Beranda / Lainnya / My Fated Pair [BxB] / FATE 1: Pertemuan

Share

FATE 1: Pertemuan

Penulis: d'Rythem24
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-18 12:23:00

Sepasang bola mata berwarna cokelat gelap menatap langit pagi. Memejam, membayangkan sosok bocah misterius yang ditemuinya kurang lebih 10 tahun lalu berdiri menghadang terik matahari. Senyumannya, usapan lembut yang diberikan pada pucuk kepala, suaranya yang memiliki aksen berbahasa asing yang terdengar aneh tapi menenangkan. Semua itu, kira-kira kapan akan mampu dirasakannya lagi?

Feryan Feriandi menghela napas panjang, lalu hidungnya mengendus-endus lantaran merasakan aroma nyaman yang terasa tak asing, tapi baru pertama kali ini dirinya baui semenjak berstatus sebagai mahasiswa di kampus. "Set, elo nyium baunya, nggak?" Kawan di sebelahnya yang tengah menikmati es alpukat dilirik.

Setya mengernyit, setelahnya sigap menjaga jarak. "Elo habis kentut, ya?"

Yeee, sobat setan. Batin pemuda berkulit sawo matang itu sambil tersengih mendengar fitnah kejam tersebut. "Sembarangan aja!" Bahu Setya dipukul pelan. "Gue nyium sesuatu, kayak aroma lemon segar gitu yang bercampur daun mint. Baru pertama kali aja gue nyium bau ini selama ada di kampus. Mungkin aja parfum. Makanya gue nanya sama lo, siapa tau elo juga nyium."

Setya menggerak-gerakkan hidung bangirnya, mencoba mencari bau yang temannya maksudkan. Akan tetapi tak menangkap hasil apa pun. "Gak ada, tuh. Gue gak ada nyium bau."

Di antara lalu lalang para mahasiswa dan mahasiswi di sekitarnya, sepasang mata itu melirik ke sana-kemari mencari-cari sumbernya sebab jawaban tadi menyalakan alarm waspada Feryan seketika. "Jangan-jangan, ini feromon alpha?"

Kedua mata kecil Setya membulat. "Serius? Pantesan aja gue gak bisa nyium."

Feryan berdiri, menarik perhatian Setya dari gelas esnya yang telah kosong. "Kita pergi sekarang, Set. Sebelum feromonnya tambah mendekat ke sini. Kalo ini feromon alpha yang lagi rut, bisa-bisa berabe."

Penjelasan itu membingungkan Setya dan membuatnya berpikir keras. "Gila aja ada alpha yang lagi rut bela-belain tetep masuk kampus. Bisa mampus dong para omega di kampus kita. Lagian," matanya memperhatikan beberapa omega di dekat mereka yang terlihat tak terpengaruh seperti kawannya, "kayaknya cuma elo omega yang bisa kepengaruh sama feromon ini. Omega lain gue lihat masih pada kalem, tuh."

Feryan seakan tak menangkap ucapan Setya sebab sudah saja dilanda cemas. Bahkan kini debaran di jantungnya berpacu lebih cepat secara tiba-tiba, pandangan pun agak mengabur bersamaan dengan area tubuh dalam hingga bawahnya yang diserang sensasi panas tanpa alasan. Tangan Setya buru-buru digandeng olehnya, kemudian ditarik menjauh dari keramaian suasana kantin di pagi hari.

"Gue kena indikasi heat, Set. Ini bener-bener gak beres."

Setya yang mendengar pengakuan itu terkejut bukan main. "Hah?"

Satu orang pemilik langkah dari tiga pasang kaki itu berhenti bergerak. Kedua mata berwarna cokelat terang membulat, langsung bergerak liar ke sekitaran mencari sumber aroma jahe bercampur apel yang terasa menggiurkan yang mana tercium oleh hidungnya.

Dia meneguk ludah secara susah payah sebelum ragu-ragu menutupi area indra penciuman. "Do you guys smell something good around here?"

Kedua kawannya yang juga turut berhenti berjalan menoleh.

"Something good, like what?" Kawan dengan tubuh paling tinggi balik bertanya.

Pegangan di hidung agak dikendurkan untuk memastikan aroma yang diciumnya tidaklah salah. "I think, I smell omega pheromones," ucapnya dengan kernyitan dalam lalu memutuskan untuk lanjut berjalan. "Damn! It smells really good. I swear," terusnya. Antara merasa suka, tapi di lain sisi juga tidak siap sebab bisa saja feromon yang mengenainya ini mampu membuatnya hilang kendali.

"Woaaah, Saga. Calm youself, dude. But seriously, gue nggak nyium bau apa pun." Hidung besarnya pun mengendus ke segala arah, lantas menggeleng tatkala tak turut mencium bebauan yang dimaksud.

"Is this perhaps, your fated pair? They appear around here to give you signal about their existence?" Kawannya yang berkacamata yang sedari tadi diam akhirnya menimpali.

Saga menunjukkan ekspresi geli. "Pardon? I don't really believe at such things like fated pair. Gue toh akan menemukan seseorang sebagai pasangan gue karena gue cinta mereka, bukan karena mereka so called ditakdirkan tercipta untuk gue," terangnya yang ditanggapi decakan oleh sang kawan yang sekadar mengangkat bahu.

"Alright, alright. Whatever."

Ketiga pemuda itu kini berbelok ke kanan untuk berjalan menuju ke gedung fakultas mereka, saat Saga tercekat menyadari feromon yang menggodanya itu justru semakin kuat tercium.

"What the hell! Why the smell is getting more stronger now?" tanyanya di tengah panik sekaligus berhasrat. "Vano, how about you?"

Pemuda yang disebut namanya merespons cepat, "Huh? Gue juga bisa nyium. Ada di deket sini kayaknya." Secara cepat dia mengeluarkan sapu tangan dan menutupi hidung.

Sementara satu kawan mereka tetap tenang karena sadar mustahil baginya untuk turut merasakan feromon dari identitas jenis kelamin lain di sekitarnya.

Saga merasakan lemas pada lutut. Bahkan kini tubuhnya pun mendadak panas. "I feel ... dizzy, guys. This is definitely not--"

"Set, tolong ambilin obat gue! Ada di dalam tas!"

Saga merasakan debaran di jantungnya bertambah cepat seusai menangkap seruan itu.

Suara itu membuat mereka bertiga saling beradu pandang. Menoleh bersamaan pada sumbernya yang berasal dari ujung tangga, bagian koridor kiri di dekat lab kimia.

Di mana Setya tampak tengah mengacak-acak isi tas kawannya. "Kok bisa-bisanya elo mendadak heat gini, sih?"

Feryan menarik-embuskan napasnya berulang kali, berusaha mempertahankan kesadaran yang seakan kian menipis akibat gelora yang menguasai. "Ng-nggak tau. Aneh. Padahal seharusnya heat gue datang minggu depan!" responsnya parau dan kuwalahan karena aroma lemon bercampur mint itu entah kenapa malah terasa semakin kuat mempengaruhi dirinya.

ANJIR. INI AROMA GAK BISA NGILANG AJA APA DULU!

Setya nyaris frustasi. "Bentar. Obat elo ditaruh di sebelah mana, sih?" tepat setelah dia bertanya, wadah berisi pil obat serta kotak suntikan muncul di antara tumpukan buku-buku milik Feryan. "Ketemu!"

Namun, Setya urung segera menyuntikkan cairan penangkal heat di tangan ketika suara jejak kaki tertangkap indra pendengarannya. Refleks dia dan Feryan yang kini terduduk di lantai mendongak bersamaan, dan tak ayal tercekat mengetahui ada alpha yang malah datang menghampiri posisi mereka berada.

Saga dan Feryan beradu tatap. Seketika menyadari feromon keduanya lah yang saling mengundang sehingga menempatkan mereka pada situasi ini.

"There he is." Vano semakin mengencangkan tekanan sapu tangan di hidungnya.

Sementara pemuda berkacamata secara sigap menangkap masing-masing pergelangan tangan Saga demi mencegahnya bertindak gegabah akibat hasrat yang pasti sedang membangunkan pertahanan dirinya. Menemukan sosok omega dalam masa heat, dengan tubuh bagian bawahnya yang cukup tampak basah juga tegang.

Feryan meneguk ludah. "Hah? Kalian, alpha, 'kan? A-ada urusan apa sama gue? Jangan deket-deket!"

Bentakan Feryan membuat Vano memilih untuk menjaga jarak. "This is really strong. Oh, shit."

Saga mencoba mengendalikan insting alpha liarnya walaupun tak mampu mengalihkan pandangan dari sosok Feryan yang saat ini tengah diberikan suntikan. Menghilangkan feromon beraroma jahe dengan campuran aroma asam apel yang anehnya tetap tak dapat melenyapkan hasrat tentang betapa dirinya sangat ingin menyentuh dan menggigit bagian belakang leher omega di depannya.

There's no way ... fated pair exists, right? But why, I react to his pheromones like some crazy beast. Batin Saga bertanya-tanya. Karena untuk pertama kalinya selama 19 tahun menyandang identitas sebagai alpha, baru kali ini dia seolah amat ingin mengamuk hanya demi menyentuh seorang omega.

Feryan menutup kembali lengannya setelah Setya mencabut jarum suntik dari sana, selepasnya menatap tiga orang penonton tak diundang yang sedari tadi berdiri menyaksikan kaosnya yang dianggap bagai hiburan. "Kalian ngapain masih di sini? Pergi sekarang, woi!" bentaknya begitu yakin kondisinya telah membaik.

"Tolong jangan bikin kondisi kawan gue memburuk lagi dengan feromon kalian, ya," tegur Setya selekasnya dia membenahi tas Feryan lagi sembari menyodorkan air untuk temannya itu minum.

Saga meneguk ludah. Melepaskan diri dari pegangan kawannya, kemudian melangkah mendekati. "Do you guys need help?"

"No. I can take care of him just fine by myself," jawab Setya cepat seraya mendelik, meminta secara tak langsung agar mereka tak melangkah lebih dekat lagi.

"Do you guys, perhaps dating each other?"

Feryan terlalu malas untuk merespons pertanyaan yang terdengar dari sosok yang paling jauh itu, dan membuat Setya memutar bola mata. "What? No way! We're just friends!" Beralih pada Feryan yang sekarang berusaha menegakkan tubuhnya. "Elo udah mendingan? Habis ini kita pergi ke ruang kesehatan aja, gimana? Elo kayaknya harus ganti celana juga."

Pemuda yang baru terbebas dari kekangan heat itu menggeleng pelan seraya melirik pada bagian bawah tubuhnya yang sedikit lembab. "Makasih, Set. Gue udah baikan kok, meski masih pusing dikit. Untuk urusan celana, kayaknya bisa gue tutupin aja pakai jaket buat sementara."

Menangkap jawaban itu Saga secara sigap melepaskan tas miliknya dan diserahkan pada kawan di belakangnya. "Dyas, please help me hold my bag. And you, come here." Dia menunjuk Feryan seraya menggerakkan tangan, meminta sosok omega itu menghampiri dirinya.

"Mau ngapain?" tanya Feryan yang langsung memasang alarm waspada lagi.

Saga menghela napas. "Gue mau bantu elo. Elo masih pusing, 'kan? Biar gue gendong elo ke ruang kesehatan sekarang."

Pernyataan itu tentu saja mengejutkan semua orang di sana, terutama sang omega yang kini tampak bengong dengan mulut ternganga. Tidak ada angin, tidak ada hujan, apalagi badai, loh. Mau apa alpha asing di depannya mendadak berlagak bagai malaikat penolong coba?

Feryan langsung memeluk badan sendiri. "Gak usah. Siapa yang tau apa yang bakalan alpha kayak ELO lakuin ke gue!" tolaknya menggunakan nada sesinis mungkin.

Alpha di depannya balas mendengkus. "Elo nggak pernah ngaca pasti. Dikira alpha macam gue bakalan tertarik ke omega kayak lo?" balasnya sengit dengan raut sombong yang kentara.

Omega laki-laki itu geram maksimal sekarang. "Bangsat! Gue gak butuh bantuan elo, ya. Nih, lihat!" Dengan satu pijakan kuat dia melangkah maju, menantang sosok alpha yang baginya amat kurang ajar ini. "Gue udah baik-baik a--huh?" Kemudian merasakan pusing yang menyerang telak kepala ketika tubuhnya digerakkan ke berbagai arah hingga perlahan membuatnya kehilangan keseimbangan.

Saga sontak terkesiap melihat hal itu. "You, stupid!" Lalu secara cepat menangkap pinggang Feryan dengan sebelah tangan.

Dan ya, sesuai dugaan kalian, kini kedua orang itu tengah saling beradu tatap dengan sorot terkejut yang serupa, bersama debaran kencang dari jantung mereka yang seolah menjadi latar musiknya. Saga dan Feryan kompak meneguk air saliva masing-masing, hingga sedikit demi sedikit berusaha mengalihkan perhatian mereka ke arah lain.

Setya, Dyas dan Vano yang menyaksikan adegan itu hanya bisa bergeming. Bingung harus bereaksi bagaimana.

Kemudian saat tersadar, suara bentakan Feryan kembali terdengar. "Yee, Bangsat! Gak usah pegang-pegang gue! Lepasin!"

"Fine!" Saga menarik tangan dari pinggang omega berisik di depannya dan secara telak membawa tubuh itu terjatuh ke lantai.

Feryan menjerit saat daging serta tulang pantatnya terasa bertubrukan dengan kerasnya keramik. "Anjrit! Sakit, woi!"

Saga mengangkat tangan, memasang ekspresi sepolos mungkin demi membela diri. "Elo yang minta gue lepasin pegangan gue, tuh."

Omega di bawahnya berdecak. "Bodo!" Buru-buru berdiri sembari menepuk-nepuk bagian belakang celana, setelah itu memandang sosok kawannya yang masih saja diam tanpa ada minat mencampuri pertikaian di antara mereka. "Ayo, Set! Kita pergi!"

Setya melirik Feryan dan Saga bergantian. "Elo yakin? Nggak kepengin ribut lebih lama lagi sama alpha ini?"

Dyas dan Vano kompak menyemburkan tawa tertahan menangkap tanya berisi sindiran konyol itu.

"Yaelah! Siapa juga yang betah ribut lama-lama sama alpha beraura songong kayak dia!" Feryan mengenakan tas seusai memperdengarkan respons ketus itu. Dia mendengkus keras pada Saga, lantas berlalu dari sana. "Buruan, Set!"

Setya sekadar menghela napas, sesudahnya menyusul Feryan menuruni tangga. Pergi meninggalkan ketiga pemuda yang terus melihat arah kepergian mereka bersama kesan yang sulit dijabarkan dengan satu dua patah kata saja.

"Do you guys, know anything about him?"

"I don't have any clue." Vano merespons cepat tanya dari Saga sambil menyimpan sapu tangannya.

"I know him." Dyas menyerahkan tas di pegangan pada pemiliknya. "His name is Feryan, an omega. And the other one is Setya, a beta. Mereka berdua dari fakultas ekonomi."

Mengetahui nama omega itu membuat Saga mengernyit. "Hmm, Feryan? His name sounds familiar," katanya, coba mengingat-ingat nama itu yang entah pernah didengarnya kapan dan di mana.

Vano terlihat tertarik mendengar komentar itu. "Like, you ever heard his name in your dream or something?"

Saga menggeleng. "Not in my dream. But ... somewhere else." Setelah itu dia mengenakan tas kembali seraya menatap dua kawannya. "Well, whatever. Let's just forget about him and go to our class now," ujarnya yang melangkah pergi lebih dulu.

Dyas dan Vano mengangguk kompak. "Kay, if you said so," timpal Vano pasrah.

"You're not gonna chase after him? That omega."

Saga tersenyum menanggapi pertanyaan Dyas itu. "Nope. It's not like we both won't meet each other again anyway." Sambil tatapannya menerawang entah ke mana.

Vano dan Dyas saling beradu pandangan usil. "So, you're saying you still want to meet him? Aww, what kind of development is this?"

Alpha di depan mereka memutar bola mata menangkap kata berisi ejekan dari Vano itu. "Shut up, you giraffe head!"

Membuat Vano tak mampu membalas lagi. Sedangkan Dyas tertawa puas sendiri.

Di tempat lain, pada salah satu sudut kelas milik fakultas ekonomi yang suasananya masih sepi, Feryan terduduk dengan ekspresi shock akibat terus terngiang adegan norak yang dialaminya beberapa menit lalu dengan alpha bangsat yang membuatnya kesal sejak pertemuan pertama. "ARRGHHH! SIAPA SIH ALPHA TADI ITU, SET? FEROMONNYA BENER-BENER BIKIN GUE ... GAK BERKUTIK!" jeritnya heboh sampai nyaris membuat kawannya yang tengah mencatat materi terjungkal dari kursi.

Sahabat dekat Feryan yang merupakan beta ini menatap malas. "Elo masa gak kenal? Mereka itu Juanda, Ervano, sama Dyas. Dyas itu beta, sih. Kalo Juanda sama Ervano baru alpha. Mereka itu 'kan salah dua alpha yang paling terkenal di kampus ini, Fer. Masa elo nggak tau soal mereka?"

Kali ini wajah shock Feryan tampak bertambah terkejut lagi. "Juanda? Ervano?" Matanya melotot menatap Setya. "Maksud elo, Juanda Saga Fransiskus sama Ervano Johannes itu? Anak dari seleb sama model terkenal itu?" tanyanya bertubi-tubi tanpa mampu dikendalikan.

"IYA! ITU MEREKA!"

Omega itu memekik. "Anjir! Gue selama ini tau nama mereka, tapi gak pernah bener-bener tau mukanya, dong. Gilaaaa! Mana tadi gue sama si Juanda itu sempet ... bikin adegan norak. Hiiih!" Mengingatnya bikin sekujur badan menggelinjang.

Setya merasa geli melihat reaksi lucu kawannya ini. "Kesengsem ya, lo sama dia?"

Feryan mendengkus dengan sedikit rona di parasnya. "Ng-nggak, ya! Siapa juga!" Lalu berlagak tak acuh seraya membuang muka.

"Jawaban elo meragukan banget, Fer," balas Setya yang lanjut mencacat di bukunya.

Feryan gregetan. "Bacot! Udah, ah. Gak mau lagi gue ngebahas mereka," ujarnya sambil mengencangkan tali lengan jaket yang digunakan untuk menutupi bagian tubuh belakangnya yang basah.

"Iya, deh. Iya." Setya hanya mengangguk-angguk pasrah. Tak ada gunanya juga toh mencoba menggoda Feryan mengingat sifat kawan omeganya ini keras kepalanya seperti apa.

"Meski ya, aroma feromonnya enak banget, sih. Si Juanda tadi itu."

Setya tercekat mendengar hal itu. "Katanya udah gak mau elo bahas."

Feryan terang saja terperanjat. "Eh, kedengeran, ya? Gue kira tadi gue ngomong dalam hati," desisnya sembari memegangi mulut dan merasa malu sendiri. Anjir, anjir, anjir. Norak!

"Hadeeeuh." Beta itu memutar bola mata sampai nyaris membuat kepalanya pusing. Saking lelahnya menghadapi sifat bodoh kawannya yang satu ini. "Jangan terus-terusan dipikirin makanya. Nanti lama-lama elo malah jadi suka lagi ke itu alpha."

Suara jerit kesakitan lalu terdengar dari seseorang yang kakinya baru saja diinjak secara sadis dari bawah meja.

"MAMPUS!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lynn Damaris
singgah ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 2: Sebuah Awal

    Di dunia yang semakin maju dan modern ini, manusia dibedakan ke dalam dua jenis kelamin: perempuan dan laki-laki sebagai jenis kelamin utama-serta alpha, beta, dan omega sebagai jenis kelamin kedua. Para alpha menduduki posisi puncak kategori ini. Mereka merupakan pemimpin-pemimpin natural; orang-orang yang aura mendominasinya menguar bahkan dari jarak sepuluh meter. Menyusul tangisan pertama mereka ada takdir akan keagungan dan kekuasaan yang melayang-layang di atas puncak kepala bayi laki-laki dan perempuan alpha seperti janji: kamu akan jadi orang hebat. Kamu akan jadi panutan orang-orang. Beta adalah orang-orang tersebut. Pelayan alpha. Dalam koloni semut mereka ibarat para pekerja di bawah pimpinan ratu. Kehadiran mereka seperti pemain figuran yang mudah diabaikan, tapi ada di mana-mana. Mereka orang biasa yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 3: Pertemuan Kedua

    Tubuh itu berpostur tinggi dan tegap. Kulit putih bersih, membuat urat-urat di baliknya terlihat agak menonjol. Otot tangan tampak kencang dengan punggung lebar yang mulus tanpa ada luka satu gores pun. Dada bidang yang kokoh, perut kencang bertekstur kotak-kotak yang walau belum tercetak padat tapi tetap dapat dianggap menggiurkan bagi mata siapa saja. Jemari panjang itu bergerak sedikit demi sedikit, mengusap lengan, leher, pun kepala yang telah basah. Menggosok-gosok busa di rambut, memperlihatkan sekilas bekas luka yang tercetak di kulit kepala. Wajahnya menengadah, menikmati siraman air mandi yang membasuh muka hingga seluruh badan. Membuka mata, membiarkan air memenuhi pandangan tatkala bayangan wajah omega yang didapatinya tengah heat pagi tadi muncul di ingatan. Cara bicaranya, paras keheranannya, ekspresi kesal sekaligus tatapan sinisnya. Semua itu, bagi Saga tampak sungguh-sungguh menggoda. Suara ketukan yang terdengar dari lua

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 4: Pertemuan Lainnya

    Embusan napas letih itu terdengar bersamaan, tetapi bersumber dari arah yang berbeda. Alhasil, ketika dua orang itu akhirnya menegakkan posisi badan yang lelah untuk saling berhadapan, masing-masing sepasang bola mata mereka sontak membulat. Tidak lama, sebab Feryan langsung memasang sorot sinis, sementara Saga memperlihatkan tatapan seperti biasa. Lanjut berjalan beberapa langkah membuat keduanya menjadi saling bersinggungan. Tubuh lebih pendek bergeser ke kiri, lalu tanpa diduga sosok yang lebih tinggi justru mengikuti. Bergeser lagi ke kanan, pola yang serupa kembali terjadi. Kanan, kiri, kanan, kiri, mereka nyaris saling bertubrukan tiada henti. Feryan mendongak sambil mendelik kesal. "Elo bisa berhenti ngikutin gue, nggak? Gue mau lewat!" Protes itu ditanggapi putaran bola mata oleh Saga. "Siapa juga yang lagi ngikutin elo. Damn! Okay, fine. Silakan elo lewat," ujarnya yang mau tak mau mengalah, menggeser tubu

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 5: Omega yang Membutuhkan Alpha

    Heat. Siklus yang hanya dialami oleh para omega--terjadi setiap satu bulan sekali dan berlangsung kurang lebih satu minggu lamanya. Saat heat, hasrat omega untuk disetubuhi hingga kadang kala 'secara pasrah' ingin dihamili, terutama oleh para alpha meningkat berkali lipat. Karena ketika mengalami heat, peluang untuk hamil--terlebih bagi omega laki-laki, amatlah sangat besar persentasenya. Meski sering kali mereka kehilangan kontrol diri, sekadar peduli tentang betapa mereka ingin dicumbu serta diajak bercinta demi memuaskan birahi yang tak terkendali. Bagi omega yang tengah dikuasai heat tetapi di lain sisi telah mempunyai pasangan atau bahkan cukup berani mencari 'pertolongan' dari pihak luar sekalipun itu uluran tangan milik orang asing, maka mereka dapat mengatasi siklus itu secara mudah tanpa perlu merasa tersiksa dan menderita seorang diri. Berbeda dengan para omega yang dirumahka

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 6: Permulaan Kedua

    Suara desahan saling menyahut dari ponsel masing-masing sementara kedua orang itu sama-sama sibuk menyentuh area pribadi yang masih saja bereaksi. Jemari kaki Feryan mengerut, leher kian berpeluh ketika untuk ke sekian kali dia berhasil mencapai orgasme. Tangannya terkulai lemas dengan pandangan yang semakin mengabur sebelum perlahan-lahan menutup sepenuhnya, beristirahat dalam tidur bersamaan dengan ponselnya yang kehabisan daya. Mengetahui sambungan telepon terputus begitu saja jelas mengejutkan Saga. Dia meringis sambil mengambil lembaran tisu yang lain lagi lantas memeriksa layar. Sebelah tangannya menghubungi kembali nomor Feryan, sedangkan satu tangan yang lain bergerak membersihkan air mani yang mengotori area perutnya menggunakan tisu. Panggilan kedua itu tak tersambung. Saga menduga ponsel Feryan kemungkinan mati. Dan itu membuatnya bertambah frutrasi kini. Berpikir bahwa mengalami heat

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 7: Memori

    Kelap-kelip lampu berwarna-warni menerangi dari sudut ke sudut hingga ke seantero ruang pesta. Hiruk suara musik menggema, menghantarkan nada-nada mengentak yang membuat kaki panjang itu bergerak-gerak mengetuk lantai. Memperlihatkan dua orang pemuda yang tengah duduk di salah satu sofa khusus bagi tamu alpha. Dan di meja mereka, berbagai camilan serta minuman beralkohol disuguhkan sebagai jamuan istimewa.Ervano Johannes menuangkan vodka ke gelas yang langsung ditenggak sampai tandas. Di sebelahnya, Setya Febrianu yang semula sungkan untuk turut mencicipi jamuan menjadi tertarik. Baru bersiap mengangkat botol, saat tahu-tahu sosok di sampingnya malah menahan gerak tangannya."What are you trying to do?"Ditodong pertanyaan itu, jelas saja Setya tersengih. "What? Having a taste of course. Elo pikir cuma elo doang yang kepengin minum?"Ervano mengernyit. "Really? Emangnya elo udah

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 8: Keberadaan Rasa

    "Hey, Ryan. Can I kiss you?" Feryan Feriandi meneguk saliva secara susah payah. Terpaan napas Saga yang berada tepat di atasnya saat bertanya demikian menghantarkan aroma manis yang menggelitik hidung, bersamaan dengan sensasi feromon darinya yang terasa kian menyejukkan. Membuat mata itu berkedip-kedip panik, bergerak-gerak ke arah lain makin gelagapan sebelum fokusnya jatuh pada kedua belah bibir sang alpha yang tipis dan merah, tampak agak membuka seakan-akan memang telah siap disentuhkan ke bibirnya. Sang omega membuka mulutnya yang gemetaran. Bersiap memberikan jawaban tatkala pintu ruang kesehatan justru terbuka, digeser dari luar lalu menampakkan sosok seorang pria yang sontak terkejut menyaksikan adegan yang tengah dilakoni dua sejoli pada matras di ruangannya ini. Feryan memekik, sementara Saga sekadar menghela napas lesu karena merasa kesempatan yang akhirnya dia akan dapatkan malah terganggu

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-25
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 9: Diluar Dugaan

    Jam di layar ponsel memperlihatkan waktu 14:58. Kelas terakhir yang Feryan ikuti selesai belasan menit lebih lama dari perkiraan. Membuatnya cemas karena selain memikirkan tentang Setya yang entah masih menunggunya atau tidak di parkiran, dia juga berpikir mengenai Saga yang mungkin saja tengah merasa kesal lantaran dibuat menunggu cukup lama. Malah bisa jadi, alpha itu lebih memilih pulang duluan ketimbang harus repot-repot buang waktu demi menantikan kemunculannya.Namun, semua isi pikiran tak mengenakkan itu sirna tatkala Feryan mendapati sosok Saga yang tengah berdiri di dekat ujung tangga. Tampak membalas sapaan beberapa orang yang berlalu lalang melewatinya sambil sesekali melirik jam di pergelangan tangan, sedangkan di tangan satunya dia terlihat membawa sebuah plastik cukup besar yang entah berisi apa.Feryan menarik-embuskan napas cukup panjang. Membuat dia membaui feromon milik Saga yang beraroma menyekukkan, lalu membawa langkah

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-26

Bab terbaru

  • My Fated Pair [BxB]   EPILOG

    Feryan Feriandi menatap tak berkedip langit malam di luaran sana. Mengintip waktu pada jam dinding, lalu mendecak tidak sabar sambil mengusap-usap perut buncitnya ke atas hingga ke bawah. "Iya. Kembang apinya lama banget, nih. Padahal kita nggak sabar mau ngeliat, ya," ujar pemuda omega itu pada sang buah hati yang masih berada dalam kandungan dan merespons melalui tendangan. "Iya, Sayang. Sabar. Tunggu beberapa menit lagi. Kembang apinya nanti muncul, kok," sambungnya seraya meringis sebab turut merasakan sensasi mulas untuk ke sekian kalinya di sepanjang hari ini. Apakah mungkin karena tendangan jabang bayinya semakin kuat? Ataukah karena dia yang terlalu lama duduk di kursi ini? Atau ada faktor lain? Pintu kamar lalu membuka dan menampakkan sosok Saga yang baru pulang dari tempat kerjanya. Membuat Feryan menoleh, lantas menyambutnya dengan senyum semringah. "Tuh, lihat! Gupa pulang!" serunya senang sambil perlahan-lahan turun dari kursi. "Hati-hati, Sayang!" ujar sang alpha ser

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 38: Sejak Perjumpaan Pertama dan Untuk Selamanya (END)

    Untuk ke sekian kali, Feryan menarik napas panjang demi menenangkan debaran di jantungnya. Omega ini gelisah sembari terus-menerus membetulkan veil yang terpasang di bagian belakang kepala, pada bulatan rambut atas yang diikat sementara setengah rambut bawahnya dibiarkan tergerai. Sudah saja merasakan basah di seluruh telapak tangan yang tengah memegangi buket bunga senada warna tuxedo, celana licin serta sepatu yang dikenakan: putih.Mata bulat pemuda itu mengerling gamang ke arah kerumunan tamu yang duduk pada setiap kursi di sekitar altar selagi menyimak sambutan dari Pendeta yang bantu memberkati prosesi hari istimewanya. Menggigit bibir yang dipoles lipgloss berwarna bening, terus meringis dan mendesah berulang-ulang. Sungguh kalut tidak keruan sekalipun telah meyakinkan diri bahwa dia siap menyambut hari yang amat dinantikan ini; hari pernikahannya dan Saga."Gugup?"Kemunculan Ardian Triangga Santoso selaku sang ayah sedikit membuat Feryan mampu mengembuskan napas lega. "Iyalah

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 37: Menuju Hari Bahagia

    Selembar undangan bertuliskan; Wedding invitation of Juanda Saga. F (A) with Feryan Feriandi. S (Ω), 3rb May disodorkan oleh calon mempelai alpha. "Ini, Dok. Undangan dari kami.""Wow." Yang diterima oleh Dokter Lanang Mahesa Aguntara dengan tangan terbuka. "Akhirnya, datang juga undangan pernikahan ini." Matanya mengerling usil pada sesosok omega yang menggandeng erat lengan Saga seolah tak mau lepas. "Padahal kurang lebih tiga bulan lalu, saya masih ingat ada seseorang yang menyangkal tentang dia dan Saga berpacaran, tapi lihat sekarang," selorohnya sengaja menggoda."Dokter!" Feryan mendesis risih dibarengi pelototan.Alhasil Saga dan Lanang kompak menertawakan."Selamat ya, Feryan, Saga," ucap dokter berusia 27 tahun ini, lalu melirik ke perut Feryan. "Dari yang saya dengar, katanya kamu juga sedang hamil."Anggukkan Feryan tunjukan sebagai jawaban. "Iya. Udah jalan dua bulan lebih, Dok." Tangannya dan Saga refleks memegangi perutnya dengan kompak.Lanang turut senang melihatnya d

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 36: Pilihan Nama dan Panggilan

    Sepasang alpha dan omega ini memandang secara saksama pada USG monitor yang menampakkan gambaran janin mungil yang bergerak sedikit demi sedikit. Untuk pertama kali, bersama-sama menyaksikan langsung perkembangan bayi mereka dari layar berwarna abu-abu. Disusul mendengarkan detak jantung di dalam perut yang serta-merta menciptakan perasaan gelisah bercampur bungah.Feryan Feriandi tersenyum penuh haru sambil kian mengeratkan pegangan tangannya di genggaman Juanda Saga Fransiskus yang setia mendampingi tatkala detak jantung sang anak terdengar semakin jelas.Usai menjalani seluruh pemeriksaan, Saga bertanya dengan tidak sabar. "Bagaimana kondisinya, Dok? Dia sehat, 'kan? Bayi kami juga sehat, 'kan?"Dokter kandungan bernama Eirina ini mengangguk laun. "Luka di perut Tuan Muda Feryan sudah berangsur membaik. Tidak ada masalah. Begitu juga dengan janin di perutnya. Anda tidak perlu khawatir, Tuan Muda Saga," jelasnya disertai senyum hangat yang kontan membuat Saga bernapas lega."Berapa

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 35: Berdamai Dengan Situasi

    "Ayah ngajak Ibu rujuk?" Mengetahui kabar yang dikatakan oleh Sang Ibu, terang saja Feryan tampak bahagia hingga menghentikan makannya sebentar untuk memastikan lebih jauh. "Terus? Ibu terima?" Ketika kepala wanita omega yang melahirkannya 18 tahun lalu itu mengangguk, senyum semringah Feryan kian mengembang. "Selamat ya, Bu!" ujarnya sambil memegangi tangan sang ibu erat. "Fery turut senang."Desyana mengangguk dengan embus napas lega. "Iya, Nak. Makasih, ya."Saga yang juga tengah menyimak percakapan mereka, turut tersenyum dan memberi selamat, "Saga juga ikut senang mendengarnya, Tante. Selamat, ya.""Terima kasih juga, Nak Saga." Desyana mengusap pundak calon menantunya lembut.Feryan melanjutkan sesi makannya lalu kembali bertanya, "Jadi, nanti Ibu bakalan tinggal sama Ayah, dong?""Iya." Lagi, Desyana mengangguk. "Tapi nanti, setelah kamu dan Saga menikah."Pemuda omega yang tengah mengandung ini manggut-manggut. "Fery pikir ayah udah gak cinta lagi sama Ibu."Komentar itu membu

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 34: Kembalinya Kebahagiaan

    Juanda Saga Fransiskus menutup ruang rawat lalu kembali melangkah mendekati ranjang yang Feryan tempati. Sepi. Setelah masing-masing orang tua mereka memutuskan untuk pulang dulu ke rumah, berpikir bahwa kini mereka memiliki kesempatan untuk berbicara empat mata. "Akhirnya, kita bisa berduaan. Haaaah." Alpha muda ini membuang napas panjang seraya duduk ke tepian ranjang. Feryan tersenyum. Tangannya bergerak pelan untuk bantu merapikan tatanan rambut Saga yang terlihat acak-acakan. "Elo pasti capek banget. Mendingan elo tidur aja, Saga." Gelengan kepala ditunjukkan. Tangan Feryan yang menyentuh rambutnya lantas dipegang. "Gue nggak ngantuk sama sekali, kok. Tugas gue di sini adalah untuk menjaga lo. Dan anak kita," bisiknya, tidak lupa menjatuhkan tangan pada bagian bawah perut sang omega di mana letak janinnya berada.

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 33: Saatnya Penentuan

    "Hah? Gue hamil?" Apakah Feryan tidak salah dengar? Hamil, katanya? Sejak kapan? Bagaimana bisa? Seusai mendengar seluruh penjelasan dari Dokter, sang Ibu serta Saga, alhasil Feryan langsung memegangi perut secara pelan dari luar baju pasiennya. "Jadi, gue beneran ... lagi hamil?" Dia mendongak pada Saga. Yang memperlihatkan anggukkan laun selagi mengusap puncak kepalanya lembut. "Iya." "Anak elo, 'kan?" Sambung Feryan, masih ingin memastikan lantaran masih sulit mempercayai apa yang dialaminya saat ini. Namun, tanya kedua darinya itu sukses membuat kekasihalphanyamendecakkan lidah sambil melotot geram. "Astaga. Bego elo itu ada batasnya nggak, sih? Jelaslah itu anak gue! Emangnya elo ngerasa pernah tidur sama alpha mana lag

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 32: Kabar Mengejutkan

    Juanda Saga Fransiskus terus berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang UGD tanpa menghiraukan dua pasangan orang tua yang jadi turut gelisah akibat melihat tindakannya. Menunggu dokter muncul dari ruang UGD, ditambah menanti kabar mengenai kondisi Feryan yang proses dioperasinya bagai tak kunjung usai. Laura menarik napas tidak sabar. "Dokter kenapa lama, ya? Padahal aku mau tau kondisi menantu kita dan kandungannya." Mendengar protes itu, Desyana pun semakin merasa gamang. "Maaf sebelumnya. Saya sendiri belum yakin apakah hasil testpack milik Fery akurat. Bila nanti dokter keluar memberi kabar bahwa Feryan ternyata nggak hamil, saya harap Miss Laura dan yang lain nggak kecewa." Perkataan itu membuat Saga berhenti berjalan, sedangkan Laura, Julius dan Ardian sontak melirik penuh iba. Ardian kembali merangkul wanita omega di sampingnya ini dengan lembut. "Yang terpenting adalah keselamatan dia, Syana. Entah hasilnya positif atau nggak, yang paling pe

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 31: Harapan Baru

    "TIDAK! FERYAN! BUKA MATAMU!" Jess berteriak histeris sembari menepuk-nepuk pipi Feryan dengan kasar. "HEY! KAU DENGAR AKU? JANGAN MATI DI SINI, OMEGA SIALAN! KENAPA KAU ... APA YANG AKAN SAGA .... " Bibirnya gemetaran sebab tak lagi sanggup berkata-kata. "ARRRGHHH! TOLONG! SIAPA PUN, TOLONG KAMI!" Jeritan keputus-asaan itu bersahutan, bertepatan dengan datangnya satu per satu rombongan dari; mobil hitam, mobil polisi hingga sirine ambulance yang terdengar dari kejauhan. Pun, tiga helicopter tampak mondar-mandir terbang tepat di atas langit di mana posisi Jess berada. Motor yang digunakan oleh komplotan pelaku penusukkan pun berhasil dicegat dengan cara ditabrak dari samping, hingga dua sosok pria beta itu jatuh bergulingan ke jalan. Dari dalam mobil yang menabrak, Tommy Andy Samudera memunculkan diri selagi melaporkan situasi kepada Tuan Besarnya sembari menyaksikan dari kejauhan ketika Feryan mulai digotong ke dalam ambulance. "Halo, Tuan Ardian. Tu

DMCA.com Protection Status