan dirimu senyaman mungkin. Pilih saja bebas dimana kamu ingin duduk, karna katanya tempat duduk cukup berperan penting untuk kes
Masih ospek terakhir untuk kami para mahasiswa baru dikampus ini. Dan juga hari ini Pengumuman untuk hasil test beasiswa yang ku ikuti. Aku memutuskan untuk menuju ke papan buletin kampus. Dan alhasil Namaku tertera dengan jelas sebagai pemegang no.1 untuk beasiswa prestasi. "Wah legah." Bisikku. Tentu ini meyelamatkan aku dari absen ospek dan kemungkinan akan ketahuan siapa aku sebenarnya. Yah walopun bukan aku yang mengumumkan diriku senior mereka sendiri yang seenaknya menfonisku demikian.*** Kabar gembira ini lalu sampai kepada kedua orangtuaku. Ayah dan Bunda tentu sangat bahagia. Akhirnya aku bisa membuktikan sekali lagi aku adalah the winner untuk urusan study. Mereka pula menjanjikan S2 ke luar negeri untukku. Dimana itu terserah aku. Soal biaya jelas orangtuaku tidak masalah. Ditambah lagi sekarang aku Resmi Kuliah gratis."Sayang. Kau diam diam sudah membuat Ayah dan Bunda bangga. Bunda yakin pulang nanti
Setelah perkuliahan hari ini berakhir, seperti janjiku akan bertemu Regar. Aku menunggunya di salah satu Cafe dekat kampus. 30 menit menunggu akhirnya Regar muncul. "Darimana aja huh? gue lama nungguin lu, tau." Aku terus saja mengomel sambil mengaduk-aduk minumanku yang daritadi tidak aku sentuh setegukpun. "Sorry... gue ada keperluan, lagi itu minuman jangan dimainin gitu, kasihan minumannya ntar oleng" sindir Regar padaku"Lu harus secepatnya umumin ke ortu lu kalo lu udah punya pasangan!" Ujarku masih dengan wajah serius"Tapi siapa ?""Idih nanya gue, yah serah Lu dah ,pokoknya pointnya mah Lu harus batalin perjodohan itu TITIK. Gue gak mau denger alesan apapun."Setelah memberi peringatan pada Regar, gue memilih untuk langsung pergi dari cafe itu, tak perduli apa kata Regar, aku yang memaksanya datang lalu meninggalkannya begitu saja. Aku yakin dan percaya bahwa Regar akan men
Setelah lelah aku memutuskan untuk menyudahi pencarianku. Aku kembali ke ruangan, menunggu kelas terakhir.Disana ada Reina, Fifian dan Juga Sandra. Sudah menunggu daritadi."Lu darimana aja, hampir kena sekorkan untung ibunya telat masuk." Celoteh Reina"Iyanih lu darimana huh?" Tambah fifian dan sandra bergantian."Gue ada keperluan tadi bentar. Udah udah tuh dosen jangan ribut lagi ntar kena sekorsing beneran." Ujarku yang langsung duduk menyesuaikan diri disebelah Reina.*** Kelas terakhir usai. Kami mempersiapkan diri untuk pulang, Reina pamit untuk bertemu kekasihnya, sedang Fifian dan Sandra mengajakku untuk bergabung dengan mereka sore ini, mereka akan mengadakan party di salah satu club ternama di kota ini, aku tak enak bila ajakan pertama mereka langsung aku tolak. Terpaksa aku mengiyakan. Hanya saja aku tidak bisa langsung pergi aku musti ijin pada orangtuaku. Mendengar itu Fifian dan Sa
Kini aku sudah berada di dalam club. Aku sudah mengamati seluruh penjuru ruangan untuk mencari keberadaan dua gadis itu. Dan dari kejauhan tepatnya diatas panggung club ini, Sandra dan Fifian melambaikan tangannya padaku. Mengisyaratkan untukku segera mendatangi mereka. Lalu ku ikuti petunjuk untuk menuju panggung Cuma butuh satu menit untuk sampai ke Panggung itu, padahal ada begitu banyak manusia disana yang menghalangi namun entah kekuatan apa yang ku miliki malam ini hingga membuat semua menyingkir begitu saja saat melihatku berjalan. Tapi aku tidak perduli yang terpenting Aku sudah berada di depan panggung sekarang, lalu ku lihat Fifian yang sepertinya sudah mabuk, sedang Sandra masih normal. Dengan alat musik biola yang ia mainkan.Aku melangkah lebih dekat ke fifian, lalu aku dengan sigap memegangi tangan Fifian untuk menyeimbangkan tubuhnya yang sudah hampir ambruk."Sand. Sandra. Come her
"Wah gue minta maaf yah kejadian di club itu Va." ujar Fifian setelah duduk disebalahkuSeminggu setelah insiden di Night club. Hari ini, aku bertemu kembali di kelas dengan Reina dan juga kedua sahabatnya. Sandra dan Fifian."Hummmm, kalian harusnya gak ngundang gue, gak tau betapa kesalnya gue malam itu." Jawabku santai meski memang kejadian malam itu menjengkelkan"Sorry, im so sorry Canva, Forgive us." Begitu Sandra dan Fifian merajuk meminta pengertian dariku"Yasudahlah gue juga udah lupain kok.""Thankyou Va." Setelah menerima maaf dariku keduanya spontan memberi pelukan padaku. Meski sebenarnya risih aku terpaksa membalas pelukan ituBegitulah seharusnya aku memang bukan sahabat mereka bertiga lalu untuk apa aku marah. Tidak ada alasan yang pasti untukku marah ataupun merasa kecewa.Dan itu menurutku keuntungan dari aku yang tidak ingin memiliki sahabat.*****Beberapa hari setelah insiden Aku dan Regar berselisi
------Libur tiba, aku mendapat ijin dari Ayah dan bunda untuk ikut liburan bersama Reina dan yang lainnya. Tentu itu ada syaratnya---Aku harus berkunjung ke rumah Regar terlebih dahulu, untuk meminta ijin---akupun menyetuji syarat tersebut.Aku berkunjung kerumah Regar, dan disana hanya ada ibunda Regar, tante jennie. Yang lain sedang diluar kota. Setelah berbincang dengan tante jennie dan mendapat ijin untuk liburan.Aku menanyakan keberadaan Regar dan ternyata Regar sedang berada di Prancis. Dan aku sama sekali tidak mengetahui hal itu!Alasan tante Jennie tidak memberitahukan kabar itu karena mereka berpikir kalo Regar sudah menyampaikan hal itu padaku. Namun sepertinya hal itu tidak dilakukan Regar karena dia masih merasa kesal oleh ulahku di club itu.Regar memang masih merupakan mahasiswa di salah satu univ di Prancis, dia ke kampusku cuman sebagai peserta pertukaran mahasiswa. Dan soal perjodohan kami masih dilanjutkan. Hanya perlu me
Minggu, februari! Pagi ini masih sama buatku masih tetap menyejukkan, aku duduk melantai depan jendala kamar, memandang indah diluar sana. Sambil sesekali memejamkan mata merasakan hembusan angin yang menerobos masuk begitu saja tanpa izin. Oh sejuknya... menusuk keseluruh kulitku. Rambut hitam legamku yang terurai panjang ikut terkibas olehnya.Hari yang begitu indah dan cerah. Embun membuatku merasa lebih segar pagi ini. Langit biru yang selalu menjadi saksi kecantikan parasku setiap pagi. Aku tersipu malu setiap melihatnya lebih indah. Mataharipun teriknya tak mau kalah selalu membuatku tenang dan damai tanpa perduli ucapan selamat pagi dari seseorang yang mereka sebut kekasih, karena bagiku, embun, langit dan mentari pagi sudah cukup buatku menyambut pagi. "Selamat pagi untukku" batinku. Seperti biasa pagiku dimulai dengan lima belas menit menatap keindahan sunrise, tiga menit membasuh muka, satu menit menggosok gigi kemudian menit berikutnya tinggal menunggu alarm sarapan pa
------Libur tiba, aku mendapat ijin dari Ayah dan bunda untuk ikut liburan bersama Reina dan yang lainnya. Tentu itu ada syaratnya---Aku harus berkunjung ke rumah Regar terlebih dahulu, untuk meminta ijin---akupun menyetuji syarat tersebut.Aku berkunjung kerumah Regar, dan disana hanya ada ibunda Regar, tante jennie. Yang lain sedang diluar kota. Setelah berbincang dengan tante jennie dan mendapat ijin untuk liburan.Aku menanyakan keberadaan Regar dan ternyata Regar sedang berada di Prancis. Dan aku sama sekali tidak mengetahui hal itu!Alasan tante Jennie tidak memberitahukan kabar itu karena mereka berpikir kalo Regar sudah menyampaikan hal itu padaku. Namun sepertinya hal itu tidak dilakukan Regar karena dia masih merasa kesal oleh ulahku di club itu.Regar memang masih merupakan mahasiswa di salah satu univ di Prancis, dia ke kampusku cuman sebagai peserta pertukaran mahasiswa. Dan soal perjodohan kami masih dilanjutkan. Hanya perlu me
"Wah gue minta maaf yah kejadian di club itu Va." ujar Fifian setelah duduk disebalahkuSeminggu setelah insiden di Night club. Hari ini, aku bertemu kembali di kelas dengan Reina dan juga kedua sahabatnya. Sandra dan Fifian."Hummmm, kalian harusnya gak ngundang gue, gak tau betapa kesalnya gue malam itu." Jawabku santai meski memang kejadian malam itu menjengkelkan"Sorry, im so sorry Canva, Forgive us." Begitu Sandra dan Fifian merajuk meminta pengertian dariku"Yasudahlah gue juga udah lupain kok.""Thankyou Va." Setelah menerima maaf dariku keduanya spontan memberi pelukan padaku. Meski sebenarnya risih aku terpaksa membalas pelukan ituBegitulah seharusnya aku memang bukan sahabat mereka bertiga lalu untuk apa aku marah. Tidak ada alasan yang pasti untukku marah ataupun merasa kecewa.Dan itu menurutku keuntungan dari aku yang tidak ingin memiliki sahabat.*****Beberapa hari setelah insiden Aku dan Regar berselisi
Kini aku sudah berada di dalam club. Aku sudah mengamati seluruh penjuru ruangan untuk mencari keberadaan dua gadis itu. Dan dari kejauhan tepatnya diatas panggung club ini, Sandra dan Fifian melambaikan tangannya padaku. Mengisyaratkan untukku segera mendatangi mereka. Lalu ku ikuti petunjuk untuk menuju panggung Cuma butuh satu menit untuk sampai ke Panggung itu, padahal ada begitu banyak manusia disana yang menghalangi namun entah kekuatan apa yang ku miliki malam ini hingga membuat semua menyingkir begitu saja saat melihatku berjalan. Tapi aku tidak perduli yang terpenting Aku sudah berada di depan panggung sekarang, lalu ku lihat Fifian yang sepertinya sudah mabuk, sedang Sandra masih normal. Dengan alat musik biola yang ia mainkan.Aku melangkah lebih dekat ke fifian, lalu aku dengan sigap memegangi tangan Fifian untuk menyeimbangkan tubuhnya yang sudah hampir ambruk."Sand. Sandra. Come her
Setelah lelah aku memutuskan untuk menyudahi pencarianku. Aku kembali ke ruangan, menunggu kelas terakhir.Disana ada Reina, Fifian dan Juga Sandra. Sudah menunggu daritadi."Lu darimana aja, hampir kena sekorkan untung ibunya telat masuk." Celoteh Reina"Iyanih lu darimana huh?" Tambah fifian dan sandra bergantian."Gue ada keperluan tadi bentar. Udah udah tuh dosen jangan ribut lagi ntar kena sekorsing beneran." Ujarku yang langsung duduk menyesuaikan diri disebelah Reina.*** Kelas terakhir usai. Kami mempersiapkan diri untuk pulang, Reina pamit untuk bertemu kekasihnya, sedang Fifian dan Sandra mengajakku untuk bergabung dengan mereka sore ini, mereka akan mengadakan party di salah satu club ternama di kota ini, aku tak enak bila ajakan pertama mereka langsung aku tolak. Terpaksa aku mengiyakan. Hanya saja aku tidak bisa langsung pergi aku musti ijin pada orangtuaku. Mendengar itu Fifian dan Sa
Setelah perkuliahan hari ini berakhir, seperti janjiku akan bertemu Regar. Aku menunggunya di salah satu Cafe dekat kampus. 30 menit menunggu akhirnya Regar muncul. "Darimana aja huh? gue lama nungguin lu, tau." Aku terus saja mengomel sambil mengaduk-aduk minumanku yang daritadi tidak aku sentuh setegukpun. "Sorry... gue ada keperluan, lagi itu minuman jangan dimainin gitu, kasihan minumannya ntar oleng" sindir Regar padaku"Lu harus secepatnya umumin ke ortu lu kalo lu udah punya pasangan!" Ujarku masih dengan wajah serius"Tapi siapa ?""Idih nanya gue, yah serah Lu dah ,pokoknya pointnya mah Lu harus batalin perjodohan itu TITIK. Gue gak mau denger alesan apapun."Setelah memberi peringatan pada Regar, gue memilih untuk langsung pergi dari cafe itu, tak perduli apa kata Regar, aku yang memaksanya datang lalu meninggalkannya begitu saja. Aku yakin dan percaya bahwa Regar akan men
Masih ospek terakhir untuk kami para mahasiswa baru dikampus ini. Dan juga hari ini Pengumuman untuk hasil test beasiswa yang ku ikuti. Aku memutuskan untuk menuju ke papan buletin kampus. Dan alhasil Namaku tertera dengan jelas sebagai pemegang no.1 untuk beasiswa prestasi. "Wah legah." Bisikku. Tentu ini meyelamatkan aku dari absen ospek dan kemungkinan akan ketahuan siapa aku sebenarnya. Yah walopun bukan aku yang mengumumkan diriku senior mereka sendiri yang seenaknya menfonisku demikian.*** Kabar gembira ini lalu sampai kepada kedua orangtuaku. Ayah dan Bunda tentu sangat bahagia. Akhirnya aku bisa membuktikan sekali lagi aku adalah the winner untuk urusan study. Mereka pula menjanjikan S2 ke luar negeri untukku. Dimana itu terserah aku. Soal biaya jelas orangtuaku tidak masalah. Ditambah lagi sekarang aku Resmi Kuliah gratis."Sayang. Kau diam diam sudah membuat Ayah dan Bunda bangga. Bunda yakin pulang nanti
Aku sudah berada dikampus tepat pukul 08.00 sesuai intruksi ibu dosen cantik kemarin. Lalu aku menuju kelas yang memang diperuntukan untuk segala macam test. Termasuk testku hari ini untuk memperoleh beasiswa. Sebenarnya keinginanku mendapat beasiswa bukan karena orangtuaku tidak mampu membiayaiku. Mereka sangat mampu bahkan aku terbilang cukup tajir dikalangan Teman SMA ku. Namun aku ingin beasiswa semata mata untuk memperjelas kehebatanku dalam masalah akademik. Tentu itu sangat membantu apalagi aku ingin melanjutkan studytour sampe luar negri. Jelas aku butuh predikat hebat itu.*** "Hey cantik, kamu sudah disinih?" Suara Dosen cantik itu terdengar menyapaku. Aku membalas sapaannya dengan memberikan sedikit senyum. "Iya bu, aku baru saja tiba." "Silahkan masuk, dan posisikan dirimu senyaman mungkin. Pilih saja bebas dimana kamu ingin duduk, karna katanya tempat duduk cukup berperan penting untuk kes
Hari ini aku resmi menjadi Mahasiswi di salah satu universitas swasta di kotaku, dan pagi ini aku sengaja datang lebih awal dari ketentuan kampus, karna aku ingin mencari tahu banyak hal, siapa tahu ada yang bisa aku eksplor. "Haha maksud aku bisa aku ajak berduet di ring tinju. Ngaco gak itu hanya gurauan seorang anak yang benar benar gila akan belajar bukan adu tinju seperti anak-anak sebaya lainnya."gumamku***"Emm permisi bu." Setelah mengetuk pintu aku mencoba membuka sedikit pintu ruangan"Iya ada apa, masuk." Salah satu Dosen cantik yang mengetahui keberadaanku depan pintu mempersilahkanku masuk. "Kamu mahasiswi jurusan apa?" tanyanya.Aku tersenyum malu mendapati pertanyaan itu. "Oh maaf ibu, aku mahasiswi baru." Aku mulai melangkah maju mendekat ke Dosen cantik itu."Oh astaga, ibu pikir kau sudah mahasiswi akhir, soalnya kau begitu terlihat dewasa dan anggun. Caramu berpakaian
Minggu, februari! Pagi ini masih sama buatku masih tetap menyejukkan, aku duduk melantai depan jendala kamar, memandang indah diluar sana. Sambil sesekali memejamkan mata merasakan hembusan angin yang menerobos masuk begitu saja tanpa izin. Oh sejuknya... menusuk keseluruh kulitku. Rambut hitam legamku yang terurai panjang ikut terkibas olehnya.Hari yang begitu indah dan cerah. Embun membuatku merasa lebih segar pagi ini. Langit biru yang selalu menjadi saksi kecantikan parasku setiap pagi. Aku tersipu malu setiap melihatnya lebih indah. Mataharipun teriknya tak mau kalah selalu membuatku tenang dan damai tanpa perduli ucapan selamat pagi dari seseorang yang mereka sebut kekasih, karena bagiku, embun, langit dan mentari pagi sudah cukup buatku menyambut pagi. "Selamat pagi untukku" batinku. Seperti biasa pagiku dimulai dengan lima belas menit menatap keindahan sunrise, tiga menit membasuh muka, satu menit menggosok gigi kemudian menit berikutnya tinggal menunggu alarm sarapan pa