Adam pikir Fanny akan segera tiba di rumah mereka. Sehingga dia akan segera menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka. Tetapi, saat Adam menunggu kedatangan Fanny di rumah mereka, istrinya masih saja belum pulang dan hal tersebut membuat Adam khawatir. Tentu saja, ia tidak mau Fanny sampai kenapa-kenapa, kalau itu terjadi maka Adam tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri karena semua ini disebabkan oleh dirinya.Waktu terus berjalan, awan mendung dan rintik hujan mulai membasahi seluruh daerah New Sealley. Di tengah harapan akan kepulangan Fanny, Adam semakin merasa cemas apalagi hujan yang tadinya hanya rintik yang membasahi jalanan, malah berlanjutnya menjadi hujan deras yang benar-benar membasahi seluruh wilayah yang berada di New Sealley.Adam yang semula terus berpikir positif bahwa sang istri akan segera pulang ke rumah mereka, nyatanya sekarang lelaki itu merasa semakin khawatir karena Fanny tidak juga menampakkan batang hidungnya.Sungguh, Adam tidak tahu
Fanny ditutupi serapat mungkin, Adam tidak mau kabar ini menyebar dan terdengar oleh publik. Biarlah ini menjadi masalah dirinya sendiri yang tidak perlu sampai diketahui oleh khalayak ramai. Apalagi menyangkut urusan pribadi dan pernikahan dirinya dengan Fanny.Adam juga sudah mengurus semua pekerjaan miliknya, mengubah seluruh jadwal yang ia miliki hari ini agar bisa fokus dalam pencarian sang istri tercinta. Beruntung Adam memiliki organisasi yang di dalamnya terdapat banyak anggota yang begitu cekatan dalam pencarian sang istri dan tentu saja sangat menjaga privasi dirinya dan Fanny.Tidak hanya pencarian istrinya yang Adam lakukan saat ini, ia juga menyuruh anggotanya untuk membawa dan mengurung orang yang tentu saja menjadi penyebab dari permasalahan antara dirinya dan Fanny yang membuat sang istri pergi meninggalkan dirinya seperti ini.Illona, tentu saja perempuan itu yang menjadi target Adam saat ini. Karena perempuan itu telah mengusik miliknya dan bagi Adam siapa saja yang
Tenggorokan Illona terasa kering dan sakit akibat terus menjerit minta dilepaskan. Gadis itu mengerahkan seluruh tenaga dengan menggerakkan kursi yang dia duduki. Tidak peduli suaranya akan habis atau bahkan bisa mati karena frustasi, rupanya empat orang yang menjaganya sama sekali tidak peduli.Illona sebentar lagi mungkin akan gila. Dengan cara apa dia bisa keluar dari tempat sialan ini! Adam! Kenapa dia tega sekali mengurung Illona cuma karena Fanny! Hah! Perempuan cengeng dan merepotkan seperti Fanny sangat berarti bagi Adam, ya? Apa sih hebatnya Fanny sampai Adam sebegitunya? Lebih baik mana dengan Illona yang bisa segalanya?"Kalian dengar, tidak?! Lepaskan aku!" jerit Illona tidak mau menyerah juga. Usaha Illona hanya akan sia-sia saja. Para penjaga di sana sangat setia dengan Tuan mereka.Illona menekan diri, memaksa otaknya agar bekerja lebih giat untuk mencari ide supaya bisa keluar dari sini. Illona mengamati satu penjaga yang masuk, menunggu di dekat pintu sementara sisany
Adam begitu setia menunggu Fanny selama masa kritisnya. Dunianya hampir saja runtuh saat melihat kondisi sang istri tidak baik-baik saja setelah mereka akhirnya bisa menemukan keberadaan Fanny. Adam bahkan memaki dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga sang istri dengan baik, bahkan selama Fanny bersama dengannya hanya ada bahaya yang menyelimuti perempuan itu.Dokter mengatakan masa kritisnya akan segera lewat dan menunggu Fanny sadarkan diri. Luka yang diakibatkan oleh insiden pembegalan tersebut perlahan akan sembuh, tetapi Dokter menyarankan agar Adam selalu mengecek kondisi Fanny setelah istrinya siuman dan diperbolehkan untuk pulang nanti.Adam sama sekali tidak pernah beranjak dari samping istrinya, bahkan untuk sekedar menyentuh makanannya saja Adam tetap berada di samping Fanny seolah sang istri akan pergi jika sedikit saja ia beranjak dari posisinya.Seperti sekarang lelaki itu tampak kembali duduk setelah dari kamar mandi, kedua tangannya selalu setia menggenggam sebelah
Adam baru sampai di rumah sakit. Matanya melirik ke arah mobil Roll Royce yang terparkir di sebelah kanannya. “Papa ada di sini?”, gumam Adam sambil melangkah masuk. Sudah terbayang di benaknya apa yang akan dihadapinya ini di dalam sana. Sang Papa jelas akan sangat marah mengetahui apa yang menimpa menantu kesayangannya itu.Tepat seperti dugaannya, Adam baru sampai di depan pintu kamar dan tatapan tajam Abraham sudah menusuknya. “Pa,” sapa Adam.“Ikut aku, Nak” ucap Abraham sambil melangkah keluar dari kamar perawatan tersebut.Adam yang baru sampai di sebelah Lucy, hanya sempat menaruh barang bawaannya saja tanpa bisa bicara panjang lebar kepada sang Mama karena Papanya sudah menunggunya di luar kamar.“Inikah caramu menjaga menantuku?” tanya Abraham sambil menyipit tajam menatap Adam.“Maafkan aku, aku janji tidak akan terulang lagi insiden ini Pa,” jawab Adam dengan penuh sesal.“Hentikan para wanita itu atau Papa yang akan menyingkirkannya dengan cara yang tidak perlu kau tahu!”
Setelah satu pekan dirawat intensif di rumah sakit, akhirnya Fanny diberikan izin pulang. Dengan sangat bahagia Adam dan kedua orang tuanya menjemput Fanny. Bukan itu saja, Lucy bahkan dengan sengaja menyiapkan acara penyambutan khusus untuk sang menantu kesayangannya ini.“Mama, terima kasih,” ucap Fanny saat melihat banyak sekali ornamen selamat kembali ke rumah menghiasi sudut demi sudut rumahnya ini. Senyuman lebar Fanny pun seolah tak bisa berhenti mendapatkan banyak kejutan dari keluarganya ini.“Apakah suamimu ini tidak akan kau berikan ucapan yang sama?” ucap Adam terlihat merengek.Fanny mencubit pinggangnya sangat pelan, wanita itu tahu jika Adam hanya menggodanya.“Baiklah… kami pulang ya, dan ingat satu hal, jangan pernah bertengkar lagi! selesaikan semuanya on the bed with love and, kalian tahu lah bagaimana caranya,” ucap Abraham sambil tersenyum.“Papa,” ucap Fanny dan Adam secara bersamaan. Keduanya kemudian mengantarkan Lucy dan Abraham hingga ke teras depan, kedua or
Siang ini, Adam baru selesai memeriksa pembangunan New Zetta yang sudah mencapai 60%. Padaluang waktunya ini, seperti biasa Adam segera menelpon istri tercintanya yang masih bekerja dari rumah. Sebagai pengacara hukum, sebenarnya kehadiran Fanny di perusahaan tidak terlalu dipermasalahkan. Karena yang terpenting adalah pekerjaannya tuntas.“Jadi istriku masak apa hari ini?” tanya Adam.“Gepuk kesukaanmu tentunya,” ucap Fanny sambil meletakkan ponselnya pada dinding dapur.Adam paling menyukai momen ini, Fanny terlihat semakin menarik dengan apron yang dikenakannya. Jemari lentik sang istri yang biasanya bergerak lincah di atas keyboard laptopnya itu pun tampak semakin menggodanya saat jemari itu dengan lincah mengiris daging sapi segar.“Jangan macam-macam denganku Pak, lihat ini!” ucap Fanny menggoda suaminya sambil mengiris daging di depannya.“Aduh, sakit sekali … bisa habis ketampananku jika istriku marah seperti itu,” ucap Adam mengikuti candaan sang istri.
Adam dan Fanny sedang menikmati sarapan pagi mereka ketika Lucy menelpon dan mengatakan kepadanya jika Abraham kini sakit keras. Wanita itu bahkan sampai menangis terisak memberitahukan kabar buruk ini kepada sang anak.Tak ingin membuat Mamanya sendirian di tengah situasi tersebut, Adam dan Fanny pun akhirnya sepakat untuk segera menemani Lucy di Rumah Sakit. Meski harus diawali dengan sebuah perdebatan sebelumnya, namun akhirnya Adam meloloskan keinginan Fanny untuk menemani sang Mama mertua.“Baiklah, tapi dengan satu syarat yaitu hanya pada kondisi darurat ini saja,” ucap Adam kepada istrinya yang langsung mengangguk mengiyakannya.Wanita itu kemudian memilih untuk segera bersiap, sementara Adam pun membatalkan sejumlah pertemuan pentingnya dengan beberapa klien termasuk di dalamnya adalah jadwal rapat yang akan dilakukan siang ini selepas jam makan siang di New Zetta.Mengetahui ketidak hadiran Adam dengan kembali membatalkan rapat mereka, Ardian sebenarnya sangat geram. Dia mera