Fanny ditutupi serapat mungkin, Adam tidak mau kabar ini menyebar dan terdengar oleh publik. Biarlah ini menjadi masalah dirinya sendiri yang tidak perlu sampai diketahui oleh khalayak ramai. Apalagi menyangkut urusan pribadi dan pernikahan dirinya dengan Fanny.Adam juga sudah mengurus semua pekerjaan miliknya, mengubah seluruh jadwal yang ia miliki hari ini agar bisa fokus dalam pencarian sang istri tercinta. Beruntung Adam memiliki organisasi yang di dalamnya terdapat banyak anggota yang begitu cekatan dalam pencarian sang istri dan tentu saja sangat menjaga privasi dirinya dan Fanny.Tidak hanya pencarian istrinya yang Adam lakukan saat ini, ia juga menyuruh anggotanya untuk membawa dan mengurung orang yang tentu saja menjadi penyebab dari permasalahan antara dirinya dan Fanny yang membuat sang istri pergi meninggalkan dirinya seperti ini.Illona, tentu saja perempuan itu yang menjadi target Adam saat ini. Karena perempuan itu telah mengusik miliknya dan bagi Adam siapa saja yang
Tenggorokan Illona terasa kering dan sakit akibat terus menjerit minta dilepaskan. Gadis itu mengerahkan seluruh tenaga dengan menggerakkan kursi yang dia duduki. Tidak peduli suaranya akan habis atau bahkan bisa mati karena frustasi, rupanya empat orang yang menjaganya sama sekali tidak peduli.Illona sebentar lagi mungkin akan gila. Dengan cara apa dia bisa keluar dari tempat sialan ini! Adam! Kenapa dia tega sekali mengurung Illona cuma karena Fanny! Hah! Perempuan cengeng dan merepotkan seperti Fanny sangat berarti bagi Adam, ya? Apa sih hebatnya Fanny sampai Adam sebegitunya? Lebih baik mana dengan Illona yang bisa segalanya?"Kalian dengar, tidak?! Lepaskan aku!" jerit Illona tidak mau menyerah juga. Usaha Illona hanya akan sia-sia saja. Para penjaga di sana sangat setia dengan Tuan mereka.Illona menekan diri, memaksa otaknya agar bekerja lebih giat untuk mencari ide supaya bisa keluar dari sini. Illona mengamati satu penjaga yang masuk, menunggu di dekat pintu sementara sisany
Adam begitu setia menunggu Fanny selama masa kritisnya. Dunianya hampir saja runtuh saat melihat kondisi sang istri tidak baik-baik saja setelah mereka akhirnya bisa menemukan keberadaan Fanny. Adam bahkan memaki dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga sang istri dengan baik, bahkan selama Fanny bersama dengannya hanya ada bahaya yang menyelimuti perempuan itu.Dokter mengatakan masa kritisnya akan segera lewat dan menunggu Fanny sadarkan diri. Luka yang diakibatkan oleh insiden pembegalan tersebut perlahan akan sembuh, tetapi Dokter menyarankan agar Adam selalu mengecek kondisi Fanny setelah istrinya siuman dan diperbolehkan untuk pulang nanti.Adam sama sekali tidak pernah beranjak dari samping istrinya, bahkan untuk sekedar menyentuh makanannya saja Adam tetap berada di samping Fanny seolah sang istri akan pergi jika sedikit saja ia beranjak dari posisinya.Seperti sekarang lelaki itu tampak kembali duduk setelah dari kamar mandi, kedua tangannya selalu setia menggenggam sebelah
Adam baru sampai di rumah sakit. Matanya melirik ke arah mobil Roll Royce yang terparkir di sebelah kanannya. “Papa ada di sini?”, gumam Adam sambil melangkah masuk. Sudah terbayang di benaknya apa yang akan dihadapinya ini di dalam sana. Sang Papa jelas akan sangat marah mengetahui apa yang menimpa menantu kesayangannya itu.Tepat seperti dugaannya, Adam baru sampai di depan pintu kamar dan tatapan tajam Abraham sudah menusuknya. “Pa,” sapa Adam.“Ikut aku, Nak” ucap Abraham sambil melangkah keluar dari kamar perawatan tersebut.Adam yang baru sampai di sebelah Lucy, hanya sempat menaruh barang bawaannya saja tanpa bisa bicara panjang lebar kepada sang Mama karena Papanya sudah menunggunya di luar kamar.“Inikah caramu menjaga menantuku?” tanya Abraham sambil menyipit tajam menatap Adam.“Maafkan aku, aku janji tidak akan terulang lagi insiden ini Pa,” jawab Adam dengan penuh sesal.“Hentikan para wanita itu atau Papa yang akan menyingkirkannya dengan cara yang tidak perlu kau tahu!”
Setelah satu pekan dirawat intensif di rumah sakit, akhirnya Fanny diberikan izin pulang. Dengan sangat bahagia Adam dan kedua orang tuanya menjemput Fanny. Bukan itu saja, Lucy bahkan dengan sengaja menyiapkan acara penyambutan khusus untuk sang menantu kesayangannya ini.“Mama, terima kasih,” ucap Fanny saat melihat banyak sekali ornamen selamat kembali ke rumah menghiasi sudut demi sudut rumahnya ini. Senyuman lebar Fanny pun seolah tak bisa berhenti mendapatkan banyak kejutan dari keluarganya ini.“Apakah suamimu ini tidak akan kau berikan ucapan yang sama?” ucap Adam terlihat merengek.Fanny mencubit pinggangnya sangat pelan, wanita itu tahu jika Adam hanya menggodanya.“Baiklah… kami pulang ya, dan ingat satu hal, jangan pernah bertengkar lagi! selesaikan semuanya on the bed with love and, kalian tahu lah bagaimana caranya,” ucap Abraham sambil tersenyum.“Papa,” ucap Fanny dan Adam secara bersamaan. Keduanya kemudian mengantarkan Lucy dan Abraham hingga ke teras depan, kedua or
Siang ini, Adam baru selesai memeriksa pembangunan New Zetta yang sudah mencapai 60%. Padaluang waktunya ini, seperti biasa Adam segera menelpon istri tercintanya yang masih bekerja dari rumah. Sebagai pengacara hukum, sebenarnya kehadiran Fanny di perusahaan tidak terlalu dipermasalahkan. Karena yang terpenting adalah pekerjaannya tuntas.“Jadi istriku masak apa hari ini?” tanya Adam.“Gepuk kesukaanmu tentunya,” ucap Fanny sambil meletakkan ponselnya pada dinding dapur.Adam paling menyukai momen ini, Fanny terlihat semakin menarik dengan apron yang dikenakannya. Jemari lentik sang istri yang biasanya bergerak lincah di atas keyboard laptopnya itu pun tampak semakin menggodanya saat jemari itu dengan lincah mengiris daging sapi segar.“Jangan macam-macam denganku Pak, lihat ini!” ucap Fanny menggoda suaminya sambil mengiris daging di depannya.“Aduh, sakit sekali … bisa habis ketampananku jika istriku marah seperti itu,” ucap Adam mengikuti candaan sang istri.
Adam dan Fanny sedang menikmati sarapan pagi mereka ketika Lucy menelpon dan mengatakan kepadanya jika Abraham kini sakit keras. Wanita itu bahkan sampai menangis terisak memberitahukan kabar buruk ini kepada sang anak.Tak ingin membuat Mamanya sendirian di tengah situasi tersebut, Adam dan Fanny pun akhirnya sepakat untuk segera menemani Lucy di Rumah Sakit. Meski harus diawali dengan sebuah perdebatan sebelumnya, namun akhirnya Adam meloloskan keinginan Fanny untuk menemani sang Mama mertua.“Baiklah, tapi dengan satu syarat yaitu hanya pada kondisi darurat ini saja,” ucap Adam kepada istrinya yang langsung mengangguk mengiyakannya.Wanita itu kemudian memilih untuk segera bersiap, sementara Adam pun membatalkan sejumlah pertemuan pentingnya dengan beberapa klien termasuk di dalamnya adalah jadwal rapat yang akan dilakukan siang ini selepas jam makan siang di New Zetta.Mengetahui ketidak hadiran Adam dengan kembali membatalkan rapat mereka, Ardian sebenarnya sangat geram. Dia mera
Kabar kematian Abraham yang sangat mendadak sontak membuat publik sangat terkejut. Bukan hanya kalangan pebisnis saja yang kini merasa kehilangan sosok Abraham melainkan juga banyak pihak di dalam lingkungan lainnya di New Villa.Sosok Abraham yang penyayang dan juga sangat dermawan tentu saja membuat banyak orang ikut terkejut mendengar kabar duka yang begitu mendadak dari keluarga Hussein ini. Mereka seolah tak percaya jika Abraham telah tiada. Dan kini banyak channel televisi yang ikut menayangkan biografi singkat lelaki itu yang dikenal sangat tegas.“Adam, Papamu tiada,” ucap Lucy terus mengucapkannya di sepanjang hari.Wanita itu demikian terpukul dengan wafatnya Adam yang masih dirasakannya terlalu cepat ini.Para pelayat kini mulai berdatangan ke rumah duka.Sementara itu para pelayan pun sudah mulai menyiapkan skenario khusus yang diberlakukan selama acara pemakaman ini berlangsung. Tidak ada yang boleh luput dari pengawasan. Begitulah pesan Adam kepada semua tim yang bekerja
Di tengah perjuangan mempertahankan proyek New Vallend, bencana datang tanpa terduga. Malam itu, hujan turun dengan deras disertai angin kencang. Fanny sudah mendengar peringatan akan adanya badai, tapi tidak ada yang menyangka bahwa angin beliung akan menghantam langsung wilayah proyek mereka. Saat pagi tiba, kabar buruk mulai berdatangan satu per satu.Proyek New Vallend mengalami kerusakan parah. Struktur bangunan yang hampir selesai porak poranda, beberapa material rusak dan terhambur, bahkan sebagian tanah longsor akibat hujan deras yang merendam area sekitar. Fanny yang sedang di kantor langsung mendapat panggilan darurat dari manajer proyek.Dengan perasaan campur aduk antara cemas dan marah, Fanny memutuskan untuk segera menuju lokasi proyek. Adam, yang melihat kegelisahan di wajah Fanny, ikut menemaninya. Dalam perjalanan, Fanny hanya bisa terdiam, mencerna skala kerusakan yang mungkin harus dihadapi. Namun, di kepalanya sudah terbayang skenario terburuk dan ancaman biaya yan
Fanny duduk termenung di ruang kerjanya setelah percakapan menegangkan dengan Sharena. Setiap kata dari wanita itu bergaung dalam pikirannya, menambah tekanan di hatinya. Ia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri sebelum melanjutkan tugasnya. Fanny memutuskan untuk memperkuat strategi perlindungannya, tidak hanya terhadap proyek New Vallend, tetapi juga untuk menjaga keluarganya dari ancaman yang semakin dekat.Pagi berikutnya, Fanny menyusun rencana pertemuan dengan tim manajemennya untuk membahas langkah-langkah lebih lanjut terkait audit Firman dan ancaman dari Sharena. Ia ingin memastikan bahwa semua orang di timnya memahami situasi dan bersiap untuk mengambil tindakan jika diperlukan. Fanny tidak bisa membiarkan ketakutan menghantuinya; sebaliknya, ia harus menjadi penggerak perubahan untuk keluarganya.Di tengah persiapan rapat, Fanny mengingat kembali setiap detail yang ia temukan mengenai Firman. Ia mengumpulkan semua informasi yang ada dan menyusun sebuah prese
Di hari-hari berikutnya, Fanny semakin waspada, terutama ketika melihat upaya Sharena yang kian terang-terangan mendekati Adam dengan berbagai dalih bisnis. Ia tahu, satu-satunya cara untuk melindungi pernikahannya adalah dengan mengambil langkah proaktif. Fanny mulai mencari tahu lebih dalam mengenai latar belakang Sharena dan hubungan wanita itu dengan sejumlah tokoh berpengaruh di kota mereka. Tidak mudah, tetapi demi menjaga keluarganya, Fanny tak segan-segan menyelidiki lebih jauh.Sementara itu, Adam, yang semakin menyadari betapa terganggunya Fanny oleh situasi ini, berusaha lebih sering menghabiskan waktu bersama keluarga. Dia bahkan mengurangi beberapa proyek bisnis yang membutuhkan keterlibatannya di luar kota. Namun, kesibukan di New Vallend tak bisa dihindari, dan ada banyak keputusan penting yang membutuhkan perhatian Fanny dan Adam.Suatu sore, saat Fanny tengah mempersiapkan proposal baru untuk proyek New Vallend, sebuah pesan masuk di ponselnya. Dari nomor tak dikenal,
Fanny mencoba menenangkan dirinya setelah membaca pesan dari Sharena. Dia tahu bahwa Sharena selalu mencari-cari alasan untuk mendekati Adam, dan itu membuatnya tidak nyaman. Meski demikian, Fanny berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya. Dia menyadari bahwa rasa cemburunya hanya akan merusak kepercayaan yang telah dibangun dalam pernikahannya."Sayang, kau baik-baik saja?" tanya Adam yang baru saja selesai menidurkan si kembar.Fanny tersenyum lembut. "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah setelah perjalanan panjang."Adam duduk di sebelah Fanny dan merangkul bahunya. "Aku mengerti, kau pasti sangat lelah. Bagaimana kalau kita istirahat saja malam ini? Kita bisa membicarakan semua hal besok pagi."Fanny mengangguk setuju, tapi pikirannya masih terusik oleh pesan Sharena. "Adam, kau pernah mendengar sesuatu tentang Shwan?"Adam terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Shwan? Anak angkat Sharena? Tentu saja, aku tahu dia. Tapi, kenapa kau menanyakannya?""Aku hanya ingin t
Kehangatan pernikahan Fanny dan Adam kini semakin HOT. Hari ini. Pertemuan dengan salah satu lawyer dari perusahaan Schwaley yang dijadwalkan pada Selasa ini membuat Fanny cukup gugup. Sehingga dia sampai lupa bahwa ini adalah akhir pekan.“Fanny sayang, kau terlalu banyak memikirkan pekerjaan. Hingga saat kau mengatakan bekerja dari rumah pun kau tetap saja memikirkannya,” ucap Adam sambil menggendong Fanny ala bridal menuju ke sebuah sofa bulat di dekat pintu menuju balkon kamarnya.Matahari pagi bersinar sangat terang di sana.“Mana bayi kita?” tanya Fanny terperanjat.Dia sangat kaget melihat box bayi kedua bayinya kembarnya itu sudah kosong.“Nurse sedang memandikannya, mereka tidak boleh pemalas seperti ibunya!” ucap Adam menyindir.“Aku kesiangan dan kau yang tidak membangunkanku, kenapa kau bilang aku pemalas?” ucap Fanny sambil tersenyum.Fanny langsung duduk meringkuk dengan masih sangat mengantuk. Dia tidak menolak ketika Adam menyodorkan susu hangat kepadanya.“Minum yan
Fanny melajukan mobilnya menuju ke sebuah alamat restoran yang diberikan oleh Sharena. Dia berangkat dengan menggunakan piyama tidurnya saja dibalut dengan cardigan olive selutut dan rambut yang dicepol ringkas.Sederhana namun tetap anggun nan berkelas, seperti itulah Fanny selalu memukau di setiap penampilannya.Flat shoes yang dikenakannya berwarna olive juga, senada dengan tas yang ditentengnya semakin membuat wanita itu nampak rapi dan juga elegan.Fanny melangkah masuk ke restoran yang lumayan mewah ini. Meski berada di ujung kota, namun pelayanan disini cukup baik dan Fanny merasa nyaman dengan situasi penyambutannya.Tanpa Fanny ketahui, diam-diam Adam mengikutinya di jarak yang cukup jauh sehingga wanita itu tidak menyadarinya.Fanny mengamati sekelilingnya dan melihat ruangan di bagian lantai dua tempat mejanya berada sangat sepi.“Aku disini,” ucap Sharena sambil melambaikan tangannya kepada Fanny.Tanpa menjawab, Fanny segera melangkah mendeka
“Apalagi masalah yang harus kita hadapi?”ucap Fanny mengeluhkan hidupnya lagi.Wanita ini merasa sangat bingung dengan apa yang kini harus dihadapinya setelah Ardian pergi.Alih-alih merasa senang karena baby Lilac dan baby Abigail mendapatkan wasiat besar sebagai pewaris dari Schwaley Corp. Fanny kini justru merasakan kecemasan lebih hebat karenanya.Fanny tidak ingin kedua buah hatinya akan merasakan bullying dari seluruh pihak yang menyudutkannya tidak profesional.Kesaksian Dipo terkait dengan surat wasiat itu pun memang menguatkannya secara hukum. Namun tentu saja itu tidak serta merta menyelesaikan konflik yang terjadi di internal Schwaley Corp.Pengesahan baby Abigail dan baby Lilac sebagai pewaris utama berikutnya dari Schwaley Corp nyatanya memang berjalan dengan lancar. Namun hal ini menuai dendam dari para petinggi Schwaley Corp yang sudah mengabdikan dirinya puluhan tahun di perusahaan tersebut.Beberapa dari mereka kemudian berupaya untuk mengges
Dengan jetlag sekitar delapan jam, mereka harus sedikit menyesuaikan waktu terlebih dahulu.Senyuman akhirnya mengembang di wajah Fanny saat keluar dari pesawat dan menghirup udara segar kota London dengan sangat tenang. Kedua buah hatinya pun bisa mendarat dengan selamat di sana, ini adalah sebuah berkah tersendiri untuk Fanny.Di bagian luar bandara, Dipo dan juga beberapa staf dari Schwaley Corporation sudah menunggunya.“Adam, bisakah kau mengatakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Fanny kepada Adam dengan memaksa.Adam menghentikan langkahnya, dia merasa tidak tega untuk mengatakannya sendiri kepada Fanny. Meski riwayat panjang kehidupannya bersama Ardian mengalami pasang surut; tapi Adam merasa bahwa Ardian pun memiliki sangat banyak sekali jasa dalam pernikahannya dengan Fanny.“Sayang, sebaiknya kita berangkat! Kasihan mereka terlalu lama menunggu,” ucap Adam kepada istrinya. Fanny pun menurut. Rombongan ini pun tak menunggu waktu lama lagi
Setelah dua minggu, renovasi rumah akhirnya selesai. Di berbagai bagian masih terdapat banyak puing-puing bangunan di sana yang berceceran. Pagi ini sejumlah petugas kebersihan sedang menyelesaikan finishing dari renovasinya itu.Adam benar-benar tidak ingin kecolongan setelah insiden pemecahan kaca yang dilakukan oleh orang tak dikenal ke rumahnya tengah malam itu dan juga insiden racun yang nyaris saja mencelakai keluarganya.Kini, Adam benar-benar menjadi semakin ekstra dalam pengawalan dan juga penjagaan rumahnya. Pagi yang cerah di New Filla, mentari menyembul dengan sangat hangat dari balik jendela rumah memberikan energi yang lebih cerah.Adam tengah menikmati sarapan bersama Fanny. Keduanya kini sudah memulai hidup normalnya tanpa ada lagi kerepotan para penjaga dan juga pekerja di rumahnya. Insiden mengenai percobaan untuk meracuni yang dilakukan oleh orang tak dikenal yang menyamar di antara para pekerja pun akhirnya ditangani oleh pihak kepolisian. M