Home / Romansa / My Dearest Cahaya / Completely Mine

Share

Completely Mine

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2021-04-03 09:18:41

-You will always be the girl that fills my heart, my soul, my everything-

Astrophile Kaivan.

Tubuh keduanya terkulai lemas. Terengah, saling berebut pasokan udara untuk masuk ke dalam paru. Saling memeluk, dan tersenyum puas menikmati sisa-sisa pelepasan dalam kerinduan yang mendera.

“I love you.” Ujar sang pria memecah kebisuan.

“I love you too.”

“I love you more.”

“I love you most.”

“I love you infinity.”

“Ya, ya. I know that you love me to the moon and back, to infinity and beyond, forever and ever.” Decak gadis itu sambil menyerukkan wajah pada leher sang pria. “Dasar pak pengacara, gak pernah mau ngalah!”

Keduanya terkekeh bersamaan. Lantas dering ponsel menyela kekehan keduanya.

“Hapemu!”

Seru mereka bersamaan saat mendengar dering nada I’m Yours yang ditembangkan oleh Jason Mraz. Detik selanjutnya mereka kembali terkekeh. Membiarkan dering yang entah dari ponsel siapa, berhenti dengan sendiriannya. Ya, keduanya memiliki nada dering ponsel yang sama.

“Kamu ada wawancara dengan Aya, hari ini?”

“Hmm, sekalian makan siang, bukan wawancara formal sih.” Zetta, yang sedari tadi memeluk Astro bangkit, menjauhkan diri tanpa melepas penyatuan mereka.

“Batalin.”

Tubuh Astro bagaikan magnet yang tertarik, dan tidak bisa terpisahkan dengan tubuh Zetta. Pria itu ikut bangkit dan menegakkan sandaran joknya. Lalu kembali memeluk sang kekasih, yang sudah dipacarinya dalam diam, selama hampir satu dekade.

Mereka masih berada di garasi. Selepas menjemput Zetta di bandara beberapa saat yang lalu, pria itu hanya keluar untuk membuka dan menutup pagar. Bahkan, pintu garasi masih terbuka lebar, saat keduanya menyelesaikan satu pergulatan panas untuk melepas kerinduan.

Keduanya dipertemukan saat sama-sama memulai karir di kantor Firma Hukum Sagara milik Pras. Astro kala itu, baru menapakkan rekam jejaknya agar bisa menjadi pengacara seperti Pras. Sedangkan Zetta, masih sebagai pekerja paruh waktu, di bagian keuangan.

“Aku sudah kosongin jadwal hari ini, khusus buat kamu. Jadi, kamu juga harus kosongin jadwalmu.”

“Umm …” Kedua tangan Zetta mengalung pada leher Astro sembari menggumam panjang dengan menggulirkan maniknya ke kiri dan ke kanan.

Karena tidak sabar menunggu, Astro menekan tubuh Zetta kearahnya. Hal itu membuat gadis itu memekik nikmat.

“Kamu mau lagi, hem.”

“Dammit! Kenapa cepet banget bangunnya!”

“Wajar …” Kilatan hasrat kembali terlihat pada manik pria itu. “Kamu gak ngasih aku jatah … selama satu minggu, waktu kamu di Surabaya.”

Apalagi, saat sang kekasih yang masih berada di pangkuan, sudah menggerakkan kembali tubuhnya. Seirama dengan desahan pelan, yang akan selalu menjadi alunan nada terindah bagi Astro. Hingga keduanya lagi-lagi menjeritkan nama masing-masing saat mencapai pelepasannya.

Zetta mundur, menarik diri dari penyatuannya dengan pejaman nikmat namun merasa hampa setelahnya. Ia menarik kedua tali spagetthi dressnya yang terjatuh di sisi pinggang, kembali ke pundak. Zetta mengulurkan tangan, untuk mengambil tas yang berada di kursi samping pengemudi beserta sweaternya. Kemudian, ia mengecup sebentar bibir Astro yang masih terpejam, menikmati pelepasannya.

“Aku ke kamar dulu. Jangan lupa cariin dalemanku. Dari pada entar nyelip terus ketahuan Tante Aster, kan gawat!” Kelakar Zetta itu, disambut kekehan olah Astro, dan hanya menjawab kekasihnya dengan gumaman.

Gadis itu masuk ke dalam rumah pemberian Pras. Rumah yang dijanjikan pria itu, ketika Melati berhasil menjegal Zevan, agar tidak meneruskan penyelidikan tentang kasus Milliar Paper kala itu. Rumah itu, kini sudah sah menjadi milik Zetta. Dan, sejak ia menjalin hubungan dengan Astro, gadis itu lebih memilih tinggal di rumahnya sendiri, agar lebih bebas melepas rindu dengan sang kekasih kapanpun mereka mau.

Zetta menghempas tas plus sweater, serta tubuh lelahnya pada ranjang queen sizenya. Ia lalu mengambil ponsel yang terdapat di dalam tas. Menghubungi Aya untuk membatalkan janji temu untuk wawancara, sesuai permintaan Astro beberapa saat yang lalu.

Setelah urusan Aya selesai. Kini giliran sang mama yang harus dihubunginya, agar wanita paruh baya itu tidak terlalu mengkhawatirkannya.

Tidak lama kemudian, Astro bergabung bersamanya. Menghempas tubuh yang juga sama lelahnya di samping Zetta.

“Garasi sudah di kunci?” Zetta melempar ponselnya di atas ranjang begitu saja. Menarik napas dalam-dalam, sembari menatap langit-langit kamar yang sudah ditinggalkan selama satu minggu.

“Sudah.”

“Pakaian dalamku?”

Astro meletakkan strapless bra dan lace thong berwarna merah menyala tepat di atas wajah Zetta. Lalu pria itu terkekeh saat Zetta menghardiknya.

“Gak sopan!” Ketusnya menyingkirkan pakaian dalamnya dari wajah.

Astro membalik tubuhnya, menyangga kepala dengan satu tangan menatap Zetta. Telunjuk Astro berjalan pelan, menyusuri bekas jahitan yang berada di sepanjang bagian tengah dada Zetta. Setelah lulus SMA, gadis itu melakukan operasi transplantasi jantung, dan harus menjalani hari selama setahun lebih di rumah sakit. Saat itu, Zetta mendapat perawatan intensif, karena sistem kekebalan tubuhnya yang melemah.

Namun setelahnya, kondisi Zetta berangsur membaik. Meskipun begitu, gadis itu harus tetap melakukan kontrol rutin dan menjalani gaya hidup dengan baik. Menjaga asupan gizi pada makanannya, olahraga, dan semua gaya hidup sehat yang dapat menunjang kesehatannya.

“Kalau kita nikah nanti, aku pengen kamu jadi ibu rumah tangga seutuhnya. Aku gak pengen kamu stress, sama kecapekan.”

“Bukannya kalau di rumah aja, aku malah tambah stress?” tolak Zetta dengan alibi yang tidak mencolok.

“Kamu bisa kerja dari rumah,” bibir Astro sedikit mencebik, satu bahunya terangkat samar. “Kamu itu financial planner, kamu bisa kerja independen. Bikin konten kreatif di sosmed tentang pengelolaan uang, bagi perempuan di luar sana. Terutama para ibu rumah tangga. Mereka pasti tertarik.”

“Tapi itu gak gampang.” Zetta juga membalik tubuhnya menatap Astro. “Bersaing dengan para senior yang sudah punya nama di bidangnya itu … ck, susah!”

“Mereka yang saat ini sudah menjadi senior, dulunya juga junior seperti kamu.” Wajah Astro maju untuk memagut bibir tipis milik Zetta sebentar. “Everything starts from zero, sweetheart. I know it’s not easy, but I do believe in you. So jangan pesimis!”

Zetta mencubit gemas pipi Astro, dengan ringisan di wajahnya. “Pinter banget kalau ngomong, selalu bisa jadi penyemangat! Apa jadinya aku, kalau gak ketemu kamu ya?”

“Sudah pasti masih perawan.”

“Ih kan, pak pengacara kalau ngomong suka bener deh. Padahal kamu juga gitu, bakalan masih perjaka kalau gak ketemu aku.”

Keduanya lalu melepas tawa sambil berpelukan. Mengingat bagaimana mereka masih sama-sama amatir, saat pertama kali menyatukan diri beberapa tahun silam.

“So …” Astro mengurai pelukan keduanya. Bertelentang, sambil mengambil sesuatu dari kantung celana bahannya. Sebuah kotak merah berbentuk hati, yang kemudian ia buka tepat di depan wajah Zetta yang juga berbaring dengan posisi menatap langit-langit kamarnya. “Will you marry me, Zettania Yasmeen.”

“Seriously? Kamu ngelamar aku pas kita lagi berantakan gini?”

Astro bangkit, duduk bersila. Meraih tangan kiri Zetta. Dan, tanpa menunggu jawaban dari sang kekasih, Astro memasangkan cincin berlian itu ke jari manis Zetta.

“From now on, you’re completely mine! Zettania Yasmeen! Kamu gak punya alasan nolak lagi karena semua mimpimu sudah tercapai.”

Zetta ikut bangkit, lalu duduk di atas pangkuan Astro. Kedua tangan dan kaki gadis itu kompak mengalung pada tubuh lelakinya. “How come? Kita bahkan belum nikah, so, I’m still not completely yours!”

Kedua tangan besar Astro menyangga wajah Zetta. “B’coz I licked you, like this!” detik itu juga lidah Astro sudah bermain, membasahi leher jenjang wanitanya. “So, you’re completely mine!”

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Yuli Chaca
pusing aku..
goodnovel comment avatar
Setya Radja
apa serta anak yasmin
goodnovel comment avatar
Daanii Irsyad Aufa
astro juga brengsek ya,,dah punya pacar masih deketin Aya aja nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • My Dearest Cahaya   I'm All Good

    - I will always be here for you. B’cos I feel good, when you feel good –Angkasa Bhanurasmi.Aya memejamkan kelopak mata. Menggulirkan maniknya dengan jengah. Menengadahkan kepalanya sejenak sambil membuang napas dengan keras. Alunan lagu yang diputar oleh Asa di ruang tengah, sudah mengganggu konsentrasinya saat menulis sebuah berita.Ia pun beranjak dari meja yang biasa digunakannya untuk bekerja, di kamar apartemennya.Samar-samar terndengar suara merdu Asa, saat langkah kaki Aya semakin mendekat ke arah pintu.Asa mengarahkan telunjuknya tepat ke arah Aya sambil terus bersenandung, saat gadis itu membuka pintu kamar.“Yeah, you're looking so rude, looking at me. Baby, that rude girl thing, work, work it on me. Cerquita donde pueda oírte y hacer que te quedes.”Lalu, dengan kedua tangan terangkat, dan pinggul yang bergoyang ala salsa. Asa menghampiri Aya dan menarik tangan saudara perempuannya itu agar

    Last Updated : 2021-04-03
  • My Dearest Cahaya   Memastikan Jadwal

    “Aku mau nikah, mam.”Ucapan Astro di tengah-tengah makan malam itu, membuat Aster tidak jadi menyuapkan nasi goreng seafood kesukaan sang anak, kemulutnya sendiri. Aster khusus membuatkan makanan favorit Astro, ketika pria itu menelepon akan pulang dan makan malam di rumah.“Mama gak pernah dengar kamu punya pacar, tahu-tahu ngomong mau nikah?” Aster menarik kursinya mendekat pada Astro. “Siapa?”“Temen kantor dulu, tapi sekarang udah gak sekantor.” Jawab Astro santai sambil menyantap makan malamnya dengan lahap.“Iya siapa? dan udah berapa lama pacarannya?” sebagai seorang ibu, jelas saja Aster sangat penasaran dengan calon menantunya nanti.“Namanya Zetta,”“Kok gak asing? mama kayak pernah dengar di manaaa gitu.” Sahut Aster sembari mengingat-ingat, namun tidak kunjung mendapat petunjuk.“Anaknya tante Melati.” Astro tekekeh pelan sendi

    Last Updated : 2021-04-03
  • My Dearest Cahaya   Pengalaman Pertama

    Setelah deadline pekerjannya selesai. Aya memutuskan pergi ke kafe pojok yang letakknya memang di pojok ruko sesuai dengan namanya. Ia hendak mengisi perutnya sebelum kembali pulang ke apartemen. Ruko itu kini sudah banyak berubah, setelah mengalami pergantian pemilik hampir beberapa kali. Setidaknya itu yang ia dengar dari para seniornya.Aya setengah berlari, ketika melihat pintu harmonika ruko tersebut tertutup separuh. Padahal jarum jam baru menunjukkan pukul tujuh, karena biasanya kafe tersebut baru tutup sekitar jam sebelas malam.“Lin, kok ditutup separuh?” tanya Aya pada Linda, salah satu pelayan yang sudah di kenalnya. Aya tidak hanya mengenal Linda sebenarnya, tapi ia sudah mengenal seluruh penghuni yang ada di kafe tersebut. Ya, Aya memang seramah dan sehumble itu dengan siapapun, sama seperti Bintang.“Ini juga mau di buka, mbak. lagi pada briefing di atas. Tapi baru selesai.” Jelasnya lalu menyuruh satu lagi pelayan yang bernam

    Last Updated : 2021-04-03
  • My Dearest Cahaya   Begitu Kontradiktif

    —You’re the only one, who can keep me (in)sane—Abraham Yasa ChandrakeswaraSeorang pria menepuk punggung Andra dengan keras, setelah Aya melenggang pergi dari kafe.“Cewek tadi, siapa? akrab banget.”“Ciyeeh si boss, tadi ada orangnya gak diajakin kenalan. Sekarang udah pergi jauh, panas sendiri.”Yasa, sang pemilik kafe pojok berdecak sebal, ia lantas duduk di depan Andra, sang manajer kafe waralaba miliknya. “Gak gitu, Ndra. Aku kayaknya pernah lihat, tapi di manaaa gitu ya.”“Makanya sering-sering nengokin kafe, kalau aku gak cuti, gak mungkin kamu ke sini.”“Tinggal jawab, Ndra. Gak usah muter-muter.”Selagi Yasa masih mengingat-ingat, Andra mengeluarkan ponselnya dan membuka sebuah aplikasi media sosial. Setelah mendapatkan apa yang dicari, Andra menyodorkan benda pipih itu kepada Yasa.“Dia wartawan Metro. Cahaya Bhan

    Last Updated : 2021-04-03
  • My Dearest Cahaya   Sudah Punya Pacar?

    Begitu melihat sepasang suami istri dan anak laki-lakinya yang selalu terlihat kompak itu, memasuki restoran. Yasa segera berdiri, memasang senyum ramahnya dengan hormat.“Rombongan nih, pak?” tanya Yasa sembari menyalami sepasang suami istri yang tertawa menanggapi pertanyaannya. Tidak lupa Yasa ber-hi five pada bocah yang berusia 14 tahun itu.“Kebetulan nyonya besar mau nyalon di sebelah, jadi sekalian.” Bintang mengerling pada sang istri yang memberikannya cebikan bibir merahnya. Lalu mereka duduk mengitari meja dan memesan minuman. “Mereka belum datang?” tanyanya pada Daisy.“Telat dikit, Aya sama Asa pulang ke rumah. Jadi, Sinar lagi ceramah sebentar, sebelum si kembar siam itu menghilang lagi dari rumah.”Kalau dirunut ke belakang, justru Asa dan Aya-lah yang lebih terlihat seperti anak kembar. Kedua kakak beradik itu selalu saja kompak, dan kerap terlihat bersama-sama dari pada si kembar yang sebenar

    Last Updated : 2021-04-03
  • My Dearest Cahaya   Jadi Milikku, Seutuhnya

    Zetta menghampiri Astro yang masih berkutat dengan laptopnya di ruang tengah. Kedua tangannya mengapit dua buah piring berisi nasi goreng seafood, yang baru saja dibuatnya untuk makan malam. Ia meletakkan kedua piring tersebut berjajar dengan laptop yang ada di meja kaca.“Makan dulu.” Zetta duduk bersila di atas karpet. Meletakkan dagunya pada paha Astro yang duduk di sofa. Kelopak matanya mengerjab beberapa kali, memperhatikan layar datar yang tengah dibaca Astro. “Milliar Paper? Kenapa dari dulu kamu terus ngurusi masalah ini? Emang belum selesai-selesai gitu kasusnya?”Astro mengusap kepala Zetta dan mengecupnya sebentar. “Kasus ini bahkan selesai sudah lama, tapi banyak yang janggal di dalamnya.”“Dan, hampir sepuluh tahun kamu belum nemu di mana janggalnya?”“Lebih sepuluh tahun. Dan, yaa, aku mau buka lagi kasus ini! Sebentar lagi, sedikit lagi.” Zetta mengerucutkan bibirnya tidak

    Last Updated : 2021-04-03
  • My Dearest Cahaya   Dirundung Keresahan

    "Papi gak ngelarang kalian jatuh cinta, dan pacaran dengan siapapun di luar sana. Tapi satu yang harus kalian ingat, papi ngelarang kalian untuk jadi bodoh! Don’t let that fvcking love, ruins your future!"Sederet kalimat Pras yang kerap dilontarkan pria itu, ketika Aya dan Asa menginjak usia pubertas, seketika terngiang di kepala Aya.Kini, hasratnya harus berperang dengan logika. Kaos dan celana jeansnya kini sudah tergeletak entah ke mana. Tangan besar Astro, sudah menjelajah di tiap inchi kulit tubuhnya tanpa bisa ditolak. Raganya seakan berkhianat dengan otaknya. Nafsunya tidak sejalan dengan nalar di kepala.“Jaga kehormatanmu, Ay! Dengan begitu, suamimu juga akan menghormatimu.”Saat kalimat Pras tidak mempan menyadarkan Aya. Kini, kalimat singkat sang bunda langsung tepat menampar otak besarnya. Aya buru-buru mendorong tubuh Astro dengan keras, saat pria itu baru saja membuka pengait pakaian dalam yang berada di punggungnya

    Last Updated : 2021-04-03
  • My Dearest Cahaya   Hancur Berserakan

    Aya menjatuhkan separuh tubuhnya di atas meja front office. Deadline kerjanya sudah selesai satu jam yang lalu, tapi Aya masih malas melangkah untuk pulang ke apartemennya. Sudah tiga hari sejak kejadian dengan Astro berlalu, tapi pria itu seolah menghilang dari jangkauanya.Astro tidak pernah lagi mampir ke unit apartemennya. Pria itu juga tidak mengangkat telepon ataupun membalas chat dari Aya. Ingin sebenarnya mendatangi kantornya, tapi, pria itu belum tentu ada di sana.Dengan menutup mata sembari menghirup napas begitu dalam, Aya memutuskan kembali mencoba untuk menelepon Astro. Namun, lagi-lagi nihil, karena pria itu tidak kunjung mengangkat teleponnya.Di satu sisi, Aya merasa begitu bodoh. Secara logika, Aya mengaku kalau ia memang sangat bodoh dalam urusan cinta. Tapi, sebagai seorang wanita yang lebih mengutamakan perasaan, ia merasa semua yang dilakukannya tidaklah salah. Menghubungi pria yang dicintainya, dan menurunkan ego untuk memperbaiki sebuah h

    Last Updated : 2021-04-03

Latest chapter

  • My Dearest Cahaya   Fin

    Yasa meraup separuh wajahnya, menatap bocah lima tahun yang kini tengah merengek untuk ikut pergi dengannya, ke dokter kandungan. “Papi sama mami gak lama, mainlah sama Aga. Nanti, Papi beliin burger.” “NO BURGER.” Aya yang baru muncul dari dalam dan mendengar percakapan suaminya dan putra sulungnya itu sontak memasang wajah galak. Berhenti diantara kedua lelakinya itu lalu melipat tangan di atas perut yang sudah membuncit. Kehamilan ketiganya saat ini memasuki usia 5 bulan, dan hari ini, adalah jadwal untuk memeriksakan kandungannya. Mereka juga tidak sabar dan sangat penasaran untuk mengetahui jenis kelaminnya. Karena anak kedua mereka lagi-lagi berjenis kelamin laki-laki, dan diberi nama Telaga Dananjaya. Maka, keduanya berharap kalau yang ketiga ini, akan berjenis kelamin perempuan. “Why not?” protes Gara ikut melipat kedua tangannya di depan dada dengan bibir mungil yang mengerucut kecil. Mengikuti sikap sang mami yang ditunjukkan kepadanya.

  • My Dearest Cahaya   Dan Hasilnya ...

    Yasa terhenyak dan bangkit seketika. Terduduk sebentar lalu berlari ke kamar mandi. Terlihat sang istri yang tengah berlutut, menunduk seraya membuang semua isi perutnya ke dalam kloset duduk. Yasa yakin sekali kalau hari masih subuh, meskipun ia belum melihat jarum jam sama sekali.Bergegas menghampir Aya dan membantu untuk menyingkap rambut lalu memijat tengkuk sang istri. “Ke dokter ajalah, Mi. Udah dua hari begini terus.”Aya hanya bisa mengangguk pasrah kali ini. Menurut pada saran sang suami. Padahal dari kemarin, Aya sudah berencana akan mengunjungi Pras, tapi karena tubuhnya tiba-tiba drop, maka Aya membatalkannya.“Coba diinget-inget lagi, dua hari yang lalu habis makan apaan bisa sampai begini.”Tubuh Aya menegak, menyudahi kegiatan yang membuat tubuhnya lemas selama dua hari ini. Lalu bersandar pada sisi dinding kamar mandi untuk menetralkan napasnya. Seraya mengusap bibir dengan punggung tangan. Merasa tidak sanggup, un

  • My Dearest Cahaya   Sudah Memaafkanmu

    Kedua orang yang dulunya pernah saling menyayangi dan berbagi segalanya itu, kini masih terdiam. Bintang memilih untuk masuk ke dalam dan duduk di ruang tengah. Memutuskan untuk memberi kedua anaknya itu kebebasan, untuk mengeluarkan semua yang ada di dalam kepala. Dan, ia hanya mengawasi jikalau ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Namun tetap berharap semua akan baik-baik saja.Bintang sudah percaya penuh dengan keduanya. Mereka sudah tahu batasan mereka. Dan untuk Astro, Bintang tahu pasti, kalau pada dasarnya, pria itu sangat baik. Aster hanya salah dalam mendoktrin otaknya sedari kecil, hingga rasa benci itu tumbuh tanpa mengetahui semua alasan yang ada di baliknya.“Kata papa, Kak Astro mau jual rumah?” Akhirnya, Aya jugalah yang membuka topik pembicaraan. Tidak nyaman dengan perasaan canggung, yang kali ini mendera keduanya.Aya tidak mau mengungkit tentang kepindahan Astro ke Surabaya. Karena yang telah direncanakan kakak sepupunya itu, sud

  • My Dearest Cahaya   Menyelesaikan Semuanya

    Hanya senyum datar dan kekehan garing yang sedari tadi dilontarkan oleh Yasa, sepanjang ia menanggapi ocehan Lex serta Elo. Setelah diberi waktu untuk berpikir selama 24 jam oleh Sinar, dan juga demi Gara, akhirnya Yasa menandatangani surat perjanjian yang telah disodorkan kepadanya. Ada tiga buah salinan asli yang harus ditandatangani. Yang nantinya, surat tersebut akan pegang oleh Yasa, Sinar dan juga Lex, orang kepercayaan Pras. Entah kenapa Yasa tiba-tiba yakin, kalau keseluruhan ini, adalah rencana pria yang masih saat ini masih mendekam di penjara. Setelah semua selesai, Sinar menyunggingkan senyum kecilnya. Memandang puas pada berkas yang sudah berada di tangan. Untung saja, kan, ia menceritakan semuanya kepada Pras, hingga terciptalah sebuah perjanjian yang jika dipikirkan lagi, secara keseluruhan semua terlihat hanya menguntungkan pihak Sinar. Dengan adanya perjanjian tersebut, Pras bisa menilai, sejauh mana kesungguhan Yasa terhadap pernikahannya de

  • My Dearest Cahaya   Meminta Izin

    Pump heel setinggi 3 senti itu, berjalan mundur beberapa langkah dengan pelan. Menoleh, pada pria yang asik duduk di sofa lobi sembari menunduk. Ibu jari pria itu sibuk bergerak pada ponsel yang dipegang secara horisontal. Fix! Lagi-lagi pria itu pasti tengah sibuk dengan gamenya.“Nando!” panggil Sinar yang berdiri tidak jauh dari ponakannya itu. Tadinya, setelah keluar dari ruangan Elo, Sinar hendak pergi ruangannya. Namun diurungkan, hatinya yang memanas karana bertemu Yasa, membuat Sinar ingin pergi ke rooftop bar yang berada di gedung perkantoran. Menyesap sesuatu yang dingin, untuk mendamaikan kepala sekaligus hatinya.“Eh, Bunda di sini?” tanya Nando terlihat salah tingkah. Pria itu mengusap tengkuknya sebentar sembari menghampiri Sinar. Meraih tangan wanita dan mencium punggung tangannya. “Lagi ngapain, Bund? Asa mana?”“Ya kerja, lah kamu ngapain di sini?”“Aku … aku mau ketemu Asa.&rdq

  • My Dearest Cahaya   Postnuptial Agreement

    Aya tersenyum canggung. Sebuah perasaan yang tidak pernah ada selama ini ketika bertemu dengan Tara, kini muncul. Rasa tidak nyaman karena mungkin, yang akan dikatakannya bisa menyakiti hati Tara. Selama ini, pria itu sudah terlalu baik untuknya. Meskipun terkadang sedikit sarkas, tapi Aya tahu, kalau di dalam sudut hati Tara, pria itu sangat menyayangi Aya juga Gara.“Tara …” Aya menggantung kalimatnya sejenak untuk menarik napas. Di kamar, ia sudah mengemasi pakaian yang selama ini diperolehnya dari Tara. Juga ada box bayi, pakaian Gara, dan segala keperluan Aya yang kesemuanya disediakan oleh pria itu ketika masih tinggal di vila. Sungguh, Aya berutang banyak pada Tara, dan pada akhirnya, ia belum mampu membalasnya. Justru malah hanya meninggalkan luka.Selama ini, Aya belum menyadari sepenuhnya kalau hatinya sudah tertambat pada Yasa. Aya pikir, kehidupan cintanya masih berpusat pada Astro, namun ia salah. Rasa sakit yang begitu menusuk ketika be

  • My Dearest Cahaya   Rencana

    Yasa meneguk ludah hingga berulang kali. Melihat putranya menyesap ASI langsung dari tempatnya, membuat Yasa hanya bisa menggigit jari. Berbulan-bulan tidak melihat dan menikmati tubuh sang istri, membuat pusat dirinya memberontak. Dan, Yasa tidak mau tahu, setelah Gara selesai, maka dirinya juga harus mendapatkan giliran. “Apa, Gara kalau minum ASI …” Yasa kembali menelan ludah, maniknya sedari tadi hanya terfokus pada bibir sang putra yang bergerak lahap menyesap penuh puncak dada istrinya. “Gara kenapa?” tanya Aya memecah lamunan Yasa dalam sekejab. “Oh, itu, kalau minum ASI, apa selalu lama seperti ini?” “Tergantung, gak tentu juga sih. Suka-suka dia aja.” Wajah Yasa terlihat semringah ketika melihat Gara melepaskan bibirnya mungilnya. Namun sejurus kemudian, wajahnya kembali tertekuk ketika Aya hanya memindahkan posisi tubuh Gara untuk menyesap di tempat satunya. “Apa harus dua-duanya gitu dia minum?” decak Yasa sedikit sewot. Bel

  • My Dearest Cahaya   Hei, Jagoan

    Lidahnya benar-benar kelu, tidak mampu menjawab pertanyaan Yasa. Aya membuang wajah tidak punya keberanian untuk menatap Yasa. Tidak juga mampu untuk beranjak dari duduknya, karena Yasa memegang erat kunci sabuk pengaman yang menyilang pada tubuh bagian depannya.“Di mana dia, Ay?”Jantung Yasa berdegub membingungkan. Tidak mampu menjelaskan, seperti apa perasaannya saat ini. Ada rasa takut, gembira, cemas, dan juga kesal yang bercampur jadi satu. Sudut hatinya mengatakan bahwa anak itu ada, dan terlahir ke dunia. Tapi, kenapa Aya justru tidak mengatakan hal apapun pada dirinya.“Cahaya …” Yasa meraih dagu runcing Aya agar menghadap ke arahnya. Berusaha mengeluarkan kata selunak mungkin, meskipun ada lonjakan emosi yang ingin menuntut sang istri agar segera memberi penjelasan kepadanya. “Apa dia di dalam?”Bibir Aya terkatup. Seharusnya, ia bisa mencegah tangan Yasa agar tidak menjelajahi tubuhnya. Tapi di lain s

  • My Dearest Cahaya   Tetes Putih

    Aster menghampiri putranya yang baru saja menghempaskan tubuh di atas ranjang, setelah pulang dari kantor. Pria itu sudah tidak pernah lagi, menjejakkan kaki di unit apartemennya. Selalu pulang ke rumah sang mama dan menjadikan Aster sebagai tempat bercerita tentang kegiatannya, setiap hari.Aster menepuk paha putranya yang berbaring di ranjang. Kedua kakinya masih menjuntai ke bawah dan raut wajahnya sangat lelah.“Apa, tawaran kemarin sudah kamu terima?”“Belum,” Astro meletakkan kedua tangan di balik kepalanya sebagai bantal, menerawang kosong menatap langit-langit kamarnya. “Kalau aku terima, Mama pasti kesepian, aku gak bisa datang sewaktu-waktu ke Jakarta.”Aster menggeser sedikit bokongnya, agar bisa melihat wajah Astro. “Kalau Mama ikut kamu, gimana? apa kamu keberatan?”“Mama serius?” Astro bangkit dan keduanya kini duduk saling berhadapan. “Yakin mau ikut ke Surabaya? dan &

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status