“Saya masih terbayang-bayang cara kau bertarung,” ucap Sangga. “Sungguh, kau begitu hebat. Saya tidak menyangka, ada orang yang sangat hebat di dunia ini.”
Yugas tertawa. “Kau pikir, hanya kau yang hebat ya?”
“Bukan begitu.” Sangga terkekeh. “Saya belum pernah melihat kemahiran seseorang dalam bertarung. Candra misalkan. Meskipun dia adalah musuh kita, kurasa dia gampang sekali dikalahkan. Modal dia hanya dibantu Ratu Kegelapan.”
Yugas mengangguk-angguk.
“Sangga, sudah lebih dari tiga hari kita mencari Nara. Kita belum menemukannya sampai sekarang. Apakah dia baik-baik saja?” Yugas terlihat cemas. “Saya tidak bisa membayangkan jika Nara kelaparan, atau dia dan bayinya kedinginan. Bahkan, ada satu hal buruk yang mungkin saja terjadi. Yaitu ... dimakan binatang buas.”
Sangga mengembuskan napas. Oh, dia langsung memikirkan satu hal. Yugas memang hebat, tetapi sep
Setelah menginap di Dunia Air, kami melakukan perjalanan lagi. Personil kami nambah lagi, ya itu Pikan. Salah satu pendekar dari Dunia Air yang memiliki kekuatan unik. Jika sedang berada di danau, dia bisa berubah menjadi hewan air, salah satunya buaya. Ketika di darat seperti ini, dia juga bisa mengeluarkan kekuatannya, yaitu bisa menyemburkan air dari tangannya.Sama halnya seperti pagi ini.“Suri, kau punya kekuatan api, bukan?” tanya Pikan dengan nada menantang.“Ya.” Suri tersenyum lebar. “Kenapa?”“Bagaimana kalau kita latihan bertarung. Saya akan memaksimalkan kekuatan air. Kamu memaksimalkan kekuatan api.”“Oh ....” Suri terlihat percaya diri. “Siapa takut?”Sekarang, mereka menunggangi kuda di depan. Kejar-kejaran. Meski mereka adalah pendekar, di mataku, mereka mirip sekali seperti dua sejoli. Ya, aku selalu bisa melihat bahwa ada ketulusan di antara mereka. Me
Sejak beberapa hari terakhir, Yugas memang selalu mengamati lokasi-lokasi di Utara Negeri Bayangan. Tujuannya simpel, dia hanya ingin memastikan, apakah rombongan Gala sudah datang? Dan, semua penantian itu terbayar detik ini.Dia mendapati rombongan Gala sedang beristirahat dari kejauhan. Tentu, Yugas ingin membuat mereka terkejut dengan kehadirannya. Dia sekalian ingin menguji, seberapa hebat-orang-orang baru yang menemani Gala ke sini.Hal tersebut membuat Yugas buru-buru berlari. Tentu, itu bukan lari biasa. Dia menggunakan kekuatannya untuk melesat seperti angin. Hal tersebut membuat dia tertawa. Sebab Gala dan kawanannya buru-buru berdiri, memasang kuda-kuda.Yugas berteriak, dia berlari ke hadapan Pikan sekarang. Dia mencoba menonjok dan menenadang, tetapi sosok Pikan ini begitu lihai. Dia terlihat ringan menahan serangan itu. Dalam posisi ini, mereka belum tahu Yugas. Karena lesatan yang dilakukan Yugas itu begitu cepat, membuat wajahnya tak terlihat.
Jika ada satu permintaan dalam hidup, Nara ingin sekali hidup selamanya di Dunia Udara. Dia tidak bisa membayangkan akan hidup bahagia dan damai jika dirinya, Aga, dan Gala, ada di sini. Sayang, itu hanya angan-angan. Tentu, Nara merasa jika itu semua tidak akan pernah terjadi. Namanya angan-angan tetap angan-angan. Tidak ada yang istimewa. “Nara ....” Itu Villa. Nara yang tengah memandang kumpulan awan yang menggumpal-gumpal di depannya, menengok ke belakang. “Iya, Villa. Kenapa?” “Kau sudah merasa lebih baik?” tanya Villa. “Sejak pertama kali ke sini, aku sudah bahagia. Bahkan aku berharap supaya bisa hidup selamanya di sini. Sayangnya, sepertinya tidak bisa.” Villa terkekeh. “Kau akan hidup jauh lebih bahagia di bumi sana. Bersama keluarga kalian.” Nara mengangguk-angguk. Saat sedang mengobrol, tiba-tiba ada petir yang menggelar. Tentu, hal tersebut membuat obrolan Nara dan Villa berhenti secara tiba-tiba. Di depan sana, jel
RATUSAN TAHUN LALUDunia udara adalah salah satu tempat paling damai yang pernah ada. Semua peri hidup bahagia, penuh kebajikan. Mereka adalah salah satu simbol kedamaian di dunia ini. Bahkan sering kali, mereka turun ke pemukiman warga yang masih sering terjadi perselisihan . Namun, di tempat yang paling damai pun selalu ada duri. Tidak semua peri berhati baik, ada pula peri-peri yang memang punya hati busuk.“Kau adalah peri paling bodoh yang pernah ada,” ucap salah satu peri kepada Rida.Rida adalah peri yang berbeda dengan yang lain. Dia adalah peri pendiam yang tidak pernah suka bergaul dengan peri lain. Kegiatan sehari-harinya hanya menyendiri, terbang ke sana ke mari, bermain dengan burung-burung, dan hal-hal lain yang jarang dilakukan peri lain. Maka, hal-hal aneh tersebut disebut sebagai kebodohan.“Kenapa kau bisa berbicara begitu?” tanya Rida. “Saya tidak merugikanmu.”“Tapi kau
Nara mendengar berbagai teriakkan, juga petir yang menggelegar di luar. Hingga membuat Aga terbangun dari tidurnya, lantas menangis cukup keras. Di balik keindahan tempat ini, ternyata akan menjadi tempat menyeramkan setelah didatangi Ratu Kegelapan.“Aga, kamu baik-baik saja sama Mama,” ucap Nara. “Percayalah, Nak. Kamu tidak akan kenapa-napa.”Itu hanya ucapan untuk meyakinkan diri sendiri. Faktanya, Nara sendiri tidak yakin dengan itu semua. Terlalu dini menilai jika ini hanya serangan biasa.Sekarang, Nara berjalan ke arah jendela di kamar. Dia membuka sedikit celah gorden, dan melihat pertarungan itu. Alangkah terkejutnya Nara saat berhasil melihat sosok Ratu Kegelapan. Sesuai namanya, di mata Nara, Ratu Kegelapan itu sangat-sangat kelam. Juga memiliki aura negatif. Rambut panjang, bibir hitam, tatapan tajam, sedang menransper kekuatan ke arah pimpinan peri.“Ya Tuhan, selamatkanlah Vida,” ucap Nara.Dia men
Sampai sekarang, Gala dan rombongan masih ada di rumah Sangga. Beberapa di antara mereka terlihat lesu, soalnya belum pula mendapatkan informasi mengenai keberadaan Nara. Padahal, bukankah bulan purnama itu akan terjadi dua hari lagi? Hal itu membuat Gala begitu cemas.“Apa mungkin Nara sudah didapatkan oleh mereka?” tanya Gala.“Bukankah kita tahu jika beberapa hari ini para pesuruh Candra masih berkeliaran mencari Nara?” melica ikut berbicara. “Sepertinya belum.”“Belum tentu ....” Sangga menggeleng. “Saya curiga, jika ini adalah bagian dari taktik mereka. Mereka seolah sedang mencari Nara. Mereka berusaha meyakinkan kita agar kita tidak cemas. Padahal, bisa saja, Nara sudah mereka temukan dan .... disembunyikan!”Mendengar penjelasan itu, semua orang terlihat syok. Mereka baru sadar jika sebenarnya, bisa saja mereka memang melakukan cara itu untuk sekadar membuat rombongan Gala tenang. Apalagi
Aku dan Nana meminggir, meskipun kami tetap saja melawan jika ada yang mendekat. Nana tetap berusaha bertarung saat ada yang mendekatinya. Gerakannya tidak kaku-kaku amat. Dia terlihat cekatan melawan dengan gerakkan-gerakkan dasar.Sambil melawan orang-orang suruhan Mas Candra, sesekali aku melirik ke arah suamiku yang ada di depan. Ya ampun, aku tidak menyangka, kami bisa ada di pihak yang berbeda. Seketika kemesraan kami itu terbayang-bayang. Saat kami menghabiskan waktu berdua di kamar. Canda tawa bersama, hingga hal-hal sederhana yang kami lewati. Tapi setelah ini, apakah hal-hal itu akan terulang kembali? Bagaimana caranya agar kami bisa kembali bersama dengan segala hal buruk yang Mas Candra lakukan?“Kak Melica, awas!” teriak Nana.Otomatis, aku terperanjat. Lamunan itu membuatku tidak fokus.Aku melihat ke arah depan, menangkis tonjokkan dari salah satu pesuruh Mas Candra, lantas aku menonjoknya balik. Ya ampun, dia terjungkal.
“Nara!” Gala meraung-raung. Aku sendiri buru-buru berlari ke arahnya. Aku membangunkan dia yang terduduk di atas tanah.“Gala, sudah, belum terlambat. Kita masih punya waktu untuk mencari jalan keluarnya!”Gala menggeleng. “Enggak, Mel. Saya sudah gagal mendapatkan Nara dan Aga. Dia terlihat begitu tertekan tadi. Sementara saya. Saya tidak bisa melakukan apa-apa.”“Enggak. Kita semua sudah mengusahakan semua yang terbaik. Tidak ada yang sia-sia. Ini hanya masalah waktu. Percayalah. Ini semua belum selesai. Aku yakin itu.”Ucapan itu tidak dijawab apa-apa. Hanya isakkan Gala yang makin mengeras.Tuan Yugas yang cukup dituakan di sini, kini berjuongkok. “Gala, mari kita ke rumah Sangga. Kita susun lagi cara untuk mendapatkan Nara. Kita tidak boleh menyerah begitu saja. Kita pasti bisa.”Gala yang sedang terisak, akhirnya mengangguk.Aku menepuk-nepuk pakaian sendiri, pun dengan