Evangeline sudah selesai berganti pakaian, hari ini dia dan Devan akan menghadiri acara ulangtahun Angel yang diadakan di rumah.
"Van, kamu belum selesai?" tanya Evangeline berteriak ke arah kamar ganti. Evangeline sibuk merapikan tepian ujung gaun agar tidak kusut.
"Sudah, kamu ini tidak sabaran sekali!" Devan keluar dengan setelan jas sederhana karena pesta itu diadakan kecil-kecilan.
Evangeline menatap pada Devan, lantas mendekat dan membetulkan dasi pria itu.
"Memasang dasi saja tidak rapi," ucap Evangeline.
"Sengaja!" balas Devan.
Evangeline mengernyitkan dahi mendengar kata Devan.
"Apanya sengaja, hah?" Wanita itu memukul dada Devan.
"Sengaja, biar kamu memberi perhatian lalu merapikan," ujar Devan yang kemudian mengecup pipi Evangeline.
"Dasar!" gerutu Evangeline seraya tersenyum kecil.
Mereka pun pergi ke rumah Jordan, agar tidak terlambat.
-
-
Pesta untuk Angel sederhana
Setelah hari ulangtahun Angel kecil. Devan dan Evangeline akan bersiap pergi ke Philadelphia untuk melakukan perjalanan bisnis. Keduanya juga berencana liburan selama beberapa hari di sana."Kamu beneran tidak apa-apa ikut ke sana?" tanya Devan yang tiba-tiba ragu kalau Evangeline ikut.Evangeline yang tengah mengecek barang yang dibawa langsung menoleh, tersenyum kecil ke arah pria yang sudah menjadi belahan jiwanya itu."Ada kamu, kenapa aku harus ragu?" Evengeline mendekat, sebelum akhirnya merangkulkan kedua lengan di leher Devan.Devan memegang pinggang Evangeline, menatap manik mata istri yang terlihat bersinar indah."Aku hanya takut kamu tidak nyaman," ujar Devan.Evangeline lagi-lagi mengulas senyum, hingga akhirnya menyentuhkan kedua kening mereka."Aku akan selalu merasa nyaman jika ada kamu di sisiku," balas Evangeline yang kemudian menyentuhkan permukaan bibir mereka.Devan membalas ciuman Evangeline, melumat dan m
"Untung saja aku di bandara, sehingga bisa bertemu denganmu," ucap Paul yang fokus pada jalanan tapi sesekali melirik kaca spion dan melihat bayangan di mana Evangeline duduk di belakang.Devan yang duduk di samping Paul tampak tak senang karena pria itu tak henti mengulas senyum pada Evangeline."Oh ya, kenapa kamu di bandara?" tanya Evangeline yang mencondongkan tubuh ke depan."Oh, aku baru mengantar temanku. Pas mau pulang malah melihatmu, jadi aku hampiri saja," jawab paul yang tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya."Owh, begitu." Evangeline menganggukkan kepala pelan."Mampir ke rumah, ya!" ajak Paul."Tidak!" Tolak Devan cepat sebelum Evangeline menjawab."Kenapa tidak?" tanya Evangeline melirik Devan."Kita ke hotel langsung," jawab Devan."Kita mampir ke rumah Paul!" ajak Evangeline."Ivi!" Devan menyipitkan mata, memberi isyarat agar Evangeline menurut apa katanya."Rumah Paul, titik! Ata
Devan yang duduk bersama Paul, tampak sesekali menengok ke arah Evangeline yang ternyata juga menoleh padanya. Rasanya tidak nyaman ketika berada di tempat asing dan ditinggal dengan orang yang baru saja dikenal."Kamu, sudah lama menikah dengan Angel?" tanya Paul, mengamati penampilan hingga gerak-gerik Devan."Beberapa bulan," jawab Devan singkat. "Kenapa?" tanya Devan balik.Paul menoleh ke arah Soesan dan Evangeline yang terlihat masih membuat dan menyiapkan makanan untuk mereka, hingga kemudian menghela napas pelan."Kamu tahu kenapa Evangeline bercerai?" tanya Paul. Sesungguhnya pria itu takut kalau Devan akan melakukan hal yang sama seperti Radhika."Ya, bahkan aku kenal dengan mantan suaminya," jawab Devan menjelaskan."Kamu kenal Radhika?" tanya Paul sampai menegakkan badan karena terkejut."Ya, dia rekan bisnisku dan aku baru tahu saat tengah menjalin hubungan dengan Evangeline," jawab Devan dengan senyum getir. Merasa cembu
Setelah selesai makan bersama dan berbincang dengan Soesan juga Paul. Devan dan Evangeline pun kembali ke hotel tempat mereka akan tinggal selama beberapa hari di sana. Sebenarnya Soesan ingin Evangeline tinggal, tapi karena Devan terlihat kurang nyaman, membuat Evangeline memilih menginap di hotel.Devan baru saja selesai mandi, melihat Evangeline yang duduk di sofa dengan tatapan tertuju ke luar jendela."Memikirkan apa?" tanya Devan yang berdiri di belakang sofa, bahkan mencium pucuk kepala Evangeline.Evangeline mendongak, membuat Devan kini bisa mencium keningnya."Tidak ada, hanya lelah." Evangeline mengulas senyum.Devan tak lantas percaya dengan ucapan Evangeline, hingga kemudian memilih duduk di samping dan menggenggam telapak tangan sang istri."Memikirkan Radhika yang akan menikah?" tanya Devan menebak.Evangeline tertawa kecil mendengar pertanyaan Devan."Untuk apa memikirkannya? Bukan urusanku juga," jawab Evangeli
Devan dan Evangeline Sudah sampai di perusahaan Radhika, keduanya berjalan bersisian tanpa bergandengan tangan mengingat profesionalisme kerja yang mereka tunjukkan. Meski Evangeline sudah pergi dari sana sangat lama, ternyata karyawan Radhika masih banyak yang mengenali."Mrs Evangeline!" sapa seorang karyawan.Tentu saja sapaan itu membuat Devan dan Evangeline menghentikan langkah dan langsung ikut balik menyapa."How are you?""I am fine." Evangeline mengulas senyum dan ada rasa canggung."Do you want to meet Mr. Radhika (Apakah Anda ingin bertemu Tuan Radhika)?" tanya karyawan itu.Evangeline menoleh sekilas pada Devan, lantas menjelaskan. "Yes, because I have business. This is my boss! (Ya, karena saya punya urusan bisnis. Ini bosku!)" jawab Evangeline seraya memperkenalkan Devan pada karyawan mantan suaminya itu.Devan hanya tersenyum kecil ketika melihat karyawan Radhika mengulas senyum dan sedikit membungkukkan badan unt
Evangeline meminta izin Devan ke kamar mandi sebentar setelah rapat selesai. Ia kini tengah membasuh tangan setelah selesai ke kamar kecil."Bagaimana kabarmu?"Evangeline langung menoleh ke arah sumber suara di mana Catherine berjalan menghampiri dirinya."Sangat baik," jawab Evangeline yang kemudian kembali menatap cermin.Catherine sudah berdiri di samping Evangeline, ada rasa bersalah yang kembali menggelayuti hati ketika kembali melihat temannya itu."Angel, soal kejadian dulu aku ingin--" Catherine berhenti bicara karena Evangeline memotongnya dengan cepat."Aku sudah lupa, lagi pula kini itu bukan urusanku lagi. Aku sudah bahagia dan tidak perlu lagi membahasnya."Evangeline bersikap dingin pada Catherine, mengibaskan kedua tangan yang basah di atas wastafel sebelum mengambil tisu. Ia berjalan hendak meninggalkan Catherine yang tertegun karena ucapannya, tapi berhenti sejenak dan mengatakan hal lainnya."Aku dengar kalia
"Ada apa, hah?" tanya Devan yang merasa cemas.Devan merasakan pelukan Evangeline semakin erat, bahkan terasa basah di dada. Hingga langsung memegang kedua lengan Evangeline untuk melihat apakah istri menangis."Kenapa menangis?" tanya Devan, jemari mengusap buliran kristal bening yang luruh di wajah Evangeline."Tidak ada, aku hanya tidak mau datang ke pernikahan Radhika, bukan karena aku belum bisa melepas, tapi lebih karena aku tidak mau bertemu ibunya," jawab Evangeline, hingga kemudian memilih duduk di tepian ranjang, mengusap wajah berulang kali.Devan cukup terkejut mendengar jawaban Evangeline, hingga ikut duduk di sebelah."Apa ibunya jahat padamu?" tanya Devan mencoba menyelami masalah yang sedang dirasakan Evangeline."Entah bisa dibilang jahat atau tidak, yang jelas wanita itu tidak pernah menyukaiku sama sekali," jawab Evangeline dengan kepala menunduk.Devan cukup mengerti perasaan Evangeline, hingga akhirnya merengkuh p
Catherine yang ternyata saat itu juga berada di Mall, tampak mengedarkan pandangan mencari seseorang yang ternyata adalah ibu Radhika. Ia dan wanita itu memang datang ke pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu. Catherine mencari hingga melihat calon mertuanya itu berada di toko aksesoris, tapi saat akan mendekat, baru sadar kalau ada Evangeline di sana. Hingga Catherine pun memilih mendekat perlahan dan mendengarkan apa yang dibicarakan oleh mereka.Catherine mendengar dan melihat apa yang dilakukan ibu Radhika, bahkan saat wanita itu sengaja menendang gelang yang akan dipungut Evangeline. Hingga Catherin melihat mata Evangeline yang berkaca ketika ibu Radhika membisikkan sesuatu. "Apakah hubungan mama dan Evangeline memang tidak baik? Atau karena Evangeline dianggap jahat karena meminta cerai?" Catherine bertanya-tanya dalam hati.Evangeline memejamkan mata sekilas, menahan air mata yang akan luruh, hatinya terasa hancur mengetahui fakta yang tidak diketahuinya selam