Milea yang sudah pulang dari rumah sakit, terlihat begitu bahagia karena kini ada tangis bayi di rumah besarnya itu. Hari itu ia sedang menyusui Kenan, sedangkan Jordan tampak sedang berdiri di dekat jendela untuk menerima panggilan.
"Baiklah, tentu aku akan menjaganya. Maaf sudah merepotkanmu, Kak." Jordan ternyata sedang melakukan panggilan dengan Devan.
Milea memperhatikan sang suami yang sedang melakukan panggilan, sebelum akhirnya kembali fokus pada Kenan.
"Apa masalah di sana belum selesai?" tanya Milea.
"Ya, aku jadi merasa tak enak karena membuat kak Devan di sana lebih dari dua hari," jawab Jordan seraya berjalan ke arah ranjang, di mana Milea duduk dengan bayi mereka di pangkuan.
Jordan duduk di tepian ranjang, telunjuknya menyolek hidung hingga pipi Kenan yang terlihat menggemaskan.
"Seharusnya kamu pergi sendiri ke sana, kasihan Angel yang ditinggal sendiri saat hamil besar," kata Milea yang menyesal sudah merepotkan banyak orang
Milea sedang sibuk mengurus Kenan, terlihat sesekali mengajak bayi yang baru berusia empat hari itu bicara. Ia begitu memperhatikan kondisi bayinya, bahkan tak mengizinkan orang lain mengurus Kenan."Kenan mau minum susu? Iya?" Milea terus mengajak bicara meski bayinya itu tak paham.Ponsel Jordan yang berada di nakas berdering, sedangkan pria itu sedang berada di kamar mandi."Sayang, ponselmu terus berdering. Ini dari sekretarismu!" teriak Milea."Bisa kamu bantu angkat!"Milea merasa suaminya sedang tidak bisa diganggu gugat ketika berada di kamar mandi. Akhirnya Milea menjawab panggilan dari sekretaris sang suami."Halo, Jordan sedang berada di kamar mandi." Milea langsung bicara begitu menjawab panggilan itu."Maaf, Bu. Apa pak Jordan masih lama?" Suara sekretaris Jordan terdengar panik."Aku kurang tahu, jika memang ada yang penting, biar aku sampaikan padanya," kata Milea lagi.Terdengar hening, sepertinya sekreta
Cristian begitu panik ketika melihat Evangeline menangis dan berteriak, membuatnya cemas serta takut terjadi sesuatu dengan adik sepupunya itu."Aku mau suamiku!" teriak Evangeline ketika sudah berbaring di atas ranjang pesakitan."Angel, tenanglah," pinta Cristian. Ia mengikuti perawat yang mendorong ranjang pesakitan untuk membawa Evangeline ke ruang pemeriksaan."Aku mau suamiku, aku mohon!" Tangis wanita itu tidak bisa berhenti, malah semakin pecah saat masuk ruang perawatan.Cristian menemani masuk, karena sangat cemas dengan Evangeline yang tertekan."Bagaimana keadaannya?" tanya Cristian pada perawat yang sedang memasang selang oksigen dan infus."Aghh!!" Evangeline merasakan perutnya kembali sakit."Angel, aku di sini. Tenanglah dan pikirkan kondisi bayimu," pinta Cristian. Ia sampai menggenggam erat telapak tangan Evangeline."Tekanan darahnya naik, gula darahnya juga. Kondisi bayinya tidak stabil, kita menunggu dokter
Jordan sedang menerima sebuah panggilan, sedikit menjauh dari tempat Cristian duduk. Ia terlihat sesekali memijat kening, seakan sedang mencemaskan sesuatu."Baiklah, tetap terus pantau perkembangannya," kata Jordan sebelum mengkhiri panggilan itu.Jordan mendekat ke arah Cristian, kemudian ikut duduk di sana. Terdengar helaan napas kasar dari pria itu."Apa sudah ada kabar?" tanya Cristian. Tatapannya tak teralihkan dari pintu tempat Evangeline sedang dioperasi."Belum ada kepastian. Sekarang mama Sonia malah tak sadarkan diri, membuatku bingung harus bagaimana," jawab Jordan yang kemudian memijat kepala yang terasa berat. Merasa jika semua ini kesalahannya, kalau bukan karena dia meminta tolong Devan, mungkin takkan terjadi hal seperti ini.Cristian juga merasa cemas. Ia menghela napas berat serta menyandarkan punggung dengan kasar, tengah berpikir bagaimana jika Evangeline menjadi seorang janda dan bayinya jadi yatim.Jordan dan Cristian
Setelah memastikan jika Evangeline sudah dipindah ke ruang perawatan, serta mendapat pelayanan yang terbaik. Jordan pergi ke rumah Sonia untuk melihat keadaan mantan mertuanya itu. Ia tidak mungkin membiarkan begitu saja Sonia bersedih sendirian, karena Jordan sadar jika Sonia sudah tidak memiliki siapa-siapa selain Devan."Di mana mama? Bagaimana keadaannya?" tanya Jordan pada pelayan rumah Sonia begitu sampai di sana."Buruk, Tuan. Nyonya tadi pingsan, ini sudah sadar tapi terus menangis," jawab pelayan rumah dengan air muka panik.Jordan langsung pergi ke kamar Sonia, melihat wanita itu sedang menangis tanpa henti, ditemani salah satu pelayan kepercayaannya."Ma." Jordan langsung mendekat dan duduk di tepian ranjang Sonia, meraih telapak tangan wanita itu yang terasa begitu dingin."Bagaimana bisa begini? Di mana kakakmu sekarang?" Sonia bicara sambil menangis, tak kuasa menghadapi cobaan itu. Ia hanya memiliki Devan dan kini pikirannya kacau ka
Devan, Jordan, dan Sonia sudah sampai di rumah sakit. Saat akan masuk ke ruang inap Evangeline, mereka bertemu dengan Cristian yang baru saja akan keluar.Cristian terkejut melihat Devan berdiri di hadapannya, meski begitu juga senang karena pria yang dicintai adik sepupunya itu selamat."Syukurlah kamu baik-baik saja," ucap Cristian dengan seutas senyum di bibir."Di mana Evangeline?" tanya Devan langsung yang ingin segera menemui istri tercintanya.Cristian menoleh ke arah ranjang Evangeline, sebelum akhirnya kembali menatap Devan."Dia tertidur. Pasca sadar dari operasi, dia terus menangis. Perawat mengatakan jika itu tidak baik untuk kondisi mental dan fisiknya, hingga akhirnya perawat menyuntikkan obat bius agar dia bisa tertidur untuk sementara waktu," jawab Cristian panjang lebar. Ia sendiri tidak tega melihat kondisi Evangeline, hingga akhirnya mengiakan saran dari perawat."Operasi?" Devan cukup terkejut karena tak tahu jika istriny
Setelah menangis begitu lama, akhirnya Evangeline pun sedikit tenang. Ia terus memeluk Devan, takut jika kehilangan suaminya. "Kamu pasti ketakutan," kata Devan seraya menyematkan anak rambut yang menutup pelipis Evangeline, sebelum mengusap pipi dengan lembut untuk menghapus jejak air mata di sana. "Sangat, aku sangat ketakutan," ucap Evangeline. "Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika kehilanganmu," imbuh Evangeline. Devan menarik napas panjang dan menghela perlahan, semakin mempererat pelukan dan mengecup pucuk kepala Evangeline berulang kali. Devan menceritkan semuanya, bagaimana pesawat itu bisa hilang kontak, dan bagaimana dirinya terus berdoa agar bisa pulang ke pelukan sang istri. "Saat pesawat, terbang dengan tidak stabil, orang yang pertama kali melintas dalam pikiranku adalah kamu. Aku memegang erat pegangan kursi, memejamkan mata kemudian membayangkan senyummu. Saat itu aku berdoa agar bisa kembali dan melihatmu lagi, berjanji jika
Cristian masuk ke kamar inap Evangeline, merasa begitu tenang ketika melihat adik sepupu yang begitu bahagia karena bertemu lagi dengan sang suami."Kak!" panggil Evangeline begitu melihat Cristian masuk.Cristian mengulas senyum, kemudian berjalan mendekat ke arah semua orang berdiri."Sudah lebih baik?" tanya Cristian yang senang melihat Evangeline tak seburuk sebelumnya.Evangeline mengangguk dengan seutas senyum, kemudian menjawab, "Sudah sangat baik. Terima kasih sudah menjagaku."Devan belum tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Evangeline dan Cristian, serta kenapa mereka bisa bersama. Ia pun menatap Evangeline dan Cristian secara bergantian, merasa butuh sebuah penjelasan, bagaimanapun Devan tetap akan cemburu kepada orang-orang yang pernah menyukai istrinya."Kenapa Cristian bisa bersamamu?" tanya Devan pada Evangeline."Oh, aku berniat membeli beberapa barang. Saat itu tak sengaja bertemu dengan kakak di Mall, kami mengobr
Setelah beberapa hari pulang dari rumah sakit. Akhirnya malam itu Sonia mengadakan acara untuk tanda syukur kelahiran bayi Devan dan Evangeline. Tak hanya kerabat, tapi juga beberapa teman datang untuk mendoakan kesehatan bayi tampan itu."Mama Ivi, itu adiknya Ica?" tanya Angel yang baru pertama kali melihat bayi Evangeline.Angel memang tinggal bersama Jordan dan Milea setelah Kenan lahir, itu karena putri Jordan itu ingin dekat dengan sang adik."Ini kakak, Ica. Bukan adik," terang Jordan menjelaskan."Kok Kakak? Dia 'kan kecil, Ica gede. Ya, Icalah kakaknya," protes Angel yang tentu saja belum mengerti tentang silsilah keluarga.Bagi Angel, Kalandra sama dengan Kenan, masih kecil dan keduanya adalah adik."Sudah, biarkan saja Ica mau menganggap bagaimana, yang terpenting mereka saudara, meski mau kakak atau adik. Nyatanya Ica juga memanggilku Mama dan memanggil Devan, Papa," ujar Evangeline agar Jordan mengalah dan tidak memaksa Angel un