Fanny benar-benar masih kesal setelah mendengar pengakuan Illona perihal hubungannya dengan Adam di masa dulu. Memang sih, semua itu sudah berlalu dan sekarang tidak ada hubungan apapun di antara mereka, apalagi Adam sekarang sudah jelas-jelas menjadi suaminya. Tetapi, Fanny tetap kesal ditambah asisten suaminya malah memberikan pembelaan, mentang-mentang Adam adalah atasannya.Sampai di rumah kekesalan Fanny tidak reda begitu saja, bahkan ia ingin sekali segera mengkonfirmasi kepada Adam perihal apa yang Illona ceritakan, sayangnya Adam hari ini tidak bisa pulang cepat dan mau tak mau Fanny harus menunggu kedatangan suaminya.Perutnya lapar, siang tadi ia tidak makan apapun di jam makan siang karena tidak selera sama sekali. Apalagi Fanny malas kalau harus bertemu dengan Illona meski secara tidak sengaja mereka akan berpapasan, tetap saja Fanny enggan.Sekarang Fanny akan makan lebih dulu agar tenaganya terisi penuh dan siap mendengarkan penjelasan dari Adam nanti, bahkan kalau penje
Ingatan Fanny kembali pada kejadian kemarin lagi. Belum cukup memikirkan cerita Illona perihal ciuman pertama dengan Adam, Fanny malah dibentak oleh Adam sampai perempuan itu tidak bisa berkata-kata selain diam dan menahan sakit.Fanny menolehkan kepalanya ke samping tempat Adam berbaring. Suaminya masih tampak lelap. Berbeda dengan Fanny terus saja memikirkan masalah mereka sampai tidak bisa tidur dengan benar. Sesekali Fanny akan terbangun, teringat lagi, berusaha melupakan namun tetap tidak bisa.Sebagai seorang istri, wajar jika Fanny ingin menuntut penjelasan dari Adam. Apakah benar yang dikatakan Illona. Jika tidak benar, Adam cukup menjawabnya saja. Tetapi reaksi Adam di luar perkiraan Fanny. Adam dengan tega membentak dirinya. Dada Fanny terasa sakit sekali. Untuk pertama kalinya lelaki itu bicara dengan nada tinggi.Pandangan Fanny turun ke bawah menatap tangan Adam yang berada di perutnya. Perlahan Fanny meletakkan tangan Adam ke kasur, menjauhkan diri dari lelaki itu. Dia b
Illona sadar sekali ada yang tidak beres dari hubungan Fanny dengan Adam. Tentu saja ini menjadi kabar yang membuat dirinya bahagia, ternyata memang mudah sekali membuat hubungan antara Fanny dengan Adam menjadi rumit. Tinggal memberikan sedikit saja percikan api saja hubungan keduanya sudah kepanasan. Sungguh, Illona bangga sekali pada dirinya sekarang.Tentu saja tidak sampai di sini Illona membuat keretakan dalam rumah tangga sang pengantin baru yang masih bisa dikatakan hitungan hari mereka bersama, Illona akan merencanakan hal lain agar apa yang inginkan segera terwujud, membuat Adam kembali menjadi miliknya.Sekarang yang Illona lakukan hanya duduk diam saja sembari memperhatikan gerak-gerik Fanny dan mungkin saja ia mendapatkan ide cemerlang untuk membuat suasana semakin membara, sedikit percikan api lagi, Illona benar-benar bersemangat sekali sekarang.Sementara itu, Fanny masih saja tidak berkonsentrasi dalam pekerjaannya. Ia tidak tahu bagaimana cara untuk membuat hubungan d
Seharian penuh Fanny memikirkan hubungannya dengan Adam. Fanny jadi mudah gelisah, tidak enak makan, di kepalanya terus berkecamuk dengan masalah yang itu-itu saja. Fanny berusaha meredam emosinya. Menekan dirinya agar menghadapi masalah rumah tangganya dengan kepala dingin. Tidak ada gunanya mendiamkan Adam seperti hari ini. Karena masalah yang terjadi tidak akan kunjung selesai jika Fanny malah mendiamkan Adam. Baiklah. Fanny akan mencoba sedikit mengalah. Lebih baik Fanny mengajak Adam bicara dari hati ke hati saat pulang kantor nanti. Karena jujur saja, Fanny tidak tahan kalau terus diam-diaman dengan suaminya.Setelah menjernihkan pikiran serta hatinya menjadi lebih tenang, dia memutuskan untuk mengakhiri kesalahpahaman yang terjadi pada rumah tangganya bersama Adam. Bagaimanapun, yang namanya berubah tangga pasti ada saja masalah yang datang. Mau besar atau sepele sekalipun, rasanya diam bukan sebuah jalan keluar. Fanny harus lebih dewasa menyikapi masalah yang terjadi. Dia tid
Adam pikir Fanny akan segera tiba di rumah mereka. Sehingga dia akan segera menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka. Tetapi, saat Adam menunggu kedatangan Fanny di rumah mereka, istrinya masih saja belum pulang dan hal tersebut membuat Adam khawatir. Tentu saja, ia tidak mau Fanny sampai kenapa-kenapa, kalau itu terjadi maka Adam tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri karena semua ini disebabkan oleh dirinya.Waktu terus berjalan, awan mendung dan rintik hujan mulai membasahi seluruh daerah New Sealley. Di tengah harapan akan kepulangan Fanny, Adam semakin merasa cemas apalagi hujan yang tadinya hanya rintik yang membasahi jalanan, malah berlanjutnya menjadi hujan deras yang benar-benar membasahi seluruh wilayah yang berada di New Sealley.Adam yang semula terus berpikir positif bahwa sang istri akan segera pulang ke rumah mereka, nyatanya sekarang lelaki itu merasa semakin khawatir karena Fanny tidak juga menampakkan batang hidungnya.Sungguh, Adam tidak tahu
Fanny ditutupi serapat mungkin, Adam tidak mau kabar ini menyebar dan terdengar oleh publik. Biarlah ini menjadi masalah dirinya sendiri yang tidak perlu sampai diketahui oleh khalayak ramai. Apalagi menyangkut urusan pribadi dan pernikahan dirinya dengan Fanny.Adam juga sudah mengurus semua pekerjaan miliknya, mengubah seluruh jadwal yang ia miliki hari ini agar bisa fokus dalam pencarian sang istri tercinta. Beruntung Adam memiliki organisasi yang di dalamnya terdapat banyak anggota yang begitu cekatan dalam pencarian sang istri dan tentu saja sangat menjaga privasi dirinya dan Fanny.Tidak hanya pencarian istrinya yang Adam lakukan saat ini, ia juga menyuruh anggotanya untuk membawa dan mengurung orang yang tentu saja menjadi penyebab dari permasalahan antara dirinya dan Fanny yang membuat sang istri pergi meninggalkan dirinya seperti ini.Illona, tentu saja perempuan itu yang menjadi target Adam saat ini. Karena perempuan itu telah mengusik miliknya dan bagi Adam siapa saja yang
Tenggorokan Illona terasa kering dan sakit akibat terus menjerit minta dilepaskan. Gadis itu mengerahkan seluruh tenaga dengan menggerakkan kursi yang dia duduki. Tidak peduli suaranya akan habis atau bahkan bisa mati karena frustasi, rupanya empat orang yang menjaganya sama sekali tidak peduli.Illona sebentar lagi mungkin akan gila. Dengan cara apa dia bisa keluar dari tempat sialan ini! Adam! Kenapa dia tega sekali mengurung Illona cuma karena Fanny! Hah! Perempuan cengeng dan merepotkan seperti Fanny sangat berarti bagi Adam, ya? Apa sih hebatnya Fanny sampai Adam sebegitunya? Lebih baik mana dengan Illona yang bisa segalanya?"Kalian dengar, tidak?! Lepaskan aku!" jerit Illona tidak mau menyerah juga. Usaha Illona hanya akan sia-sia saja. Para penjaga di sana sangat setia dengan Tuan mereka.Illona menekan diri, memaksa otaknya agar bekerja lebih giat untuk mencari ide supaya bisa keluar dari sini. Illona mengamati satu penjaga yang masuk, menunggu di dekat pintu sementara sisany
Adam begitu setia menunggu Fanny selama masa kritisnya. Dunianya hampir saja runtuh saat melihat kondisi sang istri tidak baik-baik saja setelah mereka akhirnya bisa menemukan keberadaan Fanny. Adam bahkan memaki dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga sang istri dengan baik, bahkan selama Fanny bersama dengannya hanya ada bahaya yang menyelimuti perempuan itu.Dokter mengatakan masa kritisnya akan segera lewat dan menunggu Fanny sadarkan diri. Luka yang diakibatkan oleh insiden pembegalan tersebut perlahan akan sembuh, tetapi Dokter menyarankan agar Adam selalu mengecek kondisi Fanny setelah istrinya siuman dan diperbolehkan untuk pulang nanti.Adam sama sekali tidak pernah beranjak dari samping istrinya, bahkan untuk sekedar menyentuh makanannya saja Adam tetap berada di samping Fanny seolah sang istri akan pergi jika sedikit saja ia beranjak dari posisinya.Seperti sekarang lelaki itu tampak kembali duduk setelah dari kamar mandi, kedua tangannya selalu setia menggenggam sebelah
Setelah kemenangan besar itu, tim Fanny kembali ke markas mereka yang tersembunyi, tempat di mana mereka mulai merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk memastikan bahwa dunia yang baru mereka selamatkan tetap aman. Fanny duduk di meja pertemuan bersama Adam dan anggota tim lainnya, masing-masing merenung tentang apa yang baru saja terjadi.“Zero memang sudah runtuh, tapi kita tahu ini bukan akhir,” ujar Fanny, suara tegasnya mengisi ruangan. “Ada banyak kelompok lain yang mungkin sudah menunggu kesempatan untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan Zero. Kita harus memantau semuanya dengan lebih ketat.”Adam mengangguk. “Aku setuju. Ini hanya langkah pertama. Kita telah menghentikan mereka, tapi mereka bukan satu-satunya yang memiliki agenda tersembunyi.”Mason yang duduk di sudut meja dengan ekspresi serius menambahkan, “Selama sistem Zero masih ada jejaknya, akan ada orang-orang yang mencoba memanfaatkan teknologi yang tertinggal. Mereka tahu betul bagaimana memanipul
Ketegangan di markas Quantum Grid semakin memuncak. Serangan dari Zero semakin menggila, dan setiap detik yang berlalu semakin menambah rasa takut dan kecemasan. Fanny tidak hanya harus menghadapi ancaman dari dunia maya, tetapi juga dari serangan fisik yang menghantui di luar markas mereka.Mason, yang memimpin pertahanan fisik, berlari ke ruang kontrol dengan wajah penuh kecemasan. "Fanny, kami butuh lebih banyak waktu! Mereka mulai menguasai distrik utama, dan orang-orang di luar mulai panik! Kami harus menghentikan serangan fisik ini—segera!"Fanny menarik napas panjang, meskipun rasa cemas hampir menghancurkannya. "Adam, kita harus membuka akses ke data utama mereka lebih cepat! Semakin lama kita menunggu, semakin banyak nyawa yang terancam."Adam menatap layar dengan tatapan yang tajam. "Sistem Zero semakin rumit. Mereka memperkuat firewall mereka saat kita semakin mendekat. Tapi aku bisa melakukannya, Fanny. Cuma perlu sedikit waktu."Fanny menoleh ke Gavin dan Mason yang tampa
Waktu terus berjalan, dan suasana semakin mencekam. Setiap detik yang berlalu terasa begitu lama. Tim Quantum Grid melangkah lebih jauh ke dalam dunia yang mereka coba taklukkan. Fanny, dengan tekad yang tak tergoyahkan, tetap memimpin timnya dengan penuh keyakinan, meski hatinya penuh kecemasan.Di layar besar, data yang mengalir semakin cepat. Adam memimpin peretasan ke pusat server Zero dengan keterampilan yang luar biasa, tetapi setiap langkah mereka semakin terdeteksi. "Mereka semakin dekat," kata Adam dengan tenang, meskipun keringat dingin mulai mengalir di dahinya.Fanny mengangguk, matanya fokus pada layar yang menunjukkan titik-titik merah di seluruh dunia, tempat di mana Zero mulai melancarkan serangan. "Kita tidak punya banyak waktu," katanya dengan suara yang terdengar lebih tajam. "Kita harus mengakhiri ini sebelum mereka menguasai semuanya.""Satu jam lagi," ujar Gavin dengan wajah tegang. "Jika kita tidak bisa menembus jaringan mereka dalam satu jam, Zero akan memutusk
Fanny memandang Adam dengan penuh keyakinan, namun di balik tatapan itu, ada rasa khawatir yang dalam. Zero bukanlah ancaman biasa. Mereka telah menginfiltrasi setiap sektor penting, memanfaatkan ketidakstabilan global dengan sangat rapi. Adam mengerti betul betapa besar ancaman itu, tetapi dia juga tahu bahwa tidak ada pilihan lain selain berjuang untuk menghentikan mereka."Adam, apa yang harus kita lakukan?" Fanny bertanya, suaranya terdengar lebih tenang meskipun dunia di sekitarnya terasa semakin genting.Adam mengangguk pelan, menatap layar yang menampilkan peta digital global dan data yang bergerak cepat di sana. "Zero telah menciptakan jaringan komunikasi yang hampir tak terlihat. Mereka mengontrol hampir setiap aliran informasi dan ekonomi. Jika kita ingin menghentikan mereka, kita harus meretas jantung sistem mereka. Saya tahu di mana mereka bersembunyi, tapi kita butuh lebih dari sekadar serangan cyber."Fanny melangkah mendekat, menatap layar yang menunjukkan sebuah lokasi
Tim Quantum Grid bekerja tanpa henti, mempersiapkan segala kemungkinan untuk menghadapi ancaman Zero dan memastikan keselamatan Adam. Fanny mengarahkan perhatiannya sepenuhnya pada pencarian suaminya. Setiap informasi yang mereka dapatkan tentang pulau terpencil itu semakin mempertegas keyakinannya: Adam adalah satu-satunya yang bisa mengakhiri ancaman Zero.Di tengah kesibukan tim, Fanny tidak bisa menahan diri untuk teringat akan kenangan mereka berdua. Adam adalah sosok yang kuat, cerdas, dan penuh perhitungan. Dia bukan hanya seorang pengusaha yang sukses, tapi juga seorang pemikir yang selalu melihat gambaran besar. Hanya dengan kekuatan pikirannya yang luar biasa, Zero dapat dihentikan.Namun, di balik keyakinannya, ada keraguan. Fanny tahu bahwa dunia telah berubah. Zero tak hanya bermain dengan teknologi, tetapi juga dengan kekuatan finansial yang mengancam kesejahteraan seluruh dunia. Setiap detik yang berlalu semakin menambah ketegangan di dalam dirinya. Waktu yang mereka mi
Fanny berdiri di depan peta digital yang terpasang di dinding markas, matanya penuh tekad dan kecemasan. Informasi yang baru saja didapatkan Gavin mengenai keberadaan Adam di pulau terpencil itu hanya memperkuat keyakinannya—suaminya adalah satu-satunya yang bisa menghentikan Zero. Dia tahu bahwa Zero tak hanya mengancam dunia maya, tetapi mereka juga merusak pasar bisnis global dengan arogansi mereka yang tak terkendali."Jika kita tidak segera menghentikan Zero, pasar bisnis global akan semakin terpuruk," Fanny berkata dengan suara tegas, walau matanya penuh kecemasan. "Mereka sudah mengendalikan sebagian besar sektor penting dan memanipulasi harga saham. Negara-negara besar terjebak dalam ketidakpastian ekonomi. Jika Zero terus menguasai ekonomi dunia, kita semua akan berada dalam cengkeraman mereka."Gavin, yang sedang memantau layar besar di sisi lain ruangan, mengangguk setuju. "Mereka mulai mengendalikan lebih dari sekadar dunia maya. Zero sudah terlibat dalam perdagangan ilega
Fanny menatap layar besar di depan mereka dengan ekspresi serius. Matanya penuh tekad, dan suara lantangnya menggema di ruangan yang sunyi. "Kita sudah bertahan dari serangan mereka, tapi ada satu hal yang masih menggantung di udara—Adam. Kita tahu bahwa dia masih hidup, dan kita tahu bahwa Zero tidak akan berhenti mencari cara untuk mengendalikannya. Semua orang, bersiaplah. Kita akan menemukan Adam, apapun caranya."Tim Quantum Grid, yang telah terbiasa menghadapi rintangan berat, saling berpandangan. Mereka tahu ini bukanlah tugas yang mudah. Adam bukan hanya figur kunci dalam pertempuran ini, tetapi dia juga seseorang yang sangat dicari oleh Zero—sebuah ancaman yang bahkan lebih berbahaya dari yang mereka bayangkan. Fanny tahu betul bahwa Zero berusaha menggunakan Adam sebagai senjata dalam rencana besar mereka.Gavin berdiri pertama kali, mengangguk. "Fanny, kita sudah mendapatkan beberapa petunjuk dari jaringan yang lebih dalam. Adam sudah menghilang selama berbulan-bulan, tetap
Perjuangan mereka semakin menguatkan tekad untuk menghadapi ancaman yang terus-menerus datang. Fanny dan tim Quantum Grid tidak hanya berfokus pada pertahanan, tetapi juga pada pemulihan dunia yang telah lama terpecah. Mereka tahu bahwa Zero mungkin telah mundur untuk sementara waktu, tetapi ancaman mereka masih ada di balik layar, siap untuk menyerang ketika mereka merasa cukup kuat.Namun, meskipun ancaman itu tetap ada, Fanny merasa bahwa ada perubahan yang signifikan. Dunia tidak lagi berada di bawah bayang-bayang Zero. Perubahan ini tidak datang dalam bentuk pertempuran fisik atau serangan dunia maya saja, tetapi juga dalam bentuk kesadaran baru yang tumbuh di kalangan masyarakat."Ini lebih dari sekadar perang teknologi atau narasi," kata Gavin, yang kembali ke markas setelah bertemu dengan beberapa pemimpin dunia. "Ini adalah tentang membangun kembali apa yang telah dihancurkan. Orang-orang mulai melihat bahwa mereka tidak bisa lagi menjadi penonton dalam permainan ini. Mereka
Perjuangan yang mereka hadapi belum berakhir, dan meskipun Zero telah mundur, dampaknya masih terasa. Banyak lapisan organisasi yang belum sepenuhnya dihancurkan, dan ada celah-celah yang harus mereka tutup. Fanny tahu, kemenangan ini hanyalah awal dari proses panjang untuk merestrukturisasi dunia yang telah rusak oleh manipulasi Zero."Zero mungkin telah mundur untuk sementara, tapi mereka pasti akan mencoba bangkit lagi," kata Fanny pada timnya, yang kini berada di ruang utama markas mereka yang aman. "Kita perlu mempersiapkan diri untuk apa yang akan datang. Mereka tidak akan mudah menyerah."Mason, yang selalu tenang dalam situasi sulit, menatap layar dengan penuh fokus. "Kita sudah memutuskan sebagian besar rantai mereka, tapi mereka masih punya kaki panjang. Kita harus bergerak cepat sebelum mereka bisa mengatur kembali barisan mereka."Irene, yang sebelumnya selalu fokus pada dunia maya, kini merapatkan kembali jaringan informasi yang telah rusak. "Saya sudah menyiapkan beberap