Jordan membawa Milea pulang, apa pun yang terjadi ingin agar bisa bicara dan masalah mereka selesai. Jordan terlalu merasa bersalah, terlebih sadar kalau selama ini Milea sangat mencintainya, bagaimana bisa dirinya bisa terkesan membandingkan Milea dengan Diana. Jelas sangat tidak akan sama.
"Jordan!" teriak Milea karena pria itu masih membopongnya dengan cara dipikul ke atas pundak—terlalu.
Para pelayan rumah terbengong melihat majikannya pulang dan membawa sang istri dengan cara seperti itu, terlebih karena Milea terus berteriak dan memukul punggung Jordan.
"Apa, Mil? Aku mau kita bicara," sahut Jordan tanpa dosa.
"Nggak! Aku masih marah denganmu!" tolak Milea mencoba meronta.
"Mil, kalau kamu gerak terus, nanti kita jatuh bersamaan," ucap Jordan ketika menaiki anak tangga.
Sadar akan posisi di mana mereka sekarang, membuat Milea memilih diam sesaat. Jordan tersenyum kecil ketika Milea diam, sehingga dirinya bisa membawa sang istri m
Danny menggerutu berulang kali, semenjak Evangeline balik ke kantor, kini jiwanya yang jomblo harus merana. Bagaimana tidak? Devan tidak tahu tempat ketika merayu Evangeline, membuat Danny sampai-sampai harus mengalah pergi dari ruangan dari pada harus melihat kemesraan atasan dan sekretaris itu."Pak, izin keluar!" Pamit Danny dengan suara lantang, bahkan pemuda itu sudah berdiri dan bersiap pergi.Hal ini dilakukan karena Devan terus menatap pada Evangeline yang sedang meminta tandatangan, sangat berlebihan bagi Danny ketika Devan mengumbar rasa cintaya di kantor-menyiksa jomblo."Eh, mau ke mana?" tanya Devan ketika melihat yang berjalan menuju pintu meski dirinya belum memberi izin."Membujuk jiwa jomblo saya biar tidak meronta, Pak. Jangan sampai saya khilaf melakukan one night stand dengan gadis sembarangan, hanya karena tidak tahan dengan kemesraan kalian," jawab Danny cepat tanpa menoleh ke arah Devan dan langsung keluar dari ruangan.Devan
"Jadi, kamu sudah balik rumah? Baguslah!" Evangeline bertemu Milea.Milea menghubungi Evangeline sehari setelah diculik oleh Jordan, berniat memberitahu tentang kabar baik yang datang pada keluarganya."Ya, itu juga karena Jordan yang menculikku dulu. Kalau tidak, mungkin aku akan pulang setelah Ica ultah," ujar Milea.Evangeline menyesap kopi yang dipesan seraya mendengarkan penjelasan Milea, lantas kembali menatap wajah teman yang terlihat begitu bahagia."Kalian ini ada-ada aja, masa ya pakai acara culik menculik," seloroh Evangeline dengan tawa kecil.Milea ikut tertawa kecil, lantas menatap Evangeline penuh kebahagiaan."Angel, aku sedang mengandung," ucap Milea tiba-tiba.Evangeline yang sedang mengunyah kentang goreng langsung tersedak hingga terbatuk, kemudian memilih menelan potongan kentang yang masih kasar."Serius?" tanya Evangeline dengan rasa tidak percaya tapi bahagia.Milea mengangguk kecil dengan seutas
Siang itu, Evangeline minta izin pada Devan untuk pergi ke luar, dirinya hendak mencarikan kado buat Angel kecil.Evangeline berjalan di sebuah pusat perbelanjaan. Matanya sedang mencari sesuatu yang bagus untuk dihadiahkan. Hingga Evangeline melihat toko aksesoris anak-anak, dan berniat ke sana. Ketika Evangeline hendak melangkah masuk ke toko, seorang wanita paruh baya menabrak dirinya, membuat barang bawaan wanita paruh baya itu jatuh."Maaf, Nyonya." Evangeline ikut berjongkok, memunguti barang belanjaan wanita tadi yang ternyata isinya kebanyakan adalah kaleng bir.Wanita tadi menatap Evangeline yang tengah sibuk memungut barang bawaannya, lalu mengalihkan tatapan ketika Evangeline berbalik menatap padanya."Maaf, saya tidak sengaja menabrak," ucap Evangeline sekali lagi, mengulas senyum seraya menyodorkan belanjaan wanita itu."Tidak apa, terima kasih sudah membantu." Wanita itu memberi tatapan berbeda kepada Evangeline.Evangeline sed
Evangeline sudah selesai berganti pakaian, hari ini dia dan Devan akan menghadiri acara ulangtahun Angel yang diadakan di rumah. "Van, kamu belum selesai?" tanya Evangeline berteriak ke arah kamar ganti. Evangeline sibuk merapikan tepian ujung gaun agar tidak kusut. "Sudah, kamu ini tidak sabaran sekali!" Devan keluar dengan setelan jas sederhana karena pesta itu diadakan kecil-kecilan. Evangeline menatap pada Devan, lantas mendekat dan membetulkan dasi pria itu. "Memasang dasi saja tidak rapi," ucap Evangeline. "Sengaja!" balas Devan. Evangeline mengernyitkan dahi mendengar kata Devan. "Apanya sengaja, hah?" Wanita itu memukul dada Devan. "Sengaja, biar kamu memberi perhatian lalu merapikan," ujar Devan yang kemudian mengecup pipi Evangeline. "Dasar!" gerutu Evangeline seraya tersenyum kecil. Mereka pun pergi ke rumah Jordan, agar tidak terlambat. - - Pesta untuk Angel sederhana
Setelah hari ulangtahun Angel kecil. Devan dan Evangeline akan bersiap pergi ke Philadelphia untuk melakukan perjalanan bisnis. Keduanya juga berencana liburan selama beberapa hari di sana."Kamu beneran tidak apa-apa ikut ke sana?" tanya Devan yang tiba-tiba ragu kalau Evangeline ikut.Evangeline yang tengah mengecek barang yang dibawa langsung menoleh, tersenyum kecil ke arah pria yang sudah menjadi belahan jiwanya itu."Ada kamu, kenapa aku harus ragu?" Evengeline mendekat, sebelum akhirnya merangkulkan kedua lengan di leher Devan.Devan memegang pinggang Evangeline, menatap manik mata istri yang terlihat bersinar indah."Aku hanya takut kamu tidak nyaman," ujar Devan.Evangeline lagi-lagi mengulas senyum, hingga akhirnya menyentuhkan kedua kening mereka."Aku akan selalu merasa nyaman jika ada kamu di sisiku," balas Evangeline yang kemudian menyentuhkan permukaan bibir mereka.Devan membalas ciuman Evangeline, melumat dan m
"Untung saja aku di bandara, sehingga bisa bertemu denganmu," ucap Paul yang fokus pada jalanan tapi sesekali melirik kaca spion dan melihat bayangan di mana Evangeline duduk di belakang.Devan yang duduk di samping Paul tampak tak senang karena pria itu tak henti mengulas senyum pada Evangeline."Oh ya, kenapa kamu di bandara?" tanya Evangeline yang mencondongkan tubuh ke depan."Oh, aku baru mengantar temanku. Pas mau pulang malah melihatmu, jadi aku hampiri saja," jawab paul yang tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya."Owh, begitu." Evangeline menganggukkan kepala pelan."Mampir ke rumah, ya!" ajak Paul."Tidak!" Tolak Devan cepat sebelum Evangeline menjawab."Kenapa tidak?" tanya Evangeline melirik Devan."Kita ke hotel langsung," jawab Devan."Kita mampir ke rumah Paul!" ajak Evangeline."Ivi!" Devan menyipitkan mata, memberi isyarat agar Evangeline menurut apa katanya."Rumah Paul, titik! Ata
Devan yang duduk bersama Paul, tampak sesekali menengok ke arah Evangeline yang ternyata juga menoleh padanya. Rasanya tidak nyaman ketika berada di tempat asing dan ditinggal dengan orang yang baru saja dikenal."Kamu, sudah lama menikah dengan Angel?" tanya Paul, mengamati penampilan hingga gerak-gerik Devan."Beberapa bulan," jawab Devan singkat. "Kenapa?" tanya Devan balik.Paul menoleh ke arah Soesan dan Evangeline yang terlihat masih membuat dan menyiapkan makanan untuk mereka, hingga kemudian menghela napas pelan."Kamu tahu kenapa Evangeline bercerai?" tanya Paul. Sesungguhnya pria itu takut kalau Devan akan melakukan hal yang sama seperti Radhika."Ya, bahkan aku kenal dengan mantan suaminya," jawab Devan menjelaskan."Kamu kenal Radhika?" tanya Paul sampai menegakkan badan karena terkejut."Ya, dia rekan bisnisku dan aku baru tahu saat tengah menjalin hubungan dengan Evangeline," jawab Devan dengan senyum getir. Merasa cembu
Setelah selesai makan bersama dan berbincang dengan Soesan juga Paul. Devan dan Evangeline pun kembali ke hotel tempat mereka akan tinggal selama beberapa hari di sana. Sebenarnya Soesan ingin Evangeline tinggal, tapi karena Devan terlihat kurang nyaman, membuat Evangeline memilih menginap di hotel.Devan baru saja selesai mandi, melihat Evangeline yang duduk di sofa dengan tatapan tertuju ke luar jendela."Memikirkan apa?" tanya Devan yang berdiri di belakang sofa, bahkan mencium pucuk kepala Evangeline.Evangeline mendongak, membuat Devan kini bisa mencium keningnya."Tidak ada, hanya lelah." Evangeline mengulas senyum.Devan tak lantas percaya dengan ucapan Evangeline, hingga kemudian memilih duduk di samping dan menggenggam telapak tangan sang istri."Memikirkan Radhika yang akan menikah?" tanya Devan menebak.Evangeline tertawa kecil mendengar pertanyaan Devan."Untuk apa memikirkannya? Bukan urusanku juga," jawab Evangeli