Beranda / Romansa / My Brilliant Doctor / Chapter 2: Vincent Hogan Kiel

Share

Chapter 2: Vincent Hogan Kiel

Penulis: Luna Lupin
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-11 18:42:43

Sepatu kulit hitam terhentak elegan ditengah kegusaran pria tampan berdarah campuran Russia-Turkey, jas surbiton yang melekat ditubuhnya terlihat sempurna dan berusaha menyembunyikan otot pria itu yang terus memberontak ingin memperlihatkan nya dengan menawan.

Kemeja biru dengan merk Turnbull & Asser ikut menyempurnakan penampilan pria tersebut.Seisi Rumah Sakit menjadi gaduh saat kehadiran kedua pria yang benar benar mencuri perhatian.

Mata cokelat indah itu tampak mengamati nomor kamar yang ia lewati bersama sahabatnya Matt Lebiance. Alis tebal yang dimiliki pria itu mengerut begitu tak mendapati nomor kamar yang ia cari. Namun hembusan nafas lega terdengar samar saat Matt terlebih dahulu menemukannya.

"Hallo Dad," sapa Matt saat pintu terbuka dan menemukan sosok pria paruh baya terbaring tak berdaya diatas bed berukuran setengah dari kasur king size yang biasa ia tempati di mansion.

"Mr Kiel masih dalam pengaruh obat anastesi, butuh sekitar 4 jam agar kesadarannya kembali." Perawat tersebut keluar setelah memasang beberapa infusan ditangan Tn. Kiel yang merupakan ayah kandung Vincent.

"Vin, sebaiknya kau segera menikah," Matt berjalan mendekati bed dimana pria paruh baya itu terkulai lemas dan menatap iba saat melihat kondisi Dadd yang mulai lemah.

”Hentikan omong kosong mu." Vin menggenggam jemari Dadd yang tampak rapuh dan mulai keriput.

"Tak semua wanita seperti ibumu, kau harus melihatnya dengan cara pandang yang lebih luas dude!" peringat Matt menusuk.

Vin memilih diam daripada membalas perkataan Matt yang akan berujung dengan pertengkaran diantara mereka. Ia mengecup punggung tangan sang ayah dan berlalu meninggalkan Matt dan Daddy.

Vin butuh udara segar untuk menghilangkan segala kegusaran yang terus menyelimuti dirinya. Ia tahu diusia 34 tahun adalah hal yang wajar untuk mulai memikirkan pernikahan dan anak anak dari darah keturunannya.

Namun, ia juga tak dapat menampik kejadian keji yang ia alami oleh wanita yang begitu dicintainya 'Sonnia Kiel' ibu kandungnya sendiri dan bayangan itu terus menerus merenggut segala pikiran Vin dengan tragis.

Ia tak bisa mencintai wanita manapun bahkan ia selalu membunuh siapa saja yang bersinggungan dengan dirinya. Langkah kaki Vin terus melewati lorong sepanjang Rumah Sakit hingga menemukan taman yang indah dan beberapa orang yang tampak bercengkrama dengan teman, kerabat bahkan ada beberapa yang tengah berkeliling menggunakan kursi roda untuk sekedar melihat pemandangan yang sejuk.

Vin menggaruk tengkuknya sebelum duduk menghampiri kursi yang mengarah pada danau dibawah rimbunnya pohon trembesi.

Sesaat memori menyedihkan dalam hidup nya tertarik kembali dan berputar seperti CD kusut dengan menampilkan beberapa potongan kejadian di masa lalu.

Siksaan demi siksaan mulai menghadang penglihatan Vin namun dengan cepat Vin menggeleng kasar dan mengusap wajahnya gusar, peluh mulai bercucuran di pelipis yang tampak mengerut dalam merusak kesempurnaan wajah tampan yang biasa ia perlihatkan.

***

"Kau akan pergi visite sekarang?" Gabriella mengikat rambutnya dengan cekatan sebelum kembali mengambil beberapa list pasien yang akan mereka kunjungi.

"Hmmm," Tara membiarkan rambut hitam nya terurai menutupi sebagian punggung yang terbalut oleh jas dokter. Tak lupa ia selalu membawa stetoskop yang setia tergantung dileher wanita tersebut.

"Hoaaammm kalian bekerjalah aku akan pergi tidur sebelum pesta pertunangan ku malam nanti," Joey menaruh beberapa list di meja nurse station dan segera berlalu meninggalkan Tara dan Gabriella yang mendelik malas.

"Mengapa kau tak mengambil spesialisas anastesi?" tanya Tara yang mulai berjalan mendahului Gabriella.

"Karena aku tak ingin bertemu dengan Joey si bodoh yang menyebalkan," kekeh Gabriella lalu membuka pintu kamar salah satu pasien yang mereka tangani.

"Good afternoon Madam," sapa Tara tersenyum lembut dibalas dengan pancaran sinar bahagia dari sorot mata wanita tua yang sedang duduk diatas bed ditemani cucunya yang masih duduk di bangku kuliah.

"Kau selalu terlambat mengunjungi ku!" kesal wanita tua tersebut ditengah guratan wajah yang mulai membaik dari sebelumnya.

"Oh God! Kau selalu tampak lebih cantik jika tengah kesal seperti ini, pertahankan! " goda Tara yang dibalas kekehan geli wanita tua tersebut.

"Kau selalu saja mengerjaiku,"

Pembawaan Tara yang supel, ramah, ceria, dan penuh canda membuat beberapa pasien turut bahagia ditengah kondisi nya yang tak sehat dan penuh dengan rasa putus asa.

"Biar aku memeriksa mu, berbaringlah perlahan," Tara menuntun wanita itu dengan hati hati sebelum mencuci tangan lalu meraih stetoskop dan menempatkan nya di area dada.

"Apa kau masih ada keluhan nyeri?" Tara mulai menggeser stetoskop tersebut ke dada sebelah kanan.

"Sedikit"

"Lakukan apa yang aku anjurkan padamu oke?" Tara mulai menarik stetoskop tersebut dan menggantungnya kembali dileher.

"Tapi aku-"

"Jika kau lupa akan aku ingatkan kembali, lakukan latihan fisik aerobik selama 20-30 menit dalam waktu 5 hari selama satu minggu, kedua diet rendah sodium, ketiga harus menurunkan berat badan dan selanjutnya."

"BERHENTI MEROKOK," sambung wanita tua itu dengan memutar bola mata malas.

"Good," balas Tara tertawa geli, ia pun tak habis pikir mengapa seorang wanita bisa sangat menyukai rokok bahkan kepulan asapnya saja dapat membuat sesak napas dan batuk batuk.

"Kau akan lebih sempurna jika meninggalkan kebiasaan itu." Tara mengusap dada wanita tersebut dengan lembut.

"Baiklah aku akan mencoba nya."

"Harus."

"Dokter Tara, bisakah aku belajar banyak padamu?" tanya Maria yang merupakan cucu satu satunya wanita tua yang sedang berbaring saat ini. Rambut burgundy miliknya diikat diatas dengan ikat rambut yang memiliki beberapa pernak pernik didalamnya, kacamata besar membingkai matanya yang diperkirakan minus 3 sebelah kanan juga silinder pada mata sebelah kiri.

"Kau akan mengganggu waktu nya yang berharga," potong neneknya tak enak hati.

"Aku mengambil jurusan kedokteran di kampus ku, aku ingin menjadi dokter hebat seperti dirimu. Maka dari itu bantulah aku," Maria menyatukan kedua telapak tangan didada dan menatap Tara penuh permohonan.

"Aku tidak keberatan sama sekali, berikan ponselmu aku akan menghubungi mu jika senggang," jawab Tara seraya memberikan senyuman manis pada calon anak didik dihadapannya.

"Yeay!" Maria segera memberikan ponsel yang sedang ia genggam, jemari lentik itu menggeser layar dan mengetik nomor handphonenya sendiri.

"Thank youuuuuu soooo muchhh," girang Maria mengambil alih handphone yang diberikan Tara. Senyum Tara mengembang melihat raut kebahagiaan diwajah polos Maria. Jarang sekali ia bertemu dengan mahasiswa polos seperti Maria.

Terkadang Tara selalu melihat Maria menyempatkan diri membaca buku ditengah kesibukannya mengurus sang nenek. Maka dari itu ia tak keberatan jika memang Maria ingin belajar banyak darinya, bahkan Tara akan sangat senang memiliki penerus dirinya yang handal juga tangguh.

'percaya diri sekali' kekeh Tara dalam hati.

***

-To Be Continued-

Terimakasih banyak udah baca sampai chapter ini ;) tinggalkan jejak cintamu di kolom komentar ya ;) dan dukung Luna Lupin dengan VOTE menggunakan GEM, thank you!

Novel karya Luna Lupin yang lain :

- My Wife is Bodyguard (Emily Blunt & Mike Delwyn - Romance Action 21+)

- BEATRIX ADELINE: (Beatrix Adeline & David Mills - Romance Erotic 21+) : Novel ini eksklusif hanya ada di HotBuku

Visual book follow Instagr*m : @_lunalupin

Bab terkait

  • My Brilliant Doctor   Chapter 3: Hospitality

    "Pada akhirnya kau pun bertemu dengan Joey," Tara menulis beberapa point perkembangan pasien dan resep obat yang harus ditebus. "Yeahh setidaknya dikampusku dulu, aku tidak pernah terganggu oleh kejahilannya," Gabriella terkekeh pelan. Joey memang sahabat yang terkadang menjengkelkan dan bodoh dalam versi geniusnya, dia selalu mendapat nilai bagus bahkan di semester akhir ia mendapat nilai diatas rata rata (cumlaude). "Setidaknya kau bisa memanfaatkan kecerdasan nya bukan? Dia selalu senang jika dimanfaatkan olehmu," tawa Tara sebelum menutup list pasien dan berjalan menuju kamar yang akan ia visite selanjutnya. "Good afternoon Mr.Kiel," sapa Tara saat mendapati pria paruh baya yang tengah duduk berbincang dengan seorang pria muda yang ia perkirakan adalah kerabat nya. "Good afternoon My Queen Angel," balasnya tersenyum cerah memamerkan gigi rapi dan putih yang dimilikinya. "Oh My God, bahkan kau pun memanggil ku seperti itu? Astaga berlebihan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-13
  • My Brilliant Doctor   Chapter 4: Joey Engagement

    "Bagaimana keadaan mu Dadd?" tanya Vin mulai mendekat saat kedua dokter tersebut melangkah pergi dari kamar sang ayah. "Simpan semua omong kosong mu anak nakal!" kesal Mr Kiel membuang wajahnya kearah lain. Ia malas melihat anak laki-laki satu satunya yang sulit diatur bahkan masih terlihat mementingkan dirinya sendiri. "Maafkan aku, aku sedang memikirkan keinginanmu," jelas Vin sabar dan duduk tepat dibelakang punggung sang ayah yang tengah merajuk layaknya anak balita. "Ayahmu sudah tua! Aku sudah meminta mu untuk segera menikah berulang kali tapi kau..?" "Aku sedang memikirkan nya Dadd tolong bersabar lah," Vin mulai merangkul bahu sang ayah mencoba menetralkan amarah yang bersarang dihati pria paruh baya tersebut. "Semua wanita berlomba untuk mendapatkan mu, apa salahnya kau pilih salah satu diantaranya. Itu bukan hal yang sulit," ujarnya lagi dengan kerutan alis yang semakin dalam. "Dadd... Kau tau? Aku sedang mempersiapkan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-14
  • My Brilliant Doctor   Chapter 5: Your Eyes

    Happy reading :)----------------------Jantung yang berpacu dalam dada bidang pria bermata cokelat tampak ia hiraukan ketika bersitatap dengan manik legam wanita dihadapan nya. Ia tak mengerti mengapa jantungnya berdebar seperti ini dan juga.. mengapa bisa wanita bermanik legam ini terasa menusuk ke dalam relung dirinya yang dalam. Seakan jiwa mereka melebur menjadi kesatuan yang utuh dan menerobos benteng kokoh yang ia bangun selama ini. Mustahil!"Ahhh Tara Clarke," Tara memilih mengulurkan tangannya megakhiri kontak mata dengan pria yang menakjubkan seperti Vin. Ia takut menemukan segala bentuk kekejaman dan hal keji yang ia rasa pedih dan menyayat. Luka itu terlalu besar, luka itu sudah terlalu lama hingga menyebabkan mata cokelat indah itu tampak dingin dan tajam."Vincent Hogan Kiel." sambut Vin tak melepas pandangan sedikitpun pada Tara yang tampak gugup dan gusar. Tara menatap jemari tangan yang tengah digenggam hangat oleh Vin, hatinya berdesir

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-15
  • My Brilliant Doctor   Chapter 6: You Disappoint Me

    Happy reading! ---------------------------- "Don't touch." Tara mulai membalikkan badan berusaha melepas cengkraman pria yang ia hindari selama ini. "Mengapa kau menjauhiku Tara? Aku mencarimu selama ini!" Nick terus menggenggam erat pergelangan Tara yang semakin merah, namun wanita bermanik legam tersebut menahan rasa sakitnya dan lebih menyalangkan matanya pada pria berambut hitam tersebut. "Hentikan omong kosong mu dokter Nick Scotti!" Tara menyunggingkan senyum sinis padanya, ia benci menatap mata pria didepannya kini dan yang paling sangat ia benci bahwa dirinya justru merindukan tatapan rindu pria bermanik legam yang sama denganya. "Jelaskan padaku mengapa kau menghindar dan pergi meninggalkan ku?!" Sentak Nick mulai geram. "Kau ingin tau jawabanku?" tanya Tara getir bersamaan dengan bibirnya yang bergetar menahan amarah bercampur kecewa. Mta Tara yang dulu selalu memancarkan kebahagiaan serta kelembutan padanya, kini sir

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-17
  • My Brilliant Doctor   Chapter 7: My Guess

    Happy reading!-------------------------------------"Aaaarghh!!" Vin memejamkan matanya erat, bibirnya ia gigit kuat bermaksud mengalihkan rasa sakit atas segala cambukan yang ia terima dari sang ibu ditengah tubuh kecilnya, sekuat tenaga ia menopang tubuh tersebut diatas lantai marmer beralaskan sikut yang hanya menempel pada lantai itu.Punggung mungil yang menjadi alas dan sasaran atas cambukan amarah sang ibu, membuatnya menjadi merah mengeluarkan darah pada tiap inci kulit yang sebelumnya tampak putih dan mulus. Suara cambukan demi cambukan terdengar begitu keras dan menggila ditelinga Vin kecil saat itu. Ini adalah cambukan yang kesekian kali ia terima."Ini adalah balasan untuk mu karena sudah mengganggu kesenangan ku!" Geram sang ibu tanpa henti mengayunkan tangannya memberikan pecutan yang entah keberapa kali ia layangkan pada Vin."Kau telah menghianati ayahku wanita jalang!" Sentak Vin dengan amarah yang berkobar namun menyayat. Sesungg

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • My Brilliant Doctor   Chapter 8: Post Traumatic Syndrom Dissorder

    Happy reading my lovely reader ;) ----------------- Maybach Exelero hitam membelah jalanan kota menuju Glendale. Vin memutuskan akan mengunjungi mansion miliknya disana. Ia menolak keras saat Matt berusaha membujuk agar dapat mengantarnya pulang. Beberapa kali ia memukul stir ditengah konsentrasi yang terbagi dua. Mengapa ia harus mengingat masa lalu saat bersama wanita asing yang baru dikenal? Namun rasa nyaman dekapan wanita bermanik legam itu tak mampu ia pungkiri. Bahkan degub jantung yang berpacu saat bersamanya hingga kini masih begitu terasa. Aroma Rosemary yang menguar dari tubuh Tara telah memanjakan indra penciumannya. Perlakuan lembut, pandangan khawatir Tara begitu menggetarkan disetiap syaraf tubuh Vin, apalagi ketika wanita bersurai hitam itu begitu menggebu menceritakan kejadian tadi pada Matt namun tergambar jelas rasa khawatir disana. Senyum samar menghiasi wajah Vin sesaat sebelum getaran ponsel yang diletakkan di dashboard mobil mengalihkan perhatiannya. "Gospod

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20
  • My Brilliant Doctor   Chapter 9: We Meet Back

    Happy reading :)----------------"Kita terlambat Queen Angel!" Gabriella melangkah cepat menuju ruang konferensi tempat meeting para dokter dilakukan."Itu salahmu!" Tara sedikit berlari menyusul langkah Gabriella yang hendak mencapai pintu."Jika bukan karena mu, aku tak akan mabuk hingga pagi!" Kesal Gabriella lalu merapikan penampilannya yang sedikit kusut pada bagian rambut."Calmdown Gab, kau seperti akan bertemu hantu," Tara menarik napas dalam sebelum memegang daun pintu didepannya."Mungkin lebih dari itu,"Tara mendorong pintu perlahan lalu membungkuk hormat meminta maaf atas keterlambatannya. Gabriella ikut melakukan hal yang sama dibelakang Tara."Jangan kau ulangi Mrs Tara!". tegur Mr Ryan yang merupakan director asistant di rumah sakit.Sesaat pandangan Tara terkunci pada pria yang sangat ia benci dan ia hindari selama ini, Nick Scotti. Bagaimana bisa ia telah duduk manis dalam konferensi besar pagi ini? Ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • My Brilliant Doctor   Chapter 10: Tselovat'sya

    Happy reading :)------------------"Hallo Mr Kiel," sapa Tara tersenyum ramah saat melihat wajah pria tua yang berbinar karena kedatangannya. Ia harus memakan waktu lama berdebat dengan Nick hingga berakhir disini tanpa diikuti pria brengsek itu. Segala usaha ia lakukan agar dapat terhindar dari pria yang sudah berhianat padanya, namun pada akhirnya semesta bercanda dengan mempertemukannya kembali ditempat ini."Kau menepati janjimu nona," pria tua itu terkekeh pelan meraih gelas diatas nakas lalu meneguknya perlahan.Sesaat manik legam Tara menangkap pria bermanik coklat tengah duduk disamping Mr Kiel dengan santai. Pria yang sempat membuat nya merona ditengah keberanian untuk mendekapnya. Tara ingat, betapa halus dan keras surai chestnut blonde itu yang sempat ia usap dengan telapak tangannya, bahu dan punggung kokoh itu sempat ia peluk mampu menggetarkan seluruh syaraf ditubuhnya, manik cokelat yang tampak berkilau selalu menyembunyikan segala laranya

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23

Bab terbaru

  • My Brilliant Doctor   Chapter 115: Svad'ba

    Waaah ini adalah part endingnya yaa temen temen, terimakasih banyak udah setia membaca novelku sampai akhir ya huhu terharuu akutuuu :')Yuk ah lanjuuuuutttt ;*Have you fun enjoy it!------------Pink Sands Beach, Bahama.Nyatanya Vin benar benar berdebar karena pembahasan di ruang meeting bersama beberapa rekan dan kerabatnya kini menjadi kenyataan. Sepagi ini ia bahkan terjun sendiri untuk melihat dekorasi pernikahan yang sesuai dengan keinginan Tara.Vin tahu, Tara akan kesal karena hal ini begitu mendadak. Pria itu hanya merasa tak sabar dan tak ingin jauh dari wanitanya. Mengingat kecelakaan yang kemarin terjadi justru semakin kuat baginya untuk cepat melangsungkan pernikahan mereka. Agar seluruh dunia tahu bahwa Tara adalah istrinya. Maka dari itu tak akan ada yang berani menyentuh nya sedikitpun.Garis pantai unik dengan pasir merah muda muda yang ia pijaki membuat Vin kagum terpesona. Warna yang tidak biasa dan pemandangan ya

  • My Brilliant Doctor   Chapter 114: Mobilization

    Happy reading ;)-------------Tara benar benar menikmati hari harinya disana. Ia bahkan sempat terkejut dan gemetar saat Vin menjelaskan bahwa kecelakaan yang ia alami bukan sekedar kecelakaan tak di sengaja melainkan rencana pembunuhan yang di lakukan oleh temannya sendiri Luke Richard.Dan yang lebih mengejutkan bahwa Vin sudah membunuh pria itu. Namun Tara tak mungkin marah padanya saat ia membuktikan bahwa Vin mampu melindungi dan membalas rasa sakit yang ia alami.Lagipula Vin selalu terus menemaninya dan melatih dirinya mobilisasi serta ia bahkan tak pernah memberikan tubuhnya kepada perawat untuk sekedar di bersihkan. Awalnya ia malu dan tak menyangka pria yang begitu di segani dan di hormati melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.Saat ini, ia selalu mengajak berkeliling hingga berhenti di sebuah balkon yang menghadap menatap taman kecil yang memang di sediakan seperti di mansion Kiel. "Taman ini, untuk ayahku jika datang berk

  • My Brilliant Doctor   Chapter 113: Back to Russia

    Happy reading ;)-------------Reeves terdiam mendengar penjelasan Vin barusan di telepon. Ia harusnya tahu bahwa pria itu memang akan selalu keji pada siapapun yang menyakiti keluarga bahkan orang orang terkasih.Jadi, hal semacam ini sudah tak asing bagi mereka. Dengan membunuh perlahan si pelaku adalah balas dendam terbesar dan setimpal dari apa yang sudah Tara alami. Namun ia juga tak menutup mata bahwa tindakan tersebut melanggar hukum negara.Reeves mencengkram railing besi di atas balkon menengadah pada langit yang mulai terang dengan kehadiran matahari. Di waktu bersamaan Tara mengerjap menolak cahaya yang menembus melewati celah jendela.Ia berbalik dan langsung meringis merasakan sakit yang teramat. Vin terbangun mendengar suara samar dan bergegas menghampiri Tara begitu menangkap raut wajah nyeri pada kekasihnya."Ada apa? Kau ingin apa? Katakan padaku," cecar pria itu proteksi."Ah, maaf aku membangunkan mu," lirih T

  • My Brilliant Doctor   Chapter 112: The Real Angel

    Happy reading :)-----------"Am..pu..ni a..ku," lirih Luke lemah di atas sana. Ia menatap tubuhnya yang sudah tidak memiliki kaki. Ia bahkan menangis melihat singa itu dengan lahap memakan kedua kaki tersebut."To..long lepas..kan aku," gumamnya kemudian. Ia bahkan tak kuasa menahan sakit yang teramat ketika singa itu kembali melompat menggigit perutnya.Luke sudah tak dapat lagi berteriak karena nyeri itu begitu menghujam dirinya. Usus dan seluruh isi perutnya telah menjadi santapan liar di bawah sana.Sementara Vin tersenyum puas dan kembali meraih cerutu. Matt hanya bergidik dan sempat membuang muka ketika pria itu bahkan hanya tersisa bagian dada dan kepala. Vin tahu bahwa pria itu masih hidup."Lempar ia saat nadi dan nafasnya terhenti." Vin kemudian beranjak meninggalkan lokasi. Ia membersihkan diri setelah itu kembali ke rumah sakit. Operasi Tara sudah selesai, Pedro dan Dominika setia menunggu juga beberapa rekan Tara yang berada di

  • My Brilliant Doctor   Chapter 111: Lion King

    Happy reading ;)---------------"Vin?" Reeves segera menghampiri Vin kala pria itu terduduk di lantai sembari memijat kepalanya. Pria itu menoleh mendapati kecemasan di raut wajah tua Reeves."Maafkan aku," lirih Vin tak tahu lagi harus berkata apa saat semua itu seakan merenggut jiwanya. Semua terlalu cepat. Bahkan bodyguard yang menjaga Tara pun kini telah mati di tangan Fyodor."It's okay, tapi kau yakin ini hanya kecelakaan?" tanya Reeves sedikit menyindir."Tidak, orangku sedang melacaknya.""Haruskah ia mendapat hukuman mati di penjara?" Reeves melipat kedua tangannya di dada dengan bersandar pada dinding rumah sakit."Tidak, ia tak akan mati dengan mudah." Tepat saat itu juga Pedro dan Dominika menghampiri Vin."Vin? Bagaimana keadaan Tara?" Dominika membantu Vin berdiri dan menatap iba pada kakaknya."Ia masih di dalam sana." Pandangan Vin tertuju pada ruang operasi. Sementara Reeves berpamit untuk melihat berja

  • My Brilliant Doctor   Chapter 110: Open Reduction Internal Fixation

    Happy reading :)----------------Jantung Vin seolah berhenti. Ia segera meraih Tara dalam dekapannya. Vin berlari menabrak beberapa orang yang berlalu lalang disana. Sementara Gabriella yang hendak masuk ke dalam taxi terhenti saat Vin berteriak sembari menggendong Tara masuk ke dalam ruang UGD."Astaga, Tara!" Wanita itu ikut berlari di belakang Vin. Matanya berlarian mencari Tara di beberapa ruang pasien. Hingga ia menemukan Vin yang keluar sembari meremas keras rambut nya sendiri."Vin? Ada apa?" Gabriella menatap baju pria itu yang telah berubah warna merah oleh darah Tara. Vin kemudian terduduk seolah tulang dan syarafnya patah.Sedangkan Laura segera melakukan pemeriksaan survei primer yang dilakukan penanganan pada keadaan yang mengancam nyawa, seperti sumbatan jalan napas, henti napas, atau henti jantung.Gabriella segera masuk ke dalam begitu tak mendapatkan jawaban dari Vin. Mata Gabriella membulat mendapati Tara yang sedang di be

  • My Brilliant Doctor   Chapter 109: Cadillac CTS-V

    Happy reading ;)------------Tiga hari kemudian, Tara dan Gabriella memutuskan mengunjungi Nick di jam pulang. Ia meletakkan makan malam untuk temannya. Sedangkan Nick tersenyum lembut berbeda dengan hatinya yang masih menyangkal kebenaran tentang pernikahan Tara."Bagaimana keadaanmu?" tanya Tara seraya bersandar pada jendela."Baik, berkatmu," jawaban santai. Gabriella membantu Nick untuk duduk bersandar pada kepala ranjang."Thanks.""Ku dengar besok kau pulang?" Gabriella mengupa kulit apel kemudian memotong nya menjadi bagian kecil."Ya, aku tak tahu bahwa profesor itu gagal mengoperasi ku." Nick menerima mangkuk yang telah terisi potongan apel. Ia lantas memakannya lahap."Dia bukan gagal, hanya otaknya terus bekerja untuk reputasi saja," jawab Tara sembari melipat kedua tangannya di dada."Kau pasti menyerangnya saat selesai operasi ulang," tebak Nick terkekeh. Ia sekarang tahu sikap dan sifat Tara yang memang su

  • My Brilliant Doctor   Chapter 108: The New Legend of Vin

    Happy reading ;)----------"Apa dia terkesan?" tanya Dominika setelah pelukannya terurai. Vin tersenyum bangga namun ia tak tahu jika sang adik merencanakan hal gila seperti ini."Begitulah," jawab Vin sembari merangkul sang adik kemudian membawanya bertemu dengan Tara. Sedangkan Tara membulatkan mata melihat kedatangan mereka.Ia tak sadar pikiran kotornya telah mengisi hatinya. Matt yang tahu pikiran Tara dan melihat ekspresi itu segera terbahak. "Dia adiknya Tara bukan selingkuhannya. Coba kau jernihkan otak dan hatimu paksa ia untuk sinkron di situasi tertentu." Matt terkekeh dan meninggalkan Tara begitu saja.Wanita itu mendelik sebal. Sialan! Beraninya dia menebak pikiranku. Awas saja kau! teriak batinnya. "Hai Tara," sapa Dominika memeluk calon kaka iparnya dengan hangat."Kenalkan ini adikku," sambung Vin seraya menempatkan tangannya pada pinggang Tara."Oh, hai kau sangat cantik," pujinya jujur. Tubuh tinggi semampai, kulit

  • My Brilliant Doctor   Chapter 107: Little Party

    Happy reading ;)--------------Vin membuka sabuk pengaman Tara dan membawanya ke kursi belakang. "Kau sudah menerimaku kan?" Tara memperhatikan gerak Vin yang tangkas dan cepat."Y- ya tapi kita? Mengapa melakukan inj?" Tara kembali menunduk memperhatikan tubuhnya yang telah terikat pengaman juga bersama Vin. Mereka menyatu bersamaan dengan Vin yang telah memakai tas parasut."Jangan katakan bahwa kita akan melompat?!" peringat Tara panik dengan membukatkan matanya. Vin mengecup bibir wanitanya sebelum memposisikan tubuhnya di belakang Tara."Semuanya akan baik-baik saja, percayalah." Vin telah bersiap membawa Tara ke sisi kabin."Vin! Tidak tidak! Kau gila!" seru Tara. Tepat saat itu juga Vin mendorong tubuh mereka melompat meninggalkan helikopter yang telah berbelok dan siap mendarat.Vin memeluk tubuh kekasihnya sedangkan satu tangannya menarik parasut. "Oh God," lirih Tara tertahan. Ia tak bisa berteriak saat ketakutan itu menyer

DMCA.com Protection Status