Beranda / Lainnya / My Fated Pair [BxB] / FATE 2: Sebuah Awal

Share

FATE 2: Sebuah Awal

Penulis: d'Rythem24
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-18 12:23:38

Di dunia yang semakin maju dan modern ini, manusia dibedakan ke dalam dua jenis kelamin: perempuan dan laki-laki sebagai jenis kelamin utama-serta alpha, beta, dan omega sebagai jenis kelamin kedua.

Para alpha menduduki posisi puncak kategori ini. Mereka merupakan pemimpin-pemimpin natural; orang-orang yang aura mendominasinya menguar bahkan dari jarak sepuluh meter. Menyusul tangisan pertama mereka ada takdir akan keagungan dan kekuasaan yang melayang-layang di atas puncak kepala bayi laki-laki dan perempuan alpha seperti janji: kamu akan jadi orang hebat. Kamu akan jadi panutan orang-orang.

Beta adalah orang-orang tersebut. Pelayan alpha. Dalam koloni semut mereka ibarat para pekerja di bawah pimpinan ratu. Kehadiran mereka seperti pemain figuran yang mudah diabaikan, tapi ada di mana-mana. Mereka orang biasa yang kurang dianggap penting dalam legenda, tetapi sekaligus pemilik peran sebagai penasihat negara serta kerajaan yang menjaga kedamaian ketika para alpha arogan terus saja ingin memulai perang.

Kemudian: di tangga paling bawah, ada omega yang eksistensinya bak hewan peliharaan eksotis. Omega ibarat tropi bagi para alpha; Hawa bagi Adam; Satu bagian puzzle hilang yang harus dirayakan ketika akhirnya ketemu. Kalau bukan karena feromon mereka, omega pada dasarnya tidak berguna; fisik mereka lebih lemah daripada seorang beta berkepala lima. Dengan naluri keibuan yang melekat sejak lahir pada perempuan dan laki-laki omega, takdir sepertinya memang menciptakan mereka cuma untuk beranak atau dijadikan hiasan.

Namun, eksistensi omega laki-laki cukup dianggap tabu dan langka. Mereka ada dan hidup bersama masyarakat, tetapi sebagian orang masih sering memandang mereka dengan sorot berbeda sekalipun identitas omega laki-laki telah tercipta selama puluhan abad lamanya. Salah satu dari omega itu adalah Feryan Feriandi.

Sejak dirinya kecil bahkan ketika jenis kelaminnya sebagai omega belum diketahui, ayahnya yang seorang alpha telah mencapnya sebagai anak laki-laki gagal.

"Apa gunanya kamu hidup sebagai laki-laki jika kamu malah terlahir menjadi omega, hah? Tubuh kamu kurus, prestasi kamu nggak memuaskan, ditambah perawakan kamu pun nyaris menyerupai perempuan. Kecil dan rapuh. Apa kamu pikir nanti akan ada seseorang yang menginginkan kamu sebagai pasangan? HAH?"

Lebih dari siapa pun, Feryan paham mengapa sang ayah amat murka terhadapnya. Dia adalah alpha yang terlahir dari keluarga yang tak pernah sekali pun memberikan keturunan omega, akan tetapi sewaktu dia akhirnya menikah dan membangun keluarga, anak yang dilahirkan oleh pasangannya justru adalah omega. Lebih buruk lagi, omega laki-laki. Membuat dia merasa diludahi seketika itu juga oleh seluruh anggota keluarga yang kontan memandang rendah dirinya. Menjadikan Feryan sebagai bahan keluhan serta dianggap sumber kegagalan yang tak mungkin dapat mengangkat nama besar keluarga.

"Woi!"

Feryan terperanjat dari boncengan setelah Setya menepuk helm yang dikenakannya. Membuyarkannya dari lamunan dalam sekejap mata, dan tanpa disadari membuatnya tercengang sebab mereka kini telah tiba di depan jalan milik kediamannya.

"Elo bengong? Masih mikirin feromon enaknya Tuan Alpha Juanda?"

Digoda begitu, terang saja Feryan mendengkus risih. Dia gantian memukul kepala kawan betanya dari balik helm. "Sembarangan aja!" Kemudian turun sembari melepaskan helm yang dipakai. "Gak usah ngaco!" semburnya tak terima seraya menyerahkan helm pada Setya. "Udah sana, elo cepet pulang. Besok jangan telat jemput gue lagi!"

Setya sekadar menggeleng masygul menanggapi omelan itu. Menyimpan helm ke tengah bagian motor, selepasnya berucap, "Besok, elo minta dijemput aja sama yayang Juanda!" Lantas buru-buru memutas gas untuk membawa motornya melaju.

Meninggalkan Feryan yang mengepalkan sebelah tangan. Berniat menghajar, tetapi tak kesampaian lantaran Setya bergerak lebih cepat. Akhirnya, dia hanya mampu menghela napas sambil agak menerawang. Mengingat kembali momen di masa kecilnya yang cukup pedih.

Kedua orang tuanya bercerai. Sang ibu mendapatkan hak asuh penuh atas Feryan dikarenakan ayahnya pun jelas tak mengharapkan sosoknya sama sekali. Sejak kecil, dihantui bayang-bayang tentang betapa dirinya terlahir sebagai omega yang tak diinginkan, yang tak mungkin mampu menjadi bagian dari hidup seseorang. Hingga hari itu datang ...

"Kamu, omega yang ditakdirkan untuk jadi pasanganku."

Satu kalimat itu lebih dari cukup untuk mengubah isi pikiran Feryan. Membuatnya yakin bahwa meskipun dirinya hanya seorang omega, itu tidak akan menghalanginya untuk mencari jalan menuju bahagia dengan cara setia menanti kehadiran fated pair-nya. Karena sosok itu memintanya menunggu, tentu saja Feryan pun mematuhi tanpa ragu.

Namun, kejadian yang dialaminya di kampus tadi merupakan sebuah misteri. Jika memang benar sosok bocah misterius dari masa lalu itu adalah fated pair-nya, lantas mengapa dia amat terpengaruh pada feromon alpha milik Juanda Saga yang baru pertama kali ditemui? Sampai mengundang siklus heat-nya datang lebih awal pula. Sedangkan menurut penjelasan yang pernah dirinya dengar, pengalaman semacam itu hanya mampu didapatkan apabila pasangan alpha dan omega yang ditakdirkan untuk berpasangan akhirnya berjumpa.

Feryan sontak menepuk-nepuk pipi sendiri supaya bisa menghilangkan pemikiran konyolnya. "Hadeuh, goblok! Mikir apaan sih gue!" Lalu mulai berjalan menuju ke pelataran rumahnya dengan langkah lesu. "Gue lapar."

Suara pintu yang terbuka dari luar menghentikan gerakan tangan seorang wanita yang sedang mengaduk masakan di wajan. Mengecilkan kompor, setelah itu melangkah ke depan sembari mengelapkan tangan ke apron yang dipakai.

"Udah pulang, Nak? Pasti lapar, ya."

Feryan tersenyum mendapatkan sambutan hangat ini, kemudian menyerahkan tasnya pada sang ibu. "Iya, Bu. Lapar banget, nih," keluhnya seraya berjalan ke sofa sesudah melepaskan jaket yang terikat di pinggang.

Ketika jaket itu diambil, kontan saja ibunya terkejut lantaran membaui aroma tidak asing dari sana. "Ini ... kamu tadi, heat?" tanyanya lirih.

Diliriknya sang ibu, kemudian secara santai mulai melepas serta celana miliknya. "Iya. Tadi, Fery kena heat," ujarnya sambil mengusap-usap lengan yang dijejali suntikan pagi tadi.

Ibunya menatap bergantian antara pakaian milik sang putra, gurat lelah di wajahnya juga tatapan kebingungan yang terpancar dari matanya. "Bukannya heat kamu seharusnya datang minggu depan?" Celana turut diambil untuk digulung bersama jaket.

Helaan napas panjang Feryan terdengar berat. Dipandangnya waktu pada jam dinding di atas kepala sebelum ragu-ragu menjawab, "Iya, Bu. Tapi tadi, Fery kepancing feromon seorang alpha yang ada di kampus. Lalu tau-tau indikasi heat-nya muncul. Untung ada Setya yang nolongin."

Kilasan kejadian sewaktu dirinya dan Saga saling bertatap mata hingga bersentuhan bak tengah bermain adegan drama pun muncul kembali di kepala.

Pake segala nongol lagi itu bayangan. Bangsul. Batin Feryan memaki.

Penjelasan itu membuat sang ibu terkesiap. "Feromon alpha? Kamu kenal sama pemilik feromonnya?"

Gelengan kepala ditunjukkan. "Nggak. Kami baru aja ketemu tadi itu. Makanya Fery bingung. Mana dia natap Fery udah kayak yang siap nerkam kapan aja. Serem," terusnya sembari bergidik-gidik sendiri.

Mengetahui hal itu memunculkan senyuman tipis di bibir ibunya. "Emm, Nak. Jangan-jangan alpha itu--"

"Bukan, Bu. Pasti bukan!" Feryan memotong cepat dengan nada tegas.

Paha sang anak ditepuknya gemas. "Loh, kenapa? Jarang-jarang, loh, ada omega yang heat-nya datang gitu aja karena terpancing feromon alpha tertentu. Bisa jadi, dia itu pasangan kamu di masa--"

Feryan mendecak lantas menyela lagi, "Bu, mustahil! Dia ini alpha terkenal, keren, sekaligus anak dari golongan terpandang. Gak mungkin omega kayak Fery berjodoh sama dia. Ibu gak usah ngayal yang bukan-bukan, deh. Gak suka Fery dengernya." Seusai mengucapkan keluhan itu, dia berdiri. "Fery mau mandi dulu. Makanannya udah matang belum?"

Ditanyai demikian mengingatkan sang ibu pada masakan di wajan yang tadi ditinggalkan. Pakaian kotor di tangan dibuang ke lantai untuk lalu berjalan tergesa-gesa ke dapur. "Aduh, iya. Makanannya!" Kompor dimatikan dan membuatnya bernapas lega sebab semur ayam kecap dicampur telur rebus miliknya tampak baik-baik saja. "Untung aja, nggak gosong."

Putranya yang melihat dari kejauhan sekadar terkekeh. "Kalo gitu Fery mandi dulu ya, Bu."

Ibunya mengangguk. "Iya. Sana, mandi dulu. Habis itu nanti langsung makan."

Feryan balas mengangguk lalu berjalan menuju ke kamarnya yang berada di dekat pintu utama. Begitu Feryan terlihat telah masuk ke kamar, saat itu juga wanita yang merupakan omega serupa putranya ini menjatuhkan posisi bahunya yang melemas. Memijat pelipis seraya mengembuskan napas lesu, merasa sedih sekaligus menyesal atas apa yang harus dialami sang putra hingga detik ini.

"Andai saja kamu nggak terlahir sebagai omega ya, Nak."

____

Pemuda itu menyerahkan tasnya pada pelayan yang sudah menanti kedatangannya di depan pintu. Lanjut melepaskan sepatu yang juga langsung diambil oleh pelayan yang berlutut di bawahnya. Disusul jaket, jam tangan hingga earphone yang bantu dicopot oleh para pelayan lainnya. Juanda Saga Fransiskus, alpha muda yang merupakan putra tunggal dari pasangan alpha ternama ini berjalan memasuki area bagian dalam kediamannya.

"Where's Mommy?" tanya Saga pada salah satu pelayan yang mengekori dari belakang.

"Nyonya Laura ada di dapur, Tuan Muda. Beliau sudah menunggu sedari tadi untuk makan malam bersama Anda."

Saga mengangguk-angguk. "Okay. Tolong siapkan pakaian ganti buat gue di kamar. Sekalian sama air hangatnya, ya," pintanya disertai senyuman tipis.

Para pelayan setianya mengangguk patuh dan menyahut secara kompak, "Baik, Tuan Muda Saga."

Potongan sayur, daging serta berbagai bumbu terlihat bergeletakan di meja dapur. Menampakkan sesosok wanita yang tengah mencicipi rasa masakan dari sendok. Menggumam sebentar, lalu membuka kotak garam untuk ditambahkan pada menu yang tengah dibuatnya dalam mangkuk. Tanpa menyadari adanya seseorang yang tengah berjalan amat pelan selangkah demi selangkah menghampirinya.

"Hmm, I wonder what--"

"Mommy, I'm home!"

Laura McLauren Fransiskus terperanjat. Sendok di pegangannya terjatuh lantaran terkejut menangkap seruan mendadak dari putranya. Dia memutar bola mata sebelum membalikkan badan dan menatap sang putra yang tengah tertawa puas.

"Welcome back, Saga," balasnya menyambut seraya menarik kasar daun telinga Saga.

Alpha muda ini mengaduh, "Aw, aw, aw. Oke, oke. Saga minta maaf. Let me go, Mom. It hurts." Protes itu dikabulkan. Membuat daun telinga Saga yang terbebas segera digosok-gosok pelan. "Hehehe. Mommy masak apa? Mau Saga bantuin?" tanyanya berlagak manis demi melunturkan mimik kesal di wajah cantik wanita kesayangannya.

Laura alhasil terkekeh. "No need, Sweetheart. Mommy cuma lagi masak salad. Oh, ya. Coba kamu cicipin. Barusan mommy tambahin garam sedikit." Sendok baru diambil untuk mencedok selembar kubis ungu dari mangkuk yang langsung disuapkan pada Saga.

Setelah mengunyah dan menelannya, Saga menunjukkan ekspresi puas disertai ajungan jempol. "It's good. Nggak ada yang kurang, kok."

Komentar itu membuat Laura lega. "Syukurlah kalau begitu. Well, kamu mau langsung makan atau mau mandi dulu?"

Pertanyaan itu ditanggapi gumaman panjang sebelum akhirnya dijawab, "Saga mau langsung mandi dulu, Mom. But, I have something to tell you," terusnya dengan ragu-ragu.

Mommy-nya mengernyit. "Something? About what?" tanyanya lagi sembari mengaduk salad di mangkuk.

Jakun Saga naik turun. Matanya melirik ke lantai, lampu meja makan, ke westafel cuci piring saking tidak tahu harus mulai bicara dari mana. "You know, it will sound a bit ridiculous cause I think, I finally found my fated pair." Napasnya agak tertahan saking tegang.

Sang Mommy yang mendengar pengakuan itu membulatkan kedua mata, merasa kaget bukan main. Gerakan mengaduknya di mangkuk pun kontan terhenti. Perlahan, putra semata wayangnya ditatap dengan sorot tak percaya. "You ... what?" tanyanya lagi demi memastikan yang didengarnya tadi tidaklah salah.

Saga tampak tergagap. "W-w-wait. Mommy jangan salah paham dulu. Saga tau ini kedengaran konyol dan Saga juga belum terlalu percaya sepenuhnya ke something people called as fated pair. But dunno why, Saga kayak, merasa bahwa sosok ini memang ditakdirkan untuk Saga. Damn, Mom. I feel so embarrassed right now. Is this okay? Apa Saga nggak lagi mendadak gila dan ... bingung?" Dia lanjut mengungkapkan apa yang mengganggu isi pikirannya sejak pagi tadi.

"Euh, no. Of course not." Mommy menggelengkan kepalanya laun. "I think there's nothing wrong with you finding your fated pair, my son. Justru menurut mommy, ini bagus. Kamu akhirnya punya ketertarikan serius terhadap seorang omega. Apalagi dia adalah omega laki-laki, 'kan?"

Terang saja Saga heran sesudah sang Mommy berkata demikian. "Huh? How did you know he's a male omega?"

Laura tercekat. Berpikir beberapa detik memikirkan jawaban paling masuk akal untuk putranya, "Ah, that's ... itu, karena kamu keliatan sangat awkward saat menceritakannya, Sayang. Jadi mommy tebak, ini pasti omega laki-laki. Tebakan mommy benar, 'kan?"

Walau masih merasa sedikit heran, akan tetapi Saga merespons sewajarnya saja. "Euh, yeah. He's a male omega. So, you think it's okay?"

Laura menaruh mangkuk. Menggerakkan tangan lantas menyentuh lembut masing-masing sebelah pipi putranya. "It's okay, Sweetheart. There's nothing wrong with you. With your fated pair. With him being a male omega. Everything is gonna be okay. Trust your mommy. Okay? Don't think too much about it," bisiknya meyakinkan.

Berhasil menciptakan senyum lega pada bibir tipis sang putra kesayangan. "Thank you, Mom."

Rambut Saga diacak-acak pelan. "Now, kamu mendingan mandi dulu. Nanti mommy minta para maid untuk siapkan semua menu makan malamnya di meja. Sana," titahnya yang langsung dituruti.

Saga berjalan ke tangga, melangkah menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua. Begitu punggung putranya tak terlihat lagi dari pandangan, Laura buru-buru meraih ponsel yang diletakkan di dekat kulkas sesudahnya mencari-cari kontak seseorang untuk dihubungi.

Nada tunggu yang menyahut dari seberang membuatnya kian tegang sendiri. "Please, pick up this call! Pick up!" mohonnya seraya melirik ke tangga demi berjaga-jaga Saga tak akan menangkap dengar hal yang akan disampaikannya.

"Hello, Honey?"

Suara dari corong ponselnya memunculkan senyum semringah di wajah Laura. "Darling, I have a good news for you. It's from Saga. He finally meet with his fated pair again!"

Terdengar suara tersedak pelan dari seberang. "What? Really? Are you sure?"

Laura mengangguk penuh antusiasme. "Yes! Yes, I'm sure! Dia yang tadi cerita langsung ke aku, Sayang."

Hening seperkian detik, sebelum respons lainnya datang, "Wow. I'm totally happy for him."

Laura meletakkan sebelah tangannya di dada sambil menghembuskan napas lega. "Me too. And this time, we have to make sure we can protect them so they won't losing each other again. Cause I want to meet with this male omega as soon as possible."

"This male omega, what was his name again?"

Laura menjawab tanya sang suami tanpa ragu, "It's Feryan. Feryan Feriandi. Aku nanti akan tanyakan ke putra kita siapa nama male omega ini untuk memastikannya lagi. Dan jika namanya betul-betul sama, itu artinya takdir memang telah mempertemukan mereka kembali. Setelah 9 tahun berlalu."

Takdir macam apa yang tengah berusaha mempersatukan kembali omega dan alpha yang dikatakan sempat saling merasakan kehilangan ini?

Bab terkait

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 3: Pertemuan Kedua

    Tubuh itu berpostur tinggi dan tegap. Kulit putih bersih, membuat urat-urat di baliknya terlihat agak menonjol. Otot tangan tampak kencang dengan punggung lebar yang mulus tanpa ada luka satu gores pun. Dada bidang yang kokoh, perut kencang bertekstur kotak-kotak yang walau belum tercetak padat tapi tetap dapat dianggap menggiurkan bagi mata siapa saja. Jemari panjang itu bergerak sedikit demi sedikit, mengusap lengan, leher, pun kepala yang telah basah. Menggosok-gosok busa di rambut, memperlihatkan sekilas bekas luka yang tercetak di kulit kepala. Wajahnya menengadah, menikmati siraman air mandi yang membasuh muka hingga seluruh badan. Membuka mata, membiarkan air memenuhi pandangan tatkala bayangan wajah omega yang didapatinya tengah heat pagi tadi muncul di ingatan. Cara bicaranya, paras keheranannya, ekspresi kesal sekaligus tatapan sinisnya. Semua itu, bagi Saga tampak sungguh-sungguh menggoda. Suara ketukan yang terdengar dari lua

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 4: Pertemuan Lainnya

    Embusan napas letih itu terdengar bersamaan, tetapi bersumber dari arah yang berbeda. Alhasil, ketika dua orang itu akhirnya menegakkan posisi badan yang lelah untuk saling berhadapan, masing-masing sepasang bola mata mereka sontak membulat. Tidak lama, sebab Feryan langsung memasang sorot sinis, sementara Saga memperlihatkan tatapan seperti biasa. Lanjut berjalan beberapa langkah membuat keduanya menjadi saling bersinggungan. Tubuh lebih pendek bergeser ke kiri, lalu tanpa diduga sosok yang lebih tinggi justru mengikuti. Bergeser lagi ke kanan, pola yang serupa kembali terjadi. Kanan, kiri, kanan, kiri, mereka nyaris saling bertubrukan tiada henti. Feryan mendongak sambil mendelik kesal. "Elo bisa berhenti ngikutin gue, nggak? Gue mau lewat!" Protes itu ditanggapi putaran bola mata oleh Saga. "Siapa juga yang lagi ngikutin elo. Damn! Okay, fine. Silakan elo lewat," ujarnya yang mau tak mau mengalah, menggeser tubu

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 5: Omega yang Membutuhkan Alpha

    Heat. Siklus yang hanya dialami oleh para omega--terjadi setiap satu bulan sekali dan berlangsung kurang lebih satu minggu lamanya. Saat heat, hasrat omega untuk disetubuhi hingga kadang kala 'secara pasrah' ingin dihamili, terutama oleh para alpha meningkat berkali lipat. Karena ketika mengalami heat, peluang untuk hamil--terlebih bagi omega laki-laki, amatlah sangat besar persentasenya. Meski sering kali mereka kehilangan kontrol diri, sekadar peduli tentang betapa mereka ingin dicumbu serta diajak bercinta demi memuaskan birahi yang tak terkendali. Bagi omega yang tengah dikuasai heat tetapi di lain sisi telah mempunyai pasangan atau bahkan cukup berani mencari 'pertolongan' dari pihak luar sekalipun itu uluran tangan milik orang asing, maka mereka dapat mengatasi siklus itu secara mudah tanpa perlu merasa tersiksa dan menderita seorang diri. Berbeda dengan para omega yang dirumahka

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 6: Permulaan Kedua

    Suara desahan saling menyahut dari ponsel masing-masing sementara kedua orang itu sama-sama sibuk menyentuh area pribadi yang masih saja bereaksi. Jemari kaki Feryan mengerut, leher kian berpeluh ketika untuk ke sekian kali dia berhasil mencapai orgasme. Tangannya terkulai lemas dengan pandangan yang semakin mengabur sebelum perlahan-lahan menutup sepenuhnya, beristirahat dalam tidur bersamaan dengan ponselnya yang kehabisan daya. Mengetahui sambungan telepon terputus begitu saja jelas mengejutkan Saga. Dia meringis sambil mengambil lembaran tisu yang lain lagi lantas memeriksa layar. Sebelah tangannya menghubungi kembali nomor Feryan, sedangkan satu tangan yang lain bergerak membersihkan air mani yang mengotori area perutnya menggunakan tisu. Panggilan kedua itu tak tersambung. Saga menduga ponsel Feryan kemungkinan mati. Dan itu membuatnya bertambah frutrasi kini. Berpikir bahwa mengalami heat

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 7: Memori

    Kelap-kelip lampu berwarna-warni menerangi dari sudut ke sudut hingga ke seantero ruang pesta. Hiruk suara musik menggema, menghantarkan nada-nada mengentak yang membuat kaki panjang itu bergerak-gerak mengetuk lantai. Memperlihatkan dua orang pemuda yang tengah duduk di salah satu sofa khusus bagi tamu alpha. Dan di meja mereka, berbagai camilan serta minuman beralkohol disuguhkan sebagai jamuan istimewa.Ervano Johannes menuangkan vodka ke gelas yang langsung ditenggak sampai tandas. Di sebelahnya, Setya Febrianu yang semula sungkan untuk turut mencicipi jamuan menjadi tertarik. Baru bersiap mengangkat botol, saat tahu-tahu sosok di sampingnya malah menahan gerak tangannya."What are you trying to do?"Ditodong pertanyaan itu, jelas saja Setya tersengih. "What? Having a taste of course. Elo pikir cuma elo doang yang kepengin minum?"Ervano mengernyit. "Really? Emangnya elo udah

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 8: Keberadaan Rasa

    "Hey, Ryan. Can I kiss you?" Feryan Feriandi meneguk saliva secara susah payah. Terpaan napas Saga yang berada tepat di atasnya saat bertanya demikian menghantarkan aroma manis yang menggelitik hidung, bersamaan dengan sensasi feromon darinya yang terasa kian menyejukkan. Membuat mata itu berkedip-kedip panik, bergerak-gerak ke arah lain makin gelagapan sebelum fokusnya jatuh pada kedua belah bibir sang alpha yang tipis dan merah, tampak agak membuka seakan-akan memang telah siap disentuhkan ke bibirnya. Sang omega membuka mulutnya yang gemetaran. Bersiap memberikan jawaban tatkala pintu ruang kesehatan justru terbuka, digeser dari luar lalu menampakkan sosok seorang pria yang sontak terkejut menyaksikan adegan yang tengah dilakoni dua sejoli pada matras di ruangannya ini. Feryan memekik, sementara Saga sekadar menghela napas lesu karena merasa kesempatan yang akhirnya dia akan dapatkan malah terganggu

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-25
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 9: Diluar Dugaan

    Jam di layar ponsel memperlihatkan waktu 14:58. Kelas terakhir yang Feryan ikuti selesai belasan menit lebih lama dari perkiraan. Membuatnya cemas karena selain memikirkan tentang Setya yang entah masih menunggunya atau tidak di parkiran, dia juga berpikir mengenai Saga yang mungkin saja tengah merasa kesal lantaran dibuat menunggu cukup lama. Malah bisa jadi, alpha itu lebih memilih pulang duluan ketimbang harus repot-repot buang waktu demi menantikan kemunculannya.Namun, semua isi pikiran tak mengenakkan itu sirna tatkala Feryan mendapati sosok Saga yang tengah berdiri di dekat ujung tangga. Tampak membalas sapaan beberapa orang yang berlalu lalang melewatinya sambil sesekali melirik jam di pergelangan tangan, sedangkan di tangan satunya dia terlihat membawa sebuah plastik cukup besar yang entah berisi apa.Feryan menarik-embuskan napas cukup panjang. Membuat dia membaui feromon milik Saga yang beraroma menyekukkan, lalu membawa langkah

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-26
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 10: Kisah Penghubung

    Mampus, mampus, mampus! Belum juga apa-apa gue malah udah ketemu sama ibunya. Aaaaa. Mesti jawab apa gue! Batin Feryan kalut sambil matanya melirik ke sana-kemari saking gugup.Di depannya, Laura masih memandang penuh tanya, menunggu respons darinya.Agak gelagapan, Feryan bersuara, "S-sorry. My name is--ah, no, I mean ... I'm new customer here. So, I, uhh ..." Bahkan dia tidak mampu tuk sekadar menuntaskan kalimatnya.Andai sanggup, saat ini sang omega ingin sekali menggali lubang untuk mengubur dirinya sendiri.Laura tersenyum geli menangkap nada gelisah dari sosok yang mengaku sebagai pelanggan barunya ini. "It's okay, Dear. Kalau kamu mau masuk ke kafe, tinggal ke dalam aja. Ayo, ikut saya."Entah bagaimana, titah itu tidak mampu Feryan tolak sama sekali. Namun, sebelum langkahnya mencapai pintu, dia lebih dulu berbalik untuk mengeluarkan ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-27

Bab terbaru

  • My Fated Pair [BxB]   EPILOG

    Feryan Feriandi menatap tak berkedip langit malam di luaran sana. Mengintip waktu pada jam dinding, lalu mendecak tidak sabar sambil mengusap-usap perut buncitnya ke atas hingga ke bawah. "Iya. Kembang apinya lama banget, nih. Padahal kita nggak sabar mau ngeliat, ya," ujar pemuda omega itu pada sang buah hati yang masih berada dalam kandungan dan merespons melalui tendangan. "Iya, Sayang. Sabar. Tunggu beberapa menit lagi. Kembang apinya nanti muncul, kok," sambungnya seraya meringis sebab turut merasakan sensasi mulas untuk ke sekian kalinya di sepanjang hari ini. Apakah mungkin karena tendangan jabang bayinya semakin kuat? Ataukah karena dia yang terlalu lama duduk di kursi ini? Atau ada faktor lain? Pintu kamar lalu membuka dan menampakkan sosok Saga yang baru pulang dari tempat kerjanya. Membuat Feryan menoleh, lantas menyambutnya dengan senyum semringah. "Tuh, lihat! Gupa pulang!" serunya senang sambil perlahan-lahan turun dari kursi. "Hati-hati, Sayang!" ujar sang alpha ser

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 38: Sejak Perjumpaan Pertama dan Untuk Selamanya (END)

    Untuk ke sekian kali, Feryan menarik napas panjang demi menenangkan debaran di jantungnya. Omega ini gelisah sembari terus-menerus membetulkan veil yang terpasang di bagian belakang kepala, pada bulatan rambut atas yang diikat sementara setengah rambut bawahnya dibiarkan tergerai. Sudah saja merasakan basah di seluruh telapak tangan yang tengah memegangi buket bunga senada warna tuxedo, celana licin serta sepatu yang dikenakan: putih.Mata bulat pemuda itu mengerling gamang ke arah kerumunan tamu yang duduk pada setiap kursi di sekitar altar selagi menyimak sambutan dari Pendeta yang bantu memberkati prosesi hari istimewanya. Menggigit bibir yang dipoles lipgloss berwarna bening, terus meringis dan mendesah berulang-ulang. Sungguh kalut tidak keruan sekalipun telah meyakinkan diri bahwa dia siap menyambut hari yang amat dinantikan ini; hari pernikahannya dan Saga."Gugup?"Kemunculan Ardian Triangga Santoso selaku sang ayah sedikit membuat Feryan mampu mengembuskan napas lega. "Iyalah

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 37: Menuju Hari Bahagia

    Selembar undangan bertuliskan; Wedding invitation of Juanda Saga. F (A) with Feryan Feriandi. S (Ω), 3rb May disodorkan oleh calon mempelai alpha. "Ini, Dok. Undangan dari kami.""Wow." Yang diterima oleh Dokter Lanang Mahesa Aguntara dengan tangan terbuka. "Akhirnya, datang juga undangan pernikahan ini." Matanya mengerling usil pada sesosok omega yang menggandeng erat lengan Saga seolah tak mau lepas. "Padahal kurang lebih tiga bulan lalu, saya masih ingat ada seseorang yang menyangkal tentang dia dan Saga berpacaran, tapi lihat sekarang," selorohnya sengaja menggoda."Dokter!" Feryan mendesis risih dibarengi pelototan.Alhasil Saga dan Lanang kompak menertawakan."Selamat ya, Feryan, Saga," ucap dokter berusia 27 tahun ini, lalu melirik ke perut Feryan. "Dari yang saya dengar, katanya kamu juga sedang hamil."Anggukkan Feryan tunjukan sebagai jawaban. "Iya. Udah jalan dua bulan lebih, Dok." Tangannya dan Saga refleks memegangi perutnya dengan kompak.Lanang turut senang melihatnya d

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 36: Pilihan Nama dan Panggilan

    Sepasang alpha dan omega ini memandang secara saksama pada USG monitor yang menampakkan gambaran janin mungil yang bergerak sedikit demi sedikit. Untuk pertama kali, bersama-sama menyaksikan langsung perkembangan bayi mereka dari layar berwarna abu-abu. Disusul mendengarkan detak jantung di dalam perut yang serta-merta menciptakan perasaan gelisah bercampur bungah.Feryan Feriandi tersenyum penuh haru sambil kian mengeratkan pegangan tangannya di genggaman Juanda Saga Fransiskus yang setia mendampingi tatkala detak jantung sang anak terdengar semakin jelas.Usai menjalani seluruh pemeriksaan, Saga bertanya dengan tidak sabar. "Bagaimana kondisinya, Dok? Dia sehat, 'kan? Bayi kami juga sehat, 'kan?"Dokter kandungan bernama Eirina ini mengangguk laun. "Luka di perut Tuan Muda Feryan sudah berangsur membaik. Tidak ada masalah. Begitu juga dengan janin di perutnya. Anda tidak perlu khawatir, Tuan Muda Saga," jelasnya disertai senyum hangat yang kontan membuat Saga bernapas lega."Berapa

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 35: Berdamai Dengan Situasi

    "Ayah ngajak Ibu rujuk?" Mengetahui kabar yang dikatakan oleh Sang Ibu, terang saja Feryan tampak bahagia hingga menghentikan makannya sebentar untuk memastikan lebih jauh. "Terus? Ibu terima?" Ketika kepala wanita omega yang melahirkannya 18 tahun lalu itu mengangguk, senyum semringah Feryan kian mengembang. "Selamat ya, Bu!" ujarnya sambil memegangi tangan sang ibu erat. "Fery turut senang."Desyana mengangguk dengan embus napas lega. "Iya, Nak. Makasih, ya."Saga yang juga tengah menyimak percakapan mereka, turut tersenyum dan memberi selamat, "Saga juga ikut senang mendengarnya, Tante. Selamat, ya.""Terima kasih juga, Nak Saga." Desyana mengusap pundak calon menantunya lembut.Feryan melanjutkan sesi makannya lalu kembali bertanya, "Jadi, nanti Ibu bakalan tinggal sama Ayah, dong?""Iya." Lagi, Desyana mengangguk. "Tapi nanti, setelah kamu dan Saga menikah."Pemuda omega yang tengah mengandung ini manggut-manggut. "Fery pikir ayah udah gak cinta lagi sama Ibu."Komentar itu membu

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 34: Kembalinya Kebahagiaan

    Juanda Saga Fransiskus menutup ruang rawat lalu kembali melangkah mendekati ranjang yang Feryan tempati. Sepi. Setelah masing-masing orang tua mereka memutuskan untuk pulang dulu ke rumah, berpikir bahwa kini mereka memiliki kesempatan untuk berbicara empat mata. "Akhirnya, kita bisa berduaan. Haaaah." Alpha muda ini membuang napas panjang seraya duduk ke tepian ranjang. Feryan tersenyum. Tangannya bergerak pelan untuk bantu merapikan tatanan rambut Saga yang terlihat acak-acakan. "Elo pasti capek banget. Mendingan elo tidur aja, Saga." Gelengan kepala ditunjukkan. Tangan Feryan yang menyentuh rambutnya lantas dipegang. "Gue nggak ngantuk sama sekali, kok. Tugas gue di sini adalah untuk menjaga lo. Dan anak kita," bisiknya, tidak lupa menjatuhkan tangan pada bagian bawah perut sang omega di mana letak janinnya berada.

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 33: Saatnya Penentuan

    "Hah? Gue hamil?" Apakah Feryan tidak salah dengar? Hamil, katanya? Sejak kapan? Bagaimana bisa? Seusai mendengar seluruh penjelasan dari Dokter, sang Ibu serta Saga, alhasil Feryan langsung memegangi perut secara pelan dari luar baju pasiennya. "Jadi, gue beneran ... lagi hamil?" Dia mendongak pada Saga. Yang memperlihatkan anggukkan laun selagi mengusap puncak kepalanya lembut. "Iya." "Anak elo, 'kan?" Sambung Feryan, masih ingin memastikan lantaran masih sulit mempercayai apa yang dialaminya saat ini. Namun, tanya kedua darinya itu sukses membuat kekasihalphanyamendecakkan lidah sambil melotot geram. "Astaga. Bego elo itu ada batasnya nggak, sih? Jelaslah itu anak gue! Emangnya elo ngerasa pernah tidur sama alpha mana lag

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 32: Kabar Mengejutkan

    Juanda Saga Fransiskus terus berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang UGD tanpa menghiraukan dua pasangan orang tua yang jadi turut gelisah akibat melihat tindakannya. Menunggu dokter muncul dari ruang UGD, ditambah menanti kabar mengenai kondisi Feryan yang proses dioperasinya bagai tak kunjung usai. Laura menarik napas tidak sabar. "Dokter kenapa lama, ya? Padahal aku mau tau kondisi menantu kita dan kandungannya." Mendengar protes itu, Desyana pun semakin merasa gamang. "Maaf sebelumnya. Saya sendiri belum yakin apakah hasil testpack milik Fery akurat. Bila nanti dokter keluar memberi kabar bahwa Feryan ternyata nggak hamil, saya harap Miss Laura dan yang lain nggak kecewa." Perkataan itu membuat Saga berhenti berjalan, sedangkan Laura, Julius dan Ardian sontak melirik penuh iba. Ardian kembali merangkul wanita omega di sampingnya ini dengan lembut. "Yang terpenting adalah keselamatan dia, Syana. Entah hasilnya positif atau nggak, yang paling pe

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 31: Harapan Baru

    "TIDAK! FERYAN! BUKA MATAMU!" Jess berteriak histeris sembari menepuk-nepuk pipi Feryan dengan kasar. "HEY! KAU DENGAR AKU? JANGAN MATI DI SINI, OMEGA SIALAN! KENAPA KAU ... APA YANG AKAN SAGA .... " Bibirnya gemetaran sebab tak lagi sanggup berkata-kata. "ARRRGHHH! TOLONG! SIAPA PUN, TOLONG KAMI!" Jeritan keputus-asaan itu bersahutan, bertepatan dengan datangnya satu per satu rombongan dari; mobil hitam, mobil polisi hingga sirine ambulance yang terdengar dari kejauhan. Pun, tiga helicopter tampak mondar-mandir terbang tepat di atas langit di mana posisi Jess berada. Motor yang digunakan oleh komplotan pelaku penusukkan pun berhasil dicegat dengan cara ditabrak dari samping, hingga dua sosok pria beta itu jatuh bergulingan ke jalan. Dari dalam mobil yang menabrak, Tommy Andy Samudera memunculkan diri selagi melaporkan situasi kepada Tuan Besarnya sembari menyaksikan dari kejauhan ketika Feryan mulai digotong ke dalam ambulance. "Halo, Tuan Ardian. Tu

DMCA.com Protection Status