Beranda / Romansa / My Husband or My Teacher / Kabar Gembira atau Kabar Buruk?

Share

Kabar Gembira atau Kabar Buruk?

Penulis: Asterzh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aku berbohong kalau berkata jika ini kabar yang buruk. Namun, aku juga tidak bisa menyebutnya kabar yang baik, mengingat bagaimana hubungan kita.”

~♥~♥~♥~

"Pagi." Adel tersenyum manis pada Beni saat cowok itu keluar dari kamarnya dengan setelan kemeja rapi.

"Pagi," sahut Beni cepat. Cowok itu mengacak rambut Adel gemas dan ikut mendudukkan dirinya di samping Adel.

"Kopi, please," pintanya.

Adel buru-buru mengambil apa yang diinginkan Beni dan segera menyerahkannya.

"Thanks," kata Beni sambil menyesap kopinya.

"Kamu mau kemana pagi-pagi begini?  Tumben. Enggak ada tuh pengangguran rapi yang cuma di rumah tetapi pakai kemeja kantoran," ledek Adel.

Beni terkekeh lalu menyeringai pada Adel.

"Aku diterima kerja," katanya.

Adel tersenyum dan bertepuk tangan di tempatnya. Kemudian ia beranjak dan tanpa sadar memeluk Beni.

"Selamat ya, suamiku. Aku seneng dengernya," katanya.

Beni awalnya tersentak bingung, namun membalas pelukan Adel juga sambil berkata, "Thanks a lot, Del." Adel tersentak dan buru-buru melepaskan pelukannya.

"Sorry. Kebablasan," bantahnya.

Beni tersenyum. "Kok dilepas sih pelukannya, kan lumayan buat hidangan pembuka," ejeknya.

"Apaan sih, mulai deh narsisnya! Kamu kan udah janji semalam, enggak akan narsis lagi dan sebagai gantinya aku juga enggak akan jutek lagi ke kamu", gerutu Adel.

"Oke, oke. Maaf, kebiasaan, sih."

"Ah, jadi badmood," ujar Adel sambil memotong roti di piringnya dengan kesal.

"Aku kan udah minta maaf," rajuk Beni.

Adel tetap cemberut hingga cowok itu berdiri mendekatinya dan merangkul pundaknya.

"Mau dengar kabar gembira?"

~♥~♥~♥~

"Ya, gue ada kabar gembira nih!"

Seruan salah seorang siswi yang agak populer di sekolah saat Adel baru saja memasuki kelas XII IPS 2 mengalihkan perhatian seluruh siswa. "Apa? Obat Mastin ada ekstrak jeruk purutnya!" celetuk cowok lainnya membuat gelak tawa di dalam kelas.

Adel hanya diam, sambil ikut mendengarkan perbincangan di depan kelas. Ia akhirnya bosan dan menenggelamkan kepalanya ke sela tas di atas mejanya.

Reina, teman sebangkunya yang sedari tadi melihat sikap diam Adel, akhirnya bertanya, "Kenapa, lo? Nata enggak chat lo?" tanyanya.

Adel sudah tidak lagi mendengarkan kabar gembira di depan kelas, padahal Adel duduk di bangku kedua setelah seorang siswi berkacamata di depannya.

"Hemmm ...." gumam Adel lesu. "Pagi tadi gue juga enggak ngelihat Nata ada bergerombol di gengnya," sambungnya. Adel mencebikkan bibirnya dan menatap Reina malas. Lalu keduanya dikejutkan oleh teriakan yang kembali menggema di kelas. 

"Pak Fajar lagi kena cacar, jadi enggak masuk sekolah hari ini! Kita bebas dari ceramahnya yang membosankan!"

"Serius, lo? Tumben banget? Entah gue harus seneng atau sedih karena guru yang imutnya mirip Doraemon itu enggak masuk karena cacar?" celetuk murid cowok lainnya. Sedetik kemudian kelas itu dipenuhi gelak tawa lagi. Lagi-lagi Juno and the genk membuat ulah. Tetapi kelas akan sepi jika tidak ada mereka, tidak akan ada lagi yang membuat dirinya menjadi bahan tertawaan. Cowok yang tadi nyeletuk juga ikut-ikutan ketawa sambil joget goyang sambalado bareng teman se-gengnya di depan kelas.

"Yuhu! Hari ini enggak ada pelajaran matematika!"

Adel lagi-lagi tak ikut tertawa saat hampir semua murid kelasnya tertawa termasuk Reina, yang terkekeh melihat aksi Juno and the genk yang kini malah oplosan sambil godain Mimi, anak hits yang tadi mengumumkan kalau hari ini akan tidak ada pelajaran Matematika.

"Siapa bilang kalau hari ini tidak ada pelajaran Matematika?"

Suara bariton di ambang pintu menyadarkan semua murid. Mereka bergegas ngacir ke tempat duduk masing-masing. Pak Iqbal, Kepala Sekolah tempat Adel menimba ilmu, berjalan memasuki kelas sambil diikuti seorang cowok yang berusia sekitar 23 tahunan di belakangnya.

"Ini guru baru kalian, yang akan mengajar Matematika kelas kalian, menggantikan Pak Fajar yang sedang sakit," tegasnya di depan kelas. Lelaki itu menatap sewot pada Juno dan teman-teman segengnya sejenak, lalu beranjak meninggalkan kelas setelah menepuk pundak guru baru itu. Guru baru itu mengangguk kecil.

"Selamat pagi semua!"

"Pagi, Pak!"

"Perkenalkan nama saya Beni Pandjaitan. Kalian bisa memanggil saya Pak Beni. Saya akan mengajar kalian Matematika," kata cowok itu tersenyum. Kemudian ia semakin melebarkan senyumnya saat seorang gadis di barisan kedua langsung mengangkat kepalanya yang sedari tadi ditumpukan di meja.

Gadis itu menganga di tempat duduknya.

~♥~♥~♥~

Adel terus mengucek kedua kelopak matanya memastikan bahwa penglihatannya salah. Ia juga menepuk-nepuk pipinya, lagi-lagi untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi. Tetapi ia harus menelan pil pahit, sebab harapan jika penglihatannya salah itu tidak akan terjadi. Karena memang, orang yang kini berada di depan kelas dan yang tengah mengerling ke arahnya itu benar-benar Beni, suaminya.

Jadi ini ya, kabar gembira yang ingin Beni sampaikan saat tadi pagi mereka sarapan. Tadi pagi sebelum mendengar kabar gembira yang ingin disampaikan oleh Beni, dengan cueknya Adel malah meninggalkan Beni yang berkali-kali memanggilnya. Entahlah, kini yang berada di hadapannya adalah kabar gembira, atau bahkan... kabar buruk?

"Keluarkan kertas ulangan kalian! Kita adakan ulangan. Saya ingin mengecek seberapa jauh kemampuan siswa SMA HARAPAN, SMA favorit di kota ini," perintah Beni langsung. Tanpa senyum yang menghiasi wajah gantengnya seperti saat perkenalan tadi.

Semua murid cowok mendesah panjang sambil bermalas-malasan mengikuti perintah guru baru itu. Sedangkan murid cewek di kelas Adel justru bersemangat mengikuti atensi Beni. Adel mungkin tidak berada di pihak cowok atau cewek, karena gadis itu tetap terbengong hingga sebuah suara menginterupsinya.

"Ardela Maharani."

Adel tersentak ketika Reina menyenggol lengannya. Ia bergegas bangkit dan menjawab dengan lantang, "Ya, Sayang?"

Setelahnya, semua orang di dalam kelas XII IPS 2 terbengong, termasuk Beni.

~♥~♥~♥~

Setelah acara perkenalan, Beni beranjak dari berdirinya dan segera duduk. Cowok itu membuka buku jurnal kelas dan mulai mengabsen.Beni tersenyum saat ia melihat deretan nama murid di buku absen. Nama orang yang berada pada deretan terataslah yang menarik perhatiannya.

"Akan saya absen dulu!" ujar Beni menginterupsi semua murid yang tengah menuliskan identitas diri.

Semua pandangan murid mulai tertuju pada Beni seorang. 

"Ardela Maharani?" Cowok itu mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas dan berhenti ke deretan bangku kedua di depannya.

Tidak ada sahutan.

"Ardela Maharani!" kata Beni lebih lantang.

Semua pandangan murid di kelas XII IPS 2 mencari keberadaan Adel. Mereka berbisik untuk memamggil nama gadis itu. Namun, Adel masih terbengong sambil menatap Beni, mengacuhkan semua pandangan murid yang menuju ke arahnya.Beni melihat teman yang semeja dengan Adel menyenggol lengan gadis itu. Lalu akhirnya gadis itu tersentak dan bergegas bangkit dari duduknya. Sedetik kemudian Adel mengatakan sebuah kalimat yang membuat Beni terkejut. 

"Ya, Sayang?"

Berbagai macam ekspresi terpancar dari raut muka semua murid, tetapi yang lebih dominan adalah ekspresi cengo. Sedetik berikutnya mereka tergelak. Kelas dipenuhi tawa, menertawakan kebodohan Adel. Beni menggeleng-gelengkan kepalanya dan menatap galak Adel. Ia beranjak menghampiri Adel yang tengah merutuki kebodohannya.

"Ardela Maharani, sekali lagi kamu melamun saat pelajaran saya, saya akan mengeluarkan kamu dari kelas."

JEDER

Ini pertama kalinya Adel tersangkut masalah dengan guru. Dan yang lebih parah lagi, guru yang kini dihadapinya adalah suaminya sendiri.

~

Bab terkait

  • My Husband or My Teacher   Guru Baru dan Hukuman

    “Well, guru baru dan hukumannya yang menyenangkan? Aku tidak ingin murid lain memiliki hukuman ini juga!”~♥~♥~♥~Adel memainkan sedotan dalam gelas jusnya dengan malas. Gadis itu juga berkali-kali mengembuskan napasnya lelah."Udahlah, Del, enggak usah dipikirin gitu banget. Lo kan baru pertama kalinya ada problem sama guru, lagian guru baru itu kayaknya juga biasa aja, kok."Reina memberikan sentuhan lembut di pundak Adel guna menenangkan gadis itu. Tetapi gadis itu tetap saja memakan siomainya dengan gerakan lambat. Adel benar-benar seperti zombie sekarang. Reina prihatin menatap wajahnya. Pucat, suram, seperti tidak mempunyai masa depan. Hampir mirip sama anak-anak alay yang lagi galau karena diputusin pacarnya.Adel menghela napasnya lalu berkata, "Lo sih gampang ngomong begitu, Re. Nah gue? Gue shock banget, tahu enggak, pas guru baru itu bilang kalimat telak kalau gue enggak boleh ikut pelajarannya lagi." Adel mencibir dalam diam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Husband or My Teacher   Kebimbangan

    “Aku tidak ingin menyimpan perasaanku sendirian. Maka dari itu, tolong dengarkan, dan rasakan.”~♥~♥~♥~Adel menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya merah padam, bajunya kusut, berantakan, ditambah lagi dengan bibirnya yang merah mungkin membengkak karena di sela ciuman mereka, Beni beberapa kali menggigitnya.Adel menggeleng keras. "Apa sih yang udah kulakukan?"Pipinya memanas kala mengingatnya kembali. Lalu gadis itu segera membasuh wajahnya dan dengan cekatan merapikan dandanannya. Adel memutar knop pintu toilet dan langsung mendapati Beni yang bersandar di tembok di depannya. Ia berdehem untuk menyadarkan Beni yang menunggunya.Beni tersenyum, lalu menyuruh Adel berjalan terlebih dahulu di depannya. Mereka beriringan menuju parkiran."Maaf," ujar Beni sambil terus menunduk.Adel menatap Beni dari samping. "Buat apa?""Ciuman itu ...." sahut Beni. Wajah Adel kembali merona."Udahlah, enggak apa-apa kok. Toh pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Husband or My Teacher   Apa yang Harus Dilakukan?

    “Pernah berada di suatu titik di mana kau tidak tahu apa yang harus kau lakukan? Ketika kau maju, kau takut menyakiti seseorang. Ketika kau mundur, kau takut bukan hanya seseorang yang tersakiti, tetapi tiga orang.”~♥~♥~♥~Jogja, Sebelum UTS Semester 2, 2017Adel's POVSial!Gara-gara lupa dengan jadwal bulananku, jam segini aku masih harus terjebak di sekolah. Padahal bel pulang sudah berdering dengan nyaringnya sekitar setengah jam yang lalu, tetapi masih banyak murid SMA HARAPAN yang belum pulang. Andai saja tadi aku ikut pulang bareng Reina, aku enggak akan terjebak di sini, di saat semua anak lain sudah pulang dan bobok cantik di rumahnya.Lagi-lagi aku menolehkan kepalaku ke belakang, mengawasi situasi. Sambil tetap merapatkan bagian belakang rokku ke tembok, aku berjalan terseok-seok dengan menggenggam sekantong kresek yang kubeli tadi.Beruntung, warung Bu Sari masih buka, kalo enggak... aku mungkin enggak akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Husband or My Teacher   Gut Nite

    “Tidak ada ucapan teromantis, selain ucapan selamat malam sebelum tidur. Maka kau akan bermimpi indah setelah mendengarnya.”~♥~♥~♥~Beni's POVMataku sebenarnya masih enggan untuk dibuka. Rasanya berat banget, seperti ada lem yang bikin kelopak mataku benar-benar nempel. Tetapi sesuatu yang berat yang menimpa lengan kiriku membuatku terpaksa membuka mata, karena enggak nyaman. Saat membuka mata, pemandangan yang aku dapati adalah Adel yang tengah terduduk di lantai sambil memejamkan matanya. Ia bersandar pada sofa tempatku berbaring kini, seraya menumpukkan kepalanya di lengan kiriku menghadapku. Adel ketiduran. Wajahnya yang benar-benar lesu dalam tidurnya kuyakin hasil ulahku karena membiarkannya pulang sendirian pada malam hari begini. Adel manis sekali. Istriku ini sangat manis bahkan dalam tampilan wajah lesunya yang polos.Aku beranjak bangkit dari posisi tidurku dan beralih memindahkan Adel yang tidur dengan posisi enggak n

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Husband or My Teacher   Kebimbangan Part 2

    Tidak ada hal yang lebih membimbangkan selain harus memilih satu di antara dua pilihan.”~♥~♥~♥~“Adel, kamu cari buku untuk tugasnya, jangan lupa diketik, habis itu setorin di grup kelompok.”Adel mengangguk kecil merespon ucapan teman sekelasnya. Ia bergegas menuju perpustakaan bersama Reina. Kalau enggak karena dipaksa Adel, Reina enggak akan mau menemani gadis itu ke perpustakaan. Mereka berjalan sambil bersenda gurau menuju perpustakaan."Iya, enggak masuk akal banget coba, masa Sungjae dikabarin pacaran sama Soyeon!" gerutu Reina. Ia cemberut menatap Adel dari samping."Ih, gue nggak suka noh sama si Soyeon itu. Mereka mah nggak cocok!" Adel ikut menyetujui. Ia menggamit lengan Reina sambil ikut melirik artikel yang tengah dibaca gadis itu di ponselnya.Perpustakaan hari ini ramai. Adel dan Reina mendesah panjang kala melihat j

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Husband or My Teacher   Pengakuan

    “Airmata merupakan satu-satunya cara bagaimana mata berbicara, ketika bibir tak mampu menjelaskan bahwa kita sedang terluka.”~♥~♥~♥~Adel menatap Beni yang tengah mengoreksi soal-soal kelas X di ruang keluarga. Gadis itu tersenyum melihat Beni yang sejak tadi bergonta-ganti ekspresi wajah. Kadang Beni mengerutkan kening serius, kadang mendesah kesal, dan kadang terkekeh sendiri memperhatikan jawaban soal kuis dari muridnya. Tangannya juga tidak tinggal diam, Beni sesekali menghitung dengan tangan, lalu menghitung dengan kalkulator. Ia mencoret kemudian membenarkan jawaban yang benar menurutnya. Segala hal kecil yang Beni lakukan tak luput dari pengamatan Adel, dan lagi-lagi membuat Adel tak bosan menyunggingkan senyum.“Serius amat, Ben.”Beni menoleh ke arahnya, lalu melepas kacamatanya. “Kalau enggak serius, aku sudah jadi pelawak, Del.”Jawaban Beni membuatnya mengerutkan dahi. Apa maksudnya?“Iya, kan kalau pelawak bercanda mulu, e

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Husband or My Teacher   Jangan Goyah!

    “Pada akhirnya, hanya tiga hal yang berarti: Seberapa banyak kau mencintai,Seberapa lembut kau menjalani hidup, dan seberapa ikhlas kau melepaskan sesuatu yang tidak dimaksudkan untukmu.”~♥~♥~♥~Adel menatap layar ponselnya dengan gusar. Sedari tadi layarnya menyala menampilkan nama Nata di sana. Cowok itu sudah berkali-kali meneleponnya, ia abaikan. Mengembuskan napas keras, akhirnya Adel menulis pesan untuk Nata. Menyuruhnya agar tidak mencoba menghubunginya lagi. Jahat. Adel tahu ia sangat jahat. Ia sudah menyakiti dua orang, tidak, bahkan tiga orang.Bohong jika ia sendiri tidak sakit. Bohong jika Adel mengaku tidak sedih. Namun, sesuatu yang akhirnya menyakitkan akan lebih baik daripada kebohongan yang dipendamnya terus menerus.Sepertinya cowok itu menyerah. Ia tidak menghubungi Adel lagi setelah menerima pesan. Dan entah Adel merasa bersalah sekarang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Husband or My Teacher   Cinta Pertama yang Sempat Hilang

    Kamu semua adalah cinta pertama seseorang.”~♥~♥~♥~“Kamu semua adalah cinta pertama seseorang. Selama masa itu, kita semua, baik pria maupun wanita, sedang jatuh cinta. Dan kita mungkin telah menjadi cinta pertama seseorang.”Adel mendengarkan guru bahasa Indonesianya membacakan kutipan dari sebuah film di depan kelas. Gadis itu menatap papan tulis, sesekali mencatat, kemudian mencoret tulisannya yang salah. Kemudian matanya menerawang kejadian beberapa hari yang lalu. Hari dimana Nata benar-benar membuatnya goyah, hingga Adel ingin memeluk cowok itu. Nata sudah tidak pernah menghubunginya lagi sejak itu. mungkin cowok itu lelah untuk kembali menggoyahkan perasaan Adel.Cinta pertama, ya? Omong-omong, Adel sudah mendapat pengakuan dari Beni tentang kejadian sepuluh tahun yang lalu. Beni mengatakan padanya bahwa ia sudah menyukai Adel sejak kecil bahkan sering mencari kabar tentangnya dari dulu. Dan ia juga berkata bahwa Adel adalah cinta pertamany

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status