Akhirnya amara dapat keluar dari kediaman lelaki itu dengan aman setelah sebelumnya valdo beranjak masuk ke dalam toilet untuk membersihkan dirinya.
Berjalan menyusuri jalanan ibu kota di tengah malam sambil memikirkan perkataan yang keluar dari mulut lelaki introvert itu. Siapa lagi kalau bukan rivaldo vinza aditya. Seketika jantung amara terasa begitu menggebu. Amara meletakkan satu tangannya di dada yang berdetak sangat cepat, menghembuskan nafasnya perlahan.
'ini nggak bagus untuk kesehatan jantung saya'. Batin amara karena terus teringat dengan wajah valdo. Apalagi setelah kejadian first kissnya dengan valdo. Tak bisa dipungkiri, sebenarnya amara jadi suka dengan momen tersebut. Eh, suka?
***
Pagi ini amara sedang berjalan menuju sekolahnya. Seperti biasa, ia berangkat lebih pagi daripada siswa lain. Berjalan melewati rute berbeda dari biasanya.
Hari ini rencananya sepulang sekolah, amara akan mencari rumah yang akan di sewa untuk tempat
Semoga kalian suka dengan karya aku yađđ Jangan lupa dukungannya juga, happy reading all
Saat ini amara sedang berada di depan sebuah rumah yang tidak bisa dibilang besar tapi sangat asri karena memiliki halaman dengan beberapa pohon. Gadis itu tersenyum karena akhirnya menemukan rumah impiannya. Rumah impian? Ya, seperti inilah rumah yang selalu dibayangkan oleh gadis itu.Rumah satu lantai dengan dekorasi ala pedesaan. Di halaman rumah tumbuh pohon mangga, rambutan dan beringin ukuran sedang. Membuat rumah itu terasa bukan seperti di wilayah ibukota.Setelah sebelumnya amara telah sepakat dengan pemilik rumah untuk disewakan kepada dirinya. Gadis itu kini memasuki rumah itu, membawa beberapa barang barangnya. Mendekorasi sesuai keinginannya. Tak lupa memajang foto foto dengan 'ayah'nya. Amara teringat dengan perbincangan ia dengan atasannya. Meminta izin untuk menjadikannya sebagai ayah palsu demi alibi.Saat ini sekitar jam 07.00 malam akhirnya amara selesai membereskan barang barangnya karena memang tidak terlalu banyak yang ia miliki. Amara mem
Di perumahan kosong yang telah lama ditinggalkan, beberapa anak buah killian sedang menyiksa seorang polisi yang berhasil mereka culik. Seperti diketahui sebelumnya, polisi tersebut tergabung dalam operasi penyergapan beberapa waktu lalu. "Katakan, siapa mata-mata kalian yang ada di SMA Cahaya Hati?". Tanya lelaki bertato berperawakan tinggi besar. Kondisi polisi tersebut bisa di bilang sudah tidak baik. Wajah lebam, ujung bibir dan hidung sudah mengeluarkan darah segar. Ia diam mendengar pertanyaaan lelaki tersebut. "Buug..." Lelaki itu memukul perut polisi sampai kembali mengeluarkan darah segar. "Jawab..!! Gue nggak suka ngulang ngulang pertanyaan". Lelaki itu emosi karena polisi tersebut masih diam tidak menjawab. "Saya... Tidak... Tahu... Apa... Apa". Polisi itu menjawab dengan suara terbata-bata. Lelaki itu menarik kerah polisi tersebut "Bohong...!! Ngomong yang bener". "Benar... Saya... Tidak... Bohong. Saya.. ha
Saat ini seorang remaja lelaki sedang merenungi kalimat yang ia lontarkan tadi di sekolah. Tidur terlentang menatap langit kamarnya yang dominan dengan warna biru.'Kenapa gue bisa ngomong gitu cuma karena tau silvie abis jalan sama ruben'. Valdo memejamkan matanya dalam, Tangan kanan memegang dada yang telah berdetak tak karuan sejak gadis bernama silvie hadir di kehidupannya.Sejenak melupakan tujuannya untuk membalaskan dendam kepada orang-orang yang telah merenggut nyawa kedua orangtuanya.*Flashback onDi sebuah rumah megah berlantai dua, memiliki tangga melingkar di tengah ruangan menambah kesan mewah bagi siapapun yang melihatnya. Di bagian belakang rumah ada kolam renang pribadi berdampingan dengan taman yang asri.Kehidupan bahagia sepasang suami istri dan putra tunggal mereka. Devi, nyonya rumah itu walau sudah tidak bisa dibilang muda, namun masih memancarkan aura keanggunan. Pagi ini ia berada di dapur untuk memasak dibantu oleh asisten
"Bagaimana kalau mereka kenapa kenapa?". Valdo berbicara dengan nada tinggi tak peduli dengan siapa ia berbicara karena khawatir akan keselamatan kedua orangtuanya."Mohon maaf sebelumnya. Orangtua anda telah meninggal di tempat. Saat ini tim kami telah berkoordinasi dengan rumah sakit terdekat untuk mengevakuasi jenazah keduanya".Sontak kaki valdo tidak bisa menahan bobot tubuhnya saat mendengar penjelasan polisi tentang kondisi orangtuanya.Melihat tidak percaya ke arah jenazah devi dan richard, tak terasa kedua mata valdo telah mengeluarkan bulir air mata. Ia tidak menyangka, baru tadi sore mereka berbincang melalui saluran telepon, tapi saat ini mereka harus berpisah dengan cara yang tidak diinginkan."Aaaaaaaaaaa......." Valdo berteriak mengeluarkan seluruh perasaannya. Sedih, kaget, kehilangan seluruh orang yang sangat dicintainya dalam waktu yang sangat mendadak. Baru tadi pagi ia masih sarapan dan mendebatkan hal hal tidak penting bersama mama da
Balas dendam atau mengejar cintanya?. Dua hal itu membuat valdo bimbang. Disatu sisi ia ingin sekali membalaskan dendam atas kematian kedua orangtuanya sampai tuntas. Tapi disisi lain, ia tak tahan jika terus melihat gadis yang disukainya terus didekati pria lain.Akhirnya kedua mata tajam itu memejam, pergi ke peraduannya. Meninggalkan lelah yang teramat sangat. Semoga esok hari akan ada secercah cahaya dalam kehidupannya yang kelam."Valdo..." Panggilan suara wanita yang selama ini ia rindukan. Bertempat di hamparan rumput yang luas sepanjang mata memandang. Dihiasi oleh sunset dan angin sepoi sepoi membuat tempat itu terasa nyaman. Dengan memakai kemeja dan celana putih, valdo terus mencari sumber suara yang memanggilnya.Valdo melihat sosok wanita yang sangat ia rindukan. Dengan raut wajah teduh khas ibunya yang selalu membuat perasaan nyaman saat memandangnya."Jangan bersedih nak, jalani hidupmu dengan bahagia. Lepaskan semua dendammu". Lanjut wanit
"hahahaha... Oh jadi mereka tuh lagi debatin lo silv". Martin tak bisa menahan tawanya, baru tahu penyebab kenapa silvie tiba tiba ingin pindah duduk di samping dirinya."Gue ngenes banget sama lo berdua, selama ini nggak pernah ngeh sama cewek. Sekalinya suka malah rebutan". Martin menunjuk ke arah valdo dan ruben.Perkataan martin barusan membuat kedua mata silvie membulat.'saya kesini buat nyari tersangka. Bukannya buat direbutin sama dua berondong gini'. Batin amara sambil memijat pelipisnya.Triing...Sebuah pesan masuk di ponsel amara.Valdo[Pulang sekolah mau kemana?][Pulangnya bareng gue, ada yang mau gue omongin sama lo]Amara hanya membaca pesan tanpa membalasnya. Masih kesal dengan kelakukan kekanak kanakan valdo barusan.Triing...Pesan kembali masuk ke ponsel amara. Amara bisa menebak jika yang mengirim pesan itu adalah valdo. Amara melihat ponselnya, tapi ternyata sekarang bukan valdo yang meng
"Jadi panggilannya 'rubah'? Menarik". Smirk yang ditunjukan oleh killian setelah menelepon anak buahnya. Mengetahui informasi yang dibocorkan oleh pihak kepolisian sendiri. "Cara apa yang bagus biar lo bisa masuk kedalam jebakan wahai 'rubah', berani beraninya lo bersembunyi di tempat gue". Ditempat lain, amara tidak mengetahui jika mulai saat ini dirinya sedang dalam bahaya. *** Saat ini amara sedang berada di ruang administrasi SMA Cahaya Hati. Waktu menunjukan pukul 01.00 dini hari. Dengan memakai setelan serba hitam, ia menyelinap diam diam masuk ke dalam sekolah di saat security sekolah sedang lengah. Melompati pagar sekolah yang terbilang tinggi. Tujuan amara adalah mencuri seluruh data base yang ada di sekolah tersebut. Harapannya agar gadis itu menemukan sesuatu sebagai petunjuk. Menyalakan salah satu komputer yang ada disana, meretas datanya lalu menyimpan di flashdisk. Sambil menunggu proses penyimpanan, amara berinisiatif melihat li
Sekali lagi, semua mata yang ada di SMA Cahaya Hati di buat melotot. Mulai dari security, petugas kebersihan, guru, siswa, sampai tikus penghuni gorong gorong sekolah pun ikut terkesima melihat pemandangan yang terpampang nyata di depan mereka.Bagaimana tidak, saat ini mereka melihat valdo sedang menggandeng tangan amara saat memasuki lingkungan sekolah. Itu bisa dibilang kejadian yang teramat sangat langka.Ibarat kata seperti mengharap song jong ki numpang ngopi ke rumah kita. Ah, pokoknya nggak bisa dibayangkan, tapi ternyata hal itu benar benar terjadi.Sebelah tangan security sampai terjepit gerbang saat ia hendak membuka gerbang lebih besar. Guru guru hanya bisa bengong melihat hal itu. Sedangkan para siswa yang melihat langsung memfokuskan pandangan mereka kepada dua orang yang sedang berjalan masuk. Seperti gerombolan hyena yang menunggu mangsanya lengah.Tapi tidak untuk seseorang yang tengah berada di parkiran motor sekolah, seorang siswa lelak
âjangan melihatku kayak gituâ valdo merasa kurang nyaman karena terus ditatap oleh amara. Berjalan menuruni anak tangga di Gedung SMA Cahaya Hati dengan valdo berada di depan sedangkan amara hanya mengekori. Entah apa alasannya, yang jelas amara memilih untuk berjalan di belakang valdo. Mereka berdua hendak keluar dari tempat itu sedangkan wahyu tetap berada di atas untuk membantu tim forensik sekaligus mengamankan TKP. âterima kasihâ akhirnya amara berani mengeluarkan kata kata yang sedari tadi bermain di kepala namun tak berani ia utarakan. âterima kasih untuk apa?â valdo bertanya. âkarena kamu sudah membantu sayaâ jawab amara. âwalau dengan cara yang tidak terduga sama sekaliâ lanjutnya dengan suara pelan. Valdo menghentikan langkahnya membuat amara tak sengaja menabrak tubuh bagian belakang kekasihnya. Kebetulan mereka sudah berada di koridor sekolah sehingga tak ada yang membahayakan saat amara menabrak tubuhnya. âaduh, kenapa tiba tiba kamu berhenti?â amara mengusap dahinya
âdiamâ gumam amara sehingga ruben perlu bertanya kembali apa yang gadis itu ucapkan.âsaya bilang diaaammâ amara berteriak lalu dengan cepat menyerang kedua orang lelaki yang ternyata adalah anak buah ruben atau killian.Ruben terkejut melihat kedua anak buahnya dilumpuhkan dengan mudah. Ia tahu jika kedua lelaki itu tak kuasa menahan gerakan amara yang lincah dan mematikan. Ia berpikir jika dalam waktu dekat amara pasti langsung menghajar dirinya juga.Ruben pun keluar, berlari ke arah tangga. Menaiki banyaknya anak tangga menuju atas Gedung sekolah tersebut. Benar saja, belum lama ruben berlari, amara telah bisa melumpuhkan seluruh anak buahnya.âcepat, keluar dari siniâ amara memerintahkan seluruh siswa untuk segera meninggalkan Gedung sekolah.Merasa situasi sudah aman, semua siswa pun berduyun duyun berlari keluar mengikuti perintah amara. Tak sedikit yang mengucapkan terima kasih karena telah membebaskan mereka semua.Amara berlari mengikuti ruben. Ia yakin ruben menuju atap Ged
amara berlari secepat mungkin menuju sumber suara minta tolong dari para siswa. melihat dari lokasinya, ia yakin jika kelasnya lah yang menjadi sasaran penyerangan. namun langkahnya terhalangi ketika banyak siswa dari kelas lain yang berhamburan untuk segera keluar dari gedung sekolah."silv, ngapain lo kesana?! cepat ikut keluar, disana berbahaya. kita harus menyelamatan diri" ujar maya langsung menarik pergelangan tangannya ketika melihat sahabatnya hendak menerobos masuk melawan arus kerumunan para siswa."apa yang terjadi di dalam?" amara balik bertanya."kelas lo. kelas lo diserang sama orang orang bersenjata. pokoknya cepet lo ikut keluar biar nggak dijadikan sandera juga sama mereka" maya terus menarik tangan sahabatnya namun posisi amara masih tak bergeming.sambil mengepalkan tangannya, amara melampiaskan rasa marahnya. apakah pelakunya merupakan sisa gerombolan tersangka pengrusakan? rasanya masih mengganjal karena pimpinan mereka telah tiada."saya harus masuk. kamu tetap d
tindakan yang harus diambil saat ada tersangka yang melawan saat penangkapan benar benar telah amara lakukan. terutama dalam keadaan genting seperti tadi, dimana valdo sempat menodongkan senjata ke arahnya. apalagi senjata yang dipegang merupakan pistol milik amara yang pernah hilang.suara deburan ombak dan hembusan angin laut yang menghujam tubuh menemani kesedihan yang amara rasakan. dikala kedua tangannya masih memeluk tubuh tak bergerak yang penuh dengan darah akibat luka tembak yang tepat mengenai jantungnya.rasa kehilangan menyelimuti gadis itu hingga udara dingin yang menusuk sampai ke tulang sampai tak terasa sama sekali."AMARA..." panggil seseorang dari kejauhan.seorang lelaki yang sengaja menyusul sedang berlari mendekat ke arah amara dan valdo. dengan menahan rasa sakit di lengan yang telah diperban, wahyu sangat terkejut dengan pemandangan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. amara sama sekali tak menjawab panggilannya, sedari tadi ia hanya memeluk dalam diam.
baik amara maupun valdo sama sama terkejut dengan pertemuan tak terduga saat ini. tak terbayangkan jika hanya dengan bertatapan langsung bisa membongkar semua hal yang selama ini disembunyikan.dengan begini, identitas amara sebagai polisi juga langsung ketahuan oleh valdo. begitupun sebaliknya, amara tahu siapa lelaki yang dipanggil 'bos' oleh para tersangka yang berhasil mereka lumpuhkan lebih dulu.tiba tiba semua konsentrasi pun pecah, amara tak tahu harus bersikap seperti apa menghadapi situasi seperti ini. hal ini dimanfaatkan oleh valdo untuk membalikkan keadaan yang tadinya amara berada di atas tubuhnya, kini pemuda itu dengan cepat mendorongnya sehingga amara terhuyung ke belakang.valdo mengunci gerakan amara dengan cara menggenggam erat kedua tangan gadis itu. "biar aku jelaskan" valdo berkata dengan tatapan tak terbaca."jelaskan apa!? buktinya sudah sangat jelas kalau kamu pimpinan mereka" amara langsung menyimpulkan begitu karena tidak ada orang lain di tempat itu selain
"kamu sudah datang" wahyu baru saja ingin masuk ke ruangan AKP Budi saat melihat kedatangan amara yang masih memakai seragam sekolahnya."iya. bagaimana situasinya?" tanya amara cepat."kita masuk dulu" akhirnya amara dan wahyu masuk bersama ke dalam ruangan yang telah ada beberapa rekan mereka."akhirnya kalian tiba. ada pergerakan yang dicurigai sebagai gerombolan para pengrusak. lokasinya di perumahan yang telah lama terbengkalai. malam ini bergeraklah kesana dan tangkap para pelaku teror itu" perintah dari atasannya dijawab serempak oleh semua anggota tim."siap.""saya akan kembali dulu ke rumah untuk mengganti pakaian dan mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk operasi malam ini" amara berkata kepada wahyu setelah mereka semua keluar dari ruangan atasannya."aku juga akan kembali dulu" wahyu terlihat memikirkan sesuatu sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berbicara lagi. "apa kamu yakin akan ikut penangkapan malam ini?"."memangnya kenapa?" amara mengerutkan keningnya."entahla
"target kita kali ini berubah" seperti biasa, killian menghubungi anak buahnya melalui sambungan telepon dengan nomor yang selalu berbeda."jadi, tempat apa yang akan kita serang selanjutnya bos?" tanya pria berbadan besar itu."target kita selanjutnya adalah SMA Cahaya Hati. tapi kapan waktunya, tunggu kabar dari saya dulu" salah satu sudut bibir killian terangkat membentuk sebuah seringai yang mengandung arti tak baik.lelaki bertubuh besar itupun mengerutkan keningnya. apa telinganya tak salah mendengar perihal perubahan target penyerangan kali ini. "ma... maksudnya kita akan menyerang sekolah bos?.""iya. kenapa?" tanya killian dengan nada datar."bukannya itu sekolah bos sendiri? kenapa..." tiba tiba kalimatnya terputus karena langsung dipotong oleh killian."bukan urusan lo. tugas kalian cuma jalanin semua yang saya perintahkan.""baik bos. kami tunggu kabar selanjutnya" panggilan pun terputus.beberapa hari sudah amara terus memperhatikan gerak gerik kekasihnya. tak ada yang an
amara membaca selembar kertas yang sengaja ditinggalkan oleh valdo saat ia bertamu ke rumahnya. sebelum pulang, pemuda itu sempat memberinya sepucuk surat."ini ungkapan isi hatiku. kamu tahu aku bukan orang yang bisa menyampaikan dengan kata kata. jadi aku memutuskan untuk menulisnya agar kamu tahu bagaimana perasaanku padamu" pesan yang valdo tinggalkan sesaat sebelum lelaki itu mengendarai motornya.saat membacanya, amara merasa sangat tersentuh karena ia bisa merasakan ketulusan yang valdo katakan walau bukan keluar langsung dari mulutnya. kata demi kata ia resapi ke dalam sanubari, tak ada satupun yang terlewat.tak terasa setetes air mata jauh membasahi pipi ranumnya, sebegitu tuluskan perasaan yang valdo miliki untuknya. sekejap amara merasakan perasaan bersalah yang teramat sangat karena telah membohongi kekasihnya selama ini.amara memeluk erat surat tersebut. dalam hatinya, ia berjanji setelah kasus yang ditanganinya selesai, amara akan langsung memberitahukan semua rahasia
"silv, pulang sekolah aku main ke rumah kamu ya" pinta valdo saat jam istirahat tengah berjalan.suasana riuh menyelimuti seluruh ruangan di sekolah tak terkecuali dengan taman tempat valdo dan amara tengah duduk. ya, sesaat bel istirahat berbunyi, valdo mengajak kekasihnya untuk ke taman sekolah tempat ia biasanya duduk seorang diri."boleh" tanpa curiga sedikitpun amara mempersilahkan valdo untuk berkunjung ke rumahnya.'seperti ada yang berbeda dengannya. tapi kenapa ya?' amara memang merasa semenjak hari ini ada yang berbeda dengan pemuda itu. padahal kemarin masih tidak menunjukkan gejala apapun. seperti ada yang tengah dipikirkan oleh valdo tapi ia belum tahu apa."gue cari kemana mana nggak tahunya kalian ada di sini" tiba tiba ruben datang menghampiri mereka berdua di taman.kompak amara dan valdo saling mengerutkan keningnya. saling bertatapan mencari tahu kenapa ruben tiba tiba mencari mereka berdua."nggak harus ada alasan buat nyari kalian kan. gue udah