Home / Lainnya / My Fated Pair [BxB] / FATE 3: Pertemuan Kedua

Share

FATE 3: Pertemuan Kedua

Author: d'Rythem24
last update Huling Na-update: 2021-03-18 15:08:51

Tubuh itu berpostur tinggi dan tegap. Kulit putih bersih, membuat urat-urat di baliknya terlihat agak menonjol. Otot tangan tampak kencang dengan punggung lebar yang mulus tanpa ada luka satu gores pun. Dada bidang yang kokoh, perut kencang bertekstur kotak-kotak yang walau belum tercetak padat tapi tetap dapat dianggap menggiurkan bagi mata siapa saja. Jemari panjang itu bergerak sedikit demi sedikit, mengusap lengan, leher, pun kepala yang telah basah. Menggosok-gosok busa di rambut, memperlihatkan sekilas bekas luka yang tercetak di kulit kepala.

Wajahnya menengadah, menikmati siraman air mandi yang membasuh muka hingga seluruh badan. Membuka mata, membiarkan air memenuhi pandangan tatkala bayangan wajah omega yang didapatinya tengah heat pagi tadi muncul di ingatan. Cara bicaranya, paras keheranannya, ekspresi kesal sekaligus tatapan sinisnya. Semua itu, bagi Saga tampak sungguh-sungguh menggoda.

Suara ketukan yang terdengar dari luar membuat Saga agak tersentak. "Tuan Muda, Nyonya meminta agar Anda tidak mandi terlalu lama."

Sang Tuan Muda mengumpat tertahan mendengar pemberitahuan dari salah satu pelayannya. Melirik bagian di bawah perut serta bulu-bulu halusnya yang saat ini tengah mengacung tegak lantaran dikuasai nafsu yang ditahannya sejak pagi.

"I'm done within ten more minutes. You can go!" sahut Saga yang kemudian mulai menggerakkan tangan naik turun di atas batang kelakian alpha kebanggaannya. Menggigit bibir demi meredam desah sambil sebelah tangannya berpegangan pada dinding keramik yang dingin.

Gambaran wajah omega yang diperkirakan merupakan sang fated pair muncul kembali. Membuat gerakan tangan di bawah sana kian bersemangat. Samar-samar, bibirnya menyebutkan nama sang omega. "Feryan ... haaa." Bersamaan dengan orgasme yang tiba, melepaskan mani dari lubang kepala kejantanannya hingga mengotori dinding dan lantai tempatnya berpijak.

Napas Saga agak terengah-engah. Menatap cairan sperma miliknya sendiri yang hanyut terbawa air menuju ke saluran pembuangan, lantas menyemburkan tawa hambar.

"Gue bener-bener udah mulai gila."

___

"So, can you tell me more about this omega?" tanya Laura pada sang putra yang baru hendak menyuapkan makanan ke mulut.

Membuat Saga urung menyantap menu makan malam sebab kini terdiam memikirkan jawaban. "He's kinda, cute? Well, not really, actually. Tapi ya, dia lumayan lucu. Wajah marahnya enak buat dilihat. That's all I can say for now, Mom. Soalnya Saga juga baru ketemu dia hari ini dan kami belum cukup saling mengenal. Next time, kalo Saga dan dia ketemu lagi, Saga akan mencoba melakukan langkah PDKT dengannya, deh," ungkapnya dengan wajah tenang dan lantas melanjutkan makan.

Mommy-nya tersenyum senang mendengar niatan itu. "That's my boy. And, how about his name? Siapa nama omega laki-laki yang berhasil menarik perhatian putra mommy ini? Hmm?" Sekali lagi bertanya, sengaja memancing untuk mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya yang paling besar.

Senyuman di bibir tipis Saga muncul saat mengucap, "His name is Feryan."

Sebelah tangan Laura yang berada di bawah meja mengepal senang bak baru saja diberitahukan perihal kemenangan miliknya.

Kemudian Saga meneruskan, "Untuk detil lainnya, akan Saga beri dan tunjukan ke Mommy secara langsung nanti. Suatu hari kalau Saga udah berhasil mendapatkan perhatian dia, Feryan akan Saga kenalkan langsung pada Mommy dan Daddy. You can keep my promise, Mom," ujarnya optimis.

Sang Mommy mengangguk. "I know you can do it. Mommy akan tunggu sampai saat itu tiba, ya."

___ P Α S Ω ___

Feryan menguap sampai membuat sudut matanya berair, melangkah keluar kelas bersama Setya yang berdiri di sebelahnya.

"Kenapa lo? Gak bisa tidur semaleman gara-gara mikir--aww, anjrit!" Belum selesai pertanyaan disuarakan, kulit tangan pemuda beta itu justru mendapatkan cubitan kencang. "Sakit, goblok!" maki Setya sambil balas memukul lengan sang kawan.

Feryan mendesis risih. "Lagian elonya juga ngebahas itu melulu. Enek gue dengernya tau, nggak!" Lalu mendengkus demi menunjukkan betapa serius dirinya mengatakan hal itu.

Setya tidak tahu saja bahwa semalaman omega ini dibuat tidak bisa tidur lantaran dihantui wajah alpha brengsek bernama Juanda Saga sampai dia frustrasi sendiri. Berguling ke kasur ke sana-kemari hingga terjatuh ke lantai dan menabrakkan ujung kepalanya ke nakas. Membuatnya mengutuk alpha itu habis-habisan dikarenakan sakit yang dia dapatkan.

"Malahan gue penginnya jangan sampe deh gue ketemu lagi sama dia!" keluh Feryan merasa gregetan. "Apalagi kalo nanti indikasi heat gue tau-tau muncul lagi. Bisa bangkrut gaji Ibu gue!" curhatnya meneruskan.

Didengarkan oleh Setya yang sekadar mengangguk-angguk saja. Cukup memahami perasaan sang kawan omega yang dibesarkan dari kalangan keluarga menengah ke bawah tak ubah seperti dirinya. Mereka berjalan bersisian di antara kerumunan para mahasiswa dan mahasiswi yang juga baru menyelesaikan jam kuliah pertama sambil terus berbincang mengenai berbagai topik persoalan. Hingga ketika keduanya tengah menuruni anak tangga dari lantai kedua gedung fakultas, mereka terpaksa menjeda langkah di tengah bagian tangga karena berpapasan dengan ketiga orang yang dijumpai hari kemarin.

"Huh?" Saga dan Ervano tercekat.

"Hm?" Di depan mereka, Feryan dan Setya mendelik, tak menduga pertemuan ini sama sekali.

Yaelah. Baru aja tadi gue ngarep gak mau ketemu lagi. Kenapa nasib gue sial amat, sih. Setan kunyuk! Umpat Feryan tiada henti dari dalam hati.

Feryan menghela napas lesu. "Hah. Gak beruntung banget gue mesti ketemu lagi sama kalian di pagi buta begini," keluhnya langsung menampakkan reaksi ketusnya.

Saga mengernyit. Memandang ke kejauhan memastikan cahaya dan panas yang dirasakannya bukanlah sekadar ilusi. "Pagi buta? Jam 10 elo sebut pagi buta? Hiperbola banget lo!" balasnya tidak lupa memutar bola mata.

Omega tempramental ini tersengih. "Bodo! Minggir kalian!" Seusai dibentak begitu, Ervano dan Dyas langsung menurut dan membukakan jalan. "Punya badan pada kayak tiang berjalan, menuh-menuhin ruang di bumi aja. Dasar!"

Saga, 19 tahun, tinggi badan: 183 sentimeter. Ervano, 18 tahun, tinggi badan: 190 sentimeter. Dyas, 19 tahun, tinggi badan: 178 sentimeter. Sementara Feryan, 18 tahun, tinggi badan: 167 sentimeter. Setya, 19 tahun, tinggi badan: 165 sentimeter.

Antara ketiga pemuda ini benar-benar telah membuat ruang di bumi tampak lebih padat, atau memang dua pemuda di depan mereka saja yang bernasib kurang beruntung lantaran dikaruniai tinggi badan yang pas-pasan.

Setya sekadar menghela napas sewaktu Feryan berjalan pergi mendahuluinya begitu saja.

"Your friend is so rude, y'know," komentar Ervano sambil berkacak pinggang.

Alpha paling tinggi itu ditatap Setya dengan sorot menyipit. "That's his natural character. Sorry for that. Excuse me, then."

Saga menggeser badannya, menghalangi jalan yang hendak Setya lalui secara sigap. "Wait!" cegahnya dengan raut canggung yang kentara.

"Hm?" Tak hanya Setya yang dibuat bingung oleh tindakan Saga. Kedua kawan alpha muda ini pun sampai saling berpandangan sebab yang dilakukannya kini sangat di luar dugaan.

Saga menjilat bibirnya sendiri sebelum ragu-ragu bertanya, "Can I have ... number."

Beta berperawakan pendek itu mengernyit mendengar pertanyaan kurang spesifik tadi. "What number?"

Pemuda berambut cokelat gelap ini mengumpat tertahan sebelum memberanikan diri bertanya lebih jelas, "I want his number. Maksud gue, nomor HP temen lo."

Ervano dan Dyas menyeringai sambil beradu gerakan alis, menggoda secara diam-diam.

Sementara Setya yang ditanyai menunjukkan raut heran, kemudian merespons, "Yah, gue lagi gak bawa HP."

Saga mendecak lirih. "And I bet he'll never gonna contact me if I give my number first. Sigh. What should I do?"

Akan lebih mudah andai omega yang menarik perhatiannya sejak kemarin itu bisa diajak bicara baik-baik tanpa perlu mengundang pertikaian setiap mereka bertatap muka. Namun, tak ada yang dapat Saga lakukan jika fakta di lapangan tak bisa menjadikan rencananya mudah direalisasikan.

"Elo suka sama temen gue?"

Ditodong pertanyaan itu terang saja mengejutkan diri Saga sendiri. "No. Not really. Well, a little. Maybe. Cause he's kinda interesting and funny," akunya jujur.

Setya maju satu langkah, menghadap Saga tanpa rasa segan. Mendongak, menatapnya dengan sorot serius sebelum berucap, "Biar gue tanya sekali lagi. Elo suka sama Feryan atau nggak? Kalo elo serius, gue ga keberatan ngasih bantuan biar lo sama dia bisa PDKT. Tapi, kalo elo cuma kepengin main-main dan sekadar penasaran sama dia doang, mendingan lupain aja dia dan silakan cari target omega lain di luar sana. Sekasar-kasarnya dia, Feryan itu tetap teman gue dan dia jelas punya perasaan!"

"PFFFT!" Dua kawan sang alpha yang tengah dikonfrontasi itu menyemburkan tawa tertahan.

Saga kontan saja terperangah. "What the--elo pikir gue ini tipikal sosok alpha antagonis, hah?" tanyanya tak percaya. Merasa amat buruk padahal yang dia lakukan baru sekadar meminta nomor kontak omega incarannya.

Setya dengan sengaja melirik Saga dari ujung rambut hingga ke bawah sepatu yang dipakai sang alpha. "Yah, wujud elo emang menunjukkan aura kayak gitu. No sorry," sahutnya santai.

Saga baru hendak merespons lagi ketika suara menggelegar dari ujung tangga mengejutkannya.

"SET! ELO KOK LAMA, SIH! BETAH AMAT NGOBROL SAMA GEROMBOLAN TIANG BERJALAN! Cepetan!" Feryan mendelik sambil melipat kedua tangan di depan dada dari ujung tangga. Kepalang muak menunggu kawannya yang tak kunjung menyusul ke bawah tanpa menghiraukan kebisingannya yang menarik perhatian beberapa orang di sekitar.

Yang dipanggil melirik, setelah itu tersenyum simpul. "See you later, Young Master Saga. Please think about my warning seriously," pamitnya yang segera berlalu dari hadapan mereka bertiga.

Ervano memandangi arah kepergian beta itu dengan sorot tak biasa. "Woaaah. That's what you called interesting, Saga. Beta itu super keren. Siapa namanya, ya? Ditya, 'kan?"

"Setya!" Dyas mengoreksi.

Saga cuma menghela napas tak peduli. "Whatever. Let's just go for now!" titahnya sambil berjalan agak menghentak menaiki satu per satu anak tangga.

Vano terkekeh. "Bad mood lo gara-gara gagal dapatin nomor Faryan?"

"Feryan!" Dyas mengoreksi lagi.

Juanda Saga mendecak keras. "Shut up! I don't care anymore about him. I mean, let me think for another plan!" ujarnya seraya betul-betul mulai memikirkan rencana lain di dalam kepala.

Di belakang sang alpha yang memiliki darah keturunan bangsawan itu, ada dua orang kawan yang hanya mampu saling melempar senyum. Tak mengatakan apa pun lagi, tetapi kompak mendukung pilihan yang Saga putuskan.

___

"Elo ngobrolin apaan sih sama mereka?! Serius amat perasaan."

"Tadi Juanda minta nomor HP elo."

Jawaban Setya atas pertanyaannya itu jelas membuat Feryan terkejut. "Terus, elo kasih?" Dia mendelik.

Setya langsung menggelengkan kepala. "Nggak, lah. Gue bilang aja gue lagi lupa bawa HP. Soalnya menurut gosip yang gue pernah dengar nih, Tuan Juanda ini katanya model alpha yang agak playboy. Siapa tau dia ada niat mainin perasaan elo, 'kan," terangnya yang lantas berhenti melangkah sebab sang kawan justru menunjukkan raut muram sambil memelankan laju kakinya.

"Mustahil banget lagian alpha macem dia bakalan tertarik ke omega modelan gue gini. Kayak gak ada sosok omega lain aja di hidupnya," ucap Feryan sambil berkacak sebelah pinggang, antara berharap, tetapi juga merasakan sedih di sisi lain hatinya.

Gelengan masygul Setya tunjukan seraya menyahut, "Elo masih kepikiran gara-gara pernah diselingkuhin Benjo dulu itu?"

Seketika Feryan bergidik sendiri. "Kami gak pernah jadian, ya. Jadi itu gak bisa disebut selingkuh. Hidih!" tuturnya dibarengi dengkusan keras.

"Iya, deh. Iya." Setya terkikik menangkap reaksi geli itu. "Tapi yah, bisa jadi sebenarnya si Juanda ini serius naksir ke elo, Fer. Benjo aja pernah ngejar-ngejar elo setengah mampus, 'kan? Siapa tau Juanda juga lagi ada di posisi kayak si Benjo sekarang."

Putaran bola mata diperlihatkan sebagai tanggapan muak lainnya. "Mustahil dibilang!"

"Jangan pesimis."

"Gue berpikir realistis, bukan pesimis."

"Sok-sokan bicara realistis, tapi elo percaya sama fated pair," sindir Setya tepat sasaran.

Terang saja Feryan meradang. "Bacot lo! Suka-suka gue, lah. Udah, deh. Berhenti ngebahas itu alpha songong. Bad mood melulu gue bawaannya setiap diingatin soal dia!" katanya mengingatkan tak bosan-bosan.

Setya hanya mengangkat bahu pasrah. "Ya udah, iya. Terserah lo aja."

Sosok para omega, beta, alpha berada di kerumunan di depannya. Mengelilingi dirinya, menyadarkan Feryan bahwa tak hanya dia yang berada di dunia penuh hal tak terduga dan bahkan sering kali tak dapat memberikan ekspektasi yang sesuai. Lebih dari siapa pun, omega laki-laki ini paling memahami hal tersebut.

"Lagian, ngarepin kemunculan fated pair yang udah sejak lama gue tunggu masih mending ketimbang mikirin sesuatu yang mustahil," desisnya sambil menerawang, lebih ditujukan pada diri sendiri. "Mustahil alpha macam dia suka ke omega rendahan kayak gue gini. Itu ... bener-bener mustahil."

Di tempat lain, Saga tengah memandangi layar ponsel secara frustrasi dikarenakan pencariannya mengenai 'Feryan Feriandi' tak mendapatkan hasil apa pun. Kepalanya tertunduk lesu.

"Haaa. Really. What should I do now?"

Kaugnay na kabanata

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 4: Pertemuan Lainnya

    Embusan napas letih itu terdengar bersamaan, tetapi bersumber dari arah yang berbeda. Alhasil, ketika dua orang itu akhirnya menegakkan posisi badan yang lelah untuk saling berhadapan, masing-masing sepasang bola mata mereka sontak membulat. Tidak lama, sebab Feryan langsung memasang sorot sinis, sementara Saga memperlihatkan tatapan seperti biasa. Lanjut berjalan beberapa langkah membuat keduanya menjadi saling bersinggungan. Tubuh lebih pendek bergeser ke kiri, lalu tanpa diduga sosok yang lebih tinggi justru mengikuti. Bergeser lagi ke kanan, pola yang serupa kembali terjadi. Kanan, kiri, kanan, kiri, mereka nyaris saling bertubrukan tiada henti. Feryan mendongak sambil mendelik kesal. "Elo bisa berhenti ngikutin gue, nggak? Gue mau lewat!" Protes itu ditanggapi putaran bola mata oleh Saga. "Siapa juga yang lagi ngikutin elo. Damn! Okay, fine. Silakan elo lewat," ujarnya yang mau tak mau mengalah, menggeser tubu

    Huling Na-update : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 5: Omega yang Membutuhkan Alpha

    Heat. Siklus yang hanya dialami oleh para omega--terjadi setiap satu bulan sekali dan berlangsung kurang lebih satu minggu lamanya. Saat heat, hasrat omega untuk disetubuhi hingga kadang kala 'secara pasrah' ingin dihamili, terutama oleh para alpha meningkat berkali lipat. Karena ketika mengalami heat, peluang untuk hamil--terlebih bagi omega laki-laki, amatlah sangat besar persentasenya. Meski sering kali mereka kehilangan kontrol diri, sekadar peduli tentang betapa mereka ingin dicumbu serta diajak bercinta demi memuaskan birahi yang tak terkendali. Bagi omega yang tengah dikuasai heat tetapi di lain sisi telah mempunyai pasangan atau bahkan cukup berani mencari 'pertolongan' dari pihak luar sekalipun itu uluran tangan milik orang asing, maka mereka dapat mengatasi siklus itu secara mudah tanpa perlu merasa tersiksa dan menderita seorang diri. Berbeda dengan para omega yang dirumahka

    Huling Na-update : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 6: Permulaan Kedua

    Suara desahan saling menyahut dari ponsel masing-masing sementara kedua orang itu sama-sama sibuk menyentuh area pribadi yang masih saja bereaksi. Jemari kaki Feryan mengerut, leher kian berpeluh ketika untuk ke sekian kali dia berhasil mencapai orgasme. Tangannya terkulai lemas dengan pandangan yang semakin mengabur sebelum perlahan-lahan menutup sepenuhnya, beristirahat dalam tidur bersamaan dengan ponselnya yang kehabisan daya. Mengetahui sambungan telepon terputus begitu saja jelas mengejutkan Saga. Dia meringis sambil mengambil lembaran tisu yang lain lagi lantas memeriksa layar. Sebelah tangannya menghubungi kembali nomor Feryan, sedangkan satu tangan yang lain bergerak membersihkan air mani yang mengotori area perutnya menggunakan tisu. Panggilan kedua itu tak tersambung. Saga menduga ponsel Feryan kemungkinan mati. Dan itu membuatnya bertambah frutrasi kini. Berpikir bahwa mengalami heat

    Huling Na-update : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 7: Memori

    Kelap-kelip lampu berwarna-warni menerangi dari sudut ke sudut hingga ke seantero ruang pesta. Hiruk suara musik menggema, menghantarkan nada-nada mengentak yang membuat kaki panjang itu bergerak-gerak mengetuk lantai. Memperlihatkan dua orang pemuda yang tengah duduk di salah satu sofa khusus bagi tamu alpha. Dan di meja mereka, berbagai camilan serta minuman beralkohol disuguhkan sebagai jamuan istimewa.Ervano Johannes menuangkan vodka ke gelas yang langsung ditenggak sampai tandas. Di sebelahnya, Setya Febrianu yang semula sungkan untuk turut mencicipi jamuan menjadi tertarik. Baru bersiap mengangkat botol, saat tahu-tahu sosok di sampingnya malah menahan gerak tangannya."What are you trying to do?"Ditodong pertanyaan itu, jelas saja Setya tersengih. "What? Having a taste of course. Elo pikir cuma elo doang yang kepengin minum?"Ervano mengernyit. "Really? Emangnya elo udah

    Huling Na-update : 2021-03-18
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 8: Keberadaan Rasa

    "Hey, Ryan. Can I kiss you?" Feryan Feriandi meneguk saliva secara susah payah. Terpaan napas Saga yang berada tepat di atasnya saat bertanya demikian menghantarkan aroma manis yang menggelitik hidung, bersamaan dengan sensasi feromon darinya yang terasa kian menyejukkan. Membuat mata itu berkedip-kedip panik, bergerak-gerak ke arah lain makin gelagapan sebelum fokusnya jatuh pada kedua belah bibir sang alpha yang tipis dan merah, tampak agak membuka seakan-akan memang telah siap disentuhkan ke bibirnya. Sang omega membuka mulutnya yang gemetaran. Bersiap memberikan jawaban tatkala pintu ruang kesehatan justru terbuka, digeser dari luar lalu menampakkan sosok seorang pria yang sontak terkejut menyaksikan adegan yang tengah dilakoni dua sejoli pada matras di ruangannya ini. Feryan memekik, sementara Saga sekadar menghela napas lesu karena merasa kesempatan yang akhirnya dia akan dapatkan malah terganggu

    Huling Na-update : 2021-03-25
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 9: Diluar Dugaan

    Jam di layar ponsel memperlihatkan waktu 14:58. Kelas terakhir yang Feryan ikuti selesai belasan menit lebih lama dari perkiraan. Membuatnya cemas karena selain memikirkan tentang Setya yang entah masih menunggunya atau tidak di parkiran, dia juga berpikir mengenai Saga yang mungkin saja tengah merasa kesal lantaran dibuat menunggu cukup lama. Malah bisa jadi, alpha itu lebih memilih pulang duluan ketimbang harus repot-repot buang waktu demi menantikan kemunculannya.Namun, semua isi pikiran tak mengenakkan itu sirna tatkala Feryan mendapati sosok Saga yang tengah berdiri di dekat ujung tangga. Tampak membalas sapaan beberapa orang yang berlalu lalang melewatinya sambil sesekali melirik jam di pergelangan tangan, sedangkan di tangan satunya dia terlihat membawa sebuah plastik cukup besar yang entah berisi apa.Feryan menarik-embuskan napas cukup panjang. Membuat dia membaui feromon milik Saga yang beraroma menyekukkan, lalu membawa langkah

    Huling Na-update : 2021-03-26
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 10: Kisah Penghubung

    Mampus, mampus, mampus! Belum juga apa-apa gue malah udah ketemu sama ibunya. Aaaaa. Mesti jawab apa gue! Batin Feryan kalut sambil matanya melirik ke sana-kemari saking gugup.Di depannya, Laura masih memandang penuh tanya, menunggu respons darinya.Agak gelagapan, Feryan bersuara, "S-sorry. My name is--ah, no, I mean ... I'm new customer here. So, I, uhh ..." Bahkan dia tidak mampu tuk sekadar menuntaskan kalimatnya.Andai sanggup, saat ini sang omega ingin sekali menggali lubang untuk mengubur dirinya sendiri.Laura tersenyum geli menangkap nada gelisah dari sosok yang mengaku sebagai pelanggan barunya ini. "It's okay, Dear. Kalau kamu mau masuk ke kafe, tinggal ke dalam aja. Ayo, ikut saya."Entah bagaimana, titah itu tidak mampu Feryan tolak sama sekali. Namun, sebelum langkahnya mencapai pintu, dia lebih dulu berbalik untuk mengeluarkan ma

    Huling Na-update : 2021-03-27
  • My Fated Pair [BxB]   FATE 11: Kenyataan Tak Diharapkan

    "Mommy, Mommy, Mommy!"Juanda Saga Fransiskus yang baru turun dari mobil segera melangkah ke dalam rumah secara tergesa-gesa mencari keberadaan sang Mommy.Laura yang tengah membaca majalah kuliner sontak tersenyum mendengar panggilan dari putranya. "Mommy's here, Sweetheart!"Bocah berusia 10 tahun itu mengerem langkahnya yang berniat berlari ke dapur, lantas berbelok menuju ke sofa ruang santai untuk menubruk sosok mommy-nya. "Mommy, I have a good news for you!" ungkapnya penuh antusiasme.Mommy yang melihat itu tentu saja penasaran. "What is it? Tell me!" bisiknya ingin tahu sembari mendudukkan Saga ke sisinya.Saga nyengir. "It's about my fated pair, Mom. I think, I finally found them!"Kedua mata Laura membulat tak percaya mengetahui hal itu. "Really? Are you sure?"Anggukkan kepala ditunjukkan tanpa ragu. "Yup! Saga ya

    Huling Na-update : 2021-03-28

Pinakabagong kabanata

  • My Fated Pair [BxB]   EPILOG

    Feryan Feriandi menatap tak berkedip langit malam di luaran sana. Mengintip waktu pada jam dinding, lalu mendecak tidak sabar sambil mengusap-usap perut buncitnya ke atas hingga ke bawah. "Iya. Kembang apinya lama banget, nih. Padahal kita nggak sabar mau ngeliat, ya," ujar pemuda omega itu pada sang buah hati yang masih berada dalam kandungan dan merespons melalui tendangan. "Iya, Sayang. Sabar. Tunggu beberapa menit lagi. Kembang apinya nanti muncul, kok," sambungnya seraya meringis sebab turut merasakan sensasi mulas untuk ke sekian kalinya di sepanjang hari ini. Apakah mungkin karena tendangan jabang bayinya semakin kuat? Ataukah karena dia yang terlalu lama duduk di kursi ini? Atau ada faktor lain? Pintu kamar lalu membuka dan menampakkan sosok Saga yang baru pulang dari tempat kerjanya. Membuat Feryan menoleh, lantas menyambutnya dengan senyum semringah. "Tuh, lihat! Gupa pulang!" serunya senang sambil perlahan-lahan turun dari kursi. "Hati-hati, Sayang!" ujar sang alpha ser

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 38: Sejak Perjumpaan Pertama dan Untuk Selamanya (END)

    Untuk ke sekian kali, Feryan menarik napas panjang demi menenangkan debaran di jantungnya. Omega ini gelisah sembari terus-menerus membetulkan veil yang terpasang di bagian belakang kepala, pada bulatan rambut atas yang diikat sementara setengah rambut bawahnya dibiarkan tergerai. Sudah saja merasakan basah di seluruh telapak tangan yang tengah memegangi buket bunga senada warna tuxedo, celana licin serta sepatu yang dikenakan: putih.Mata bulat pemuda itu mengerling gamang ke arah kerumunan tamu yang duduk pada setiap kursi di sekitar altar selagi menyimak sambutan dari Pendeta yang bantu memberkati prosesi hari istimewanya. Menggigit bibir yang dipoles lipgloss berwarna bening, terus meringis dan mendesah berulang-ulang. Sungguh kalut tidak keruan sekalipun telah meyakinkan diri bahwa dia siap menyambut hari yang amat dinantikan ini; hari pernikahannya dan Saga."Gugup?"Kemunculan Ardian Triangga Santoso selaku sang ayah sedikit membuat Feryan mampu mengembuskan napas lega. "Iyalah

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 37: Menuju Hari Bahagia

    Selembar undangan bertuliskan; Wedding invitation of Juanda Saga. F (A) with Feryan Feriandi. S (Ω), 3rb May disodorkan oleh calon mempelai alpha. "Ini, Dok. Undangan dari kami.""Wow." Yang diterima oleh Dokter Lanang Mahesa Aguntara dengan tangan terbuka. "Akhirnya, datang juga undangan pernikahan ini." Matanya mengerling usil pada sesosok omega yang menggandeng erat lengan Saga seolah tak mau lepas. "Padahal kurang lebih tiga bulan lalu, saya masih ingat ada seseorang yang menyangkal tentang dia dan Saga berpacaran, tapi lihat sekarang," selorohnya sengaja menggoda."Dokter!" Feryan mendesis risih dibarengi pelototan.Alhasil Saga dan Lanang kompak menertawakan."Selamat ya, Feryan, Saga," ucap dokter berusia 27 tahun ini, lalu melirik ke perut Feryan. "Dari yang saya dengar, katanya kamu juga sedang hamil."Anggukkan Feryan tunjukan sebagai jawaban. "Iya. Udah jalan dua bulan lebih, Dok." Tangannya dan Saga refleks memegangi perutnya dengan kompak.Lanang turut senang melihatnya d

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 36: Pilihan Nama dan Panggilan

    Sepasang alpha dan omega ini memandang secara saksama pada USG monitor yang menampakkan gambaran janin mungil yang bergerak sedikit demi sedikit. Untuk pertama kali, bersama-sama menyaksikan langsung perkembangan bayi mereka dari layar berwarna abu-abu. Disusul mendengarkan detak jantung di dalam perut yang serta-merta menciptakan perasaan gelisah bercampur bungah.Feryan Feriandi tersenyum penuh haru sambil kian mengeratkan pegangan tangannya di genggaman Juanda Saga Fransiskus yang setia mendampingi tatkala detak jantung sang anak terdengar semakin jelas.Usai menjalani seluruh pemeriksaan, Saga bertanya dengan tidak sabar. "Bagaimana kondisinya, Dok? Dia sehat, 'kan? Bayi kami juga sehat, 'kan?"Dokter kandungan bernama Eirina ini mengangguk laun. "Luka di perut Tuan Muda Feryan sudah berangsur membaik. Tidak ada masalah. Begitu juga dengan janin di perutnya. Anda tidak perlu khawatir, Tuan Muda Saga," jelasnya disertai senyum hangat yang kontan membuat Saga bernapas lega."Berapa

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 35: Berdamai Dengan Situasi

    "Ayah ngajak Ibu rujuk?" Mengetahui kabar yang dikatakan oleh Sang Ibu, terang saja Feryan tampak bahagia hingga menghentikan makannya sebentar untuk memastikan lebih jauh. "Terus? Ibu terima?" Ketika kepala wanita omega yang melahirkannya 18 tahun lalu itu mengangguk, senyum semringah Feryan kian mengembang. "Selamat ya, Bu!" ujarnya sambil memegangi tangan sang ibu erat. "Fery turut senang."Desyana mengangguk dengan embus napas lega. "Iya, Nak. Makasih, ya."Saga yang juga tengah menyimak percakapan mereka, turut tersenyum dan memberi selamat, "Saga juga ikut senang mendengarnya, Tante. Selamat, ya.""Terima kasih juga, Nak Saga." Desyana mengusap pundak calon menantunya lembut.Feryan melanjutkan sesi makannya lalu kembali bertanya, "Jadi, nanti Ibu bakalan tinggal sama Ayah, dong?""Iya." Lagi, Desyana mengangguk. "Tapi nanti, setelah kamu dan Saga menikah."Pemuda omega yang tengah mengandung ini manggut-manggut. "Fery pikir ayah udah gak cinta lagi sama Ibu."Komentar itu membu

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 34: Kembalinya Kebahagiaan

    Juanda Saga Fransiskus menutup ruang rawat lalu kembali melangkah mendekati ranjang yang Feryan tempati. Sepi. Setelah masing-masing orang tua mereka memutuskan untuk pulang dulu ke rumah, berpikir bahwa kini mereka memiliki kesempatan untuk berbicara empat mata. "Akhirnya, kita bisa berduaan. Haaaah." Alpha muda ini membuang napas panjang seraya duduk ke tepian ranjang. Feryan tersenyum. Tangannya bergerak pelan untuk bantu merapikan tatanan rambut Saga yang terlihat acak-acakan. "Elo pasti capek banget. Mendingan elo tidur aja, Saga." Gelengan kepala ditunjukkan. Tangan Feryan yang menyentuh rambutnya lantas dipegang. "Gue nggak ngantuk sama sekali, kok. Tugas gue di sini adalah untuk menjaga lo. Dan anak kita," bisiknya, tidak lupa menjatuhkan tangan pada bagian bawah perut sang omega di mana letak janinnya berada.

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 33: Saatnya Penentuan

    "Hah? Gue hamil?" Apakah Feryan tidak salah dengar? Hamil, katanya? Sejak kapan? Bagaimana bisa? Seusai mendengar seluruh penjelasan dari Dokter, sang Ibu serta Saga, alhasil Feryan langsung memegangi perut secara pelan dari luar baju pasiennya. "Jadi, gue beneran ... lagi hamil?" Dia mendongak pada Saga. Yang memperlihatkan anggukkan laun selagi mengusap puncak kepalanya lembut. "Iya." "Anak elo, 'kan?" Sambung Feryan, masih ingin memastikan lantaran masih sulit mempercayai apa yang dialaminya saat ini. Namun, tanya kedua darinya itu sukses membuat kekasihalphanyamendecakkan lidah sambil melotot geram. "Astaga. Bego elo itu ada batasnya nggak, sih? Jelaslah itu anak gue! Emangnya elo ngerasa pernah tidur sama alpha mana lag

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 32: Kabar Mengejutkan

    Juanda Saga Fransiskus terus berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang UGD tanpa menghiraukan dua pasangan orang tua yang jadi turut gelisah akibat melihat tindakannya. Menunggu dokter muncul dari ruang UGD, ditambah menanti kabar mengenai kondisi Feryan yang proses dioperasinya bagai tak kunjung usai. Laura menarik napas tidak sabar. "Dokter kenapa lama, ya? Padahal aku mau tau kondisi menantu kita dan kandungannya." Mendengar protes itu, Desyana pun semakin merasa gamang. "Maaf sebelumnya. Saya sendiri belum yakin apakah hasil testpack milik Fery akurat. Bila nanti dokter keluar memberi kabar bahwa Feryan ternyata nggak hamil, saya harap Miss Laura dan yang lain nggak kecewa." Perkataan itu membuat Saga berhenti berjalan, sedangkan Laura, Julius dan Ardian sontak melirik penuh iba. Ardian kembali merangkul wanita omega di sampingnya ini dengan lembut. "Yang terpenting adalah keselamatan dia, Syana. Entah hasilnya positif atau nggak, yang paling pe

  • My Fated Pair [BxB]   FATE 31: Harapan Baru

    "TIDAK! FERYAN! BUKA MATAMU!" Jess berteriak histeris sembari menepuk-nepuk pipi Feryan dengan kasar. "HEY! KAU DENGAR AKU? JANGAN MATI DI SINI, OMEGA SIALAN! KENAPA KAU ... APA YANG AKAN SAGA .... " Bibirnya gemetaran sebab tak lagi sanggup berkata-kata. "ARRRGHHH! TOLONG! SIAPA PUN, TOLONG KAMI!" Jeritan keputus-asaan itu bersahutan, bertepatan dengan datangnya satu per satu rombongan dari; mobil hitam, mobil polisi hingga sirine ambulance yang terdengar dari kejauhan. Pun, tiga helicopter tampak mondar-mandir terbang tepat di atas langit di mana posisi Jess berada. Motor yang digunakan oleh komplotan pelaku penusukkan pun berhasil dicegat dengan cara ditabrak dari samping, hingga dua sosok pria beta itu jatuh bergulingan ke jalan. Dari dalam mobil yang menabrak, Tommy Andy Samudera memunculkan diri selagi melaporkan situasi kepada Tuan Besarnya sembari menyaksikan dari kejauhan ketika Feryan mulai digotong ke dalam ambulance. "Halo, Tuan Ardian. Tu

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status