Home / Lainnya / My Fated Pair [BxB] / FATE 5: Omega yang Membutuhkan Alpha

Share

FATE 5: Omega yang Membutuhkan Alpha

Author: d'Rythem24
last update Last Updated: 2021-03-18 15:09:04

Heat.

Siklus yang hanya dialami oleh para omega--terjadi setiap satu bulan sekali dan berlangsung kurang lebih satu minggu lamanya. Saat heat, hasrat omega untuk disetubuhi hingga kadang kala 'secara pasrah' ingin dihamili, terutama oleh para alpha meningkat berkali lipat. Karena ketika mengalami heat, peluang untuk hamil--terlebih bagi omega laki-laki, amatlah sangat besar persentasenya. Meski sering kali mereka kehilangan kontrol diri, sekadar peduli tentang betapa mereka ingin dicumbu serta diajak bercinta demi memuaskan birahi yang tak terkendali.

Bagi omega yang tengah dikuasai heat tetapi di lain sisi telah mempunyai pasangan atau bahkan cukup berani mencari 'pertolongan' dari pihak luar sekalipun itu uluran tangan milik orang asing, maka mereka dapat mengatasi siklus itu secara mudah tanpa perlu merasa tersiksa dan menderita seorang diri. Berbeda dengan para omega yang dirumahkan sewaktu terkena heat--mereka yang tak berkeinginan untuk melakukan seks bebas demi kepuasan sesaat yang pada akhirnya hanya akan mengundang penyesalan. Mereka yang walaupun dirundung kesakitan dan seakan-akan nyaris mati disebabkan nafsu yang tak sepenuhnya dapat disalurkan, tapi tak memiliki pilihan selain menerima keadaan.

Salah satu dari golongan omega itu adalah Feryan Feriandi. Yang sekarang ini tengah dikurung di dalam kamarnya, diamankan sedapat mungkin agar feromon omega yang disebarkannya tetap berada di satu titik tanpa perlu menjangkau orang lain di sekitaran.

Desyana Ayudiah secara kuat memegangi gagang pintu, yang walaupun sudah dikunci dari luar, akan tetapi terus coba dibuka paksa mati-matian oleh putra tunggalnya. Teriakan marah, nada memelas minta dibebaskan tak dihiraukan. Selalu, setiap kali masa heat Feryan menyerang dan menghilangkan kewarasannya.

"Gue butuh alpha! Tolong, buka pintu ini! Buka cepetan, setan! Akh! Gue butuh mereka!"

Omega laki-laki itu tampak kacau. Rambutnya berantakan, peluh menjejaki nyaris setiap titik di badan lantaran dirinya tak henti berusaha 'melegakan' hasrat yang kini sedang membuatnya gila. Sebelah tangannya bergerak naik turun di area kemaluan, sementara satu tangan yang lain jemarinya bermain-main di area lubang analnya yang basah nan licin dari pelumas alaminya selaku seorang omega. Telapak tangan maju-mundur bersamaan dengan dua jari yang keluar-masuk demi menyentuh titik nikmatnya yang berada di dalam sana. Mendesah parau sembari sesekali terisak-isak.

Memohon agar seorang alpha datang untuk membantunya. Berharap akan ada sosok alpha yang bersedia mengurangi beban dari dorongan birahinya yang kian menyiksa. Walaupun dia disetubuhi tanpa henti sampai dihamili, Feryan yang tengah dikuasai heat tak mungkin ambil peduli karena yang dipikirkannya hanyalah supaya terbebas dari belenggu nafsu terkutuk ini.

"Alpha. Siapa aja, tolong gue. Gue butuh seseorang," mohonnya dengan sorot nanar dan menerawang selepas orgasmenya yang ke sekian kali datang.

___ P Α S Ω ___

Setya menghentikan laju motor setibanya di area parkiran kampus. Memperhatikan helm yang berada di antara kedua kaki, lalu mengembuskan napas lesu kala teringat pesan yang disampaikan ibu Feryan ketika dia berniat menjemput.

"Fery sedang dalam masa heat, Nak Setya. Sudah mulai sejak tadi malam. Sepertinya hormon omeganya sedang meningkat pesat dan bikin heat-nya datang lebih cepat. Nggak usah khawatir. Mulai minggu depan dia akan berangkat kuliah lagi, kok. Pihak kampus juga sudah tante hubungi. Nanti tante minta tolong seperti biasa aja. Bantu catatatkan isi mata kuliah untuk Fery supaya dia nggak ketinggalan materi dari kelasnya, ya."

Dia mendecak. Baru hendak melepaskan helm ketika ponselnya memperdengarkan dering tanda panggilan masuk. Ketika ponsel diambil, Setya sontak dibuat kebingungan mendapati nomor tak dikenal yang terpampang di layar. Ragu-ragu dia menggeser tombol jawab ke atas untuk menerima panggilan setelah itu menekan tombol loudspeaker.

"Halo?"

Satu detik, dua detik, tak ada jawaban.

Hingga tiba-tiba sebuah sapaan terdengar dari belakang yang bersahutan dengan suara dari corong ponsel miliknya. "Good morning, Surya."

Setya sigap menolehkan kepala. Memberikan tatapan sinis pada Ervano Johannes yang tersenyum puas padanya sambil memegang ponsel di tangan kanan.

"Surya itu siapa, ya?" tanya Setya mendesis sembari memutus panggilan lantas menyimpan ponselnya lagi. Disusul membuka helm yang selepasnya diletakkan di atas spion.

Senyum Ervano luntur sebab sadar bahwa nama yang tadi disebutnya salah. "Emm, Seiya?"

"Elo pikir gue judul anime tahun 90-an apa!" respons beta itu sambil turun dari kendaraan miliknya.

Dari belakang, alpha bertubuh tinggi ini sigap mengekori. "Then, boleh gue tau nama belakang lo?"

"Buat apa?" Setya melirik penasaran.

"Soalnya gue agak susah buat nginget dan nyebut nama depan orang."

Penjelasan itu membuat Setya menghentikan langkah lantas berbalik hingga Ervano refleks melakukan hal serupa. "Apa susahnya nyebut nama Setya, doang? Kecuali nama gue Schwarzenegger Zuckerberg, wajar aja kalo itu bikin elo kesusahan."

Kernyitan tebal muncul di dahi sang alpha setelah nama tadi perlahan merasuk ke memorinya. "Dua nama yang lo sebut tadi nggak bisa nyangkut sama sekali ke daya ingat gue," ujarnya sambil menggelengkan kepala.

Pemuda lebih pendek itu menghela napas, mendongak dengan posisi kepala lebih tinggi sebelum mengintsruksikan, "Coba ikutin gue. Sebut nama gue tiga kali. Setya, Setya, Setya. Ayo!"

Segera dituruti tanpa tanpa bantahan sama sekali. "Setya, Setya, Setya."

"Nah, sekarang ulangin!"

"Surya, Serya, Cintya," sebut Ervano, agak kebingungan dan asal-asalan.

Hening menggantung beberapa saat sebab Setya tengah berusaha mencerna momen menggelikan di depan kedua mata.

"Elo, bener-bener gak bisa nyebut nama depan?"

"Yup."

"Coba sebutin nama lo sendiri," tantang sang beta masih tak menyerah.

"Erzano Johannes. Oh, wait. Tapi itu bukan nama gue," ungkap Ervano santai saking sudah terbiasa.

Tak ayal Setya mengusap wajahnya sendiri lantaran merasa frutrasi. Kegilaan alpha di depannya ini sungguh tidak tertolong. "You're totally and absolutely weird."

Cengiran lebar diberikan. "I know that. So, what is your last name?"

"Febrianu." Dan pada akhirnya Setya menyerah, setelah itu lanjut melangkah masih dengan sosok Ervano yang membuntuti.

"Febrianu. Febri? Okay. Start from now, I'll call you Febri. Nama lo kedengeran enak banget buat disebutin."

Setya mengernyit. Baru menyadari sesuatu yang penting yang alhasil menghentikan lagi laju kakinya. "Wait." Sekali lagi menghadap alpha bertubuh menjulang di belakangnya yang lagi-lagi juga ikut berhenti berjalan. "Elo nyebutin nama depan gue nggak becus, terus gimana caranya elo nyimpan nama kontak gue?" tanyanya secara serius karena tak sanggup membayangkan apabila nama kontaknya disimpan menggunakan nama orang lain yang entah siapa. Apalagi Surya. Sungguh tak dapat diterima.

Ervano melirik ke arah lain sembari malu-malu mengakui, "Belum gue simpan. Soalnya nomor elo baru aja gue berhasil hubungin tadi setelah nyasar ke beberapa nomor orang lain."

Penjelasan itu membuat Setya tercekat seperkian detik, sampai kemudian suara tawanya meledak. "Hahaha!"

Ditertawai begitu, jelas saja Ervano merasa kian jengah. "That's not funny, you know. Elo nggak tau aja tadi gue sempet dibentak juga sama suara bapak-bapak yang ngira gue mau nagih hutangnya lagi. Damn," katanya seraya menutupi sebelah muka.

Beta ini memukul-mukul dada bidang alpha di hadapannya dengan gemas. "Elo ini bener-bener ajaib, ya. Buat nyebut dan ngingat nama depan orang belepotan, tapi ngingat sembilan angka yang kemarin gue kasih malah lancar-lancar aja," selorohnya lantas kembali lanjut melangkah.

"Meskipun gue aneh, gue jelas tetap punya inteligensi."

Setya manggut-manggut. "I can see that. You're an alpha anyway."

Ervano menyipitkan mata. "Is that a compliment? Thank you."

"You wish," sembur Setya seraya menahan putaran bola mata.

Raut kecewa sontak terlihat. "But, why? Padahal gue kira elo--"

"Di sini elo rupanya!" Saga muncul bersama Dyas dan langsung menghadang langkah dua orang yang tengah asik berbincang sebagai kawan baru itu. "Gue sama Dyas nyari-nyari elo dari tadi. Ternyata elo lagi sama, Beta ini." Sosok Setya ditatapnya sekilas sebelum gantian melirik sang kawan. "Sejak kapan kalian punya hubungan istimewa?" tanyanya antara menyindir dan penasaran.

Secara sengaja Ervano membawa Setya ke dalam rangkulannya. "You'll never know."

"Singkirin tangan lo!"

Tangan itu ditarik kembali secara sigap sesudahnya. "Okay, Febri. Sorry."

Saga menelengkan kepala lalu menoleh ke sana-kemari, mencari-cari keberadaan satu sosok lain yang seharusnya ada di antara mereka. "Elo sendirian? Tumben."

Dyas dan Ervano kompak berdeham, membuat Saga refleks tersengih pada mereka.

Sedangkan Setya sekadar menunjukkan raut geli di wajahnya. "Tinggal bilang elo mau tanya Feryan ada di mana apa susahnya," ungkapnya lantas meneruskan, "Dia lagi kena heat. Jadi selama beberapa hari ke depan dia bakalan cuti kuliah sampe heat-nya berhenti."

Terang saja Saga terkejut mengetahui hal itu. "Is he gonna be okay?" Pantesan aja chat gue juga belum dibalas lagi sama dia sejak tadi. Gumamnya.

Setya mengangguk meyakinkan. "Don't worry. He'll be fine. Ada ibunya yang ngejaga Feryan di rumah selama dia heat, kok," jelasnya sembari melirik waktu pada jam tangan. "Nah, cuma itu informasi yang bisa gue kasih tau ke elo. So, I'm gonna go now," pamitnya yang lalu membalikkan badan terlebih dulu sebelum memutuskan pergi, "And you, don't follow me. Stay here. I have no interest in keeping a human pet."

Diberi peringatan macam itu justru membuat Ervano semakin kegirangan. Ditatapnya sosok Setya yang kian menjauh dengan sorot memuja. "Woaaah. He's really cool. I want him to step on me."

"Dude, seriously?" Dyas melirik risih.

Sementara Saga masih tidak mampu berhenti memikirkan fakta tentang Feryan yang tengah mengalami heat. "So, he's in his heat period now. Should I visit him?"

Pertanyaan yang Saga desiskan itu kontan saja membuat kedua kawannya mendelik ngeri.

Dyas menghela napas lelah. "You too, dude. Beneran deh, kalian para alpha ini kalau mulai dimabuk cinta apakah harus juga sekalian membuang akal sehat?" sindirnya sambil menggelengkan kepala masygul.

Ervano mendecak lantas ikut menimpali, "Saga, elo bahkan baru kenal Taryan--"

"Feryan!" Dyas mengoreksi tanpa kelupaan.

Dibalas gumaman malas oleh sang kawan tukang salah sebut nama depannya. "Ya, pokoknya dia! Elo 'kan baru kenal omega itu beberapa hari ini, dan elo udah ada niat buat ngehamilin dia? Bro, you're unbelievable," ucap Ervano antara berniat memuji sekaligus merendahkan.

"What? Siapa juga yang punya niatan ke sana!" Saga berdalih sambil memutar bola mata.

Yah, tak dipungkiri sedikit sekali niatan itu memang tengah menggodanya. Akan tetapi, Saga tetap berusaha mempertahankan kesadaran dan kewarasan dirinya. Sebab apabila dia gegabah, bisa-bisa dirinya hanya akan dirundungi risiko yang tak main-main.

Dyas membetulkan letak kacamatanya. "Ya udah. Kalo gitu elo cukup diam aja sambil nunggu sampe omega itu balik ke kampus. Jangan nekat atau itu malah bikin kalian berdua berada dalam bahaya."

Komentar itu ditanggapi helaan napas lesu. "I'm just worried about him, okay? Siapa yang tau alpha buas macam apa yang ada di sekitarnya dan bisa jadi akan nyerang dia kapan aja," ujar Saga seraya memasukkan kedua tangan ke kantung jeans. Mencoba kelihatan tenang demi menutupi kalut yang mungkin saja diperlihatkan.

Ervano menyahut cepat, "Dan alpha paling buas yang elo sebutan itu udah ada di sini." Hidung besarnya bergerak menunjuk Saga secara sengaja. "So, rest assured. He's totally gonna be fine."

Putaran bola mata itu muncul untuk ke sekian kali. "Will you guys shut up?"

Dua kawannya terkekeh puas. "Yah, beda kasusnya andaikan omega incaran lo ini ternyata udah punya pacar yang bisa diajaknya buat--"

"Nope." Saga memotong kesimpulan yang berniat Dyas tuturkan. "Gue yakin dia single."

"Kenapa elo bisa seyakin itu?" Mata Ervano menyipit, tertarik ingin tahu lebih jauh.

"Karena dia nggak menarik, berisik, dan nyebelin. Gue rasa, alpha mana pun nggak ada yang akan suka ke dia."

"Kecuali elo?" Kompak Dyas dan Ervano bertanya karena jawaban yang disuarakan sang kawan berbanding jauh dari segala hal yang telah mereka saksikan.

"Well, yes." Saga menganggukkan kepala sedetik setelahnya.

"Suit yourself, Dude. Elo bener-bener udah mulai bucin sama male omega itu."

"You think so?" Saga mengernyit mendengar komentar dari kawan alphanya ini.

Ervano mengangguk-angguk. "Yup. Your whole face totally screaming the word about how much you want to impregnated him. Aww. I'm just joking, okay!" Dia lalu menggosok-gosok tulang keringnya yang barusan mendapatkan tendangan.

"Whatever!" ucap Saga yang kemudian mulai melangkah diikuti dua kawannya yang sempat menertawai reaksinya.

"So, it means you're really serious about him?"

Pertanyaan Dyas dijawab lugas. "No doubt."

"Good luck for you, Brada!"

Dukungan dari Ervano dibalas langsung olehnya. "You too."

"Thanks. But for what?" Ervano malah balik bertanya.

Saga terkekeh. "Don't play dumb. You also have a thing for that beta, right?"

Ditanyai begitu sontak membuat wajah girang Ervano berseri lagi. "Oh, yeah. You're right. Elo gimana, Dyas? Apa nggak ada seseorang di luar sana yang lagi lo incar?"

Dyas yang gantian ditanyai menjawab malas, "Buat gue bunuh? Ada. Kalian berdua!" jawabnya seraya melipat kedua tangan di depan dada.

Bukan tanpa alasan. Bagi sang beta berkacamata, tingkah laku dua kawan alphanya yang sedang dimabuk cinta ini sungguh luar biasa mengesalkan baginya.

"Aww. Come on, man. Gue yakin suatu hari elo juga bakal ketemu sama belahan jiwa lo."

Kata-kata Ervano malah membuat Dyas merasa semakin muak karena dirinya sama sekali belum memikirkan hal semacam itu. "Stop spouting nonsenses. Kalian urus aja kisah percintaan kalian sendiri. I'm rooting for you guys from here."

Saga tersenyum mendengar kalimat tulus dibalut nada sinis itu.

Sementara Ervano menunjukkan ekspresi terharu yang berlebihan, setelahnya memberi pelukan kepada sang kawan. "Aww, Dyas. Even if you can't found your true love, you have to know that I will always love you, Man."

Diberi ungkapan demikian serta menjadikan mereka berdua pusat perhatian jelas saja membuat Dyas hilang kesabaran. "You gross me out, Vano. Stop it already!" Dia menghajar selangkangan Vano tanpa ampun menggunakan lutut.

Saga meringis nyeri sambil tertawa.

Sedangkan Ervano membungkuk lemas, memegangi bagian tengah tubuhnya seraya merintih panjang. "Ouch! My asset of future. My poor little Johannes."

Meski pada kenyataannya, tiga sekawan ini selalu mendapatkan perhatian lebih dari orang-orang di sekelilingnya ke mana pun langkah membawa mereka. Terutama alpha yang selalu menjadi pusat utama dari setiap pandangan; Juanda Saga Fransiskus. Ketika dia mulai tersenyum atau menunjukkan aura mendominasinya sebagai alpha, para omega seolah-olah siap bertekuk lutut di kakinya, rela melakukan apa pun untuknya hingga berharap dapat menjadi satu dari sekian peran dalam hidupnya walau sekadar sebagai orang yang disapa dalam sekali kedipan mata. Sayangnya, orang-orang ini tidak tahu saja bahwa alpha popular pujaan mereka telah memiliki satu nama yang terus dipikirkan olehnya tanpa henti. Bahkan sampai detik ini.

___

Saga duduk di tepi ranjang. Sambil menggosok-gosokkan handuk di rambut, dia juga terus-terusan mengetuk ibu jarinya ke layar ponsel. Menimbang-nimbang tentang haruskah dirinya menghubungi Feryan ataukah tidak. Karena chat yang sejak pagi tadi dikirimkan olehnya sudah tak terhitung kali tidak mendapatkan satu pun respons, yang tak ayal membuat dia khawatir. Selain itu, dirinya juga tidak terlalu tahu banyak hal mengenai kondisi apa yang akan dialami oleh omega ketika heat mereka tengah melanda.

Apakah serupa ketika para alpha seperti dirinya mengalami rut? Atau bisa jadi, lebih parah?

Pemuda ini sejak kecil tumbuh dan menjalani kehidupan dengan dikelilingi oleh para alpha serta beta. Dan itu membuatnya kekurangan informasi mengenai omega. Mencarinya di internet pun tak banyak membantu sebab dirinya belum pernah menyaksikan langsung menggunakan kedua mata. Bagaimana seorang omega berjuang mengatasi siklus heat yang mendera tubuh mereka. Yang mana, itu jelas mustahil dapat dilakukan karena risiko yang akan ditanggungnya amatlah luar biasa.

Handuk dilemparkan ke sofa, sesudah itu Saga duduk bersandar ke ujung ranjang king size-nya sambil menekan-nekan layar ponsel. Entah akan seperti apa hasilnya, saat ini yang dirinya inginkan hanyalah memastikan bahwa Feryan tengah baik-baik saja.

Panggilan telepon yang dilakukan oleh Saga langsung tersambung. Menggugah kesadaran pemuda omega yang berbaring lemas di sudut kasur yang berantakan. Nama 'Alpha Bangsat ಠ益ಠ' muncul di layar ponsel yang perlahan diraih dengan sebelah tangan gemetar. Matanya nanar, antara sadar dan tidak sadar dirinya memutuskan untuk menjawab panggilan itu.

Saga tercekat tatkala panggilannya mulai diangkat. "Halo, Ryan? Are you--"

"Tolong gue."

Jakun itu seketika naik turun dengan bulu kuduk yang serta-merta meremang menangkap bisikan berupa desahan dari seberang sana. Tanpa dapat dikendalikan, bagian tengah tubuhnya langsung bereaksi dan terlihat menonjol di balik celana piyama yang dikenakan.

"Tolong gue. Haaa. A-ah!" Feryan mendesah sambil merengek, sementara jemari tangannya sudah saja bergerak di area lubang analnya. Mulai melakukan sesi masturbasi entah untuk yang ke berapa kali hari ini. "Alpha, tolong gue."

Saga mengumpat tertahan sebelum akhirnya mengambil keputusan yang terbilang gila, tapi tak pula memberinya banyak pilihan. Dia perlahan menurunkan celana, kemudian berkata, "I'll help you. It's okay. Gue ada di sini sama lo, Ryan. You're not alone."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pluie El Khotim
ugh kagum ma saga
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 6: Permulaan Kedua

    Suara desahan saling menyahut dari ponsel masing-masing sementara kedua orang itu sama-sama sibuk menyentuh area pribadi yang masih saja bereaksi. Jemari kaki Feryan mengerut, leher kian berpeluh ketika untuk ke sekian kali dia berhasil mencapai orgasme. Tangannya terkulai lemas dengan pandangan yang semakin mengabur sebelum perlahan-lahan menutup sepenuhnya, beristirahat dalam tidur bersamaan dengan ponselnya yang kehabisan daya. Mengetahui sambungan telepon terputus begitu saja jelas mengejutkan Saga. Dia meringis sambil mengambil lembaran tisu yang lain lagi lantas memeriksa layar. Sebelah tangannya menghubungi kembali nomor Feryan, sedangkan satu tangan yang lain bergerak membersihkan air mani yang mengotori area perutnya menggunakan tisu. Panggilan kedua itu tak tersambung. Saga menduga ponsel Feryan kemungkinan mati. Dan itu membuatnya bertambah frutrasi kini. Berpikir bahwa mengalami heat

    Last Updated : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 7: Memori

    Kelap-kelip lampu berwarna-warni menerangi dari sudut ke sudut hingga ke seantero ruang pesta. Hiruk suara musik menggema, menghantarkan nada-nada mengentak yang membuat kaki panjang itu bergerak-gerak mengetuk lantai. Memperlihatkan dua orang pemuda yang tengah duduk di salah satu sofa khusus bagi tamu alpha. Dan di meja mereka, berbagai camilan serta minuman beralkohol disuguhkan sebagai jamuan istimewa.Ervano Johannes menuangkan vodka ke gelas yang langsung ditenggak sampai tandas. Di sebelahnya, Setya Febrianu yang semula sungkan untuk turut mencicipi jamuan menjadi tertarik. Baru bersiap mengangkat botol, saat tahu-tahu sosok di sampingnya malah menahan gerak tangannya."What are you trying to do?"Ditodong pertanyaan itu, jelas saja Setya tersengih. "What? Having a taste of course. Elo pikir cuma elo doang yang kepengin minum?"Ervano mengernyit. "Really? Emangnya elo udah

    Last Updated : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 8: Keberadaan Rasa

    "Hey, Ryan. Can I kiss you?" Feryan Feriandi meneguk saliva secara susah payah. Terpaan napas Saga yang berada tepat di atasnya saat bertanya demikian menghantarkan aroma manis yang menggelitik hidung, bersamaan dengan sensasi feromon darinya yang terasa kian menyejukkan. Membuat mata itu berkedip-kedip panik, bergerak-gerak ke arah lain makin gelagapan sebelum fokusnya jatuh pada kedua belah bibir sang alpha yang tipis dan merah, tampak agak membuka seakan-akan memang telah siap disentuhkan ke bibirnya. Sang omega membuka mulutnya yang gemetaran. Bersiap memberikan jawaban tatkala pintu ruang kesehatan justru terbuka, digeser dari luar lalu menampakkan sosok seorang pria yang sontak terkejut menyaksikan adegan yang tengah dilakoni dua sejoli pada matras di ruangannya ini. Feryan memekik, sementara Saga sekadar menghela napas lesu karena merasa kesempatan yang akhirnya dia akan dapatkan malah terganggu

    Last Updated : 2021-03-25
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 9: Diluar Dugaan

    Jam di layar ponsel memperlihatkan waktu 14:58. Kelas terakhir yang Feryan ikuti selesai belasan menit lebih lama dari perkiraan. Membuatnya cemas karena selain memikirkan tentang Setya yang entah masih menunggunya atau tidak di parkiran, dia juga berpikir mengenai Saga yang mungkin saja tengah merasa kesal lantaran dibuat menunggu cukup lama. Malah bisa jadi, alpha itu lebih memilih pulang duluan ketimbang harus repot-repot buang waktu demi menantikan kemunculannya.Namun, semua isi pikiran tak mengenakkan itu sirna tatkala Feryan mendapati sosok Saga yang tengah berdiri di dekat ujung tangga. Tampak membalas sapaan beberapa orang yang berlalu lalang melewatinya sambil sesekali melirik jam di pergelangan tangan, sedangkan di tangan satunya dia terlihat membawa sebuah plastik cukup besar yang entah berisi apa.Feryan menarik-embuskan napas cukup panjang. Membuat dia membaui feromon milik Saga yang beraroma menyekukkan, lalu membawa langkah

    Last Updated : 2021-03-26
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 10: Kisah Penghubung

    Mampus, mampus, mampus! Belum juga apa-apa gue malah udah ketemu sama ibunya. Aaaaa. Mesti jawab apa gue! Batin Feryan kalut sambil matanya melirik ke sana-kemari saking gugup.Di depannya, Laura masih memandang penuh tanya, menunggu respons darinya.Agak gelagapan, Feryan bersuara, "S-sorry. My name is--ah, no, I mean ... I'm new customer here. So, I, uhh ..." Bahkan dia tidak mampu tuk sekadar menuntaskan kalimatnya.Andai sanggup, saat ini sang omega ingin sekali menggali lubang untuk mengubur dirinya sendiri.Laura tersenyum geli menangkap nada gelisah dari sosok yang mengaku sebagai pelanggan barunya ini. "It's okay, Dear. Kalau kamu mau masuk ke kafe, tinggal ke dalam aja. Ayo, ikut saya."Entah bagaimana, titah itu tidak mampu Feryan tolak sama sekali. Namun, sebelum langkahnya mencapai pintu, dia lebih dulu berbalik untuk mengeluarkan ma

    Last Updated : 2021-03-27
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 11: Kenyataan Tak Diharapkan

    "Mommy, Mommy, Mommy!"Juanda Saga Fransiskus yang baru turun dari mobil segera melangkah ke dalam rumah secara tergesa-gesa mencari keberadaan sang Mommy.Laura yang tengah membaca majalah kuliner sontak tersenyum mendengar panggilan dari putranya. "Mommy's here, Sweetheart!"Bocah berusia 10 tahun itu mengerem langkahnya yang berniat berlari ke dapur, lantas berbelok menuju ke sofa ruang santai untuk menubruk sosok mommy-nya. "Mommy, I have a good news for you!" ungkapnya penuh antusiasme.Mommy yang melihat itu tentu saja penasaran. "What is it? Tell me!" bisiknya ingin tahu sembari mendudukkan Saga ke sisinya.Saga nyengir. "It's about my fated pair, Mom. I think, I finally found them!"Kedua mata Laura membulat tak percaya mengetahui hal itu. "Really? Are you sure?"Anggukkan kepala ditunjukkan tanpa ragu. "Yup! Saga ya

    Last Updated : 2021-03-28
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 12: Rencana Kencan?

    Feryan Feriandi kaku, membulatkan kedua mata dengan napas yang refleks tertahan. Tak mampu 'tuk sekadar; menghindar, menolak ataupun memprotes lantaran sentuhan yang bibir Saga jatuhkan pada mulutnya terlalu mendadak dan sangat tidak terduga. Hanya seperkian detik berlalu, tapi bagai waktu berlangsung amat lama bagi mereka berdua dan ciuman yang masih terjalin kini. Sampai ketika akhirnya Saga menyudahi ciuman, barulah Feryan dapat mengambil oksigen di sekitarnya kembali sembari mengedip-ngedipkan mata berusaha mencerna situasi. "That's your first kiss from me, Ryan. Dan seenggaknya, itu menjadikan gue selangkah lebih di depan dari fated pair misterius lo itu," ucap Saga sambil memasang seringai puas di wajah tampannya. Feryan tersadar, terkesiap seraya memegangi bibirnya yang seakan-akan masih dapat merasakan jejak sentuhan dari mulut alpha di depannya. "Hu--heh? Kok elo main sembarangan nyium aja!" Protes itu akhirnya

    Last Updated : 2021-03-30
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 13: Seseorang Lain

    Seseorang tampak duduk dengan gelisah di antara kerumunan orang-orang yang mengantre dan saling berkumpul di sekitarnya. Kakinya mengetuk-ngetuk ubin lantai terus-terusan, matanya memandang ke sana-kemari secara tidak tenang sembari membekap indra penciumannya sendiri mencegah bermacam aroma yang memenuhi ruangan ini supaya tidak tercium olehnya. Setya Febrianu yang menyadari gelagat aneh kawannya ini mengerling heran. Memasukkan HP yang sedari tadi dirinya mainkan untuk menggeser kursinya lebih ke dekat Feryan yang ditempati mereka selama menunggu Ervano dan Saga yang tengah membeli tiket. "Elo kenapa?" Feryan mendongak sedikit dari posisi agak menunduknya lantas menggelengkan kepala pada Setya. "Feromon dari para alpha sama omega di sini bikin gue enek, Set. Mana gue lupa bawa masker juga. Terlalu banyak orang ngumpul di satu tempat tertutup gini. Pusing gue gara-gara feromon mereka." Jawab

    Last Updated : 2021-04-01

Latest chapter

  • My Fated Pair [BxB]   EPILOG

    Feryan Feriandi menatap tak berkedip langit malam di luaran sana. Mengintip waktu pada jam dinding, lalu mendecak tidak sabar sambil mengusap-usap perut buncitnya ke atas hingga ke bawah. "Iya. Kembang apinya lama banget, nih. Padahal kita nggak sabar mau ngeliat, ya," ujar pemuda omega itu pada sang buah hati yang masih berada dalam kandungan dan merespons melalui tendangan. "Iya, Sayang. Sabar. Tunggu beberapa menit lagi. Kembang apinya nanti muncul, kok," sambungnya seraya meringis sebab turut merasakan sensasi mulas untuk ke sekian kalinya di sepanjang hari ini. Apakah mungkin karena tendangan jabang bayinya semakin kuat? Ataukah karena dia yang terlalu lama duduk di kursi ini? Atau ada faktor lain? Pintu kamar lalu membuka dan menampakkan sosok Saga yang baru pulang dari tempat kerjanya. Membuat Feryan menoleh, lantas menyambutnya dengan senyum semringah. "Tuh, lihat! Gupa pulang!" serunya senang sambil perlahan-lahan turun dari kursi. "Hati-hati, Sayang!" ujar sang alpha ser

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 38: Sejak Perjumpaan Pertama dan Untuk Selamanya (END)

    Untuk ke sekian kali, Feryan menarik napas panjang demi menenangkan debaran di jantungnya. Omega ini gelisah sembari terus-menerus membetulkan veil yang terpasang di bagian belakang kepala, pada bulatan rambut atas yang diikat sementara setengah rambut bawahnya dibiarkan tergerai. Sudah saja merasakan basah di seluruh telapak tangan yang tengah memegangi buket bunga senada warna tuxedo, celana licin serta sepatu yang dikenakan: putih.Mata bulat pemuda itu mengerling gamang ke arah kerumunan tamu yang duduk pada setiap kursi di sekitar altar selagi menyimak sambutan dari Pendeta yang bantu memberkati prosesi hari istimewanya. Menggigit bibir yang dipoles lipgloss berwarna bening, terus meringis dan mendesah berulang-ulang. Sungguh kalut tidak keruan sekalipun telah meyakinkan diri bahwa dia siap menyambut hari yang amat dinantikan ini; hari pernikahannya dan Saga."Gugup?"Kemunculan Ardian Triangga Santoso selaku sang ayah sedikit membuat Feryan mampu mengembuskan napas lega. "Iyalah

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 37: Menuju Hari Bahagia

    Selembar undangan bertuliskan; Wedding invitation of Juanda Saga. F (A) with Feryan Feriandi. S (Ω), 3rb May disodorkan oleh calon mempelai alpha. "Ini, Dok. Undangan dari kami.""Wow." Yang diterima oleh Dokter Lanang Mahesa Aguntara dengan tangan terbuka. "Akhirnya, datang juga undangan pernikahan ini." Matanya mengerling usil pada sesosok omega yang menggandeng erat lengan Saga seolah tak mau lepas. "Padahal kurang lebih tiga bulan lalu, saya masih ingat ada seseorang yang menyangkal tentang dia dan Saga berpacaran, tapi lihat sekarang," selorohnya sengaja menggoda."Dokter!" Feryan mendesis risih dibarengi pelototan.Alhasil Saga dan Lanang kompak menertawakan."Selamat ya, Feryan, Saga," ucap dokter berusia 27 tahun ini, lalu melirik ke perut Feryan. "Dari yang saya dengar, katanya kamu juga sedang hamil."Anggukkan Feryan tunjukan sebagai jawaban. "Iya. Udah jalan dua bulan lebih, Dok." Tangannya dan Saga refleks memegangi perutnya dengan kompak.Lanang turut senang melihatnya d

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 36: Pilihan Nama dan Panggilan

    Sepasang alpha dan omega ini memandang secara saksama pada USG monitor yang menampakkan gambaran janin mungil yang bergerak sedikit demi sedikit. Untuk pertama kali, bersama-sama menyaksikan langsung perkembangan bayi mereka dari layar berwarna abu-abu. Disusul mendengarkan detak jantung di dalam perut yang serta-merta menciptakan perasaan gelisah bercampur bungah.Feryan Feriandi tersenyum penuh haru sambil kian mengeratkan pegangan tangannya di genggaman Juanda Saga Fransiskus yang setia mendampingi tatkala detak jantung sang anak terdengar semakin jelas.Usai menjalani seluruh pemeriksaan, Saga bertanya dengan tidak sabar. "Bagaimana kondisinya, Dok? Dia sehat, 'kan? Bayi kami juga sehat, 'kan?"Dokter kandungan bernama Eirina ini mengangguk laun. "Luka di perut Tuan Muda Feryan sudah berangsur membaik. Tidak ada masalah. Begitu juga dengan janin di perutnya. Anda tidak perlu khawatir, Tuan Muda Saga," jelasnya disertai senyum hangat yang kontan membuat Saga bernapas lega."Berapa

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 35: Berdamai Dengan Situasi

    "Ayah ngajak Ibu rujuk?" Mengetahui kabar yang dikatakan oleh Sang Ibu, terang saja Feryan tampak bahagia hingga menghentikan makannya sebentar untuk memastikan lebih jauh. "Terus? Ibu terima?" Ketika kepala wanita omega yang melahirkannya 18 tahun lalu itu mengangguk, senyum semringah Feryan kian mengembang. "Selamat ya, Bu!" ujarnya sambil memegangi tangan sang ibu erat. "Fery turut senang."Desyana mengangguk dengan embus napas lega. "Iya, Nak. Makasih, ya."Saga yang juga tengah menyimak percakapan mereka, turut tersenyum dan memberi selamat, "Saga juga ikut senang mendengarnya, Tante. Selamat, ya.""Terima kasih juga, Nak Saga." Desyana mengusap pundak calon menantunya lembut.Feryan melanjutkan sesi makannya lalu kembali bertanya, "Jadi, nanti Ibu bakalan tinggal sama Ayah, dong?""Iya." Lagi, Desyana mengangguk. "Tapi nanti, setelah kamu dan Saga menikah."Pemuda omega yang tengah mengandung ini manggut-manggut. "Fery pikir ayah udah gak cinta lagi sama Ibu."Komentar itu membu

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 34: Kembalinya Kebahagiaan

    Juanda Saga Fransiskus menutup ruang rawat lalu kembali melangkah mendekati ranjang yang Feryan tempati. Sepi. Setelah masing-masing orang tua mereka memutuskan untuk pulang dulu ke rumah, berpikir bahwa kini mereka memiliki kesempatan untuk berbicara empat mata. "Akhirnya, kita bisa berduaan. Haaaah." Alpha muda ini membuang napas panjang seraya duduk ke tepian ranjang. Feryan tersenyum. Tangannya bergerak pelan untuk bantu merapikan tatanan rambut Saga yang terlihat acak-acakan. "Elo pasti capek banget. Mendingan elo tidur aja, Saga." Gelengan kepala ditunjukkan. Tangan Feryan yang menyentuh rambutnya lantas dipegang. "Gue nggak ngantuk sama sekali, kok. Tugas gue di sini adalah untuk menjaga lo. Dan anak kita," bisiknya, tidak lupa menjatuhkan tangan pada bagian bawah perut sang omega di mana letak janinnya berada.

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 33: Saatnya Penentuan

    "Hah? Gue hamil?" Apakah Feryan tidak salah dengar? Hamil, katanya? Sejak kapan? Bagaimana bisa? Seusai mendengar seluruh penjelasan dari Dokter, sang Ibu serta Saga, alhasil Feryan langsung memegangi perut secara pelan dari luar baju pasiennya. "Jadi, gue beneran ... lagi hamil?" Dia mendongak pada Saga. Yang memperlihatkan anggukkan laun selagi mengusap puncak kepalanya lembut. "Iya." "Anak elo, 'kan?" Sambung Feryan, masih ingin memastikan lantaran masih sulit mempercayai apa yang dialaminya saat ini. Namun, tanya kedua darinya itu sukses membuat kekasihalphanyamendecakkan lidah sambil melotot geram. "Astaga. Bego elo itu ada batasnya nggak, sih? Jelaslah itu anak gue! Emangnya elo ngerasa pernah tidur sama alpha mana lag

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 32: Kabar Mengejutkan

    Juanda Saga Fransiskus terus berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang UGD tanpa menghiraukan dua pasangan orang tua yang jadi turut gelisah akibat melihat tindakannya. Menunggu dokter muncul dari ruang UGD, ditambah menanti kabar mengenai kondisi Feryan yang proses dioperasinya bagai tak kunjung usai. Laura menarik napas tidak sabar. "Dokter kenapa lama, ya? Padahal aku mau tau kondisi menantu kita dan kandungannya." Mendengar protes itu, Desyana pun semakin merasa gamang. "Maaf sebelumnya. Saya sendiri belum yakin apakah hasil testpack milik Fery akurat. Bila nanti dokter keluar memberi kabar bahwa Feryan ternyata nggak hamil, saya harap Miss Laura dan yang lain nggak kecewa." Perkataan itu membuat Saga berhenti berjalan, sedangkan Laura, Julius dan Ardian sontak melirik penuh iba. Ardian kembali merangkul wanita omega di sampingnya ini dengan lembut. "Yang terpenting adalah keselamatan dia, Syana. Entah hasilnya positif atau nggak, yang paling pe

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 31: Harapan Baru

    "TIDAK! FERYAN! BUKA MATAMU!" Jess berteriak histeris sembari menepuk-nepuk pipi Feryan dengan kasar. "HEY! KAU DENGAR AKU? JANGAN MATI DI SINI, OMEGA SIALAN! KENAPA KAU ... APA YANG AKAN SAGA .... " Bibirnya gemetaran sebab tak lagi sanggup berkata-kata. "ARRRGHHH! TOLONG! SIAPA PUN, TOLONG KAMI!" Jeritan keputus-asaan itu bersahutan, bertepatan dengan datangnya satu per satu rombongan dari; mobil hitam, mobil polisi hingga sirine ambulance yang terdengar dari kejauhan. Pun, tiga helicopter tampak mondar-mandir terbang tepat di atas langit di mana posisi Jess berada. Motor yang digunakan oleh komplotan pelaku penusukkan pun berhasil dicegat dengan cara ditabrak dari samping, hingga dua sosok pria beta itu jatuh bergulingan ke jalan. Dari dalam mobil yang menabrak, Tommy Andy Samudera memunculkan diri selagi melaporkan situasi kepada Tuan Besarnya sembari menyaksikan dari kejauhan ketika Feryan mulai digotong ke dalam ambulance. "Halo, Tuan Ardian. Tu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status