Saat ini Fanny tengah berada di dapur menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Adam. Sengaja Fanny bangun terlebih dahulu agar tidak terlibat perdebatan seperti kemarin yang menyebabkan mereka pergi tanpa berpamitan satu sama lain.
Fanny menggigit bibirnya menahan rasa sakit di dadanya kala mengingat pertengkaran mereka berdua kemarin pagi. Rasanya, ucapan Adam ketika di kamar kemarin cukup menusuk jantungnya. Sebagai manusia normal, sangat wajar apabila Fanny merasakan kecewa.Gerakan tangan Fanny begitu cekatan ketika meracik bahan-bahan yang nantinya akan menjadi salad. Memang akhir-akhir ini Fanny selalu membuatkan menu sehat untuk dirinya dan juga Adam.Sesekali Fanny mengusap peluh yang membasahi keningnya padahal suhu di sekitar cukup dingin. Fanny sendiri tak memungkiri jika karena keringat itu, tubuhnya terasa sedikit menggigil.Dari ambang pintu dapur, sepasang mata menatapnya dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Itu adalah Adam yang sejak beberapa menitMerasa tidak nyaman berada dalam radius berdekatan dengan Ardian, Fanny pun bangkit dari kursi makan. Berpamitan pada yang lain untuk pergi ke kamar kecil terlebih dahulu.Ardian memerhatikan kepergian Fanny lewat ujung mata dan tetap melanjutkan acara makannya. Suasana ramai tidak memungkinkan untuk mengejar sang dambaan hati walaupun ingin. "Perlu saya temani Bu Fanny?" Sandra menawarkan diri sembari membenahi roknya, bersiap bangkit. "Tidak usah. Aku sendiri saja," tolak Fanny. Dia juga ingin memastikan sesuatu. Tadi, dia melihat sekelebat orang bersembunyi dan flash kamera yang lupa dinyalakan mengarah ke arahnya. Sepertinya ada paparazzi di sekitar sini. Fanny melangkah cepat keluar dari ruangan. Matanya awas mengawasi sekitar. Memindai siapa saja yang mungkin dikenalnya dan bisa dijadikan tersangka. Seseorang berseragam pelayan dan membawa baki kosong lewat di hadapan Fanny, wanita itu pun menahannya sebentar dan bertanya, "Permisi, Kak. Tadi melih
Sandra seperti dibungkam paksa detik itu juga ketika mengetahui bahwa wanita yang dilihatnya tadi adalah salah satu masa lalu dari sang atasan. Adam memang dikenal sebagai seorang playboy dan Sandra tahu itu. Hanya saja untuk sekelas Sharena—sangat disayangkan.“Saya sangat tidak menyangka, Bu. Saya pikir—” Bahkan Sandra seperti tidak mampu untuk berkata-kata karena fakta yang baru saja diterima.Bibir Fanny langsung mengulas senyum dan menggelengkan kepalanya. “Tidak usah kau pikirkan, Sandra. Anggap saja itu hanyalah angin dari masa lalu yang mencoba untuk membuat badai.”Di saat asyik mengobrol, kedua wanita itu dikejutkan dengan suara seorang pria yang diikuti derap langkah kaki tergesa. Mengetahui siapa sosok pria itu, Fanny segera beranjak dari sana meninggalkan Sandra seorang diri.“Bu … tunggu, Bu!”Langkah Fanny begitu lebar ketika akan ke luar dari Garuda Hall. Fanny tidak peduli dengan teriakan manusia di belakang yang sejak tadi menyerukan namanya, te
“Jelaskan? Kau meminta aku untuk menjelaskan seperti apa?”Bahkan di saat keadaan genting seperti ini, Ardian masih bersikap selayaknya manusia munafik yang tidak tahu apa pun. Raut polos yang diperlihatkan oleh Ardian pun tak luput dari kedua mata Fanny saat ini.“Kau masih bisa berpura-pura di hadapanku, Ardian?” desis Fanny mulai tak bisa mengontrol kekesalan.“Aku memang tidak tahu apa maksudmu, Fanny!” tukas Ardian.Wajah Fanny saat ini semakin tidak sedap dipandang dan itu membuat Ardian tidak nyaman. Fanny yang selama ini selalu menunjukkan wajah ramah meskipun sesekali jutek, kini berubah drastis. Ardian benar-benar mengutuk sosok Adam yang berhasil membuat Fanny begitu mencintainya. Entah apa yang sudah dilakukan hingga membuat wanita seperti Fanny sampai bertekuk lutut.“Terserah apa yang kau katakan tapi … jangan pernah melakukan sesuatu yang membuat hubunganku dengan Adam merenggang!” Tatapan mata Fanny beralih pada Sandra yang tidak bersuara sedikit
Golf menjadi pilihan Adam dan Ardian untuk saling membuktikan diri. Kebetulan mereka berdua memiliki hobi yang sama, jadi tidak sulit untuk menentukan. Gelap mulai menyelimuti separuh bumi, Adam dan Fanny sedang duduk berdua di ruang keluarga. Menonton salah satu acara TV favorit. Sepanjang siaran, Adam tidak bisa fokus. Dia ingin memberitahu Fanny perihal pertandingannya dengan Ardian, tetapi ragu lantaran tahu sang istri pasti tidak akan setuju. Berulang kali dia melirik Fanny yang fokus menonton sambil memeluk bantal di sebelahnya. Tampak tidak terganggu dengan pergerakan apa pun dari Adam. Di saat Adam masih bimbang dengan keputusannya, layar yang tertera di hadapan sudah berganti dengan acara berita terkini. Seorang wanita berseragam penyiar sedang berdiri sembari membawa mik, membacakan berita apa saja yang menarik pada hari itu. “Selamat pagi pemirsa. Kembali bersama saya Emma Louis dalam acara Berita Terkini. Publik saat ini sedang dihebohkan dengan b
Akhirnya, yang ditunggu-tunggu oleh semua pihak akhirnya datang juga. Setelah melewati fase iya dan tidak, para wartawan diizinkan meliput jalannya kegiatan hari ini. Adam yang awalnya diberikan kabar oleh John, sudah memberikan penolakan karena takut membuat Fanny tidak nyaman. Namun karena Fanny memberikan izin, Adam pun akhirnya mengizinkan wartawan meliput asalkan tidak menyusahkan istrinya.Bukan hanya ditunggu-tunggu oleh wartawan dan manusia di luaran sana. Nyatanya Fanny sebagai istri dari Adam pun sangat antusias menunggu hari ini tiba. Fanny bahkan sampai memilih pakaian yang terbaik agar terlihat cantik saat menonton nanti. Intinya, Fanny tidak akan mau kalah dengan penonton lain.Setelah memastikan segala perlengkapan siap, Fanny dan Adam melenggang ke luar dari unit apartemen dengan tangan bertautan. Pakaian mereka berdua bisa dibilang begitu jomplang karena Adam yang mengenakan pakaian khusus golf, sedangkan Fanny mengenakan dress walaupun dikhususkan untuk ola
Kemenangan yang didapatkan oleh Adam membuatnya bangga dan jumawa. Setelah semuanya selesai, Adam berlari kecil menghampiri Fanny yang sudah keluar dari lapangan.Aksi laki-laki itu tadi mendapat sorotan dari berbagai penjuru. Sebagian mengerti, sebagian lagi merasa permintaan Adam terlalu berlebihan. Maka dari itu mereka membutuhkan konfirmasi langsung dari si empunya suara. Dihadang alat rekam dari berbagai arah, Adam menebar senyum sebagai respon. Meminta dengan sopan pada wartawan agar melakukan wawancara di lain waktu saja atau bisa berbicara dengan John sebagai tangan kanannya. Dia ingin segera keluar untuk mendengar langsung ucapan selamat dari sang istri. Fanny memandang itu semua dengan perasaan gondok luar biasa. Dia sampai harus menyingkir agar tidak ikut menjadi bulan-bulanan wartawan yang mencari berita. Tingkah Adam saat ini sungguh memalukan seolah-seolah menjadikan Fanny sebagai barang taruhan. Siapa saja yang kalah maka harus menjauh.“Sayang! Seperti janjiku, aku m
Di dalam kamarnya, Fanny mondar-mandir seraya menggerutu kesal. Semua ini karena sikap kekanakan Adam yang semakin terang-terangan ditunjukkan. Fanny tak habis pikir dengan tingkah laku Adam yang semakin hari semakin menjadi-jadi itu. Menurut Fanny, sikap Adam yang memberikan denda kepada Ardian sangat keterlaluan untuknya mPikiran Fanny benar-benar bercabang antara rencana yang ingin dilontarkan dan juga kepergian ke New Valleand. Memang esok hari adalah jadwal bagi Fanny untuk pergi ke New Valleand lagi, memenuhi undangan dari Walikota. Sebagai pengacara yang mewakili persoalan itu, Fanny tentu saja tidak bisa menolak karena sudah kewajibannya.Terlalu sibuk mondar-mandir di kamar, Fanny sampai tidak menyadari jika Adam sudah kembali. Dahi Adam sampai bergelombang melihat Fanny yang entah mengapa bertingkah seperti itu. Ingin menegur namun Adam takut mengejutkan istrinya.“Sayang? Apa yang kau lakukan?” seru Adam pada akhirnya karena Fanny masih belum juga menyadari.
Bibir dari Pak Walikota bahkan masih bisa tersenyum setelah menyampaikan keinginannya kepada Fanny dan Ardian untuk berdansa. Pria yang hampir tua itu sampai saat ini masih memberikan wajah penuh harap terutama pada Fanny.“Bu Fanny? Mengenai permintaan saya?” ucap Walikota itu tersenyum.Berbeda dengan sang Walikota New Valleand yang saat ini masih saja tersenyum penuh harap. Fanny justru merubah raut wajahnya menjadi masam meskipun tidak ada yang menyadari.“Eum … eum …” Fanny benar-benar bimbang saat ini. Wanita itu bahkan tidak berani untuk mengalihkan pandangannya ke arah Adam yang entah berada di mana karena tidak terlihat batang hidungnya. ‘Adam … tolong aku …’ Harapan Fanny saat ini adalah Adam bisa mendengar suara hatinya dan membantu Fanny terbebas dari apa yang sedang dihadapi.Di saat Fanny kebingungan dengan situasi yang dihadapi, Ardian justru terlihat lebih santai. Ardian bahkan semakin berdiri dengan bersedekap dada tanpa peduli bagaimana situasi yang