Beranda / Fantasi / My Husband is The King of Wizard / Bab 3 : Realita yang Mencekik

Share

Bab 3 : Realita yang Mencekik

Penulis: Organic
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-07 23:27:21

“A-ad-ra ….” Aku membalikkan tubuhku dan terkejut bukan main ketika papa terbangun dan strokenya kambuh.

“Pa!”

Aku segera mendekat dan berusaha untuk menggenggamkan tangannya. Papa menjadi gagu, karena sebagian bibirnya tak mampu mengucapkan kata dengan jelas. Aku merasa sebuah pisau menusuk-nusuk hatiku. Papaku yang begitu tegar, bagaimana bisa menjadi seperti ini?

Aku menangis dan merasa bingung, harus melakukan apa? Seluruh tubuhku bergetar ketakutan saat orang yang begitu ku kasihi harus mengalami hal ini. Seolah semua belum cukup untuk ku rasakan.

“Ayo kita bawa ke rumah sakit sekarang, Ra!” pekik mama yang membuat aku tersadar dan aku pun segera membantu papa berdiri bersama mama yang tidak begitu kuat.

“Kak Disa bantu!” pintaku pada kak Disa yang hanya mematung dengan tangis yang berderai. Kenyataannya kami semua begitu panik. Meskipun kami kehilangan semuanya, tapi kami akan merasa kuat jika kami bisa bertahan.

Pada akhirnya kami harus membawa papa ke rumah sakit dan bersamaan dengan itu, kami pun mengemas seluruh barang kami dan meminta jasa pengiriman untuk membawa ke kontrakan kami yang baru. Untung saja pemilik kontrakan adalah paman Nina, teman saat ikutan baksos dulu. Jadi, aku tidak perlu khawatir karena paman Nina sudah membantuku untuk memindah barang masuk kontrakan. Sepanjang ini, aku benar-benar merasa melakukan segala hal sendiri. Mama, tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menangisi papa dan kak Disa hanya bisa meminta uang kepadaku untuk sekedar membeli sesuatu yang tak penting.

Aku membutuhkan sebuah terobosan, meskipun uang tabunganku hanya bisa menyewa sebuah rumah pinggir kota dengan harga tujuh juta pertahun. Sebenarnya itu sangat mahal, tapi aku tidak bisa langsung membawa mereka untuk menempati rumah yang biasa saja karena mama dan kak Disa akan sangat terguncang. Kami menyewa selama lima tahun dan jika mereka masih boros seperti ini, aku yakin uang yang ku kumpulkan dari kiriman papa dab kerja part time akan sirna dalam satu bulan.

“Dara!” Aku melihat Okta datang bersama kak Disa. Aku menghela napas, bagaimana Okta bisa berada di sini?

“Kok kamu di sini?” tanyaku dan Okta merasa tidak enak.

“Jangan marahin Okta, aku yang telpon dia,” sela kak Disa yang membuatku kesal. Aku benar-benar tidak habis pikir, bagaimana kak Disa melakukan ini. Apa ia tidak malu dengan semua yang terjadi?

Aku memandanginya dengan marah dan kak Disa sepertinya merasa bersalah. “Kita kan sibuk buat ngerawat papa, jadi nggak ada orang yang bisa menghadapi kolega papa yang ingin meminta pengembalian. Aku baru saja ditelpon mereka,” adunya yang membuatku tidak bisa berbicara apa-apa. Benar, kami punya tanggung jawab pada orang-orang itu selain ke bank.

“Aku akan bantu kalian,” kata Okta yang tentunya aku sama sekali tidak menyukainya.

“Dengan cara apa? Kamu mau membayar semua hutang kami?” tanyaku dan kak Disa terlihat berusaha mengode agar aku berhenti mendesak Okta.

“Jika itu perlu,” balasnya yang membuatku semakin marah. Apa ia pikir, ini bukan sesuatu yang serius? Ia sendiri belum memiliki penghasilan untuk membantu orang.

“Oh, apa kamu mau menggunakan uang orang tuamu? Kamu pikir ini perkara mudah?” Suaraku tiba-tiba meninggi, di iringi diriku yang sudah berdiri.

“Dara, kenapa kamu harus sekasar ini!” Kak Disa membentakku dan aku hanya menatapnya marah. Ini adalah masalah keluarga kita, kenapa juga harus membawa Okta? Dimanakah harga diri itu?

“Kak masuk! Aku akan berbicara dengan Okta,” perintahku.

“Nggak mau!” Tolaknya.

Aku menghela napas, mencoba menetralisir semua emosiku. “Baik kalau kakak nggak mau masuk, kakak sendiri yang mengurus semua kolega papa dan tagihannya. Aku hanya akan fokus sama kesembuhan papa aja.” Aku berbalik dan terlalu lelah untuk menghadapi kedua orang ini. Satunya tidak berusaha untuk mandiri dan yang satunya lagi, menganggap semua urusan begitu mudah diatasi dengan bantuan orang tuanya.

“Dara, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud seperti ini. Aku hanya khawatir denganmu.” Aku pun menoleh dan memandang Okta.

“Kalau kamu khawatir, cukup diam saja. Kamu tahu, dengan kedatangan kamu kemari dan mengatakan hal itu dengan mudah, itu berarti kamu meremehkanku dan segala usahaku.” Hanya pada akhirnya aku tidak mengatakan jika ia melakukan ini sama halnya dengan menghinaku.

“Dara ….” Kak Disa memanggilku, mencoba untuk memperingatkanku untuk kedua kalinya. Aku benar-benar kalut dan tidak tahu harus melakukan apa? Seharusnya, dikeadaan seperti ini Okta tidak perlu datang. Membuat semuanya semakin runyam saja.

Aku pun yang kesal hanya memilih kembali berjalan menuju kamar rawat inap yang ayah tempati. “Bagaimana kalau aku merekomendasikan kamu untuk bekerja diperusahaan papa?” Ah, sepertinya Okta tidak menyerah. Mungkin, ia benar-benar bosan dengan hubungan kami yang mengalir dengan tenang. Ia ingin membuat petaka diantara reruntuhan bangunan keluargaku yang tersisa.

“Kak Disa saja, aku benar-benar lelah saat ini,” kataku yang tidak ingin membuat Okta berada di sekitarku terlalu lama yang hanya akan membuat pikiranku makin kacau.

Aku pun masuk ke dalam dan aku melihat mama telah tertidur pulas di sebelah papanya. “Apa yang harus ku lakukan pa?” tanyaku yang kali ini menjatuhkan diriku pada sofa empuk  yang ada di depanku.

Saat ini, aku tidak memiliki pilihan lain untuk mengatasi semuanya kecuali aku mencari pekerjaan yang layak dan menghasilkan uang yang banyak dengan segera, agar aku bisa melunasi semua hutang-hutang ayah karena kebangkrutan ini.

“Kamu sudah kembali, oh ya Disa dimana?” Aku melihat mama menatapku, mencoba untuk mencaritahu apa yang terjadi di antara kita.

“Okta datang karena kak Disa yang memanggil,” terangku dan wajah mama berubah lebih ceria seperti anak berumuran tujuh belas tahun. Kenapa tidak cukup kak Disa saja yang kekanakan? Kenapa harus mama dan sebenarnya seberapa jauh arti Okta dikeluargaku?

“Mana? Mama harus segera menemuinya,” balas mama yang entah mengapa membuatku merasa mama memiliki sesatu yang ia rencanakan dan itu sama sekali tak baik untuk kelangsungan hidup kami.

“Mana pak Yuda? Kami ingin bertemu!” Suaranya keras, aku pun yang di dalam ruangan ini bisa mendengarkannya.

“Ada apa ya pak? Pak Yuda lagi istirahat karena masih dalam pemulihan,” kata Okta, aku pikir itu sudah bagus untuk sebuah alasan agar untuk sementara mereka tidak mengganggu papa.

“Harus sampai kapan kami bersabar? Kami mengalami kerugian dan pak Yuda tidak memiliki itikad baik untuk menyelesaikannya!” Otot mereka yang tentu saja tidak dapat ku terima.

Aku pun bangkit dan berjalan keluar. “Papa saya lagi sakit om, apa tidak bisa di undur sementara sampai papa saya sembuh?” Aku menawarkan sebuah solusi dan seharusnya mereka menerimanya karena kondisi papa yang tidak bisa berbicara tentu akan memperkeruh suasana jika mereka memaksa untuk masuk. Apa lagi saat aku melihat tidak hanya ada satu orang di sini.

“Tidak bisa, aku mau dia menyelesaikannya hari ini!”

Bab terkait

  • My Husband is The King of Wizard   Bab 4 : Para Pecundang

    “Tidak bisa, aku mau dia menyelesaikannya hari ini!”“Saya akan membicarakannya dengan orang tua saya!” kata Okta dengan lantang dan aku hanya bisa menghela napas saat mama dan kak Disa begitu senang dan bangganya melihat Okta melakukan ini.“Baik, kami akan datang lagi,” ucapnya yang seolah mengancam kami. Aku tahu, tidak ada pertemanan yang tulus jika berurusan dengan uang, semua berlaku bagi siapa pun dimuka bumi ini.Namun, yang paling ku sesalkan dari semua itu adalah aku tidak berdaya untuk mencegahnya dan aku pun memilih untuk diam dan mempersiapkan segala kemungkinnya. Langkah pertama yang harus ku lakukan adalah mendapat pekerjaan. Aku harus mencari pekerjaan untuk kebutuhan kami nanti.

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-09
  • My Husband is The King of Wizard   Bab 5 : Pertemuan Dengannya

    "Kenapa kami harus memilih Anda? Apa ada sesuatu yang spesial yang bisa Anda janjikan saat memasuki perusahaan ini?"Skak mate! Aku harus menjawab apa untuk pertanyaan yang satu ini. Haruskah aku jujur jika aku datang kemari dengan keputusasaan yang mendalam? Mengatakan jika usaha keluargaku bangkrut dan kini kami menjadi gelandangan. Aku pun harus melepaskan keinginanku untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hanya agar aku bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluargaku yang sudah sekarat ini."Silahkan Anda jawab," desak wanita berkacamata dengan tatapan tajam ini. Seketika jantungku berdetak kencang, lebih kencang dari saat aku berlari memutari gedung universitas saat menjadi calon anggota Bem jurusan ekonomi.Bagaimana aku bisa memberikan jawaban yang memuaskan? Lulus S1 saja baru kemarin dan aku nol besar untuk pengalaman kerja kecuali magang kemarin. Namun, jika aku tidak menjawabnya, mereka

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-09
  • My Husband is The King of Wizard   Bab 6 : Oktarian

    Mobil Bagas sudah sampai di halaman rumah kontrakan yang jauh masuk ke dalam. Meskipun begitu, mobil bisa lewat tanpa hambatan. Seharusnya aku bersyukur untuk itu bukan? Ya, semua harus disyukuri."Jadi ini kontrakan kamu?" Sandy bertanya dan aku mengangguk. Meskipun Sandy dilahirkan dengan kemilau sendok peraknya, ia sudah biasa hidup ala anak kos denganku saat diluar kota dulu. Jadi, melihat kontrakanku yang cukup sederhana seperti ini, ia tidak akan pernah merasa terganggu."Enak dingin, bisa tiduran dibawah dunk." Bagas juga sama, ia spesies yang suka rebahan dimana pun tempat sejuk seperti kontrakanku saat ini. Meskipun kak Disa bilang kontrakan kita ini banyak pepohonannya di halaman depan, jadi kesan rimbun dan menyeramkan itu terlihat jelas."Nggak kek angker gitu?" tanyaku dan Bagas menggeleng."Angkeran mana sama jalanan di kaki gunung waktu itu?" balasnya yang tentu aku sangat paham dengan apa yang Bagas katakan.Pernah sekali Bagas dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-10
  • My Husband is The King of Wizard   Bab 7 : Ceo Sialan!

    Tepat jam 7 pagi, aku sudah berada di gedung Syarend grup dan menerima beberapa wawancara terakhir. Pertanyaannya tidak terlalu melalahkan hanya saja aku sangat membutuhkan asupan makanan setelah seluruh pikiranku yang dengan bodohnya terkuras habis untuk menjawab pertanyaan mereka. Apa mungkin aku terlalu waspada sampai seperti ini? Tapi, ini lebih baik dari pada aku berleha-leha bukan?Kami pu

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-10
  • My Husband is The King of Wizard   Bab 8 : Kandang Harimau

    Tidak ada hal yang menyenangkan, saat aku bangun yang seharusnya dipenuhi dengan segala hal urusan rumah tangga mulai dari mencuci piring, masak hingga membersihkan ruang tamu. Semua itu menjadi rutinitas pagiku yang melelahkan karena baik mama dan kak Disa tidak bisa diandalkan untuk melakukan hal ini. Hal ini terkadang membuatku bersyukur karena kak Disa akan bersama Okta, sehingga ia tidak akan menjadi bahan olokan ketika ia tidak bisa melakukan semua pekerjaan rumah. Lagi pula keluarga kita sudah jatuh, tidak mungkin teman-teman ayah mau menjodohkan anaknya dengan kami?Lagi pula, aku juga tidak begitu mementingkan pernikahan dengan pria berada. Cukup pria yang memahami diriku dan keluargaku dengan baik. Hanya seperti itu, tapi pastinya hal ini akan berjalan cukup lama karena pria seperti itu sangat jarang ku temukan.Aku masih memasak, saat tiba-tiba notifikasi handphoneku berbunyi dan aku melihat sebuah email, aku menemukan nama Syahre

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-11
  • My Husband is The King of Wizard   Bab 9 : Pesona Regan

    Hari pertama dengan adegan pembuka yang mengerikan. Aku harus melihat seseorang yang dipecat begitu saja hanya karena alasan yang cukup sepele. Bukankah ia hanya perlu menegurnya saja? Kenapa harus memecat? Dasar cowok berhati batu. Jadi, benar kalau kita kerja di sini, kita akan menjadi robot pencetak uang untuknya?Saat ini, aku sudah berada di ruangan bapak yang tadi menyambutku dengan kata-kata ‘selamat datang di kandang harimau’ dan ternyata bapak ini adalah manajerku.“Jadi kamu benar-benar tidak memiliki hubungan apa pun dengan pak Regan?” tanyanya lagi seperti tidak mempercayai perkataanku. Harus dengan cara apa aku mencoba untuk meyakinkannya? Maksudku, kenapa ia harus memojokkanku dengan pertanyaan aneh ini? Apa yang terjadi sebenarnya?“Sebenarnya apa yang terjadi pak? Maksud saya, apa saya melakukan sesuatu kesalahan sampai bapak bertanya seperti itu?” tanyaku yang tak mema

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-12
  • My Husband is The King of Wizard   Bab 10 : Pembullyan

    Rapat dibuka dengan beberapa riset secara garis besar dari divisi pemasaran yang tentunya akan sangat membantu kami untuk mempersiapkan beberapa poin untuk menentukan harga dan kebutuhan konsumen. Tak lupa, pembukaan rapat yang luar biasa dari ceo kita yang menakjubkan, Regan. Sekarang, sepertinya aku pun ikut-ikutan kagum sama dengan karyawan yang lain.“Jadi, apa kalian memiliki usulan?” tanyanya yang menatap kami bergantian. Setiap lekuk wajah yang tajam tentunya sangat menghipnotis para kaum hawa. Suara bass yang karismatik itu apa lagi. Ah, sepertinya aku menjadi gila hanya dengan melihatnya di depanku.Adara sadarlah!“Adara, apa kau memiliki usul?”Mampus! Bagaimana bisa ia bertanya kepadaku? Karyawan baru dan aku pun memandangi Sisi yang berusaha menggerakkan tangannya untuk menyemangatiku, sementara karyawan cewek yang lain melirikku dengan sinis. Lalu, pak Santoso ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-12
  • My Husband is The King of Wizard   Bab 11 : Makan Malam Tak Terduga

    Setelah kejadian itu, aku sering sekali diperhatikan oleh karyawan cewek yang begitu menyukai Regan. Tak jarang dari divisi lain mampir kemari hanya untuk melihat aku yang katanya cewek paling diinginkan pak Regan seentero Syahrend Group yang memiliki banyak cabang di seluruh Indonesia. Aku tidak terlalu yakin, tapi Sisi menceritakan hal ini berulang kali dan menggebu-gebu.Seperti saat ini, sepertinya kami harus lembur dan setiap hari harus lembur. Ini sebenarnya bagus, karena aku tidak perlu pusing-pusing untuk menghindari makan malam dengan keluarganya Okta. Aku juga lelah melihat kak Disa berakting atau Okta yang tidak bisa sadar jika pada akhirnya ia harus lebih memperhatikan kak Disa dari pada aku.Meskipun pada akhirnya Okta selalu mengirim pesan untuk membuatku segera berhenti dari pekerjaan ini. Aku selalu mengabaikannya, lama-lama aku merasa risih juga dengan bom pesan darinya.“Ada apa? Kelihatannya kamu

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-14

Bab terbaru

  • My Husband is The King of Wizard   Bab 34 : Sisi Lain Regan yang Menggelikan

    Kami sudah sampai di sebuah restauran yang cukup mewah dan tentunya hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk kemari. Tempatnya begitu elegan dan dengan ornamen-ornamen tak kalah mewah. Sejujurnya aku tidak bisa tinggal terlalu lama di tempat yang terlalu mahal ini. Aku takut nantinya, malah aku tidak sibuk mencicipi makanannya, tapi malah bingung dengan seberapa banyak uang yang dihabiskan. Sungguh, ini terlihat seperti pemborosan dilevel yang tak biasa menurutku. Dengan langkah per langkah yang semakin memberatkan kakiku untuk melangkah terlalu dalam. Hanya saja, lagi-lagi Regan mundur dan merangkulku kembali, membuatku harus terus mengikuti langkah kakinya. "Kalau kamu tidak mempercepat langkahmu, aku akan langsung menggendongmu," tuturnya dengan tenang dan tingkat kedataran yang menyebalkan.Aku malas untuk menjawab perkataannya dan memutuskan untuk diam, meskipun aku merasa jika ia sedang merencanakan sesuatu. Entah itu apa? Yang pasti, aku merasa jika ia akan menumbalkanku unt

  • My Husband is The King of Wizard   Bab 33 : Seharusnya Memberitahu

    Masih jam delapan pagi, saat mobil kami telah sampai di depan perusahaan. Sungguh, sebenarnya aku tidak ingin satu mobil dengannya dan menyebabkan kegaduhan. Tapi, ia mengatakan jika ini adalah sesuatu yang lumrah jika sekertaris datang ke kantor dengan bosnya karena mungkin saja mereka beranggapan jika kita memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan.Aku berjalan beriringan dengannya, lebih tepatnya aku berusaha untuk mengimbangi langkahnya yang lebar itu. Belum lagi aku harus membawa dokumen yang dibutuhkan untuk hari ini yang sudah dapat dipastikan akan menjadi hari yang berat. Kalau dipikirkan dengan baik, tidak ada jadwal yang tidak padat. Mungkin, jika dulu aku tidak mengetahui identitasnya yang bukan manusia, aku akan menjulukinya sebagai manusia yang kuat. Namun, sekarang aku tahu siapa dia, hal semacam ini tentunya bukan perkara yang sulit. Hanya saja yang membuatku dongkol bukan main adalah ia tidak sadar jika menjadikan kami manusia biasa sama seperti dirinya.

  • My Husband is The King of Wizard   Bab 32 : Pikiran Aneh

    Aku tidak dengan hidup yang seperti temperature kadang dingin, kadang panas, kadang panas dingin beraduk menjadi satu. Aku juga tidak mengerti kenapa aku mengatakan hal semacam ini dan semua itu penyebabnya karena sehabis menikah aku berada di ruang kerja Regan dan harus mengetik beberapa laporan ditengah-tengah kelelahan mendera.“Kalau keybord itu rusak, kamu harus menggantinya,” katanya yang memandangku dengan datar. Menyebalkan! Masih untung aku sedikit menekannya dalam menggunakannya, bagaimana kalau aku lemparkan semuanya bersama laptop mahal ini.“Aku lelah, bisa tidak aku tidur? Masih ada besok kan untuk mengerjakannya?” mohonku dan ia yang juga mengetik menghentikan aktifitasnya.Lihatlah wajahnya yang masih segar itu, semua itu adalah kecurangan. Bagaimana dia bisa membandingkan diriku dengannya? Aku hanya manusia biasa yang membutuhkan istirahat dan yang seorang penyihir jelas bisa bertahan sampai kapan pun.“Tidur

  • My Husband is The King of Wizard   Bab 31 : Asisten 24 Jam

    Pernikahan telah berlalu beberapa saat yang lalu, saat ini aku hanya memakai gaun yang disiapkan oleh kak Diandra tadi. Meskipun tidak ada tamu, kami sekeluarga berbincang panjang lebar dan aku sedikit sedih Sandy dan Bagas tidak bisa hadir. Tadi pagi, ia menangis ditelepon karena tidak bisa pulang dan menyaksikan pernikahanku, tapi aku mengatakan itu bukan masalah besar. Mungkin, nanti masih ada perayaan yang bisa mengundang kerabat dan teman yang lebih banyak lagi.Cukup hebat aku bisa bersandiwara seperti itu, mengingat pernikahanku dengannya hanya pura-pura, tapi seolah sekarang aku menunjukkan pernikahan sungguhan dengan mengatakan hal seperti ini. Sungguh ironis dan mengesalkan dalam bersamaan.“Dara, sepertinya nak Regan lelah. Ajak istirahat di kamarmu sana!” ujir mama yang membuatku ingin sekali mengomeli mama, tapi itu tidak mungkin.Apa lagi saat tangan Regan menyenggolku beberapa kali dan bergumam, “kalau kau tak melakukannya, aku a

  • My Husband is The King of Wizard   Bab 30 : Menikahimu

    Tidak pernah terbayangkan bagiku untuk merasakan hal yang tidak nyaman sampai membuatku tidak bisa tidur sedikit pun. Pikiranku kalut, bahkan di otakku hanya tertulis kata-kata besok aku akan menikah. Menikah dengan Regan, makhluk tidak jelas yang berasal dari dunia antra brata yang sekarang sedang berusaha untuk menjajahku. Membayangkan kebebasanku akan direnggut begitu saja olehnya dengan pernikahan yang seharusnya menjadi impian yang indah setiap wanita dimuka bumi ini. Namun, karena Regan sialan itu, aku harus terjebak dalam pernikahan gila yang sama sekali tidak pernah terlintas dalam benakku.“Ah, sial!” Aku menghentakkan kakiku beberapa kali pada kasur. Aku tidak peduli jika itu terdengar sampai luar, aku hanya ingin mengekspresikan kekesalanku hari ini karena besok aku akan menjadi istri orang.“Ya Allah, istri orang!” gumamku lagi yang tak percaya sekaligus tak rela. Aku benar-benar akan gila hanya dengan memikirkannya saja.&ldq

  • My Husband is The King of Wizard   Bab 29 : Regan Ingin Menikahiku

    “Dara, kamu mau pergi kemana nak?” Papa ternyata telah bangun dan berusaha untuk mengejarku. Aku benar-benar merasa bingung dengan semuanya. Aku merasa kasihan kepada ayah tapi aku tidak bisa lagi tinggal di rumah yang tidak nyaman untukku karena terus dicurigai oleh kak Disa dan tererpihakan mama.Mereka berdua terlihat khawatir dan tidak ingin aku pergi. “Kalau papa dan mama mencegah Dara pergi, aku yang akan pergi!” teriak kak Disa diambang pintu. Tentu papa dan mama tidak akan bisa membiarkan kak Disa yang tidak dewasa itu pergi. Dari pada papa dan mama mendapatkan pilihan yang begitu sulit, sebaiknya aku akan mempermudah pilihan mereka.“Aku saja yang akan pergi, kalian tidak perlu khawatir,” kataku yang tidak bisa sesantai biasanya. Tentunya rasa sakit ini masih bergemburu di sana. Hanya saja, aku memiliki dilema sebagai seorang anak yang seharusnya tidak menyusahkan orang tua.“Disa, ada nak Regan. Seharusny

  • My Husband is The King of Wizard   Bab 28 : Prahara

    “Aku tidak akan pergi, sebelum Dara mau pulang bersamaku!” Kekeras kepalaan Okta disertai rasa cemburunya membuatku tidak bisa mengatakan apa pun kecuali marah.Aku melihat Regan tersenyum, seolah menertawai sikap kekanakan Okta. Benar, ia sangat kekanakan dan egois. Berbeda dengan Regan yang sepertinya masih memiliki pengertian bagaimana keadaanku di tengah-tengah keluargaku.Sepertinya, aku harus mengambil sikap. Tidak akan ku biarkan lagi ia bertindak dengan kekanakan seperti ini. “Pak, bisa antar saya pulang?” mohonku pada Regan yang tentu membuat pria tampan ini terkejut, kemudian segera menarik tanganku.“Dara! Kamu harus pulang denganku!” Okta pun mencegahku dengan menarik tanganku juga. Jadilah aksi tarik-menarik yang membuat tanganku sakit.Bahkan keduanya lagi-lagi menatap dengan tajam. “Berhentilah berbuat keonaran!’” ucap Regan dengan penuh penekanan dan Okta nampaknya tidak akan pernah men

  • My Husband is The King of Wizard   Bab 27 : Penghargaan

    Hari-hari dengan petaka ini terus berlanjut, terkadang aku harus bagun jam satu malam untuk mengecek beberapa dokumen dan mengirimnya lewat email kepada Regan. Sungguh, aku merasa heran, maksudku apa dia tidak tidur sema sekali? Ia selalu meneleponku dengan suara khasnya, tidak ada suara parau sehabis tidur. Sepertinya ia memang tidak pernah tidur, atau mungkin itu menjadi kebiasaan para penyihir tersebut.Dari semua hari, mungkin ini akan menjadi hari terberat, sebab aku harus ikut dengan Regan bersama kak Diandra untuk mengerjakan beberapa hal di masionnya. Aku pun terpaksa ikut mereka dalam mobil lemosin ini.“Apa semua berkas yang ku inginkan sudah kamu siapkan?” tanya Regan pada kak Diandra dan wanita ini pun mengangguk.“Ya pak, kami sudah menyiapkannya. Kita hanya perlu mengerjakannya tepat waktu,” tanggapnya yang selalu membuatku kagum. Kak Diandra sangat professional dan tangkas dalam hal apa pun. Aku sedikit bersyukur meskipun p

  • My Husband is The King of Wizard   Bab 26 : Menjadi Sekertaris

    Langit terlihat suram ditemani polusi udara yang tak pernah berakhir. Aku berjalan kaki, sembari menunggu taksi. Pekerjaan pagi ini membuatku sedikit terlambat untuk berangkat ke kantor. Aku yakin pasti Regan sudah berpikir macam-macam tentunya. Tapi, bukankah ia bilang jika Guntur akan selalu mengintaiku? Seperti seorang predator yang menakutkan, tapi saat ingatanku kembali pada saat kami berada di Mayapada, kedua pria itu sangat-sangat menawan.Mungkinkah kemarin ia hanya berusaha untuk menggertakku? Aku sudah beberapa kali memeriksanya, tapi aku tidak melihat ada Guntur di sini. Apa mungkin aku harus memiliki sihir seperti mereka? Setidaknya berada di tingkat dasar, agar aku bisa melihat Guntur bergentayangan mencoba untuk mengikutiku. Sungguh, aku tidak bisa membayangkannya, maksudku itu pasti lucu jika membayangkan Guntur tak memakai pakaian jaman dulu dan berteleport di sekitarku.Tiit“Astaga!” Aku hampir saja terjungkal, high heel ini sungguh

DMCA.com Protection Status