-03-
Setelah satu harian Natasha dikuasai oleh Pauline. Akhirnya pada malam harinya. Wanita itu dapat dikuasai sepuasnya oleh Jonathan. Pria yang sejak kemarin menahan hasratnya untuk tak menerkam Natasha secara membabi buta itu. Kini tengah menikmati dirinya yang berada di dalam Natasha. Wanita di bawahnya itu mampu membuat Jonathan mengumpat dan mengerang tak tau malu. Ditambah kegiatan itu sudah berlangsung selama satu jam lamanya. Jonathan yang begitu memasuki penginapannya. Langsung meraup bibir Natasha dengan tak sabaran. Memojokkan wanita itu ke dinding. Meremas bagian dada Natasha. Membuka baju Natasha dengan merobeknya. Lalu mencumbu bagian menonjol itu dengan tergesa. Membuat wanita itu mendesah. Jonathan membuka celananya lalu mengangkat Natasha dan langsung menyatukan dirinya dengan wanita itu. Menghentak-hentak hingga membuat suara gaduh. Sampai sekarang... Jonathan masih memaju mundurkan pinggulnya. Tak peduli pelu keringat sudah membasahi dirinya. Bahkan meja makan yang menjadi tempat berbaringnya Natasha telah bergeser dari tempatnya. Kegiatan panas yang menguras tenaga namun mendapatkan kenikmatan yang dia rindukan. Jonathan mulai mempercepat gerakan maju mundur itu, saat dirinya mulai mendekati pelepasan. Suara desahan Natasha semakin jelas terdengar dan keduanya mengerang saat pelepasan itu terjadi. Begitu hangat dan penuh. Itu yang dirasakan Natasha saat ini. Wanita itu hendak bangun. Namun Jonathan lebih dulu membawanya. Menggendongnya tanpa melepaskan miliknya yang masih betah di dalam Natasha. Membawa wanita itu ke kamar mandi untuk kembali memandikan Natasha. Entah kenapa itu menjadi yang paling favorite bagi Jonathan. "Kenapa kau senang sekali memandikanku?" tanya Natasha penasaran. "Selama aku masih sering mendengar kau berkata bahwa dirimu kotor, aku akan terus memandikanmu seperti ini," jawab Jonathan walau dia tak menatap Natasha yang menatapnya. Natasha meraih tangan Jonathan. Lalu pria itu berhenti dan menatap Natasha. "Sungguh... Kau sudah menjadi milikku. Dan aku tak ingin kau masih merasa seperti itu. Berhenti berpikir seperti itu. Aku ingin kau bahagia, denganku. Tanpa merasa takut lagi. Bukankah tadi pagi aku sudah berjanji di depan Tuhan dan Ibuku, bahwa aku akan senantiasa bersamamu apapun dan bagaimanapun keadaanmu," ungkap Jonathan. Dia kembali menggosok tubuh wanitanya dengan lembut dan perlahan. "Terima kasih untuk semuanya Nathan. Selain suamiku, kau sungguh seperti guardian angel bagiku," ujar Natasha. "Apa? Bisa kau ulangi ucapanmu barusan," pinta Jonathan menatap Natasha dalam. "Bagian mana?" "Bagian tengah." "Selain suamiku?" tebak Natasha. "Hilangkan kata pertamanya!" "Suamiku," jawab Natasha. Kedua ujung bibir Jonathan naik keatas. "Ya. Kau tau aku suamimu sekarang. Jadi jangan mengatakan dirimu ini dan itu. Atau aku akan marah. Mengerti?" tukas Jonathan. Natasha mengangguk. "Jawab aku Nath." "Iya... Aku mengerti suamiku tercinta. Pria yang paling kucintai. Dan hanya kau satu-satunya cintaku," ujar Natasha menjadi panjang. "Kau menggodaku?" tanya Jonathan. Dirinya sudah menyadarkan tubuhnya. "Hm... Tidak. Aku berkata yang sebenarnya," jawab Natasha. "Oh baiklah... Kau memaksa Nath. Aku tak akan membiarkanmu istirahat malam ini," ujar Jonathan membalikkan tubuh Natasha dan menyuruh wanita itu untuk sedikit membungkuk dan kembali menyatukan dirinya. "Ahh Nathan! Bagaimana bisa kau?!" pekik Natasha terkejut. "Nikmati saja sayang, aku akan membuatmu tak bisa berjalan besok!" ujar Jonathan dan air di dalam bathup itu bergerak keluar dari tampungannya. Layaknya air laut yang sedang pasang. Gemah suara keduanya mengisi kamar mandi. Hingga saat keluar, Jonathan membawa istrinya ke dalam gendongannya. Natasha menyandarkan kepalanya di bahu Jonathan. Jonathan membaringkan Natasha dengan perlahan dan terkikik melihat Natasha yang mendelik. "Kau sudah kalah Nath. Bahkan itu baru ronde kedua," ujar Jonathan mengejek Natasha. Pria itu duduk di samping Natasha. "Kau seperti kesetanan. Aku tak menyangka kau begitu cepat bangun kembali. Gladius sialan! Apa yang kau berikan padanya sampai secepat itu dia terbangkitkan lagi? Padahal barusan di dalam air," cicit Natasha. Jonathan tergelak. "Gladius yang sialan ini akan menghasilkan banyak anak untukmu. Jadi jangan meremehkannya Mrs. Walz," ujar Jonathan menanggapi panggilan unik Natasha kepada miliknya. Natasha ikut terkikik menyadari ungkapan kekesalannya pada milik Jonathan. "Tidurlah sayang... Karena aku tak bisa menjamin jika tengah malam nanti gladius-ku akan bangun dan meminta lagi." kata Jonathan mengusap kepala Natasha dengan lembut. "Oh... Aku akan menunggunya," ujar Natasha mengejek. "Kau tak akan bisa bangun dan berjalan jika kau terus mengejeknya Nath," ujar Jonathan mengecup bibir Natasha. "Ayo tidur!" "Kau juga," pinta Natasha manja. "Baiklah." kata Jonathan. Lalu pria itu mengambil posisi di samping Natasha dan tertidur dengan memeluk wanitanya.*** Jonathan terbangun ditengah malam saat merasakan Natasha bergerak dengan gusar. Pria itu melihat wajah Natasha yang seperti ketakutan dengan pelu keringat membasahi keningnya. Manik mata hijau itu masih tak terlihat yang artinya wanita itu sedang memimpikan sesuatu yang buruk. Lantas Jonathan berusaha membangunkan Natasha. Agar wanita itu terbangun dari mimpi buruknya. "Nath! Bangun! Natasha, bangun sayang!" kata Jonathan. Namun Natasha masih tak bangun. Wanita itu malah terlihat semakin ketakutan. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan. Kedua tangannya mencengkram sprei. "Natasha!" teriak Jonathan. Dan seketika Natasha membuka matanya. Jonathan langsung memeluk wanita itu dengan erat. Natasha tersadar dan menangis di dalam pelukan prianya. "Nathan... Aku bermimpi," lirih Natasha. "Ssttt... Tenanglah... Itu hanya mimpi. Kau aman bersamaku." Jonathan memeluknya semakin erat dan mengelus kepala Natasha dengan sayang. "Bukan aku yang mengalami hal buruk di dalam mimpiku Nathan, tapi temanku. Dia selama ini sering membantuku. Mafia keparat itu sering menyiksanya karena sering membantuku kabur dari rumah pembeliku. Dia selalu bilang agar aku kabur saja. Tapi aku tau mereka memasangkanku gps. Karena setiap kali aku pergi, mereka selalu dengan mudah menemukanku," jelas Natasha. "Nathan... Bisakah kau membantuku menyelamatkannya. Dia banyak membantuku waktu itu," ujar Natasha melepas pelukan itu. Jonathan tampak berpikir, lalu kembali menatap Natasha. Wajah wanitanya yang memohon, membuat dirinya tak tega. "Baiklah... Aku akan pikirkan caranya nanti, dan membicarakannya dengan Richard. Tapi syaratnya, kau tak boleh ikut campur dengan semua urusan ini. Dan selama aku menolong temanmu, kau harus tinggal dengan Pauline," ujar Jonathan. "Dia ibumu Nathan!" "Ya aku tau," jawabnya. "Kau tak sopan!" "Aku yakin dia lebih suka dipanggil begitu. Karena orang asing yang mendengarnya, tak akan mengira kalau dia sudah mempunyai anak sepertiku," jelas Jonathan. Natasha tergelak. "Hah...Dasar sinting!" "Kau bilang apa?!" "Aku tak bilang apapun," jawab Natasha. "Kau ingin aku menjadi sinting? Hm?" Jonathan mendekatkan wajahnya, Natasha mundur secara teratur hingga berbaring lagi. Jonathan mengunci Natasha. "Kau... Tak sungguh-sungguh akan membuatku tak bisa berjalan bukan?" tanya Natasha. "Hm... Tadinya. Tapi setelah kau mengataiku sinting... Aku berubah pikiran," ujar Jonathan. Seringaian devil tercetak jelas di wajah Jonathan. "A-aku tak mengataimu seperti itu... Tapi...." "Tapi apa? Hm?" bisik Jonathan. wajahnya semakin dekat, sampai napasnya terasa ke kulit wajah Natasha. "Tapi... Aku mengatai gladius-mu!" jawab Natasha cepat dan hendak menghindar, dengan bangkit secara tiba-tiba. Namun Jonathan lebih cepat dan cekatan. Hingga membuat Natasha kembali ke dalam rengkuhannya. "Kau salah besar berani mengatai gladius-ku seperti itu! Dia akan menghukummu sampai kau hanya bisa berbaring di ranjang ini!" ujar Jonathan langsung meraup kembali bibir Natasha. Membungkam semua protes yang akan keluar dari mulut manis Natasha. Hingga pergulatan kembali terjadi sampai pagi. Dan membuat Natasha maupun Jonathan tertidur sampai siang.*** Pauline datang ke tempat Jonathan dan Natasha, berniat memberikan obat serta vitamin untuk Natasha yang menurutnya terlalu kurus. Dan jangan lupakan betapa Pauline sangat menginginkan seorang cucu. Wanita paruh baya itu juga membawakan Natasha obat penyubur agar Natasha bisa dengan cepat mengandung seorang anak. Namun dia melupakan niatnya saat melihat keadaan tempat penginapan Jonathan yang berantakan. Terutama di area meja makan dan sekitarnya.Pauline yakin anaknya -Jonathan-, tak membiarkan Natasha berada jauh darinya walau itu hanya sejengkal.- Natasha terbangun saat mendengar suara gaduh di luar kamar. Dia menyingkirkan tangan Jonathan yang berada di perutnya, lalu beranjak dari ranjang. Keluar dari kamar dan terkejut mendapati mertuanya sedang menyiapkan sesuatu dimeja makan. "Mom? Kapan kau datang?" tanya Natasha. "Kau sudah bangun Nath? Apa yang dilakukan anak nakal itu hingga kau terlihat lelah seperti ini?" tanya Pauline memeriksakan keadaan Natasha. Dengan memutar-mutar tubuh menantunya. "A-aku baik-baik saja mom." "Baik bagaimana? Hm?" tanya Pauline gemas, "hampir diseluruh tubuhmu tercetak jelas perbuatan bocah nakal itu! "Ehm itu..." "Ini minum dulu air putih. Duduk dan makanlah roti dan susu itu. Lalu minum vitamin ini," perintah Pauline. Lalu beranjak dari ruang makan itu. "Mom tak makan?" tanya Natasha. "Mom sudah. Kau habiskan semua itu, sementara aku membangunkan bocah nakal itu!" jawab Pauline, "hah..., bagaimana bisa dia membuat menantuku seperti itu?!" gerutunya lagi dan berjalan menuju kamar. Natasha hendak mengikuti Pauline. Namun seperti mempunyai mata dibalik kepalanya. Pauline berbalik untuk kembali memperingati Natasha. "Jangan membelanya Nath! Selesaikan tugasmu saja, oke?" tukas Pauline. Natasha kembali duduk dan mengangguk patuh. Dan hanya bisa berdoa di dalam hati semoga suaminya tak terkejut dengan kedatangan Ibunya. "Jonathan Walz! Bangun dan jelaskan apa yang kau lakukan pada menantuku!" terdengar teriakan dari dalam kamar hingga ke tempat dimana Natasha berusaha menikmati sarapannya yang terlambat. "Astaga... mom. Untuk apa pagi-pagi begini kau sudah datang?! Dan pertanyaan apa itu barusan? aku tak mau menjawabnya!" "Dasar anak nakal! Awas saja jika saat Natasha hamil. Kau masih membuat seluruh tubuhnya berbekas biru dan merah. Aku akan menghajarmu!"Natasha hampir tersedak mendengar omelan dari Pauline yang menginginkannya untuk hamil. "Hamil?" gumamnya lalu tersenyum sendiri.**-04- Jonathan melirik Natasha yang duduk di hadapannya. Dia sedang menikmati makanannya. Setelah peperangan kecil dengan Pauline di kamar. Pria itu merasa malu dengan sikap Pauline, yang memarahinya seperti anak nakal yang membuat ulah di sekolah. "Hentikan senyum mengejekmu itu Nath!" tukas Jonathan. "Aku tak mengejekmu," jawab Natasha. "Jangan hiraukan dia Nath. Habiskan saja sarapanmu dan minum vitaminmu," ujar Pauline. "Vitamin apa yang kau berikanmom?" tanya Jonathan pada Ibunya.
—05— "Katakan siapa Odelia, Nathan?!" tanya lagi Natasha. Karena tak mendapat jawaban apapun dari Jonathan. "Bukan 'kah itu temanmu yang kau minta untuk diselamatkan?" jawab Jonathan atau mungkin dengan sengaja bertanya balik. "Namanya bukan Odelia. Tapi Margaretha," ungkap Natasha. Jonathan mendekat, namun Natasha kembali membuat jarak. "Benarkah? Pasti Richard salah mencari tau orang itu. Kau tau sendiri, dia tak bisa melihat wanita cantik," jawab Jonathan. "Tak ada yang bernama Odelia di sana Nathan! Kau ingin berbohong apa lagi?" "Lebih bai
Indahnya Venice, nyatanya tak membuat Jonathan maupun Natasha betah berlama-lama berada di kota atas air itu. Sehingga keduanya memutuskan untuk berpindah ke Inggris. Negara kelahirannya yang membuat Jonathan nyaman untuk tinggal menetap di sana. Dia membawa Natasha ke Mansion yang hanya diketahui oleh Ibu dan sahabatnya -Richard-. Natasha sendiri berdecak kagum dengan kemewahan mansion itu. Interior disetiap sudut ruangan, memiliki kesan tersendiri bagi sepasang manik mata hijau bening itu. Belum lagi beberapa ruangan rahasia yang hanya ditunjukkan padanya. Dan yang paling menarik dari semua itu adalah halaman belakang yang berbeda dari kebanyakan halaman mansion lainnya. Jonathan membuat sebuah p
Natasha terbiasa mandiri untuk pergi membeli keperluan rumah tangga. Meskipun beberapamaidmerasa tak enak dengannya. Namun demi membuatmaiddi mansionnya nyaman. Dia mengajak satu orang untuk membantunya mencari bahan makanan yang akan dibelinya. Dia sangatexitedsaat mertuanya berkata akan datang malam ini. Dia dengan semangat membuat daftar belanja untuk menyiapkan makanan demi menyambut Pauline. Disebuah supermarket besar di Inggris raya. Dia Dan seorangmaidyang paling muda bernama Rachel, sedang mengelilingi supermarket tersebut. "Rachel bisa minta tolong kau ambilkanparmesan, di rak sana?" pinta Natasha. Rachel mengangguk dan berjalan mengambil sebuah
Setelah mendapat perintah dari suaminya. Natasha bergegas merapikan barang-barang yang akan dibawa ke rumah Pauline. Dia memasukan baju-baju yang terlihat lebih sopan untuk dipakai, dia juga merapikan peralatan mandi danmake upsehari-hari yang biasa dia gunakan. "Kau tak perlu membawa semuanya sayang. Pauline akan menyediakannya. Dia akan memanjakanmu seperti seorang anak gadis," ujar Jonathan. Dia memasuki kamarnya, melihat Natasha yang sibuk menyiapkan banyak barang. "Oh... Sayangnya kegadisanku sudah kau ambil waktu itu," ujar Natasha. Jonathan mendekat. Memeluk Natasha dari belakang dan menghirup tengkuknya dalam. "Dan aku sudah bertanggung jawab untuk itu sayang," ujar Jon
Jonathan keluar dari kediaman Alberto. Dia memasuki mobil hitam yang sudah terdapat Richard di dalamnya. Pria itu hendak membuka sarung tangannya. Sambil menatap Jonathan dengan tatapan yang membuat Jonathan kesal. "Aku bersumpah akan menusuk bola matamu jika kau terus menatapku seperti itu!" tukas Jonathan tanpa menoleh kepada Richard. Dia tau, sahabatnya itu sedang mengejeknya melalui sebuah tatapan. Richard tergelak dan mulai menjalankan mobilnya. Mereka melaju menuju bandara untuk terbang ke Rusia. Jonathan terlihat sibuk dengantablet-nya. Dia mengecek rekaman kamera yang dia pasang di ruangan tempat Alberto tertembak. Memastikan tak ada seorangpun yang datang ke sana untuk membersihkan m
Truk yang dikendarai Jonathan hampir tiba di gudang penyimpanan semua barang ilegal milik Baranov. Sementara, sejak kepergian Jonathan dengan truk itu. Richard, juga ikut pergi melesat lebih cepat dan tiba di tempat favoritenya. Yaitu sebuah bangunan tinggi, dia mencari posisi ter-stategis untuknya melindungi Jonathan. "Nathan, si keparat Baranov berencana menuju ke gudang penyimpanan, sepertinya dia akan memeriksa sendiri barang yang kau bawa," ujar Richard darimicrophonekecil yang tersambung kepadaearphoneJonathan. Jonathan yang sedang terlihat serius mengendarai truk itupun menjawab informasi dari Richard. "Baiklah... Kita lakukan rencana
Suara lagu dari audio di dalam mobil Jonathan, mengalun mengisi keheningan malam diperjalanan panjang Jonathan dan Richard. Dalam memburu para mafia yang bersangkutan dengan penjualan dan penyeludupan barang ilegal. Selama di Rusia, Jonathan bahkan sudah didatangi dua kelompok mafia yang hendak membalaskan dendam atas kematian beberapa saudara sebangsa mereka. Kedatangan dua kelompok mafia itu mengakibatkan Jonathan terkena luka tembakan di bahu kirinya. Walau lukanya tak begitu fatal. Namun hal itu membuat Natasha mengkhawatirkan keadaannya. Dan meminta Jonathan untuk kembali saja, jika keadaan sudah tak memungkinkan. Sayangnya Jonathan tak akan berhenti ditengah jalan hanya karena sebuah peluru yang melewati bahunya.&nb
Jonathan akhirnya berhasil keluar dari mobil setelah menenangkangladius-nya. Dia menyuruh seorang penjaga mengambil kunci dari tangan istrinya. Lalu dia memasuki mansion dan langsung menuju ke dapur tempat dimana Natasha dan Philip berada saat ini."Bagaimana? Apa enak?" tanya Natasha.Dia baru saja selesai membuat makanan untuk Philip. Dan saat ini pria tua itu sedang menyeruput kuah sup yang masih sangat hangat."Natasha!!" sergah Jonathan.Membuat Philip terkejut dan tersedak kuah sup. Dia mengibas-ibaskan tangannya di depan bibir."Oh astaga John... Kau bisa membuatku mati lebih cepat," gerutu Philip.Natasha terkekeh."Oh maaf, Phil. Aku ada urusan dengan istri nakalku ini," ujar Jonathan."Saat ini dia sedang menjadi kokiku... Jangan membawanya pergi dulu," ujar Philip."Sayangnya aku tak ingin meminjamkannya lebih lama lagi. Dia harus membayar kenakalannya barusan," tukas Jonathan.Dia menari
Jonathan kembali merasakan mual di setiap pagi hari. Kali ini sudah ke tiga kalinya semenjak kepulangannya dari rumah sakit tiga hari yang lalu.Dia merasa sesuatu dari dalam perutnya yang terus mendesaknya untuk mengeluarkan sesuatu yang hanya air saja jika dia memaksakannya untuk keluar.Natasha mengusap tengkuk Jonathan dan memberikan segelas air hangat kepada suaminya.Natasha tersenyum... bahkan terkekeh melihat Jonathan yang merasakan penderitaan seorang ibu hamil di tiga bulan pertama."Jangan menertawakanku, Nath!" tukas Jonathan."Aku tak tertawa... Hanya terkekeh melihatmu mual setiap pagi. Dan sensitif dengan wangi-wangian," ujar Natasha."Bagaimana bisa, kau yang hamil tapi aku yang mual dan tak bernapsu untuk makan. Sementara kau? Kau bahkan mampu menghabiskan banyak makanan," keluh Jonathan.Dia keluar dari kamar mandi setelah menyeka mulutnya dengan handuk kecil yang diberikan Natasha."Harusnya kau bersyukur, ka
David berniat ingin mengabari Kingswell bahwa ada sekelompok orang yang baru datang. Namun dia menahan niatnya, saat melihat keadaan di bawah sana yang juga tak memungkinkan untuknya memberitahukan kabar tersebut.Hingga saat melihat Jonathan tersadar, Richard langsung mengingatkan David untuk mengabari Kingswell perihal ada sekelompok orang yang baru datang."Sir, maaf mengganggu... Ada sekelompok orang yang baru datang. Mereka seperti sedang berbicara dengan Baranov yang hendak melarikan diri. Apa aku harus menyerang mereka?" tanya David."Perhatikan saja apa yang dia lakukan. Jika mereka hendak melakukan serangan. Silahkan kau menyerang. Aku tak tahu mereka berada dipihak siapa. Mungkin saja itu bantuan untukku, tapi tidak menutup kemungkinan Baranov juga meminta bantuan,"jawab Kingswell."Baranov tak mungkin memiliki bantuan lagi, Kingswell. Karena setelah dia tak mempunyai kekuasaan. Hanya aku yang masih mau menerimanya, namun aku
Jonathan menatap tajam Philip, dia bahkan tak bisa membalas ucapan Philip. Dia hanya mengatupkan giginya dan menahans diri untuk tetap waras agar tak langsung menembak mati kepala Philip.Dia masih bisa mengingat perkataan ayahnya sebelum mereka benar-benar menghadap Philip.Perkataan yang menjadi alasan bagi Kingswell selama ini tetap diam walau harus tersiksa batin."Aku bisa saja membunuh ayahku sejak lama, John. Tapi...Apa kau tahu kenapa aku tak melakukannya?" tanya Kingswell. Jonathan menggeleng sebagai jawaban.Mereka tengah berada di dalam mobil saat baru memasuki gerbang mansion Philip."Karena aku tak ingin menjadi sepertinya. Siapa yang mampu membunuh istri dan anak sulungnya hanya karena mereka tak menuruti keinginannya? Hanya seorang iblis yang sanggup melakukan itu," ujar Kingswell. Seakan di dalam dirinya begitu memendam rasa sakit yang begitu menyiksanya."Maka dari itu. Bagaimanapun kakek
David melihat tanda dari layartablet-nya. Sebuah tanda dari Kingswell untuk mulai melakukan serangan secara diam-diam.Dia langsung memberikan intruksi kepada yang lain melalui microphone yang tersambung ke masing-masing earphone ditelinga Richard, Bastian serta Natasha."Richard, sekarang! Lakukan seperti hantu," perintah David."Perintah diterima! Peluru siap meluncur!" jawab Richard berseru. Dia menarik pelatuknya sehingga sebuah peluru meluncur menuju pengawal paling jauh yang berada tepat di depan pintu masuk mansion. Peluru lainnya menyusul ke arah pengawal di depannya. Hingga satu per satu tumbang sampai ke bagian gerbang."Tian, Nath. Bersiap menyusup. Richard sedang membuka jalan, bersamaan dengan itu aku tengah merusak jaringan sistem cctv mereka agar terlihat tak terjadi apa-apa," ujar David."Done!" seru Richard."Siap!" jawab Natasha dan Bastian bersamaan.David terlihat sibuk mengetikkan suatu rum
Pagi harinya...Kingswell dan Jonathan tengah bersiap untuk berangkat. Mereka sengaja melewati jalur udara dengan menggunakan pesawat pribadi. Sementara Natasha dan Bastian menggunakan jalur laut dengan kapal laut.Keduanya berangkat bersamaan agar mereka tiba di mansion Philip diwaktu yang hampir sama.Kingswell memperhatikan Jonathan yang terlihat gelisah. Anaknya itu tak tenang dan mulai menenggak minumannya berulang dengan wajah yang tegang. Seakan dia melakukan itu untuk menutupi kegelisahannya.Namun seorang ayah, sekalipun telah lama terpisah. Kingswell tetaplah bisa melihat kegelisahan yang dirasakan anaknya. Lantas dia menanyakan kegelisahan apa yang dirasakan Jonathan."Ada apa, John?" tanya Kingswell.Jonathan menoleh dan mengulas sedikit senyuman tipis."Tak apa, dad. Aku hanya... Entahlah. Akhir-akhir ini... aku merasa kekosongan sering menghampiriku," jawab Jonathan."Tak ada yang perlu kau khawatirkan,Son.
Kepergian Kingswell dari ruangan tersebut menyisakan Jonathan berserta tiga orang yang masih tercengang dengan seseorang yang mengikuti Kingswell keluar dari ruangan tersebut."Hah?! Nathan! Apa ayahmu tak salah memilihkanku pasangan tim? Lebih baik aku bersama Bastian. Walau dia menyebalkan," ujar Richard."Siapa yang ingin satu tim denganmu?! Kau sangat berisik! Aku lebih bersyukur bisa dengan Natasha," balas Bastian.Richard mendengus kesal. "Lalu bagaimana aku bisa bekerja sama dengan seorang pria bertubuh kecil, dan lihat saja lekukan wajahnya? Bukankan itu mirip dengan lekukan wajah Natasha? Hanya saja ditumbuhi bulu halus. Atau mungkin itu hanya tempelan," gerutu Richard.Jonathan terkekeh begitu juga Bastian.Natasha mendekati Richard, "sudahlah, Richard... Aku rasa lebih baik kau menerimanya sebagai rekanmu. Mungkin saja apa yang dikatakan dad, benar. Jangan menolak hanya karena tubuhnya yang terlalu kecil. Kau bahkan tak tahu keahliannya,
Pauline menjalani hari-harinya menjadi istri dari Jacob. Walau yang sebenarnya terjadi, dia tak pernah melakukan kewajibannya sebagai istri untuk memenuhi kebutuhan Jacobdalamberhubungan badan.Beruntung Jacob sangat mengerti dan mau menghargai Pauline yang menolak untuk tidur tidak dalam satu kamar. Walau begitu, Pauline tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Memasak dan menyiapkan segala kebutuhan Jacobuntuk bekerja.Hingga satu bulan sudah berlalu terhitung perginya Pauline dari Rusia atas permintaan Kingswell.Pagi itu dia merasa mual dan terus berusaha memuntahkan sesuatu yang hendak keluar.Jacob panik dan tak jadi pergi bekerja, dia mengantarkan Pauline ke dokter dan memeriksakan keadaan Pauline.Sebuah kabar bahagia sekaligus menyedihkan harus diterima Pauline. Saat pria yang dia cintai malah tak berada di sampingnya, ketika sebuah benih dari cinta mereka tumbuh.
Di sebuah mansion di Rusia, seorang pria yang baru beranjak dewasa, dipanggil untuk menghadap sang ayah. Saat pria itu baru saja selesai bercinta dengan kekasihnya. Di sebuah kamar bekas almarhum kakak perempuannya.Kingswell sejak kecil sudah menjadi anak kesayangan dari Philip Winston Walz, terlepas dari kematian istrinya karena melahirkan Kingswell.Kingswell bergegas setelah merapikan diri, dan menyuruh wanitanya pulang menunggu dikamar itu. Karena dia yakin tak ada yang berani memasuki kamar bekas kakaknya itu.Philip mempunyai dua orang anak. Anak pertamanya seorang perempuan yang begitu anggun dan mempesona persis seperti ibunya. Namun sayang anak sulungnya itu harus meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat dari pelariannya bersama pria yang dicintainya.Ruang kerja Philip yang bernuansa clasic khas orang rusia, dengan beberapa bingkai berisi replika senjata api tertempel rapi di dinding. Philip duduk dikurs