Kedatangan Rifat kerumah yang tampak biasa saja sepanjang hari, setelah pembicaraan dengan Wijaya membuat Tania sering kali menatap Rifat dengan tatapan menilai, baik itu secara langsung atau sembunyi-sembunyi. Tania tidak tahu alasan yang membuat dirinya melakukan hal ini, rasa penasaran atas tatapan Rifat pada dirinya mungkin menjadi alasan utama.
“Pak Wijaya nggak ada di ruangan.” Rifat menghentikan langkah Tania yang akan memasuki ruangannya bersama dengan anak-anak.“Memang kemana dia?” tanya Tania mengerutkan keningnya.“Rapat, pergi sama Devan dan Lila.”“Kamu nggak ikut?” Tania menatap penuh selidik.“Aku ada kerjaan yang harus diselesaikan.”“Di ruangan Wijaya?”“Samping ruangannya.” Rifat menunjuk ruangan yang pernah digunakan Muklis.“Aku nggak boleh masuk kedalam?”“Siapa yang berani melarang bu bos masuk ke ruangan suaminya? Tadi hanya memberitahukan barangkali mencari kMemasuki rumah Rifat setelah anak-anak berangkat sekolah dan secara kebetulan Wijaya sibuk dengan pekerjaan kantor bersama Devan dan Muklis, semua seakan sudah direncanakan agar Tania dan Rifat bisa bersama.“Berangkat sekarang?” tanya Tania saat melihat Rifat keluar dari kamarnya.“Aku periksa dulu takut ada yang kelupaan,” jawab Rifat tanpa menatap Tania.Perjanjian yang mereka lakukan adalah Rifat menjemput Tania, tapi karena di rumah sudah tidak ada yang dikerjakan akhirnya Tania meminta diantar kerumah Rifat oleh supir yang langsung ditinggal ke sekolah anak-anak lagi. Tania menatap rumah Rifat dengan Aya, dulu saat datang kesini foto pernikahan mereka terlihat jelas di dinding, terpasang seakan mereka adalah pasangan bahagia.“Foto pernikahan kamu lepas?” tanya Tania.“Hmm.”“Kenapa?” Tania mengalihkan pandangan kearah Rifat yang hanya diam, tidak menjawab pertanyaannya. Menyadari kebodohannya karena
“Ahh...terus...dalam...ahhh...sayang...” Tania mendesah keras saat merasakan juniornya Wijaya berada didalam bergerak tidak menentu dengan kasar.“Kamu semakin menggairahkan...” Wijaya melumat bibir Tania dengan kasar. “Oughh...sudah lama kita tidak begini....ahhh...”“Aku mau keluar....ahhh....” Tania melengkungkan badannya tanda mencapai klimaks.Wijaya yang melihat dan merasakan cairannya keluar semakin bergerak cepat dengan mendorong semakin dalam, Tania hanya diam saat Wijaya meremas bukit kembarnya atau menghisapnya, tidak memiliki tenaga lagi setelah pelepasannya yang keempat ini.“Ahhh...aku mau keluar....”Wijaya mendorong semakin dalam dan langsung mengeluarkan cairannya didalam, membiarkan cairannya bercampur didalam dan ketika tidak ada lagi yang keluar langsung melepaskan penyatuan mereka, menarik Tania masuk kedalam pelukannya dengan membelai punggungnya yang terbuka.“Aku mencintaimu.” Wijaya mencium ke
Tidak ada lagi pembicaraan mengenai perjanjian konyol, gila atau apapun itu bentuknya dihadapan Tania. Wijaya mengikuti perkataannya dengan tidak membahas tentang hal itu, tidak peduli apa lagi yang akan direncanakan olehnya nanti, terpenting saat ini adalah tidak ada lagi pembicaraan mengenai hal itu.“Mami, abang bawa bekal apa?” suara Lucas membuyarkan lamunannya.“Abang mau bekal apa?” tanya Tania balik.“Dibuat bentuk lucu gitu loh, Mi.” Lucas menjawab dengan menggerakkan tangannya.“Kalau sekarang nggak bisa, alatnya belum ada dan mbak sudah siapin bekalnya. Gimana kalau besok atau tunggu mami beli alat-alatnya?” Lucas menganggukkan kepalanya.Membelai rambut Lucas dengan pelan, putra pertamanya ini memang cerewet dan tidak mau kalah. Satu kelebihannya adalah sangat penyayang pada siapapun, termasuk dirinya dan kedua adiknya. Jarak mereka yang dekat tidak membuat Lucas iri atau tidak suka atau apapun itu, malah sebaliknya
“MAMI!”Teriakan Lucas membuyarkan lamunan Tania, melangkah kearah putra pertamanya yang langsung berlari memeluknya. Dibelakang ada Zee dan Leo yang ada dalam gendongan pengasuhnya, Tania mencium seluruh wajah Lucas dan beralih pada kedua anaknya yang lain, Lucas sendiri masih berada disamping Tania memegang ujung bajunya.“Kalian lapar?” tanya Tania menatap mereka bertiga bergantian yang menganggukkan kepalanya, melihat reaksi mereka membuat Tania tersenyum.“Mami...nenen.” Leo membuka baju atas Tania berusaha mencari sumber hidupnya.“Udah besar nggak boleh nenen, malu sama Anggi dan Endi.” Tania memegang tangan Leo lembut.“Malu?” Tania menganggukkan kepalanya membuat tangan Leo menjauh dari bajunya “Leo malu.”Reaksi Leo membuat Tania mencium dengan gemas, mereka sudah beranjak besar dengan selisih usia yang tidak terlalu jauh. Leo sendiri sudah dua tahun artinya Zee sudah hampir tiga tahun dan Lucas sudah empat
Liburan artinya benar-benar liburan, dimana mereka berangkat semuanya. Devan, Via bahkan sampai Tari. Via berangkat dari Singapore dan akan bertemu langsung disana, sedangkan Devan dan Tari memilih bersama dengan mereka berangkatnya. Kantor dipegang alih Lila dan Rifat dengan Muklis sebagai pengawasnya. Wijaya belum bisa melepaskan Muklis, walaupun sudah mengundurkan diri berkali-kali. Tania hanya menggelengkan kepalanya setiap melihat perdebatan mereka, berakhir dengan Muklis hanya bisa pasrah menerimanya. Wijaya tidak memberikan pekerjaan berat hanya mengawasi pekerjaan mereka semua, Lila dan Rifat yang akan bekerja dan memberikan laporan pada Muklis serta Wijaya. “Akhirnya kita liburan setelah sekian lama.” Tari membuka suaranya “Sekarang aku sama keluarga kecil, dulu selalu iri sama Mas Devan dan Mbak Tina.” “Apaan? Kamu selalu ambil alih Tina.” Devan memutar bola matanya malas membuat Tari mengerucutkan bibirnya “Belum hamil?” “Mbak Via dulu baru aku.”
Semua orang terkejut tentang berita Via yang hamil, lebih mengejutkan lagi adalah hamil kembar. Tidak ada yang memiliki keturunan kembar, secara tiba-tiba Via hamil dan itu kembar. Kabar kehamilan Via terdengar dimana-mana, terutama di kalangan pebisnis yang membuat Wijaya mendapatkan ucapan selamat.“Kita harus siap dengan kemungkinan terburuk dari Mili.” Wijaya membuka suara menatap Devan dan Rifat.“Mereka kan sekarang di Singapore nggak mungkin Mili melakukan itu disana.” Tania membuka suaranya membuat ketiga pria menatap dirinya.“Kita nggak pernah tahu, wanita itu aneh dan nggak bisa ditebak sama sekali.” Wijaya memberikan alasan masuk akal “Jangan sampai kejadian kembali seperti sebelumnya, bagaimanapun kehamilan ini ditunggu oleh kita semua bukan hanya mereka.”“Devan sudah meminta Nanda untuk meningkatkan keamanan buat Via.” Devan membuka suaranya.“Bagus.” Wijaya mengatakan dengan puas “Papa juga sudah meminta Bima dan
Restoran di Bandung mengalami masalah, Tina seharusnya pergi kesana hanya saja Nisa tidak bisa ditinggalkan sama sekali dan membuat Tania yang menggantikannya. Wijaya memberikan ijin pada Tania untuk berangkat, tapi satu hal yang membuatnya terkejut adalah berangkat bersama dengan Rifat. Mereka memang sudah tidak membicarakan perjanjian gila itu, tapi berada didalam satu ruangan berdua masih membuat dirinya tidak nyaman setelah kejadian dulu.“Kamu nggak papa aku sama Rifat?” tanya Tania hati-hati.“Rifat juga ada kerjaan disana, mengurus pabrik.” Wijaya menjawab sambil lalu, “Kamu masih kepikiran perjanjian itu?” Tania langsung menganggukkan kepalanya “Tenang, kita tidak membahas hal itu lagi setelah ancamanmu.”“Benar kalian sudah tidak membicarakannya? Aku lebih senang kalau kamu membatalkannya.” Tania berkata dengan nada pelannya.“Belum ada waktu untuk membatalkan,” jawab Wijaya seakan bukan hal penting “Kalau memang nggak cukup, kamu
Rifat tidak mendengarkan teguran Tania, mendekatkan wajahnya membuat bibir mereka berjarak. Melihat apa yang Rifat lakukan entah kenapa Tania tidak bisa bergerak sama sekali, memberontak atau apapun. Semua ini mengingatkan tentang kejadian dulu saat bersama dengan Galih, tunduk dalam permainan yang Galih lakukan dan sekarang mengalami hal yang sama. Memejamkan matanya saat bibir mereka bertemu, Rifat tidak menggerakkan bibirnya membuat Tania bingung melakukan apa, perlahan bibir Rifat mulai bergerak di bibir Tania yang hanya diam. Lumatan mulai semakin dalam, menggigit bibir Tania membuatnya terbuka yang langsung memasukkan lidahnya kedalam, Tania masih diam seakan menunggu apa yang akan Rifat lakukan, permainan lidahnya didalam bibir Tania membuatnya tidak tahan dan langsung membalasnya. Tania melingkarkan tangannya di leher Rifat membuat ciuman mereka berdua semakin dalam, permainan lidah mulai terjadi didalam mulut mereka dengan saling bertukar saliva kasar.