Akhirnya, yang ditunggu-tunggu oleh semua pihak akhirnya datang juga. Setelah melewati fase iya dan tidak, para wartawan diizinkan meliput jalannya kegiatan hari ini. Adam yang awalnya diberikan kabar oleh John, sudah memberikan penolakan karena takut membuat Fanny tidak nyaman. Namun karena Fanny memberikan izin, Adam pun akhirnya mengizinkan wartawan meliput asalkan tidak menyusahkan istrinya.
Bukan hanya ditunggu-tunggu oleh wartawan dan manusia di luaran sana. Nyatanya Fanny sebagai istri dari Adam pun sangat antusias menunggu hari ini tiba. Fanny bahkan sampai memilih pakaian yang terbaik agar terlihat cantik saat menonton nanti. Intinya, Fanny tidak akan mau kalah dengan penonton lain.Setelah memastikan segala perlengkapan siap, Fanny dan Adam melenggang ke luar dari unit apartemen dengan tangan bertautan. Pakaian mereka berdua bisa dibilang begitu jomplang karena Adam yang mengenakan pakaian khusus golf, sedangkan Fanny mengenakan dress walaupun dikhususkan untuk olaKemenangan yang didapatkan oleh Adam membuatnya bangga dan jumawa. Setelah semuanya selesai, Adam berlari kecil menghampiri Fanny yang sudah keluar dari lapangan.Aksi laki-laki itu tadi mendapat sorotan dari berbagai penjuru. Sebagian mengerti, sebagian lagi merasa permintaan Adam terlalu berlebihan. Maka dari itu mereka membutuhkan konfirmasi langsung dari si empunya suara. Dihadang alat rekam dari berbagai arah, Adam menebar senyum sebagai respon. Meminta dengan sopan pada wartawan agar melakukan wawancara di lain waktu saja atau bisa berbicara dengan John sebagai tangan kanannya. Dia ingin segera keluar untuk mendengar langsung ucapan selamat dari sang istri. Fanny memandang itu semua dengan perasaan gondok luar biasa. Dia sampai harus menyingkir agar tidak ikut menjadi bulan-bulanan wartawan yang mencari berita. Tingkah Adam saat ini sungguh memalukan seolah-seolah menjadikan Fanny sebagai barang taruhan. Siapa saja yang kalah maka harus menjauh.“Sayang! Seperti janjiku, aku m
Di dalam kamarnya, Fanny mondar-mandir seraya menggerutu kesal. Semua ini karena sikap kekanakan Adam yang semakin terang-terangan ditunjukkan. Fanny tak habis pikir dengan tingkah laku Adam yang semakin hari semakin menjadi-jadi itu. Menurut Fanny, sikap Adam yang memberikan denda kepada Ardian sangat keterlaluan untuknya mPikiran Fanny benar-benar bercabang antara rencana yang ingin dilontarkan dan juga kepergian ke New Valleand. Memang esok hari adalah jadwal bagi Fanny untuk pergi ke New Valleand lagi, memenuhi undangan dari Walikota. Sebagai pengacara yang mewakili persoalan itu, Fanny tentu saja tidak bisa menolak karena sudah kewajibannya.Terlalu sibuk mondar-mandir di kamar, Fanny sampai tidak menyadari jika Adam sudah kembali. Dahi Adam sampai bergelombang melihat Fanny yang entah mengapa bertingkah seperti itu. Ingin menegur namun Adam takut mengejutkan istrinya.“Sayang? Apa yang kau lakukan?” seru Adam pada akhirnya karena Fanny masih belum juga menyadari.
Bibir dari Pak Walikota bahkan masih bisa tersenyum setelah menyampaikan keinginannya kepada Fanny dan Ardian untuk berdansa. Pria yang hampir tua itu sampai saat ini masih memberikan wajah penuh harap terutama pada Fanny.“Bu Fanny? Mengenai permintaan saya?” ucap Walikota itu tersenyum.Berbeda dengan sang Walikota New Valleand yang saat ini masih saja tersenyum penuh harap. Fanny justru merubah raut wajahnya menjadi masam meskipun tidak ada yang menyadari.“Eum … eum …” Fanny benar-benar bimbang saat ini. Wanita itu bahkan tidak berani untuk mengalihkan pandangannya ke arah Adam yang entah berada di mana karena tidak terlihat batang hidungnya. ‘Adam … tolong aku …’ Harapan Fanny saat ini adalah Adam bisa mendengar suara hatinya dan membantu Fanny terbebas dari apa yang sedang dihadapi.Di saat Fanny kebingungan dengan situasi yang dihadapi, Ardian justru terlihat lebih santai. Ardian bahkan semakin berdiri dengan bersedekap dada tanpa peduli bagaimana situasi yang
Kecelakaan yang dialami oleh Adam dan Fanny belum juga diketahui. Penyebabnya adalah lokasi kejadian yang berada di tempat terpencil. Mobil yang lalu lalang melewati jalanan itu saja bisa dihitung dengan jari. Apalagi kondisi saat ini juga gelap karena sudah malam hari. Fanny masih berusaha membangunkan Adam yang sudah tak sadarkan diri. Wanita itu mengguncang-guncangkan tubuh Adam berharap suaminya itu bisa membuka mata. Kristal bening pun meluruh makin deras di pipinya. Ia tak peduli lagi rasa sakit yang dirasakannya karena di dalam pikirannya hanya ingin Adam kembali sadar."ADAM! BANGUN!" teriak Fanny yang makin histeris.Tak ada hal yang bisa dilakukan oleh wanita hamil itu sekarang. Sekelilingnya hanya ada pepohonan karena sudah pasti mereka terperosok ke hutan yang berada di dalam jurang."Ya Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?" isak Fanny sambil terus memeluk tubuh Adam. Hati Fanny terasa sangat sakit karena melihat kepala Adam sudah penuh dengan darah. Se
"Apa yang terjadi padamu Fann?" Ardian tidak dapat tidur dengan nyenyak. Kedua matanya tiba-tiba saja terbuka lebar padahal tubuhnya butuh istirahat lebih lama sebab ia baru tidur sekitar satu jam. Semalaman ia menunggu kabar tentang kepulangan Fanny, tapi sampai detik ini ia belum mendapatkan kabar dari John atau Sandra. Sebelumnya ia memang sudah berpesan pada kedua orang itu untuk memberitahunya.Kepala Ardian terasa agak pusing, tapi ia berusaha untuk bangkit dari posisi tidurnya. Saat memandang jam dinding ia baru menyadari jika waktu sudah hampir pagi.Buru-buru Ardian bangkit dari tempat tidurnya lalu keluar kamar setelah mempersiapkan semuanya. Perasaannya saat ini jelas makin gelisah saja. Bahkan ia tak peduli terus berjalan melewati koridor kamarnya menuju garasi mobil, padahal matahari saja belum berani menampakkan kuasanya di muka bumi. Pria itu tak sempat mandi, dan hanya berganti pakaian yang lebih tebal saja sebab udara masih cukup dingin.Kepergian Ardian
Berita tentang kecelakaan Adam dan Fanny seketika tersebar setelah Ardian menyuruh pengawalnya untuk menghubungi nomor darurat kecelakaan. Lokasi yang sunyi di pinggir Kota New Valleand itu mendadak gaduh karena sudah dipenuhi oleh para wartawan dan tim rescue. Tim penyelamat yang turun ke dalam jurang mengalami kesulitan saat mencoba untuk mengeluarkan Adam dan Fanny dari mobil. Posisi bagian depan mobil yang ringsek, medan yang terjal, dan pepohonan rimbun berjarak dekat, membuat ruang gerak tim menjadi terbatas. Mereka terpaksa merusak pintu mobil karena tak ada pilihan lain. "Lakukan dengan hati-hati! Bisa bahaya kalau korban mengalami tambahan luka akibat penyelamatan ini," perintah seorang pria yang kira-kira berusia di akhir 30an. Sepertinya pria itu adalah ketua tim rescue. Di atas Ardian tampak sangat cemas karena sudah hampir lima jam belum ada tanda-tanda Adam dan Fanny dibawa ke atas. Sementara dari tadi ambulans sudah menunggu dan para wartawan terus saja
Kabar kecelakaan tentang pasangan Hussein itu akhirnya terdengar juga di telinga Lucy—ibu dari Adam. Tentu saja kabar itu langsung membuat wanita paruh baya itu shock bukan main. "Nyonya! Anda tidak apa-apa?" tanya salah satu pelayan wanita yang kebetulan berada di dekat Lucy. Lucy terlihat sangat lemas bahkan tubuhnya hampir roboh karena kakinya seperti sudah kehilangan tulang saja. Beruntung tubuhnya berhasil ditahan oleh salah satu pelayannya. "Astaga! Adam putraku. Bagaimana hal buruk ini bisa menimpamu, Nak?" isak Lucy. "Silahkan diminum dulu agar Anda lebih tenang, Nyonya." Salah satu pelayan memberikan segelas air putih agar emosi Lucy bisa sedikit reda. Setelah merasa kondisinya cukup baik, Lucy langsung bergegas menuju rumah sakit tempat Adam dirawat. Pikirannya berkecamuk karena ia juga sudah mendapatkan kabar jika putra kesayangannya sekarang berada di ruang ICU karena mengalami koma pasca kecelakaan dan operasi. Sepanjang perjalanan wanita p
Koma selama semalam, akhirnya Adam sadar juga. Orang pertama yang menyadari hal itu adalah Lucy. Pergerakan dari tangan serta mata sang putra spontan membuatnya lega dan segera memanggil dokter. "Bagaimana keadaan Adam, Dok?" "Syukurlah putra ibu sudah melewati masa kritisnya," ucap dokter setelah selesai memeriksa keadaan Adam. Laki-laki itu kini memandang sekitarnya dengan linglung. "Adam Sayang." Lucy mencium pipi Adam berulang kali. "Adam dan Fanny kecelakaan, Ma. Sekarang kita di rumah sakit? Bagaimana keadaan Fanny dan calon anakku?" tanya Adam. Senyuman Lucy segera saja luntur. Dia masih menyalahkan Fanny sebagai salah satu penyebab putranya kecelakaan. Namun, dia tidak ingin menunjukkannya secara terang-terangan. "Mereka baik-baik saja, Sayang. Sekarang ada di ruang perawatan. Kamu tunggu di sini sebentar, ya. Mama ada perlu berbicara dengan dokter." Lucy mengajak sang dokter untuk keluar dari ruangan. Karena Adam sudah sadar, dia berniat m
Fanny dan timnya berjalan melalui lorong-lorong gelap menuju tempat yang telah ditentukan untuk pertemuan dengan Zero. Lokasi itu terletak di sebuah gedung tua yang ditinggalkan, tempat yang dirancang untuk menanamkan rasa tidak nyaman sejak awal. Mason membawa tablet dengan sistem pertahanan canggih yang siap memonitor setiap detik pertemuan. Gavin menggenggam tas berisi alat pelacak kecil, berjaga-jaga jika situasi berubah menjadi ancaman fisik.“Apakah kita yakin ini langkah yang benar?” bisik Gavin, matanya penuh kekhawatiran. “Mereka yang memilih lokasi, mereka yang menetapkan aturan. Kita memasuki permainan mereka.”Fanny tetap berjalan tegap, meskipun rasa was-was membebani pikirannya. "Ini satu-satunya cara. Kita harus tahu apa yang mereka inginkan sebenarnya."Setelah melalui beberapa pintu berat yang diawasi kamera tersembunyi, mereka akhirnya tiba di sebuah ruangan besar yang hanya diterangi lampu gantung di tengah. Di sana, tiga kursi sudah disiapkan untuk mereka, menghada
Malam semakin larut saat Fanny dan timnya berkumpul di ruang konferensi di Quantum Grid. Lampu ruangan yang terang bersinar ke wajah mereka yang lelah, namun tekad mereka semakin bulat. Gavin duduk di sebelah Fanny, menatap layar komputer yang menunjukkan riwayat data yang telah dimanipulasi. Mason, yang selalu menjadi pengamat cermat, berdiri di belakang mereka, menganalisis layar dengan mata penuh perhatian."Ada peningkatan yang signifikan dalam laporan tentang Quantum Shield yang sudah tersebar ke publik," kata Gavin, matanya terfokus pada grafik yang menunjukkan lonjakan besar dalam interaksi media sosial. "Mereka tidak hanya merusak sistem kita, Fanny. Mereka merusak kepercayaan publik pada Quantum Grid itu sendiri."Fanny menghela napas dalam-dalam, merasa berat di dadanya. "Zero tahu cara menyerang dengan cara yang lebih halus. Mereka menyusup ke dalam informasi, membentuk keraguan dengan sangat cepat. Ini bukan serangan yang bisa kita tangani dengan hanya memperbaiki kode ata
Beberapa bulan setelah penangkapan Langdon, Quantum Grid berhasil pulih dari serangan dan kembali menjadi fondasi kuat bagi kemajuan teknologi kota. Fanny, yang kini dikenal sebagai simbol keberhasilan, tidak dapat duduk tenang. Dalam dirinya, ada kegelisahan yang tak terungkapkan. Meskipun Langdon telah ditangkap, Fanny tahu bahwa ada kekuatan yang lebih besar di balik segala intrik ini. Dia merasa seperti baru saja membuka lapisan pertama dari teka-teki yang jauh lebih rumit.Namun, meskipun sistem berfungsi dengan baik, sebuah perubahan kecil dalam algoritma Quantum Shield mulai menarik perhatian para ahli. Data menunjukkan adanya pola yang tidak biasa, tidak tercatat dalam laporan atau log keamanan yang ada. Di dalamnya, ada tanda-tanda manipulasi sistem yang sangat terorganisir dan terselubung."Ini tidak seperti serangan sebelumnya," kata Gavin saat mereka meneliti data yang tercatat di layar besar. "Ada seseorang yang bergerak lebih diam-diam, seperti bayangan di balik layar."
Fanny menghabiskan beberapa minggu ke depan untuk memulihkan citra Quantum Grid. Selain menjelaskan pemadaman secara transparan kepada masyarakat, dia juga menginisiasi program yang melibatkan pengguna dalam pengawasan keamanan sistem. Program itu diberi nama Quantum Shield, sebuah platform terbuka di mana para ahli teknologi dan pengguna biasa dapat bekerja sama mendeteksi potensi ancaman.Namun, Gavin membawa kabar yang mengejutkan suatu pagi. “Fanny, kau harus melihat ini,” katanya sambil menyerahkan tablet kepadanya.Di layar, ada sebuah pesan dari seseorang yang tidak terduga: Mason, mantan ahli teknologi Langdon. Dalam pesan itu, Mason menawarkan informasi tentang operasi Langdon yang lebih besar, dengan syarat dia mendapat perlindungan dari pihak berwenang.Fanny mengernyit. “Kenapa dia tiba-tiba ingin membantu kita?”Gavin menggeleng. “Mungkin dia sudah muak bekerja di bawah Langdon. Atau mungkin dia punya agenda lain.”Setelah berdiskusi panjang, Fanny memutuskan untuk bertem
Fanny menghela napas panjang di tengah gemuruh tepuk tangan audiens. Kemenangan ini hanyalah permulaan dari perjuangan yang lebih besar. Setelah acara, dia segera bertemu Gavin di ruang kontrol. Meskipun berhasil mematahkan upaya Langdon, mereka tahu bahwa ancaman lain bisa muncul kapan saja.“Fanny, kita mungkin menang di sini, tapi sabotase seperti ini akan terus terjadi,” kata Gavin sambil menunjuk layar yang menampilkan data terbaru dari jaringan Quantum Grid. “Langdon bukan satu-satunya musuh kita. Dia hanya bagian dari sistem besar yang tidak ingin kita berhasil.”Fanny mengangguk. Dia sudah mempersiapkan dirinya untuk perang yang lebih panjang. “Aku tahu. Tapi setiap kemenangan kecil adalah langkah maju. Kita tidak bisa menyerah sekarang.”Di sisi lain kota, Langdon duduk di ruangannya yang mewah namun gelap. Ia dikelilingi oleh beberapa rekan bisnisnya yang terlihat gusar. Kekalahan di pertemuan internasional tadi siang membuatnya semakin terpojok. Namun, dia bukan orang yang
Fanny memutuskan untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga melancarkan serangan balik terhadap kelompok elit yang dipimpin oleh Victor Langdon. Langdon, yang memiliki pengaruh besar di dunia bisnis dan politik, tak akan membiarkan New Vallend melenggang begitu saja. Namun, Fanny tahu bahwa dia tidak bisa melawan mereka dengan cara yang konvensional. Untuk mengalahkan mereka, dia harus memanfaatkan teknologi yang selama ini dia bangun di bawah tanah, jauh dari sorotan.Sebagai langkah pertama, Fanny meluncurkan proyek Quantum Grid, sebuah sistem energi terbarukan berbasis kecerdasan buatan yang dapat mengendalikan distribusi energi secara global dengan efisiensi luar biasa. Dengan Quantum Grid, Fanny berharap dapat memberikan solusi kepada dunia yang sedang terguncang oleh krisis energi, dan sekaligus menggulingkan dominasi Langdon yang bergantung pada sumber energi fosil.Namun, proyek ini bukan tanpa risiko. Untuk mengimplementasikannya, Fanny harus melibatkan para pemimpin negara dan
Setelah kemenangan atas Alexander dan Victoria, Fanny mulai memusatkan perhatiannya pada pengembangan lebih lanjut dari New Vallend. Namun, meski kemenangan di pasar internasional memberikan mereka momentum yang sangat dibutuhkan, kedamaian yang mereka rasakan tidak berlangsung lama.Meskipun Fanny berhasil menata ulang timnya, ada ketegangan yang mulai muncul di dalam organisasi. Gavin, yang telah menjadi tangan kanannya selama ini, mulai merasakan adanya pergeseran dalam arah yang diambil New Vallend. Seiring Fanny semakin fokus pada perluasan global dan pengembangan infrastruktur besar-besaran, Gavin merasa bahwa mereka mulai kehilangan hubungan dengan visi asli perusahaan: menciptakan kota pintar yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.“Fanny, kita mulai kehilangan esensi kita. Kita dulu berfokus pada keberlanjutan dan masyarakat. Sekarang, semua hanya tentang keuntungan dan ekspansi tanpa batas,” ujar Gavin suatu malam, saat keduanya duduk di kantor yang hampir kosong, dengan la
Victoria tertawa kecil. “Kamu terlalu idealis, Fanny. Dunia nyata tidak bekerja seperti itu.”Percakapan ini menandai awal dari keretakan besar antara mereka.Di tengah ketegangan dengan Victoria, Gavin datang dengan kabar yang mengejutkan. Melalui investigasi yang terus berjalan, dia menemukan bahwa Alexander Voss tidak hanya berusaha menggagalkan New Vallend, tetapi juga diam-diam berinvestasi dalam proyek pesaing di Timur Tengah.“Alexander menggunakan jaringan globalnya untuk mendiskreditkan kita di pasar internasional,” kata Gavin.Fanny memutuskan untuk mengambil langkah preventif. Dia menghubungi Rafael untuk merancang sebuah konferensi internasional yang akan mempertemukan para pemimpin dunia untuk mendiskusikan masa depan kota pintar.“Kita akan menunjukkan pada dunia bahwa New Vallend bukan hanya sebuah proyek, tapi sebuah gerakan,” kata Fanny dengan semangat.Saat konferensi mendekat, Alexander melancarkan serangan langsung. Dia memanfaatkan media untuk menyebarkan rumor ba
Setelah berhasil menghadapi ancaman dari Alexander Voss dan Victoria Lang, Fanny memutuskan untuk melangkah lebih jauh. Dia ingin menjadikan New Vallend sebagai proyek percontohan untuk kota pintar global. Namun, ekspansi ini memerlukan sumber daya dan dukungan yang jauh lebih besar.Di tengah upayanya untuk memperluas proyek ini, Fanny diundang untuk berbicara di Konferensi Teknologi Dunia di Singapura. Di acara tersebut, dia bertemu dengan para pemimpin industri teknologi dari seluruh dunia, termasuk seorang inovator muda bernama Dr. Rafael Calderon, yang memiliki visi serupa tentang kota pintar.Rafael mengajukan proposal kerja sama yang ambisius: membangun jaringan kota pintar yang terhubung di tiga benua. Namun, dia juga memberikan peringatan. “Fanny, dunia ini tidak hanya tentang ide besar. Banyak pihak akan mencoba menghentikanmu, terutama jika mereka merasa kehilangan kekuasaan.”Sementara itu, Gavin, yang kini menjadi penasihat senior Fanny, menemukan tanda-tanda pengkhianata