Sean memasuki ruangan Julian, maksudnya pria itu baru sempat kembali setelah ada hal yang mendesak di kantor yang benar-benar tidak bisa di tangani oleh asistennya, banyak hal yang harus dirinya kerjakan sambil menjaga sang kakak, saat masuk ke dalam Sean cukup terkejut hanya ada sang kakak di dalam ruangan.
Kemana perginya Leira? Bukankah kakak iparnya itu selalu menjaga kakak Julian saat dirinya pergi? Atau dirinya sedang keluar?Sean kembali melangkah setelah menutup pintu, dia membawa buah-buahan yang sudah bisa langsung dimakan karena sebelumnya sudah di potong oleh pelayan di rumah sakit, dia juga membawa makanan lainnya untuk sang kakak dan juga Leira, karenq makanan rumah sakit memang sangat tidak enak."Kakak Julian," Sapa Sean, meletakan batang yang dirinya bawa di dalam laci milik sang kakak, membawa jas yang dirinya kenakan, dan duduk di kursi kosong dekat sang kakak."Kenapa baru datang? Aku sendirian sejak pagi!" Ucap Julian, dia hampir setengah mati membuang rasa bosan di dalam kamar ini, tapi tidak terasa juga hati ini cepat berlalu, mungkin karena terlalu larut dalam pikirannya tentang hal.yang Leira katakan.'Aku ingin bercerai!''Akhiri saja pernikahan kontrak ini!'Julian tidak bisa berbohong jika hatinya sangat terluka saat Leira berkata seperti itu, dia tidak mengerti alasannya kalau tidak mengingat apapun kenangan bersamanya, Julian masih ingin menggenggam erat tangan gadis itu sampai dirinya menemukan segala titik terang tentang ingatannya."Sendirian? Sejak pagi?" Tanya Seam dengan wajah yang terkejut dan bingungnya, bagaimana bisa? Kenapa Leira perg8 selama itu? Atau dirinya harus di rawat lagi? Tapi dirinya tidak seperti itu sebelumnya."Ya, Leira tidak lagi datang ke ruanganku setelah doa mengatakan sesuatu," Ucap Julian, haruskah dirinya menjelaskan tapi memang Sean tahu hubungan dirinya dengan Leira? Dirinya baru saja sembuh."Mengatakan sesuatu? Sebenarnya apa yang terjadi kakak? Aku sangat yakin jika Leira tidak pernah meninggalkanmu, dia selalu ada di sampingmu, bahkan saat kondisi kakak sakit kemarin," Jelas Sean, ini aneh tidak mungkin sang kakak ipar tidak menemui kakak Julian lebih dari dua jam, jika bukan karena dokter, Leira pasti akan sepanjang hari di ruangan ini."Pagi ini ayah datang, aku pikir dia akan membahas tentang perjodohan, tapi pria itu malah membahas tentang kehamilan leira, aku tidak mengerti tapi aku mencoba memahami siatusinya, aku hanya paham jika Leira adalah istri kontrakku dan membuat sesuatu kebohongan tentang kehamilan, aku mencoba berpura-pura paham tapi—""Tapi? Apa kakak? Tunggu—bukankah kebohongan itu kakak Julian yang membuatnya? Aku ingat saat ayah datang ke villa dan mengajak kalian berbicara di ruangan tamu, kakak Julian Yang membuat Leira harus berbohong di depan ayah, kakak Julian yang membuat ide itu," Ucap Sean, ya saat itu diam-diam Sean mendengarkan percakapan mereka walau tidak sampai selesai.Julian langsung merasa tertampar, kenapa tadi dirinya berpikir Leira lah yang membuat kebohongan ini? Itulah alasan kenapa wajah gadis itu begitu kecewa setelah sang ayah keluar dari kamar, nyatanya Julian tidak membela dirinya sama sekali dan hanya pura-pura saja mengerti."Leira meminta untuk bercerai," Ucap Julian, dia tidak ingin kalimat itu keluar dari mulutnya, tapi setelah apa yang terjadi, sampai kapanpun kesalahannya tidak akan bisa di maafkan."Apa? Kakak Ipar minta Cerai?"Sean semakin tidak mengerti dengan situasi yang telah dirinya lewatkan, atau ini memang rencana ayahnya? Membuat dirinya tidak ada di rumah sakit agar dirinya tidak tahu apa yang akan dirinya sampaikan dengan kedatangan dirinya ke rumah sakit? Sean semakin yakin jika ayahnya masih ingin menceraikan mereka."Ya, setelah mengatakan hal itu, Leira tidak pernah kembali lagi ke ruangan ini," Lanjut Julian, rasanya dirinya tidak ingin sebuah hal penyesalan terjadi di kemudian hari,.dia harus segera tersadar dari kebingungan ini dan mengembalikan ingatannya."Dan kakak Julian hanya diam saja? Kakak tidak mencoba untuk menahan dirinya atau meminta kejelasan?" Tanya sean, sungguh dirinya menyesal menerima panggilan dari asistennya pagi imi, mana hari ini dokter jake tidak bisa datang karena dia harus menyiapkan pernikahannya.Kenapa situasi ini datang saat semua orang tidak ada, bagaimana keadaan Leira saat ini, pasti dirinya berpikiran buruk karena Julian tidak membela dirinya dan tidak ada pihak yang membantunya, mendengarkan hal itu membuat Sena mengepal tangannya dengan erat."Aku tidak bisa melakukannya karena kepalaku begitu pusing dan aku jatuh pingsan, aku baru bangun saat jam makan siang," Ucap Julian, tanpa di tanya juga dirinya sudah melakukan hal ity, tapi situasinya yang menghalangi dirinya, bukankah Julian tidak mau mendengarkan apapun."Lalu bagaimana keadaan kakak sekarang?" Tanya Sean, dia juga tidak bisa menyalakan sang kakak karena kondisi yang memang tidak baik."Aku baik, aku tadi bermimpi tentang Leira dan diriku, gambaran tentang dimana aku dan Leira sama-sama berdiri di depan pendeta dan mengucapkan beberapa kata, aku tidak bisa mendengarnya apa yang mereka katakan," Ucap Julian, selalam dirinya pingsan dan berakhir tertidur, sebuah mimpi yang harus di penuhi warna abu-abu, tapi setepah bangun Julian merasa sangat bersalah."Kakak, yakin itu hanya sebuah mimpi?"Julian menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa percaya hanya dengan mimpi tapi ini kenangan pertama yang dirinya berpikir untuk segera mengembalikan ingatannya secepat mungkin."Aku tidak bisa yakinin mimpi itu, tapi tidak alan melupakannya, apakah ada terapi untuk sebuah ingatan?" Tanya Julian, sebelum dirinya memang menolak untuk menerima terapi, karena rasanya tidak perlu, tapi sekarang?Itu sudah berbeda saat Leira ingin bercerai darinya."Ada kakak, tapi mungkin akan membuat kakak Julian sering mengalami sakit kepala," Ucap Sean, itu benar karena dokter memberikan dua pilihan antara terapiatau memulihkaj secara perlahan, dan terapi memiliki resiko yang berat, sehingga bisa melumpuhkan seluruh ingatan."Aku ingin membocanya, aku tidak ingin menyesal, walau pada akhirnya Leira tetap meninggalkanku setidaknya aku bisa bersedih melepaskannya, karena ingatan bukan sesuatu kebodohan," Ucap Julian, walau mungkin ada kemungkinan dan resiko, dia siap menerimanya."Kakak, apa yang kamu rasakan saat menatap Leira?" Tanya Sean, dia akan memutuskan sesuatu tergantung jawaban sang kakak."Rasanya ingin selalu mengatakan aku akan selalu ada di sini untuknya, tidak akan meninggalkanmu, dan tidak akak mmebiarkan dirinya terluks, itu yang s3lqlu aku rasakan setiap melihat Leira," Ucap Julian, itulah yang dirinya rasakan, itulah kenapa saat ada ayahnya, Julian berani menyentuh Leira tanpa dirinya sadari."Berjuanglah kakak, aku akan membicarakan hal ini dengan dokter," Ucap Sean, dia memutuskan membantu sang kakak hingga kembali menemukan ingatannya, sambil memikirkan cara agar sang ayah berhenti menekan keduanya untuk menenuhi keinginannya.Julian tersenyum, entahlah ini membuatnya begitu bersemangat dan senang, seperti ada jalan untuk menuju titik terang menyelesaikan kisah ini."Terima kasih, Sean."Setelah melakukan banyak sekali pertimbanhan antara terapi ingatan atau sebuah pemulihan secara bertahap.Dengan segala hal pilihan dan berbagai resiko, Julian pada akhirnya tetap memilih untuk terapi ingatan, dia tahu resiko jika akan ada pelumpuhan ingatan jika dipaksakan secara tiba-tiba untuk mengembalikan ingatannya, terapi ini juga seperti kembali ke alam bawah sadar dan keberhasilan hanya dirinya yang bisa mendapatkan itu.Dokter Jake dan Sean, mereka hanya bisa mencoba untuk mendukung keputusan Julian, walau sebenarnya ini bukan pilihan baik."Kau yakin Julian?" Tanya Jake, tidak tahu sudah berapa kali pertanyaan itu dirinya katakan sejak tadi, Julian tahu temannya itu sangat peduli walau ucapannya cukup ketus dsn terdengar kasar."Kau paham bagaimana diriku bukan? Jadi percuma juga oamu terus bertanya, jawabanku hanya tetap sama, aku ingin melakukannya dqn aku akan menerima resikonya," Ucap Julian dia hanya tinggal menunggu dokter me
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel