"Bagaimana penyelidikan yang kamu lakukan terhadap para korban? Dan bagaimana hasilnya?". Akp Budi sanjaya yang sedang bertanya kepada Iptu Wahyu mulyanto
"Saya sudah mendapat informasi tentang para korban, menurut saya tidak ada yang menarik. Hanya orang berduit yang senang berfoya foya dan bermain dengan wanita. Tapi ada satu hal yang mengganjal, di masa lalu mereka sempat berhubungan dengan suatu proyek entah apa. Saya juga masih menyelidiki hal itu". Jawab Iptu wahyu.
"Proyek ya,,lalu apakah ada orang lain yang terlibat dalam proyek itu?". Akp budi memainkan pulpennya sambil menyandarkan punggungnya di kursi.
"Iya, ada beberapa orang lagi yang terlibat. Faktanya, semua orang yang terlibat di dalam proyek itu saat ini menjadi pimpinan tempat hiburan di kota ini". Iptu wahyu berdiri di hadapan Akp budi.
Akp budi mengangguk "Sepertinya kita mulai menemukan titik terang. Selidiki proyek apa yang mereka jalankan di masa lalu, kemudian sebar anggota kita untuk mengikuti mereka. Karena kemungkinan mereka adalah target selanjutnya". Perintah Akp budi yang langsung disetujui oleh iptu wahyu.
"Siap komandan".
"Lalu bagaimana dengan pelaku penyerangan, apakah ada pergerakan dari mereka?".
"Sepertinya akhir akhir ini belum ada pergerakan dari para pelaku. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menuntaskan penyelidikan ini".
"Baik, kalau begitu kamu boleh melanjutkan pekerjaan kamu".
"Siap". Iptu wahyu meninggalkan ruangan atasannya.
***
Amara berangkat ke sekolah lebih awal karena ia ingin menyelidiki seluruh sudut sekolah. Mungkin saja ia akan menemukan petunjuk. Amara sudah sampai di samping gedung sekolah yang dihalangi oleh tembok tinggi. Saat amara berjalan menuju gerbang depan, samar samar ia mendengar suara laki laki yang berada dibalik tembok sedang bercakap cakap."Bagaimana persiapan kalian untuk penyerangan lusa?". Terdengar suara laki laki dari balik tembok.
Amara menghentikan langkahnya guna mempertajam pendengarannya.
"Bagus, kalau begitu lusa saya ingin mendengar berita kehancuran paradise club". Suara laki laki tadi kemungkinan sedang berbicara melalu saluran telepon. Karena tidak ada suara lain selain dia.'ini... Jangan jangan pelakunya' batin amara kemudian mendekatkan telinganya di tembok sekolah.
"Seperti biasa, jangan bunuh pimpinannya. Buat dia lumpuh untuk selama lamanya". Amara yang mendengar percakapan itu membulatkan matanya lalu bergegas berlari dengan kencang menuju sekolah.
'ini adalah kesempatan, saya harus tahu siapa pelaku penyerangan ini' amara berlari menuju taman sekolah. Karena yang ia tahu, lokasi suara yang tadi didengar berasal dari taman sekolah.
Amara sampai di taman sekolah.Dengan napas tersengal sengal, ia melihat sekeliling dan alangkah terkejutnya bahwa yang ia lihat adalah sosok yang sangat ia kenal. Ya, valdo yang sedang duduk di kursi taman dengan memakai headset sambil membaca buku. Tidak ada orang selain dia yang ada disana.
Valdo melihat ke arah amara "ngapain lo diam disitu?". Amara menghampiri valdo dengan tatapan menyelidik. "Kamu sendirian disini? Nggak ada siapa siapa lagi gitu?". Tanya amara yang sudah berada di samping valdo.
"Lo liat orang selain gue nggak disini?". Melepas sebelah headsetnya sambil memandang mata amara.
"Nggak ada, tapi kamu udah lama duduk disini? Nggak liat ada siapa gitu yang sempat kesini?". Alis amara mengerut.
"Kayaknya emang lagi tren ya, pertanyaan dijawab sama pertanyaan. Lo tuh bawel banget tau nggak". Valdo melangkah meninggalkan amara dengan wajah kesal.
'apakah valdo pelakunya? Tapi suara yang tadi saya dengar agak berbeda. Tapi tidak ada orang lagi selain dia disini. Tapi...tapi...tapi' banyak pertanyaan di dalam pikiran amara membuat gadis ini mengacak asal rambutnya.
Amara berjalan menuju kelas sambil memikirkan kejadian barusan. Tak terasa ia sampai dikelasnya. "Selamat pagi silvie, tumben lo udah sampe pagi pagi gini". Ruben menyambut kedatangan amara dengan ramah.
Sapaan ruben membuyarkan lamunan amara. "Ah iya,,tiba tiba saya mau sarapan di sekolah. Makanya sengaja datang pagi pagi. Kamu sendiri mau sarapan disini juga?".
Ruben mengeluarkan dompetnya dari dalam tas lalu memasukan ke saku celananya. "Iya, gue juga mau sarapan. Kebetulan gue belum makan apa apa dari rumah. Kalo gitu ayo kita ke kantin". Ruben berjalan diikuti oleh amara.
Saat perjalanan menuju kantin, mereka mendengar suara dari dalam kelas.
"hhmmpp,,,hhmmpp,,,aah,,yang jangan disini. Nanti kalo ketauan gimana?". Suaranya berasal dari seorang gadis diikuti dengan suara laki laki.
"Tenang aja, belum ada yang datang pagi pagi begini".
Mendengar percakapan dari dalam kelas tersebut membuat suasana antara amara dan ruben menjadi canggung.
Sambil berjalan menuju kantin, mereka berdua saling lirik tidak ada yang berani berbicara.
'haduh, suara yang tadi aja belum ketemu. Sekarang malah denger suara yang nggak nggak' amara merutuki dirinya di dalam hati. Heran ada apa dengan hari ini hingga harus mendengar suara misterius berkali kali.
"Ehm...".
Ruben berusaha memecah kecanggungan mereka. "Lo mau sarapan apa?".
"Hah,,apa,,oh kayaknya bubur ayam enak deh". Amara salah tingkah menjawab pertanyaan yang ditujukan untuknya.
"Bubur ayam ya,,boleh juga. Kali ini gue yang traktir".
***
Sepulang sekolah, amara bergegas melaporkan temuannya kepada atasannya terkait suara perintah penyerangan dari balik tembok."Rubah melapor, akan ada penyerangan lagi di paradise club lusa malam. mohon siagakan anggota rahasia kita di sana karena kemungkinan besar mereka akan beraksi lagi". Permintaan amara agar dapat mencegah aksi penyerangan lagi."Terima kasih informasinya. Upayakan gerakan kita tidak diketahui pihak manapun termasuk pihak paradise club. Kita bagi beberapa bagian, lima belas orang menyamar sebagai pengunjung, sisanya bersiaga di luar lokasi". Perintah Akp budi kepada seluruh jajarannya.
"Siap komandan". Seluruh anggotanya bersiap untuk bergerak untuk menangkap pelaku penyerangan beruntun tersebut.
'semoga kami dapat menghentikan aksi mereka' amara berdoa dengan sungguh sungguh di dalam hati.
Amara juga bergegas menyiapkan peralatannya untuk ikut dalam operasi penyergapan tersebut. walaupun kemungkinan otak dari penyerangan tersebut tidak ikut, tapi minimal ia bisa menangkap 'ekor'nya. sehingga siapa dapang dibalik peristiwa ini dapat terungkap.
Di dalam kamar kos, amara sedang mempersiapkan diri untuk ikut dalam operasi penyergapan. Tak lupa ia membawa senjata api dan borgol yang diletakkan di dalam jaket berbahan jeans itu.
Dengan memakai topi, kaus berwarna hitam, celana jeans dan sepatu sneakers agar amara bisa bergerak dengan leluasa. Persiapan dirasa sudah cukup, gadis manis itu segera berangkat ke kantor polisi guna mengikuti briefing sebelum operasi penyergapan.
Briefing dibuka dengan arahan dari AKP budi."Selamat sore semuanya". Ucapan Akp budi yang langsung dijawab oleh seluruh anggotanya.
"Selamat sore pak".
"Menurut informasi yang didapatkan, malam ini kita akan melaksanakan operasi penyergapan yang berlokasi di paradise club. Seperti rencana awal, bahwa lima belas orang akan menyamar menjadi pengunjung disana. Sedangkan sisanya akan berjaga di luar club. Ingat, jangan sampai pergerakan kita diketahui oleh pihak manapun termasuk pihak paradise club". Arahan Akp budi didengar serius oleh seluruh anggotanya. Lalu ia melanjutkan dengan pertanyaan.
"Apakah ada pertanyaan?".
"Pak, izinkan saya menyamar sebagai pengunjung". Pinta amara karena mungkin dia akan mengenali salah satu dari pelaku.
"Tidak, kamu tetap berjaga di luar. Karena wajah dan postur tubuh kamu tidak cocok jika menyamar sebagai pengunjung. Nanti dikira kamu siswa sekolah yang nyasar disana". Kalimat barusan membuat seluruh anggota yang mengikuti operasi penyergapan tertawa terbahak bahak. Raut wajah amara terlihat antara kecewa dan malu.
Memang dengan wajahnya dan postur tubuhnya, orang orang banyak yang tertipu dengan mengira amara masih berusia belasan tahun.
"Baiklah, jika tidak ada pertanyaan lagi. Kita mulai operasi penyergapan malam ini. Semoga tuhan melindungi kita semua dan kasus ini dapat segera diselesaikan". Seluruh anggota memanjatkan doa dengan keyakinannya masing masing.
***
Waktu menunjukan pukul dua belas malam. Seluruh anggota kepolisian yang menyamar sudah menempati area masing masing. Amara sendiri sedang duduk di minimarket yang berada tepat di seberang paradise club. Sambil memakan camilan dan minuman ringan agar penyamarannya terlihat senatural mungkin."Hei adik manis, malam malam sendirian aja". Suara laki laki tak dikenal datang menghampiri. Amara diam saja tidak menjawab.
Mengacuhkan pertanyaan yang ditujukan kepadanya.
"Wah, anak kecil sombong banget. Apa perlu gue aja seneng seneng biar lo nggak berlagak lagi?". Laki laki itu justru menantang amara dengan makin mendekatkan dirinya disamping amara.
"Ehmm...kalo lo berani macem macem, gue pastiin malam ini gue bikin lubang di kepala lo". Tiba tiba anggota kepolisian lain datang menghampiri mereka dengan sedikit mengeluarkan gagang senjata api dari balik jaketnya.
"Ma...ma...maaf. saya cuma bercanda. Kalo gitu saya pergi". Laki laki tadi ketakutan setelah melihat senjata api tadi lalu pergi meninggalkan amara.
"Aduuh, lain kali kamu jangan begitu. Gimana kalau penyamaran kita terbongkar. Belum nyergap udah ketauan duluan". Amara menutup sebelah wajahnya dengan tangan kanan.
"Maaf, abis saya nggak suka kamu diganggu seperti tadi". Anggota kepolisan yang lain memasang wajah memelas di depan amara.
"Tapi bukan begitu caranya. Kalau begitu kamu bisa kembali ke posisi awal". Perintah amara langsung dituruti dengan pria tadi kembali ke posisinya.
Setengah jam menunggu, terlihat segerombolan pria yang mengenakan pakaian serba hitam datang dan memasuki paradise club. Mereka membawa berbagai macam senjata mulai dari pemukul bisbol, tongkat golf sampai parang.
Setelah gerombolan itu masuk, terdengar suara gaduh yang dapat dipastikan kalau di dalam sana sedang terjadi penyerangan. Anggota yang menyamar di dalam club langsung bergerak begitupun dengan anggota yang berada di luar.
"Sial...ternyata kita di sergap". Salah satu pelaku berbicara.
"Kalau begitu sekarang kita harus mundur dulu. SEMUA, MUNDUUUURRRR...". perintah salah satu pelaku.
Gerombolan itu dengan cepat menyebar dan keluar dari dalam club. Banyak yang lolos, tapi sial bagi pelaku yang kalah cepat. Mereka dengan mudah dapat tertangkap.
Polisi yang berada di luar langsung melepaskan tembakan ke arah pelaku yang kabur. Ada yang tertangkap tapi tidak sedikit pula yang lolos.
Amara mengejar salah satu pelaku yang kabur ke dalam gang kecil yang gelap. Ternyata itu adalah jebakan. Disaat amara sedikit lagi menjangkau pelaku, ada sekitar empat orang yang telah menunggunya.
Mereka berkelahi, satu orang wanita melawan lima orang laki laki. Amara yang kewalahan tak sengaja menjatuhkan senjatanya entah kemana. Gang yang gelap membuat ia tidak bisa melihat dimana senjatanya terjatuh.
Amara memutuskan mundur dan berlari menghindari kejaran mereka. Disaat amara berlari, tidak sengaja ia menabrak seseorang.bruuk...
"aduuh maaf". Amara jatuh terduduk dan topinya lepas dari kepala.
"Ngapain lo tengah malam ada disini?". Amara mengangkat wajahnya lalu terkejut. Ternyata orang yang ditabrak barusan adalah valdo.
"Oh..itu..saya nyasar terus dikejar preman". Sambil sesekali menengok ke belakang khawatir ia masih di kejar para pelaku tadi.
Valdo menarik tangan amara membantunya agar bisa berdiri. Dari jauh terdengar suara beberapa pria yang sedang berlari mengejar sesuatu.
"Kayaknya tadi dia pergi ke arah sini".
"Lepas jaket lo". Valdo yang mendengar suara mereka langsung memerintahkan amara untuk melepaskan jaketnya.
"Kenapa di lepas?". Amara kebingungan dengan perkataan valdo.
"Udah lepas aja". Valdo melemparkan jaket amara di tempat yang tidak terlihat lalu berkata "Sorry...".
Amara mengerutkan keningnya, "minta maaf untuk ap...".
"Hhmmpp..." Kalimat amara terhenti tatkala valdo mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya ke bibir amara. Rasanya lembut, hangat dan manis.
Amara terkejut, Badannya langsung tidak bisa bergerak. Sepertinya otak dan dan tubuhnya sedang tidak bisa diajak kerjasama.
Gerombolan laki laki yang mengejarnya terdengar semakin mendekat, amara memejamkan matanya agar tidak terlihat mencurigakan dimata para pelaku tadi.
Kedua bibir yang awalnya hanya menempel, saat ini melumat dengan lembut membuat bulu kuduk amara terasa meremang.
Gerombolan tadi berlari begitu saja melewati valdo dan amara tanpa curiga sedikitpun. Saat mereka sekiranya telah jauh, valdo melepas ciuman lalu menengok kearah para lelaki tadi. Ia mengambil jaket amara yang sebelumnya dilempar ke tempat yang gelap.
Amara masih diam mematung, jantungnya berdebar berdetak dalam tempo yang tidak normal. Ibarat didalam jantungnya sedang terjadi bencana alam tsunami, puting beliung, gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang. Aaarrrggghhh itu adalah ciuman pertama amara selama hidup dua puluh tiga tahun.
Masih dalam keadaan melamun, valdo menarik tangan amara untuk meninggalkan tempat tersebut. Dalam perjalanan amara tersadar lalu menarik tangannya yang di genggam oleh valdo.
"Lepasin tangan saya. Berani beraninya kamu cium saya padahal kita nggak ada hubungan apa apa". Antara marah dan malu, amara berbicara dengan emosi.
"Kalo gue nggak cium lo, gue pastiin para preman itu masih ngejar ngejar lo. Lagian tadi gue udah minta maaf sebelumnya". Valdo berbalik melihat amara.
"Tapi saya nggak tau kalo ternyata kamu bakal cium saya. Kamu tau, kalo itu tuh ciuman pertama saya. Tapi kamu ambil gitu aja". Mata amara memerah.
Valdo menarik dan membuang nafasnya kasar. "Lo juga perlu tau, kalo itu juga ciuman pertama buat gue. Padahal niat gue buat nyelametin lo. Tapi ya udah kalo lo nggak terima". Valdo berjalan meninggalkan amara.
Amara mengikuti langkah valdo keluar dari gang sempit dan gelap itu.
"...sih". Suara lirih amara sesaat mereka keluar dari gang tersebut.
"Apa...?". Valdo bertanya.
"Terima kasih...dan maaf karena sudah marah marah sama kamu". Amara masih dalam keadaan menunduk.
"Yuk gue anter". Ajak valdo sambil melangkah kembali.
"Kemana?". Amara bingung.
"Ke rumah lo lah,,masa ke kosan gue". Langkah amara terhenti.
"Nggak perlu,,terima kasih. Kita berpisah disini saja". Pinta amara berpikir jangan sampai valdo tahu lokasi kos amara.
"Lo mau ketemu preman kayak tadi?". Amara berpikir sejenak memikirkan alasan agar valdo tidak mengantarnya.
"Saya bisa pesan ojek online. Kalau kita jalan kaki kayak gini jauh banget. Kapan mau sampainya". Akhirnya amara mendapat alasan yang masuk akal.
Valdo diam sejenak, sampai akhirnya ia setuju dengan alasan gadis yang ada di depannya.
"Oke, tapi gue bakal disini sampai lo dapet ojek onlinennya".
"Siap bos". Amara tersenyum mendengar jawaban valdo.
Degg...valdo melihat senyum di wajah amara, seketika membuat irama jantungnya berdebar tak karuan.
Setelah amara pergi menaiki ojek online, valdo yang masih berdiri disitu memegang dadanya dan batinnya berkata 'apakah ini...?'.
AMARA POVMelihat kegaduhan dari dalam club, saya bergegas meninggalkan pos dan bergabung dengan anggota lain untuk meringkus para pelaku penyerangan. Benar saja informasi yang saya dapatkan tentang rencana mereka malam ini. Berarti dapat saya simpulkan bahwa dalang dari kasus ini memang bersembunyi di sekolah itu. Saya harus bisa mengungkap siapa pelakunya.Beruntung kami bisa meringkus beberapa pelaku, sisanya telah kabur menyebar ke segala penjuru. Saya mengejar laki laki yang berlari ke arah gang kecil. Saya pikir akan bisa menangkapnya, tapi ternyata itu hanyalah jebakan. Karena setelah masuk kedalam, ada sekitar 4 orang lagi yang sedang menunggu kami. Saya berusaha melawan, tapi apalah daya satu orang perempuan melawan 5 orang laki laki."Cuma satu orang polisi wanita ya,,urusan gampang ini sih". Saya mendengar salah satu dari mereka berbicara. Ketika saya ingin mengeluarkan senjata api, tapi naas salah satu dari mereka memukul lengan saya sehingga senjata a
"Silv, pulang sekolah kamu ada acara nggak?". Kata ruben setelah itu memasukan batagor ke dalam mulutnya. Saat ini mereka berdua sedang berada di kantin karena jam istirahat sedang berlangsung."Hmm,,saya mau pergi sama ayah. Memangnya kenapa ben?". Amara menyeruput jus alpukat yang telah ia pesan sebelumnya."Niatnya gue mau ajak lo jalan. Tapi ya sudah kalau lo ada acara. Kapan kapan aja kalau lo senggang". Ruben menyandarkan dagunya di kedua telapak tangan di atas meja."Iya boleh". Jawab amara singkat.'saya ingin mencari senjata saya yang jatuh di gang semalam. Semoga benda itu masih berada disana'. Amara tidak tenang jika benda itu belum ketemu.*Flashback onSelesai membersihkan diri setelah melaksanakan operasi penyergapan tadi, amara teringat akan senjata apinya yang terjatuh ketika melawan lima pelaku penyerangan yang mengeroyok dirinya.'Astaga, senjata saya masih ada di sana. Semoga tidak ada yang menyadarinya'. Batin amar
"Gue lagi nungguin lo".Ucapan valdo barusan membuat amara tersentak. Ada apa dengan orang ini? Apa ada yang salah? Setahu amara seorang rivaldo vinza aditya tidak pernah menunggu seseorang seperti sekarang. Ruben yang tidak lain adalah temannya saja tidak pernah diperhatikan. Sekarang seorang silvie, siswi baru justru telah menarik perhatian lelaki dingin itu."Nu... Nungguin saya? Ada apa ya?". Amara penasaran menunggu jawaban valdo."Bisa kita bicara berdua sebentar?". Amara berpikir sejenak, lalu menyangggupi permintaan orang itu."Bisa saja sih...tapi kalau boleh saya tahu, apa ada hal penting yang mau kamu bicarakan sampai mengajak saya bicara berdua?"."Gue mau memastikan sesuatu. Ikut gue". Valdo melangkahkan kakinya menuju perpustakaan sambil amara mengekori."Saya pikir kamu bakal ngajak ke taman". Melihat valdo memasuki ruang perpustakaan yang diketahui masih sepi karena jarang para siswa datang kesini sebelum jam masuk sekolah.
Akhirnya amara dapat keluar dari kediaman lelaki itu dengan aman setelah sebelumnya valdo beranjak masuk ke dalam toilet untuk membersihkan dirinya. Berjalan menyusuri jalanan ibu kota di tengah malam sambil memikirkan perkataan yang keluar dari mulut lelaki introvert itu. Siapa lagi kalau bukan rivaldo vinza aditya. Seketika jantung amara terasa begitu menggebu. Amara meletakkan satu tangannya di dada yang berdetak sangat cepat, menghembuskan nafasnya perlahan. 'ini nggak bagus untuk kesehatan jantung saya'. Batin amara karena terus teringat dengan wajah valdo. Apalagi setelah kejadian first kissnya dengan valdo. Tak bisa dipungkiri, sebenarnya amara jadi suka dengan momen tersebut. Eh, suka? *** Pagi ini amara sedang berjalan menuju sekolahnya. Seperti biasa, ia berangkat lebih pagi daripada siswa lain. Berjalan melewati rute berbeda dari biasanya. Hari ini rencananya sepulang sekolah, amara akan mencari rumah yang akan di sewa untuk tempat
Saat ini amara sedang berada di depan sebuah rumah yang tidak bisa dibilang besar tapi sangat asri karena memiliki halaman dengan beberapa pohon. Gadis itu tersenyum karena akhirnya menemukan rumah impiannya. Rumah impian? Ya, seperti inilah rumah yang selalu dibayangkan oleh gadis itu.Rumah satu lantai dengan dekorasi ala pedesaan. Di halaman rumah tumbuh pohon mangga, rambutan dan beringin ukuran sedang. Membuat rumah itu terasa bukan seperti di wilayah ibukota.Setelah sebelumnya amara telah sepakat dengan pemilik rumah untuk disewakan kepada dirinya. Gadis itu kini memasuki rumah itu, membawa beberapa barang barangnya. Mendekorasi sesuai keinginannya. Tak lupa memajang foto foto dengan 'ayah'nya. Amara teringat dengan perbincangan ia dengan atasannya. Meminta izin untuk menjadikannya sebagai ayah palsu demi alibi.Saat ini sekitar jam 07.00 malam akhirnya amara selesai membereskan barang barangnya karena memang tidak terlalu banyak yang ia miliki. Amara mem
Di perumahan kosong yang telah lama ditinggalkan, beberapa anak buah killian sedang menyiksa seorang polisi yang berhasil mereka culik. Seperti diketahui sebelumnya, polisi tersebut tergabung dalam operasi penyergapan beberapa waktu lalu. "Katakan, siapa mata-mata kalian yang ada di SMA Cahaya Hati?". Tanya lelaki bertato berperawakan tinggi besar. Kondisi polisi tersebut bisa di bilang sudah tidak baik. Wajah lebam, ujung bibir dan hidung sudah mengeluarkan darah segar. Ia diam mendengar pertanyaaan lelaki tersebut. "Buug..." Lelaki itu memukul perut polisi sampai kembali mengeluarkan darah segar. "Jawab..!! Gue nggak suka ngulang ngulang pertanyaan". Lelaki itu emosi karena polisi tersebut masih diam tidak menjawab. "Saya... Tidak... Tahu... Apa... Apa". Polisi itu menjawab dengan suara terbata-bata. Lelaki itu menarik kerah polisi tersebut "Bohong...!! Ngomong yang bener". "Benar... Saya... Tidak... Bohong. Saya.. ha
Saat ini seorang remaja lelaki sedang merenungi kalimat yang ia lontarkan tadi di sekolah. Tidur terlentang menatap langit kamarnya yang dominan dengan warna biru.'Kenapa gue bisa ngomong gitu cuma karena tau silvie abis jalan sama ruben'. Valdo memejamkan matanya dalam, Tangan kanan memegang dada yang telah berdetak tak karuan sejak gadis bernama silvie hadir di kehidupannya.Sejenak melupakan tujuannya untuk membalaskan dendam kepada orang-orang yang telah merenggut nyawa kedua orangtuanya.*Flashback onDi sebuah rumah megah berlantai dua, memiliki tangga melingkar di tengah ruangan menambah kesan mewah bagi siapapun yang melihatnya. Di bagian belakang rumah ada kolam renang pribadi berdampingan dengan taman yang asri.Kehidupan bahagia sepasang suami istri dan putra tunggal mereka. Devi, nyonya rumah itu walau sudah tidak bisa dibilang muda, namun masih memancarkan aura keanggunan. Pagi ini ia berada di dapur untuk memasak dibantu oleh asisten
"Bagaimana kalau mereka kenapa kenapa?". Valdo berbicara dengan nada tinggi tak peduli dengan siapa ia berbicara karena khawatir akan keselamatan kedua orangtuanya."Mohon maaf sebelumnya. Orangtua anda telah meninggal di tempat. Saat ini tim kami telah berkoordinasi dengan rumah sakit terdekat untuk mengevakuasi jenazah keduanya".Sontak kaki valdo tidak bisa menahan bobot tubuhnya saat mendengar penjelasan polisi tentang kondisi orangtuanya.Melihat tidak percaya ke arah jenazah devi dan richard, tak terasa kedua mata valdo telah mengeluarkan bulir air mata. Ia tidak menyangka, baru tadi sore mereka berbincang melalui saluran telepon, tapi saat ini mereka harus berpisah dengan cara yang tidak diinginkan."Aaaaaaaaaaa......." Valdo berteriak mengeluarkan seluruh perasaannya. Sedih, kaget, kehilangan seluruh orang yang sangat dicintainya dalam waktu yang sangat mendadak. Baru tadi pagi ia masih sarapan dan mendebatkan hal hal tidak penting bersama mama da
“jangan melihatku kayak gitu” valdo merasa kurang nyaman karena terus ditatap oleh amara. Berjalan menuruni anak tangga di Gedung SMA Cahaya Hati dengan valdo berada di depan sedangkan amara hanya mengekori. Entah apa alasannya, yang jelas amara memilih untuk berjalan di belakang valdo. Mereka berdua hendak keluar dari tempat itu sedangkan wahyu tetap berada di atas untuk membantu tim forensik sekaligus mengamankan TKP. “terima kasih” akhirnya amara berani mengeluarkan kata kata yang sedari tadi bermain di kepala namun tak berani ia utarakan. “terima kasih untuk apa?” valdo bertanya. “karena kamu sudah membantu saya” jawab amara. “walau dengan cara yang tidak terduga sama sekali” lanjutnya dengan suara pelan. Valdo menghentikan langkahnya membuat amara tak sengaja menabrak tubuh bagian belakang kekasihnya. Kebetulan mereka sudah berada di koridor sekolah sehingga tak ada yang membahayakan saat amara menabrak tubuhnya. “aduh, kenapa tiba tiba kamu berhenti?” amara mengusap dahinya
“diam” gumam amara sehingga ruben perlu bertanya kembali apa yang gadis itu ucapkan.“saya bilang diaaamm” amara berteriak lalu dengan cepat menyerang kedua orang lelaki yang ternyata adalah anak buah ruben atau killian.Ruben terkejut melihat kedua anak buahnya dilumpuhkan dengan mudah. Ia tahu jika kedua lelaki itu tak kuasa menahan gerakan amara yang lincah dan mematikan. Ia berpikir jika dalam waktu dekat amara pasti langsung menghajar dirinya juga.Ruben pun keluar, berlari ke arah tangga. Menaiki banyaknya anak tangga menuju atas Gedung sekolah tersebut. Benar saja, belum lama ruben berlari, amara telah bisa melumpuhkan seluruh anak buahnya.“cepat, keluar dari sini” amara memerintahkan seluruh siswa untuk segera meninggalkan Gedung sekolah.Merasa situasi sudah aman, semua siswa pun berduyun duyun berlari keluar mengikuti perintah amara. Tak sedikit yang mengucapkan terima kasih karena telah membebaskan mereka semua.Amara berlari mengikuti ruben. Ia yakin ruben menuju atap Ged
amara berlari secepat mungkin menuju sumber suara minta tolong dari para siswa. melihat dari lokasinya, ia yakin jika kelasnya lah yang menjadi sasaran penyerangan. namun langkahnya terhalangi ketika banyak siswa dari kelas lain yang berhamburan untuk segera keluar dari gedung sekolah."silv, ngapain lo kesana?! cepat ikut keluar, disana berbahaya. kita harus menyelamatan diri" ujar maya langsung menarik pergelangan tangannya ketika melihat sahabatnya hendak menerobos masuk melawan arus kerumunan para siswa."apa yang terjadi di dalam?" amara balik bertanya."kelas lo. kelas lo diserang sama orang orang bersenjata. pokoknya cepet lo ikut keluar biar nggak dijadikan sandera juga sama mereka" maya terus menarik tangan sahabatnya namun posisi amara masih tak bergeming.sambil mengepalkan tangannya, amara melampiaskan rasa marahnya. apakah pelakunya merupakan sisa gerombolan tersangka pengrusakan? rasanya masih mengganjal karena pimpinan mereka telah tiada."saya harus masuk. kamu tetap d
tindakan yang harus diambil saat ada tersangka yang melawan saat penangkapan benar benar telah amara lakukan. terutama dalam keadaan genting seperti tadi, dimana valdo sempat menodongkan senjata ke arahnya. apalagi senjata yang dipegang merupakan pistol milik amara yang pernah hilang.suara deburan ombak dan hembusan angin laut yang menghujam tubuh menemani kesedihan yang amara rasakan. dikala kedua tangannya masih memeluk tubuh tak bergerak yang penuh dengan darah akibat luka tembak yang tepat mengenai jantungnya.rasa kehilangan menyelimuti gadis itu hingga udara dingin yang menusuk sampai ke tulang sampai tak terasa sama sekali."AMARA..." panggil seseorang dari kejauhan.seorang lelaki yang sengaja menyusul sedang berlari mendekat ke arah amara dan valdo. dengan menahan rasa sakit di lengan yang telah diperban, wahyu sangat terkejut dengan pemandangan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. amara sama sekali tak menjawab panggilannya, sedari tadi ia hanya memeluk dalam diam.
baik amara maupun valdo sama sama terkejut dengan pertemuan tak terduga saat ini. tak terbayangkan jika hanya dengan bertatapan langsung bisa membongkar semua hal yang selama ini disembunyikan.dengan begini, identitas amara sebagai polisi juga langsung ketahuan oleh valdo. begitupun sebaliknya, amara tahu siapa lelaki yang dipanggil 'bos' oleh para tersangka yang berhasil mereka lumpuhkan lebih dulu.tiba tiba semua konsentrasi pun pecah, amara tak tahu harus bersikap seperti apa menghadapi situasi seperti ini. hal ini dimanfaatkan oleh valdo untuk membalikkan keadaan yang tadinya amara berada di atas tubuhnya, kini pemuda itu dengan cepat mendorongnya sehingga amara terhuyung ke belakang.valdo mengunci gerakan amara dengan cara menggenggam erat kedua tangan gadis itu. "biar aku jelaskan" valdo berkata dengan tatapan tak terbaca."jelaskan apa!? buktinya sudah sangat jelas kalau kamu pimpinan mereka" amara langsung menyimpulkan begitu karena tidak ada orang lain di tempat itu selain
"kamu sudah datang" wahyu baru saja ingin masuk ke ruangan AKP Budi saat melihat kedatangan amara yang masih memakai seragam sekolahnya."iya. bagaimana situasinya?" tanya amara cepat."kita masuk dulu" akhirnya amara dan wahyu masuk bersama ke dalam ruangan yang telah ada beberapa rekan mereka."akhirnya kalian tiba. ada pergerakan yang dicurigai sebagai gerombolan para pengrusak. lokasinya di perumahan yang telah lama terbengkalai. malam ini bergeraklah kesana dan tangkap para pelaku teror itu" perintah dari atasannya dijawab serempak oleh semua anggota tim."siap.""saya akan kembali dulu ke rumah untuk mengganti pakaian dan mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk operasi malam ini" amara berkata kepada wahyu setelah mereka semua keluar dari ruangan atasannya."aku juga akan kembali dulu" wahyu terlihat memikirkan sesuatu sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berbicara lagi. "apa kamu yakin akan ikut penangkapan malam ini?"."memangnya kenapa?" amara mengerutkan keningnya."entahla
"target kita kali ini berubah" seperti biasa, killian menghubungi anak buahnya melalui sambungan telepon dengan nomor yang selalu berbeda."jadi, tempat apa yang akan kita serang selanjutnya bos?" tanya pria berbadan besar itu."target kita selanjutnya adalah SMA Cahaya Hati. tapi kapan waktunya, tunggu kabar dari saya dulu" salah satu sudut bibir killian terangkat membentuk sebuah seringai yang mengandung arti tak baik.lelaki bertubuh besar itupun mengerutkan keningnya. apa telinganya tak salah mendengar perihal perubahan target penyerangan kali ini. "ma... maksudnya kita akan menyerang sekolah bos?.""iya. kenapa?" tanya killian dengan nada datar."bukannya itu sekolah bos sendiri? kenapa..." tiba tiba kalimatnya terputus karena langsung dipotong oleh killian."bukan urusan lo. tugas kalian cuma jalanin semua yang saya perintahkan.""baik bos. kami tunggu kabar selanjutnya" panggilan pun terputus.beberapa hari sudah amara terus memperhatikan gerak gerik kekasihnya. tak ada yang an
amara membaca selembar kertas yang sengaja ditinggalkan oleh valdo saat ia bertamu ke rumahnya. sebelum pulang, pemuda itu sempat memberinya sepucuk surat."ini ungkapan isi hatiku. kamu tahu aku bukan orang yang bisa menyampaikan dengan kata kata. jadi aku memutuskan untuk menulisnya agar kamu tahu bagaimana perasaanku padamu" pesan yang valdo tinggalkan sesaat sebelum lelaki itu mengendarai motornya.saat membacanya, amara merasa sangat tersentuh karena ia bisa merasakan ketulusan yang valdo katakan walau bukan keluar langsung dari mulutnya. kata demi kata ia resapi ke dalam sanubari, tak ada satupun yang terlewat.tak terasa setetes air mata jauh membasahi pipi ranumnya, sebegitu tuluskan perasaan yang valdo miliki untuknya. sekejap amara merasakan perasaan bersalah yang teramat sangat karena telah membohongi kekasihnya selama ini.amara memeluk erat surat tersebut. dalam hatinya, ia berjanji setelah kasus yang ditanganinya selesai, amara akan langsung memberitahukan semua rahasia
"silv, pulang sekolah aku main ke rumah kamu ya" pinta valdo saat jam istirahat tengah berjalan.suasana riuh menyelimuti seluruh ruangan di sekolah tak terkecuali dengan taman tempat valdo dan amara tengah duduk. ya, sesaat bel istirahat berbunyi, valdo mengajak kekasihnya untuk ke taman sekolah tempat ia biasanya duduk seorang diri."boleh" tanpa curiga sedikitpun amara mempersilahkan valdo untuk berkunjung ke rumahnya.'seperti ada yang berbeda dengannya. tapi kenapa ya?' amara memang merasa semenjak hari ini ada yang berbeda dengan pemuda itu. padahal kemarin masih tidak menunjukkan gejala apapun. seperti ada yang tengah dipikirkan oleh valdo tapi ia belum tahu apa."gue cari kemana mana nggak tahunya kalian ada di sini" tiba tiba ruben datang menghampiri mereka berdua di taman.kompak amara dan valdo saling mengerutkan keningnya. saling bertatapan mencari tahu kenapa ruben tiba tiba mencari mereka berdua."nggak harus ada alasan buat nyari kalian kan. gue udah