"Silvie, lo di panggil bu winda di ruang guru" dimas yang menjabat sebagai ketua kelas menyampaikan perintah dari bu winda.
Amara menoleh lalu berucap "oke, nanti saya kesana".
"Ada apa ya lo dipanggil sama bu winda?" Maya yang bingung kenapa temannya sampai dipanggil wali kelas mereka.
"Nggak tau. Kalo gitu saya ke ruang guru dulu ya".
Berjalan melewati lorong sekolah menuju ruang guru, amara secara tidak sengaja berpapasan dengan valdo. Namun valdo yang memiliki karakter dingin sama sekali tidak menoleh saat mereka berpapasan dan langsung melewati amara untuk melanjutkan perjalanannya.
"Dasar introvert". Amara bergumam setelah melewati valdo hingga ia tak sadar bahwa ruben telah berada tepat di hadapannya.
Bruuk...
"aduh maaf saya nggak lihat kalo ada orang di depan". Amara yang tidak memperhatikan sekitar tidak sengaja menabrak siswa yang ada dihadapannya.
"Siapa sih yang lo bilang introvert, sampai nggak liat kalo ada gue di depan lo".
"Oh,,ruben. Nggak kok. Siapa yang ngomong introvert".
"Jangan bohong, barusan gue denger tau". Senyum ruben yang selalu ditunjukan ke semua orang karena memang kepribadiannya yang ramah.
"Pasti buat valdo kan, siapa lagi yang introvert di sekolah ini kalo bukan dia, haha. Eh tapi lo udah kenal sama valdo?".
"Kepo kamu. Iya, beberapa hari yang lalu saya nggak sengaja ketemu dia di taman".
"Yaah itu anak emang sering ke taman kalo istirahat cuma buat numpang tidur. Ngomong ngomong lo mau kemana?".
"Saya mau ke ruang guru tadi di panggil bu winda".
"Wah, anak baru udah di panggil sama guru. Emang lo abis ngelakuin apa?".
"Ish sembarangan. Saya juga nggak tau kenapa di panggil bu winda. Ya udah saya kesana dulu ya".
"Mau gue temenin nggak?".
"Nggak usah. Emang saya anak kecil harus di temenin segala".
Tok...tok...tok...
"Selamat pagi bu winda. Ibu manggil saya?".
Bu winda menoleh ke depan, melihat ternyata amara sudah ada di depan pintu ruang guru.
"Ia betul, silahkan masuk silvie". Amara melangkah memasuki ruang guru.
"Ada apa ya bu?".
"Saya langsung ke intinya saja. Mulai besok kamu pindah ke kelas III IPA 2 ya. Bukannya kamu buat salah. Tapi setelah kami melihat data siswa antara kelas IPA 1 dan IPA 2, jumlahnya tidak seimbang. Awalnya kami menempatkan kamu di kelas IPA 1, dikarenakan nilai nilai kamu yang sangat bagus. Jadi karena kamu adalah siswa pindahan, kamulah yang di pindahkan di kelas IPA 2". Bu winda memberikan penjelasan kepada amara.
"Baik bu. Saya pikir saya melakukan kesalahan. Kalau gitu besok saya langsung masuk ke kelas IPA 2 ya".
"Iya, besok kamu langsung saja masuk ke kelas IPA 2. Ibu juga sudah membicarakan kepindahan kamu dengan pak burhan, wali kelas kamu di kelas IPA 2. Kalau begitu kamu boleh kembali ke kelas".
"Baik, terima kasih bu".
'Kebetulan sekali. Dengan begitu saya jadi bisa mendekati ruben agar bisa lebih tahu seluk beluk sekolah dan orang orang disini. Akan saya manfaatkan dia'. Batin amara sambil keluar meninggalkan ruang guru dan kembali ke kelasnya.
Dia berencana mendekati ruben karena tau bahwa tidak ada orang selain ruben yang sangat mengenal seluk beluk lingkungan sampai orang orang di sekolah tersebut.
Sesampainya di kelas, amara langsung diberondong pertanyaan oleh maya. "Lo lama banget sih silv. Gue kan kepo kenapa lo dipanggil sama bu winda".
"Ish,,kepo kok dipelihara. Tuyul tuh pelihara, kali aja jadi orang kaya".
"Gue sih ogah pelihara tuyul, nanti minta digendong gue yang repot. Haha. Ngomong ngomong, jadi tadi kenapa lo dipanggil bu winda?".
"Besok saya pindah ke kelas IPA 2. Karna jumlah kelas ini dan sebelah beda jauh. Jadi saya yang dipindahkan kesana".
"Apa..??! yah nggak seru dong. Nanti gue duduk sendirian lagi. Kenapa nggak si intan aja tuh yang dipindahin kesana. Disini juga kerjaannya cuma nyampah doang".
"What..?! Besok lo pindah kelas silv?". Annga menoleh ke belakang, agar wajahnya berhadapan dengan maya dan amara.
"Ah elah angga, lo ngagetin aja. Lagian lu main nyamber aja kayak listrik koslet".
"Kok tau sih kalo gue ini listrik. Listrik yang selalu menggetarkan jiwamu may". Goda angga yang di balas senyum aneh ala maya.
"Amit amit tujuh turunan. Jiwa gue auto jadi kutub kalo liat lo angga. Kaku, beku, dingin, pokoknya nggak ada kehidupan deh".
"Kalian ini ribut terus. Biasanya jodoh lho". Goda amara yang membuat maya dan angga langsung menoleh ke arah amara.
"Huek..." Spontan maya dan angga bersamaan.
"Tuh kan, sampai muntah aja barengan".
"Ih, Omongan lo bikin gue merinding tau nggak silv".
***
"Halo tuan introvert, mau ikut ke kelas sebelah nggak?". Ruben melihat ke arah valdo yang duduk di sebelahnya."Nggak, gue mau ke taman. Paling lo mau ketemu anak baru. Lagian sejak kapan lo manggil gue introvert hah".
"Sejak barusan. Ternyata emang panggilan itu cocok buat lo. Hehehe. Ya udah, gue mau kesana dulu".
"Terserah".
Ruben berjalan masuk ke kelas IPA 1 dan langsung mendapati amara yang sedang berbincang dengan maya dan angga.
"Ehm, kayaknya ada yang mau pdkt ni. Lo pasti kesini mau nyariin silvie kan".
"Hehe, Tau aja lo may". Ruben duduk tepat di depan amara.
"Besok lo udah nggak usah cari cari silvie lagi ke sini. Karena besok dia pindah ke kelas lo". Ucap maya memberikan info ke ruben.
"Seriusan...?? pucuk di cinta silvie pun tiba. Eh tapi beneran besok lo pindah ke kelas gue?". Raut wajah ruben berubah semangat mendengar perkataan maya.
"Iya betul, besok saya pindah ke kelas kamu. Tadi bu winda bilang gitu waktu saya dipanggil beliau".
"Kalo gitu besok lo duduk sama gue aja. Tenang, nanti valdo gue suruh pindah. Dia mah ditaro belakang juga nggak apa apa".
"Yakin? Nggak apa apa kok, saya bisa duduk dimana aja".
"Beneran. Besok lo duduk sama gue". Ruben menggenggam tangan amara.
Melihat keaktifan ruben mendekati amara, maya berkata "Kirain lo nggak tertarik sama cewek, abis selama ini gue nggak pernah liat lo deketin cewek apalagi pacaran".
"Sembarangan lo kalo ngomong. Gue itu bukannya nggak mau pacaran. Tapi gue nunggu yang bisa menggetarkan hati gue. Emangnya lo, pacaran kayak ganti baju. Nggak sampe sehari udah ganti lagi".
"Itulah nasib cewek yang terlalu mempesona ben. Gue cuma mau ngasih mereka kesempatan buat ngerasain pacaran sama gue walau sebentar. Jadi adil kan semua kebagian".
***
Amara untuk pertama kali melangkah masuk ke dalam kelas IPA 2. Baru saja satu langkah dari pintu masuk, terlihat ruben melambaikan tangan ke arahnya lalu menepuk kursi yang ada disebelahnya pertanda mengajak amara untuk duduk di situ. Amara tersenyum sambil melangkahkan kaki menghampiri ruben lalu duduk disampingnya.
"Selamat bergabung di kelas IPA 2 tercinta untuk silvie ku tercinta".
"Ish,,lebay kamu ben".
"Ya namanya orang lagi seneng".
"Ngomong ngomong valdo pindah kemana?".
"Kok yang ditanyain valdo sih? Tuh nanti pas dibelakang lo".
"Nggak,,saya nggak enak aja dia sampe dipindahin gara gara saya".
"Panjang umur,,tuh orangnya nongol".
Valdo melangkah memasuki kelas, melihat sekilas ke arah amara lalu mendudukan diri tepat dibelakang gadis itu."Kenapa? Lagi pada ngomongin gue?". Ucap valdo, setelah lelaki itu mendudukan dirinya di kursi belakang.
"Iya ni silvie lagi nanyain lo".
"Bohong,,saya cuma mau tau kamu bakal duduk dimana setelah saya duduk disini". Jawab amara gugup.
"Bangku disini banyak. Ngapain jadi lo yang mikir".
"Saya itu cuma nggak enak sama kamu tapi kalau tau begini saya nyesel udah mikirin".
"Ya udah nggak usah dipikirin, gue juga nggak nyuruh".
"Ya ampun ternyata kalian udah seakrab ini ya. Asal tau aja silv, baru sekarang loh valdo ngomong sampe segini banyaknya. Salut gue sama lo". Ruben bertepuk tangan.
Ditengah tengah obrolan mereka, para siswa yang lain tengah memperhatikan interaksi ketiga orang tersebut. Antara bingung karena baru kali ini ruben dan valdo bisa begitu akrab dengan siswa lain. Walau ruben dikenal ramah, tapi tidak pernah sampai begitu antusias apalagi sampai mempersilahkan siswa lain untuk duduk disebelahnya. Terlebih kondisi valdo juga yang biasanya ditegur pasti cuek.
Tapi didepan siswi baru tersebut bisa sampai mengeluarkan beberapa kalimat. Mungkin jika boleh dicatat, hal tersebut bisa masuk ke dalam keajaiban dunia.
"Liat deh, itu kan siswi pindahan dari kelas IPA 1. Dia kok bisa akrab gitu ya sama ruben apalagi valdo. Pake ilmu apaan tuh". Gerutu siswa lain yang melihat interaksi ketiga siswa tersebut.
"Iri..?bilang bos. Hahaha". Jawab siswa disebelahnya.
"Siapa yang iri. Aneh aja gitu selama tiga tahun ini kan mereka berdua nggak terlalu deket sama cewek. Eh tau tau siswi baru yang bisa deketin mereka".
"Liat dong, dari muka aja udah keliatan beda sama lo. Gue akuin dia itu imut. Nggak kayak lo yang kalo di tabok langsung ngebul. Ketebelan bedak sih lo".
"Aah sialan lo".
Tak lama bel tanda masuk berbunyi. Pak burhan masuk ke kelas karena kebetulan mata pelajarannya di jam pertama.
"Selamat pagi semua, langsung kita mulai saja pelajaran kita tapi sebelumnya akan bapak absen".
"Ahmad minniatur rahman".
"Hadir pak".
"Budi nugroho".
"Hadir".
..."Silvie ananda syarif".
"Saya pak".
"Oh iya, sekalian saya umumkan. Mulai hari ini kelas IPA 2 kedatangan siswi pindahan yg sebelumnya dari IPA1. Silvie, untuk seluruh materi kamu bisa tanya teman teman disini sudah sampai mana".
"Baik pak".
Tak terasa satu setengah jam pelajaran berlangsung. Para siswa yang sudah jenuh bisa bernafas lega karena saat ini pelajaran matematika lah yang diajarkan.
"Oke, pelajarannya cukup sampai disini. Tolong buat kelompok 3 orang untuk pengerjaan tugas kali ini. Saya harap minggu depan sudah selesai semua".
"Pas banget, fix kalo gitu kita bertiga jadi satu kelompok". Ruben bersemangat membentuk kelompok sendiri yang beranggotakan silvie, valdo dan dirinya sendiri.
"Terserah, asal tu cewek nggak nyusahin aja".
"Nggak terbalik? Saya pikir kamu yang bakal nyusahin. Kerjaannya aja tidur terus". Amara mengetucutkan bibirnya. Membuat gadis itu terlihat makin imut.
"Kalian tuh ya kayak tom and jerry tau nggak. Daripada berantem terus, langsung tentuin aja dimana dan kapan kita mau kerjain tugas ini". Melerai perdebatan antara valdo dan amara.
"Gue ikut aja". Valdo menanggapi.
"Gimana kalo di rumah lo silv". Ruben membuka suara.
"Jangan". Jawab amara panik.
"Lho,,kenapa?".
"Bukan apa apa, saya belum terbiasa aja kalo ada temen yang ke rumah apalagi cowok. Ayah saya kurang suka ada cowok yang deket sama saya".
"yah, sayang banget. Padahal gue pengen tau dimana rumah lo silv".
"Lain kali aja ya".
"Oke deh. Valdo, gimana kalo di kosan lo aja?".
"Terserah tapi jangan hari ini. Gue ada urusan diluar".
"Loh, kamu ngekos do?". Amara langsung melihat ke arah valdo.
Bukannya valdo yang menjawab, justru ruben yang mewakilinya. "Hm,,lo kaget anak sekolah udah ngekos?".
"Iya,,biasanya kan anak sekolah masih tinggal sama orangtua".
Kalimat amara sontak membuat wajah valdo menegang. Menutup buku lalu berdiri untuk melangkah keluar kelas.
"Gue ke toilet dulu".
"Dia kenapa? Keliatannya nggak suka banget".
"Lain kali lo jangan bahas orangtua valdo ya silv karena itu sensitif banget buat dia. Orangtuanya meninggal saat tragedi penyerangan imperial club beberapa bulan yang lalu".
Membulatkan matanya, amara dibuat penasaran. "Serius? Kamu tau dari mana".
"Iya. Gue pernah denger kabar begitu. Tapi lo nggak perlu tau gue dapet kabar dari mana. Udah ah jangan dibahas lagi. Gue nggak enak kalo valdo sampe denger kita lagi bahas ini".
'Bukankah tragedi imperial club adalah penyerangan pertama yang terjadi? Dan dari awal sampai terakhir penyerangan belum pernah ada korban jiwa. Ruben yang berbohong atau ada informasi yang sengaja ditutup tutupi'. Batin amara mulai mencurigai seseorang.
Tanpa diketahui, obrolan amara dan ruben dari awal terdengar oleh valdo membuat ia mengepalkan tangan dari balik pintu kelas. Valdo melangkah menuju toilet dengan langkah cepat. Berdiri di depan wastafel, valdo mencuci mukanya dengan kasar untuk menghilangkan emosi yang sudah mau meledak. Memukul wastafel sambil membuang nafasnya kasar. Setelah emosinya lumayan stabil, dengan malas valdo melangkah menuju taman.
Tring,,
Suara aplikasi hijau dari smartphone ruben berbunyi.
[Valdo]
"Bilang guru, gue izin nggak enak badan".
[Ruben]
"Lo kenapa?".
[Valdo]
"Nggak, gue mau tidur sebentar di taman".
[Ruben]
"Dasar lo. Lama lama bisa jadi penghuni tetap taman sekolah".
Ruben memasukan smartphonennya kedalam saku celana lalu membuang nafasnya.
"Kenapa ben?" Tanya amara melihat tingkah siswa disebelahnya yang pasrah
"Valdo izin nggak masuk pelajaran kedua. Katanya nggak enak badan. Padahal dia tidur di taman".
"Apa karena omongan saya tadi ya".
"Kayaknya sih gitu. Makanya lain kali jangan bahas hal itu lagi di depan dia ya".
'kayaknya saya harus mulai menyelidiki valdo'. batin amara mulai membuat rencana.
Amara masuk ke kamar kos yang telah ia sewa selama tiga bulan ini. Hidup berpindah pindah memang resiko pekerjaan yang harus ia jalani. Menjadi polisi rahasia dengan segudang bahaya yang menanti. Untunglah ia hanya anak yatim piatu sehingga tidak ada keluarga yang ikut menanggung resiko bahaya yang sewaktu waktu dapat mengintai mereka, begitu batin amara.Memangnya kemana keluarga yang lainnya? Bukannya tidak bisa mencari, justru dengan pekerjaannya sebagai polisi hal itu menjadi sangat mudah untuk menemukan orang yang ingin dia cari tapi amara tidak mau tau dimana keberadaan mereka. Yang dia tahu hanya ia telah berada di panti asuhan sejak usia TK dan tidak pernah ada kerabat yang mencari apalagi menjenguknya disana.Tetangga kosnya hanya tahu sebatas amara adalah siswi pindahan dari semarang yang orangtuanya sibuk bekerja berpindah pindah kota. Oleh karena itu amara memilih untuk menyewa kos kosan ketimbang ikut dengan orangtuanya. Oh iya, seluruh tetangga kos juga t
"Bagaimana penyelidikan yang kamu lakukan terhadap para korban? Dan bagaimana hasilnya?". Akp Budi sanjaya yang sedang bertanya kepada Iptu Wahyu mulyanto"Saya sudah mendapat informasi tentang para korban, menurut saya tidak ada yang menarik. Hanya orang berduit yang senang berfoya foya dan bermain dengan wanita. Tapi ada satu hal yang mengganjal, di masa lalu mereka sempat berhubungan dengan suatu proyek entah apa. Saya juga masih menyelidiki hal itu". Jawab Iptu wahyu."Proyek ya,,lalu apakah ada orang lain yang terlibat dalam proyek itu?". Akp budi memainkan pulpennya sambil menyandarkan punggungnya di kursi."Iya, ada beberapa orang lagi yang terlibat. Faktanya, semua orang yang terlibat di dalam proyek itu saat ini menjadi pimpinan tempat hiburan di kota ini". Iptu wahyu berdiri di hadapan Akp budi.Akp budi mengangguk "Sepertinya kita mulai menemukan titik terang. Selidiki proyek apa yang mereka jalankan di masa lalu, kemudian sebar anggota kita un
AMARA POVMelihat kegaduhan dari dalam club, saya bergegas meninggalkan pos dan bergabung dengan anggota lain untuk meringkus para pelaku penyerangan. Benar saja informasi yang saya dapatkan tentang rencana mereka malam ini. Berarti dapat saya simpulkan bahwa dalang dari kasus ini memang bersembunyi di sekolah itu. Saya harus bisa mengungkap siapa pelakunya.Beruntung kami bisa meringkus beberapa pelaku, sisanya telah kabur menyebar ke segala penjuru. Saya mengejar laki laki yang berlari ke arah gang kecil. Saya pikir akan bisa menangkapnya, tapi ternyata itu hanyalah jebakan. Karena setelah masuk kedalam, ada sekitar 4 orang lagi yang sedang menunggu kami. Saya berusaha melawan, tapi apalah daya satu orang perempuan melawan 5 orang laki laki."Cuma satu orang polisi wanita ya,,urusan gampang ini sih". Saya mendengar salah satu dari mereka berbicara. Ketika saya ingin mengeluarkan senjata api, tapi naas salah satu dari mereka memukul lengan saya sehingga senjata a
"Silv, pulang sekolah kamu ada acara nggak?". Kata ruben setelah itu memasukan batagor ke dalam mulutnya. Saat ini mereka berdua sedang berada di kantin karena jam istirahat sedang berlangsung."Hmm,,saya mau pergi sama ayah. Memangnya kenapa ben?". Amara menyeruput jus alpukat yang telah ia pesan sebelumnya."Niatnya gue mau ajak lo jalan. Tapi ya sudah kalau lo ada acara. Kapan kapan aja kalau lo senggang". Ruben menyandarkan dagunya di kedua telapak tangan di atas meja."Iya boleh". Jawab amara singkat.'saya ingin mencari senjata saya yang jatuh di gang semalam. Semoga benda itu masih berada disana'. Amara tidak tenang jika benda itu belum ketemu.*Flashback onSelesai membersihkan diri setelah melaksanakan operasi penyergapan tadi, amara teringat akan senjata apinya yang terjatuh ketika melawan lima pelaku penyerangan yang mengeroyok dirinya.'Astaga, senjata saya masih ada di sana. Semoga tidak ada yang menyadarinya'. Batin amar
"Gue lagi nungguin lo".Ucapan valdo barusan membuat amara tersentak. Ada apa dengan orang ini? Apa ada yang salah? Setahu amara seorang rivaldo vinza aditya tidak pernah menunggu seseorang seperti sekarang. Ruben yang tidak lain adalah temannya saja tidak pernah diperhatikan. Sekarang seorang silvie, siswi baru justru telah menarik perhatian lelaki dingin itu."Nu... Nungguin saya? Ada apa ya?". Amara penasaran menunggu jawaban valdo."Bisa kita bicara berdua sebentar?". Amara berpikir sejenak, lalu menyangggupi permintaan orang itu."Bisa saja sih...tapi kalau boleh saya tahu, apa ada hal penting yang mau kamu bicarakan sampai mengajak saya bicara berdua?"."Gue mau memastikan sesuatu. Ikut gue". Valdo melangkahkan kakinya menuju perpustakaan sambil amara mengekori."Saya pikir kamu bakal ngajak ke taman". Melihat valdo memasuki ruang perpustakaan yang diketahui masih sepi karena jarang para siswa datang kesini sebelum jam masuk sekolah.
Akhirnya amara dapat keluar dari kediaman lelaki itu dengan aman setelah sebelumnya valdo beranjak masuk ke dalam toilet untuk membersihkan dirinya. Berjalan menyusuri jalanan ibu kota di tengah malam sambil memikirkan perkataan yang keluar dari mulut lelaki introvert itu. Siapa lagi kalau bukan rivaldo vinza aditya. Seketika jantung amara terasa begitu menggebu. Amara meletakkan satu tangannya di dada yang berdetak sangat cepat, menghembuskan nafasnya perlahan. 'ini nggak bagus untuk kesehatan jantung saya'. Batin amara karena terus teringat dengan wajah valdo. Apalagi setelah kejadian first kissnya dengan valdo. Tak bisa dipungkiri, sebenarnya amara jadi suka dengan momen tersebut. Eh, suka? *** Pagi ini amara sedang berjalan menuju sekolahnya. Seperti biasa, ia berangkat lebih pagi daripada siswa lain. Berjalan melewati rute berbeda dari biasanya. Hari ini rencananya sepulang sekolah, amara akan mencari rumah yang akan di sewa untuk tempat
Saat ini amara sedang berada di depan sebuah rumah yang tidak bisa dibilang besar tapi sangat asri karena memiliki halaman dengan beberapa pohon. Gadis itu tersenyum karena akhirnya menemukan rumah impiannya. Rumah impian? Ya, seperti inilah rumah yang selalu dibayangkan oleh gadis itu.Rumah satu lantai dengan dekorasi ala pedesaan. Di halaman rumah tumbuh pohon mangga, rambutan dan beringin ukuran sedang. Membuat rumah itu terasa bukan seperti di wilayah ibukota.Setelah sebelumnya amara telah sepakat dengan pemilik rumah untuk disewakan kepada dirinya. Gadis itu kini memasuki rumah itu, membawa beberapa barang barangnya. Mendekorasi sesuai keinginannya. Tak lupa memajang foto foto dengan 'ayah'nya. Amara teringat dengan perbincangan ia dengan atasannya. Meminta izin untuk menjadikannya sebagai ayah palsu demi alibi.Saat ini sekitar jam 07.00 malam akhirnya amara selesai membereskan barang barangnya karena memang tidak terlalu banyak yang ia miliki. Amara mem
Di perumahan kosong yang telah lama ditinggalkan, beberapa anak buah killian sedang menyiksa seorang polisi yang berhasil mereka culik. Seperti diketahui sebelumnya, polisi tersebut tergabung dalam operasi penyergapan beberapa waktu lalu. "Katakan, siapa mata-mata kalian yang ada di SMA Cahaya Hati?". Tanya lelaki bertato berperawakan tinggi besar. Kondisi polisi tersebut bisa di bilang sudah tidak baik. Wajah lebam, ujung bibir dan hidung sudah mengeluarkan darah segar. Ia diam mendengar pertanyaaan lelaki tersebut. "Buug..." Lelaki itu memukul perut polisi sampai kembali mengeluarkan darah segar. "Jawab..!! Gue nggak suka ngulang ngulang pertanyaan". Lelaki itu emosi karena polisi tersebut masih diam tidak menjawab. "Saya... Tidak... Tahu... Apa... Apa". Polisi itu menjawab dengan suara terbata-bata. Lelaki itu menarik kerah polisi tersebut "Bohong...!! Ngomong yang bener". "Benar... Saya... Tidak... Bohong. Saya.. ha
“jangan melihatku kayak gitu” valdo merasa kurang nyaman karena terus ditatap oleh amara. Berjalan menuruni anak tangga di Gedung SMA Cahaya Hati dengan valdo berada di depan sedangkan amara hanya mengekori. Entah apa alasannya, yang jelas amara memilih untuk berjalan di belakang valdo. Mereka berdua hendak keluar dari tempat itu sedangkan wahyu tetap berada di atas untuk membantu tim forensik sekaligus mengamankan TKP. “terima kasih” akhirnya amara berani mengeluarkan kata kata yang sedari tadi bermain di kepala namun tak berani ia utarakan. “terima kasih untuk apa?” valdo bertanya. “karena kamu sudah membantu saya” jawab amara. “walau dengan cara yang tidak terduga sama sekali” lanjutnya dengan suara pelan. Valdo menghentikan langkahnya membuat amara tak sengaja menabrak tubuh bagian belakang kekasihnya. Kebetulan mereka sudah berada di koridor sekolah sehingga tak ada yang membahayakan saat amara menabrak tubuhnya. “aduh, kenapa tiba tiba kamu berhenti?” amara mengusap dahinya
“diam” gumam amara sehingga ruben perlu bertanya kembali apa yang gadis itu ucapkan.“saya bilang diaaamm” amara berteriak lalu dengan cepat menyerang kedua orang lelaki yang ternyata adalah anak buah ruben atau killian.Ruben terkejut melihat kedua anak buahnya dilumpuhkan dengan mudah. Ia tahu jika kedua lelaki itu tak kuasa menahan gerakan amara yang lincah dan mematikan. Ia berpikir jika dalam waktu dekat amara pasti langsung menghajar dirinya juga.Ruben pun keluar, berlari ke arah tangga. Menaiki banyaknya anak tangga menuju atas Gedung sekolah tersebut. Benar saja, belum lama ruben berlari, amara telah bisa melumpuhkan seluruh anak buahnya.“cepat, keluar dari sini” amara memerintahkan seluruh siswa untuk segera meninggalkan Gedung sekolah.Merasa situasi sudah aman, semua siswa pun berduyun duyun berlari keluar mengikuti perintah amara. Tak sedikit yang mengucapkan terima kasih karena telah membebaskan mereka semua.Amara berlari mengikuti ruben. Ia yakin ruben menuju atap Ged
amara berlari secepat mungkin menuju sumber suara minta tolong dari para siswa. melihat dari lokasinya, ia yakin jika kelasnya lah yang menjadi sasaran penyerangan. namun langkahnya terhalangi ketika banyak siswa dari kelas lain yang berhamburan untuk segera keluar dari gedung sekolah."silv, ngapain lo kesana?! cepat ikut keluar, disana berbahaya. kita harus menyelamatan diri" ujar maya langsung menarik pergelangan tangannya ketika melihat sahabatnya hendak menerobos masuk melawan arus kerumunan para siswa."apa yang terjadi di dalam?" amara balik bertanya."kelas lo. kelas lo diserang sama orang orang bersenjata. pokoknya cepet lo ikut keluar biar nggak dijadikan sandera juga sama mereka" maya terus menarik tangan sahabatnya namun posisi amara masih tak bergeming.sambil mengepalkan tangannya, amara melampiaskan rasa marahnya. apakah pelakunya merupakan sisa gerombolan tersangka pengrusakan? rasanya masih mengganjal karena pimpinan mereka telah tiada."saya harus masuk. kamu tetap d
tindakan yang harus diambil saat ada tersangka yang melawan saat penangkapan benar benar telah amara lakukan. terutama dalam keadaan genting seperti tadi, dimana valdo sempat menodongkan senjata ke arahnya. apalagi senjata yang dipegang merupakan pistol milik amara yang pernah hilang.suara deburan ombak dan hembusan angin laut yang menghujam tubuh menemani kesedihan yang amara rasakan. dikala kedua tangannya masih memeluk tubuh tak bergerak yang penuh dengan darah akibat luka tembak yang tepat mengenai jantungnya.rasa kehilangan menyelimuti gadis itu hingga udara dingin yang menusuk sampai ke tulang sampai tak terasa sama sekali."AMARA..." panggil seseorang dari kejauhan.seorang lelaki yang sengaja menyusul sedang berlari mendekat ke arah amara dan valdo. dengan menahan rasa sakit di lengan yang telah diperban, wahyu sangat terkejut dengan pemandangan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. amara sama sekali tak menjawab panggilannya, sedari tadi ia hanya memeluk dalam diam.
baik amara maupun valdo sama sama terkejut dengan pertemuan tak terduga saat ini. tak terbayangkan jika hanya dengan bertatapan langsung bisa membongkar semua hal yang selama ini disembunyikan.dengan begini, identitas amara sebagai polisi juga langsung ketahuan oleh valdo. begitupun sebaliknya, amara tahu siapa lelaki yang dipanggil 'bos' oleh para tersangka yang berhasil mereka lumpuhkan lebih dulu.tiba tiba semua konsentrasi pun pecah, amara tak tahu harus bersikap seperti apa menghadapi situasi seperti ini. hal ini dimanfaatkan oleh valdo untuk membalikkan keadaan yang tadinya amara berada di atas tubuhnya, kini pemuda itu dengan cepat mendorongnya sehingga amara terhuyung ke belakang.valdo mengunci gerakan amara dengan cara menggenggam erat kedua tangan gadis itu. "biar aku jelaskan" valdo berkata dengan tatapan tak terbaca."jelaskan apa!? buktinya sudah sangat jelas kalau kamu pimpinan mereka" amara langsung menyimpulkan begitu karena tidak ada orang lain di tempat itu selain
"kamu sudah datang" wahyu baru saja ingin masuk ke ruangan AKP Budi saat melihat kedatangan amara yang masih memakai seragam sekolahnya."iya. bagaimana situasinya?" tanya amara cepat."kita masuk dulu" akhirnya amara dan wahyu masuk bersama ke dalam ruangan yang telah ada beberapa rekan mereka."akhirnya kalian tiba. ada pergerakan yang dicurigai sebagai gerombolan para pengrusak. lokasinya di perumahan yang telah lama terbengkalai. malam ini bergeraklah kesana dan tangkap para pelaku teror itu" perintah dari atasannya dijawab serempak oleh semua anggota tim."siap.""saya akan kembali dulu ke rumah untuk mengganti pakaian dan mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk operasi malam ini" amara berkata kepada wahyu setelah mereka semua keluar dari ruangan atasannya."aku juga akan kembali dulu" wahyu terlihat memikirkan sesuatu sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berbicara lagi. "apa kamu yakin akan ikut penangkapan malam ini?"."memangnya kenapa?" amara mengerutkan keningnya."entahla
"target kita kali ini berubah" seperti biasa, killian menghubungi anak buahnya melalui sambungan telepon dengan nomor yang selalu berbeda."jadi, tempat apa yang akan kita serang selanjutnya bos?" tanya pria berbadan besar itu."target kita selanjutnya adalah SMA Cahaya Hati. tapi kapan waktunya, tunggu kabar dari saya dulu" salah satu sudut bibir killian terangkat membentuk sebuah seringai yang mengandung arti tak baik.lelaki bertubuh besar itupun mengerutkan keningnya. apa telinganya tak salah mendengar perihal perubahan target penyerangan kali ini. "ma... maksudnya kita akan menyerang sekolah bos?.""iya. kenapa?" tanya killian dengan nada datar."bukannya itu sekolah bos sendiri? kenapa..." tiba tiba kalimatnya terputus karena langsung dipotong oleh killian."bukan urusan lo. tugas kalian cuma jalanin semua yang saya perintahkan.""baik bos. kami tunggu kabar selanjutnya" panggilan pun terputus.beberapa hari sudah amara terus memperhatikan gerak gerik kekasihnya. tak ada yang an
amara membaca selembar kertas yang sengaja ditinggalkan oleh valdo saat ia bertamu ke rumahnya. sebelum pulang, pemuda itu sempat memberinya sepucuk surat."ini ungkapan isi hatiku. kamu tahu aku bukan orang yang bisa menyampaikan dengan kata kata. jadi aku memutuskan untuk menulisnya agar kamu tahu bagaimana perasaanku padamu" pesan yang valdo tinggalkan sesaat sebelum lelaki itu mengendarai motornya.saat membacanya, amara merasa sangat tersentuh karena ia bisa merasakan ketulusan yang valdo katakan walau bukan keluar langsung dari mulutnya. kata demi kata ia resapi ke dalam sanubari, tak ada satupun yang terlewat.tak terasa setetes air mata jauh membasahi pipi ranumnya, sebegitu tuluskan perasaan yang valdo miliki untuknya. sekejap amara merasakan perasaan bersalah yang teramat sangat karena telah membohongi kekasihnya selama ini.amara memeluk erat surat tersebut. dalam hatinya, ia berjanji setelah kasus yang ditanganinya selesai, amara akan langsung memberitahukan semua rahasia
"silv, pulang sekolah aku main ke rumah kamu ya" pinta valdo saat jam istirahat tengah berjalan.suasana riuh menyelimuti seluruh ruangan di sekolah tak terkecuali dengan taman tempat valdo dan amara tengah duduk. ya, sesaat bel istirahat berbunyi, valdo mengajak kekasihnya untuk ke taman sekolah tempat ia biasanya duduk seorang diri."boleh" tanpa curiga sedikitpun amara mempersilahkan valdo untuk berkunjung ke rumahnya.'seperti ada yang berbeda dengannya. tapi kenapa ya?' amara memang merasa semenjak hari ini ada yang berbeda dengan pemuda itu. padahal kemarin masih tidak menunjukkan gejala apapun. seperti ada yang tengah dipikirkan oleh valdo tapi ia belum tahu apa."gue cari kemana mana nggak tahunya kalian ada di sini" tiba tiba ruben datang menghampiri mereka berdua di taman.kompak amara dan valdo saling mengerutkan keningnya. saling bertatapan mencari tahu kenapa ruben tiba tiba mencari mereka berdua."nggak harus ada alasan buat nyari kalian kan. gue udah