Gibran menghentikan motornya di sebuah tempat sepi. Dia kemudian turun dan diikuti oleh Aletta di belakangnya.
"Bunny!" Aletta sedikit mempercepat langkahnya, menyusul Gibran yang tidak sedikitpun menghiraukan dirinya.
"Bunny!" panggilnya lagi saat sudah berada di dekat dengannya.
Gibran menoleh, namun dengan raut wajah yang datar. Membuat hati Aletta sakit melihatnya.
"Maafkan aku, Honey. Aku lupa kalau kita masih pacaran. Belum melangkah jauh ke jenjang yang lebih serius," ucapnya datar.
Aletta hanya diam mendengarkan.
"Entah apa yang tengah aku pikirkan… sampai-sampai aku meminta hal itu!
"Honey!" Seru Gibran pada Alleta, "Doakan aku agar bisa bernyanyi dengan santai, dan luar biasa," ucapnya meminta semangatan dari pacarnya, Alleta!Alleta tersenyum, "Pasti, dong! Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Bunny!" Jawabnya sembari mengunyel-ngunyel pipi Gibran gemas.Mereka sedang duduk di kursi tunggu, sebelum masuk ke ruang seleksi untuk bernyanyi."Honey!" Serunya lagi dengan suara sedikit bergetar, dan telapak tangan sudah sangat dingin."Tenang, Bunny! Tarik napas dalam-dalam, lalu keluarkan," titah Alleta.Gibran mengikuti arahannya, "Tetap, Hunny! Aku masih gugup, aku takut tidak bisa bernyanyi dengan bagus!" Katanya sedih.Alleta kembali menangkupkan kedua tangannya ke pipi, Gibran."Bunny! Liat aku!" Pintanya, dan dilakukan oleh Gibran, "Tenang! Jangan berpikiran macam-macam, kamu pasti bisa! Semangat!" Kata Alleta menyemangatinya."Semangat!" Timpal Gibran seraya mengangkat tangannya ke atas.
"Permisi!" seru seseorang yang sedari tadi menunggu Gibran keluar.Alleta meliriknya sebentar, kemudian saling tatap dengan Gibran.Gibran seperti bertanya dengan isyarat alisnya di angkat. Kemudian, Alleta mengendikkan bahunya tidak tahu."Maaf, Tuan, dan Nona! Saya mengganggu kebahagiaan kalian," ucapnya sembari menunduk hormat.Gibran, dan Alleta hanya diam. Kemudian Alleta berpindah kesamping Gibran.Orang itu tersenyum sekilas, kemudian menyodorkan tangannya kehadapan Gibran."Perkenalkan, saya Pasih!" katanya memperkenalkan dirinya sendiri.Gibran menunduk sebentar. Kemudian ia membalas uluran tangannya, "Gibran!""Boleh minta waktunya sebentar?" pintanya dengan sangat sopan.Gibran merenung sebentar, dan menoleh pada pacarnya. Alleta!Gibran meminta jawaban padanya.Alleta mengangguk."Boleh!" jawab Gibran."Kalo gitu, kita ngobrolnya di cafe depan saja, gimana? Supaya bisa leluasa bica
Ke-esokan harinya, Gibran bangun pagi sekali."Mah! Pah! Aku berangkat kuliah sekarang!" seru Gibran sembari memakai kaos kakinya."Tumben pagi sekali?" tanya Mamahnya."He, hari ini ada janji sama Alleta," jawabnya santai. Dia berdiri, dan bersalaman dengan Mamahnya."Oh. Hati-hati, ya Sayang!" ucap Mamah sembari mengelus pundak Gibran halus.Gibran mengangguk, "Papah masih di dalam?" tanya Gibran sembari celingak-celinguk ke arah kamar."Iya. Katanya gak enak badan," jawab Mamahnya sedih.Gibran dengan cepat berjalan kearah kamar mendengar hal itu. Dia sangat hawatir dengan kondisi Bapaknya."Pak! Bapak sakit apa?" tanya Gibran cemas."Em," gumamnya sembari membukakan mata perlahan, "Gibran! Bapak gak papa, cuma panas dingin biasa," jawabnya.Gibran menatap seluruh tubuh Bapaknya yang masih di tutupi oleh selimut yang bergulung."Kita ke dokter, ya!" ajak Gibran sangat hawatir."Gak usah, Bapak cum
"Jangan malam-malam, ya, Nak! Pulangnya," kata Mamah sembari mengelus kepala Gibran pelan.Gibran mengangguk. Ia sekarang mau berangkat ke Cafe yang sudah menawarinya untuk nyanyi."Salamlikum!" serunya sembari menutup pintu."Kumsalam," jawab Mamah dari dalam.Gibran berangkat menggunakan motor kesayangannya. Motor itu tidak mewah, tapi itu motor dari hasil kerja kerasnya selama ini.Sebelum berangkat, Gibran menelpon pacarnya terlebih dahulu."Halo, Hunny!" seru Gibran saat panggilannya telah di angkat.".....""Iya, Hunny! Ini baru naik ke motor," jawab Gibran sembari tersenyum-senyum.".....""Baik, Hunny!"".....""Amiiinn. Bye Hunny! Sampai bertemu besok, eeeemmmuuuuaaahhh," katanya, dan mencium Hp-nya sendiri.Tutt...Panggilan di matikan setelah obrolan selesai.Brrmmmm....Gibran melajukan motornya membelah jalan yang lumayan padat.Tak lama, Gibran s
Tepat pukul 10:00, Gibran pamit untuk pulang. Ia sudah berjanji untuk pulang tidak terlalu larut malam."Hati-hati, ya!" seru Pasih dari ambang pintu masuk.Gibran dan Alleta menoleh, lalu tersenyum menyapa.Brmmm....Gibran pulang berboncengan."Hunny! Kok kamu bisa dateng, sih! Bukannya Mamah, dan Papah mu tadi gak ngijinin?" tanya Gibran."Em," Alleta memeluk tubuh Gibran hangat, "Tadi siang, iya. Tapi, pas petang, setelah kepulanganmu, mereka kayaknya berpikir lagi, deh!" jawab Alleta."Kok kayaknya?" tanya Gibran."Kan aku gak tahu, Bunny!""Oh, iya, iya," jawabnya, "Terus, gimana?""Ya, Mamah samperin aku kekamar, bilang gini, 'Al! Kalo kamu mau nemenin Gibran, boleh! Asal jangan malem-malem pulangnya', nah, gitu," jawab Alleta membuat Gibran gemas."Kayaknya, ada yang ngambek, nih?" ucap Gibran meledek."Ih, siapa yang ngambek?""Kamu lah, makannya Mamah berpikir kembali, lalu iji
Keesokan paginya, Gibran terbangun dan sudah mendapati Hpnya berantakan di atas lantai. "Astaga! Aku lupa, kalo semalam aku lagi main Handphone." Gibran langsung mengambil Hp tersebut dan memasangkan semuanya kembali. Hhh... Gibran mengehela napas pelan. Kemudian ia berjalan menuju sebuah kabel yang tergantung. Ia mencolokkan satu kabel ke sisi Handphone yang berlubang. "Sampe nge-drop begini," gumamnya dan membiarkan Handphone terisi daya. "Mah!" seru Gibran keluar dari dalam kamar. "Apa, Nak!" jawabnya dari arah dapur. "Mamah lagi masak apa?" tanya Gibran setelah berada di dapur, dan duduk di kursi meja makan. "Masak orek tempe, kangkung, dan yah! Seperti biasa. Hasil berkebun kemarin!" jawabnya dengan terus membolak balik masakan. "Oh. Maaf, ya, Mah! Aku, akhir-akhir ini gak bantuin Mamah!" kata Gibran merasa bersalah. Mamah menoleh sebentar, "Gak papa. Mamah'kan ada yang bantuin juga," jawabn
Setibanya di kampus, Gibran langsung memarkirkan kendaraannya di halaman kampus.Mereka terburu-buru turun dan berlari menghindari gerimis yang makin lebat."Hunny!" seru Gibran dan mendekati Alleta.Mereka berteduh di depan teras kampus."Biar aku yang bukain," kata Gibran.Alleta hanya tersenyum manis.Gibran langsung membuka res-sleting yang terpasang dan membuka jas yang di pakai oleh Alleta."Ini biar aku saja," ucap Alleta sembari memegang jas celana yang ia pakai.Gibran mendongak, lalu menyunggingkan bibirnya sebelah, "Aku gak bakal apa-apain kamu, kok," ucapnya menggoda Alleta."Hish!"Alleta mendelikkan matanya sebal.Setelah itu, Gibran dan Alleta berjalan bersama menuju kelas."Hunny! Kok sepi, ya?" ucapnya.Alleta celingukan, "Iya, ya. Kok sepi, sih!" timpalnya."Jangan, jangan,""Ah. Kita terlambat, Bunny!"Terlihat jelas raut wajah Alleta menjadi lemas tak b
Hai para reader yang baik dan ramah. Salam kenal semua. Saya, Rhaniie. Sering dipanggil (Dede). Itu panggilan kesayangan dari keluargaku. Hi.... Aku hanya ingin menyampaikan, ini ceritaku yang kedua disini. Jangan lupa kasih dukungannya, ya. Dengan cara : Rate! Kalo boleh, bintang lima, ya. Hihi... Vote! Berapapun seikhlas kalian. Coment! Comen apapun terserah, ya. Yang penting itu benar kenyataannya. Apalagi kalo memberikan krisar. Makasih banget. Jangan lupa! Masukan juga ke pustaka kalian. OK! Semoga cerita ini bisa menghibur kalian semua. Mengambil hikmah didalamnya, dan.... Semoga kalian diberi kesehatan selalu, panjang umur, dan di gampangkan rezekinya. Sukses semua! Makasih! Sarangheo! Salam hangat dan cinta sebanyak-banyaknya. From : Istri halunya Mas Tae. &n
Gibran menghentikan motornya di sebuah tempat sepi. Dia kemudian turun dan diikuti oleh Aletta di belakangnya."Bunny!" Aletta sedikit mempercepat langkahnya, menyusul Gibran yang tidak sedikitpun menghiraukan dirinya."Bunny!" panggilnya lagi saat sudah berada di dekat dengannya.Gibran menoleh, namun dengan raut wajah yang datar. Membuat hati Aletta sakit melihatnya."Maafkan aku, Honey. Aku lupa kalau kita masih pacaran. Belum melangkah jauh ke jenjang yang lebih serius," ucapnya datar.Aletta hanya diam mendengarkan."Entah apa yang tengah aku pikirkan… sampai-sampai aku meminta hal itu!
Gibran melajukan motornya, membelalah jalan kota yang cukup lenggan, karena hari ini sudah begitu larut dan bukan weekend. Jadi, jalanan cukup sepi.Dipertengahan perjalanan pulang, dia menghentikan motornya tepat di tempat sepi.Membuat Aletta sedikit gelisah. Dia berdiam diri di atas motor tersebut dengan perasaan was-was.Walau ia tahu kalau Gibran tidak akan mungkin berbuat seperti itu, namun tetap ada rasa takut di dalam hatinya.Aletta menatap Gibran yang sudah membalikkan tubuhnya menghadap belakang.Bibir ranumnya berhasil menggoda Alwtta yang sama-sama merindukan ciuman tersebut.Gibran te
Gibran mendekatkan wajahnya pada Aletta, sampai dahi mereka menempel sempurna.Aletta tersenyum malu juga grogi. Dia menatap wajah Gibran yang sangat dekat dengannya.Gibran mengedipkan matanya memberi isyarat, dan Aletta memahaminya.Dia segera memejamkan mata, menyambut kedua bibir yang akan menempel pada bibirnya.Semua orang yang menonton adegan tersebut, menganga dengan perasaan yang tidak karuan.Mereka senyap, terdiam seakan seperti sebuah patung, danCup.Gibran mencium bibir Aletta sekilas.
Gibran berdiri di atas sebuah panggung persegi, lengkap dengan alat-alat musik yang nanti akan ia mainkan.Sebuah mic yang berdiri tegak di depannya, ia raih sembari menarik nafas dalam-dalam.…...By: Kangen BandJudul: Yakin Cintamu KudapatLirik:Langkah kakiku semakin sesatSaat dirimu hakimi hatikuNamun kucoba selalu mengalahKulakukan demi cintaAku menunggu dan terus berharap
Gibran memarkirkan motornya di depan sebuah halaman cafe. Kemudian mereka berdua turun dan melangkah masuk ke dalam cafe tersebut."Eh, Gibran!" Seorang Pria berperawakan tinggi berisi menyapanyaGibran tersenyum. Begitupun dengan Aletta."Kebetulan sekali kamu kesini, Gib. Ada acara disini." ucapnya seraya membawa mereka berdua untuk duduk di salah satu kursi yang ada disana."Terimakasih." Mereka duduk berhadapan dengan asistennya Pak Pendra."Bagaimana kabarmu, Gib? Mm … audisinya gimana? Lancar?" tanyanya dengan berpangku tangan diatas meja.Gibran tersenyum manis. "Alhamduli
Gibran termenung di atas motornya. Sudah hampir 20 menit dia disana menunggu kedua orang tuanya, tapi mereka belum juga kelihatan."Aku berangkat aja kali, ya?" gumamnya seraya melirik jam yang melingkar di tangannya."Ah, iya. Aku berangkat aja." Gibran menghela nafas. Kemudian mengirim sebuah pesan pada Aletta, bahwa dia akan berangkat kesana sekarang.Sebelum pergi, Gibran menitip salam terlebih dahulu pada tetangganya, buat ngabarin kedua orang tuanya kalau dia sudah berangkat.Setelah itu, dia baru berangkat menuju rumah Aletta.Sepanjang perjalanan dia terus beriring, menyanyikan sebuah lagu yang akan ia nyanyikan nanti di cafe.
Setelah selesai, mereka membawanya ke dalam, disimpan ditempat yang lembab, biar tidak layu besok pas dijual."Kamu makan duluan. Bapak mau bersihkan badan dulu," ucapnya seraya menyampirkan sebuah handuk di pundaknya.Gibran mengangguk. Dia berjalan menuju dapur, yang dimana ibunya tengah menata semua makanan disana."Bapak mana?" tanyanya sambil menuangkan satu gelas air putih, lalu diberikan pada Gibran."Bapak katanya mau mandi." Gibran menerima gelas tersebut, dan dia teguk sampai tandas isinya."Oo. Kamu makan dulu aja. Ibu mau beresin dulu perabotan," ucapnya seraya berlalu dari sana.Gibran
Gibran membawa Aletta masuk ke dalam resort tersebut. Disana ia memesan beberapa jenis makanan spesial untuk pacarnya.Hampir setengah jam lamanya mereka menunggu, akhirnya makanan tersebut pun tiba dan menaruhnya di atas meja mereka."Waw. Kamu pesan ini semua, Bunny?" Aletta sampe ngiler melihat semua makanan yang menggiurkan di depannya.Gibran mengangguk."Gak sia-sia kita menunggu, Bunny. Selain tatanannya cantik … ini juga sangat lezat," ucapnya setelah mencoba satu potong beef barbeque.Gibran membentangkan bibibrnya menjadi sebuah senyuman. Kemudian meraih satu garpu yang ada di atas meja.
Gibran tersenyum sangat bahagia bisa mendapatkan banyak dukungan dari semua orang-orang yang dekat dengannya. "Terima kasih, ya Allah," batinnya dengan kedua tangan membasuh muka. Aletta melipat kedua tangannya di dada, dan melangkah mendekati Gibran yang tengah berbahagia. "Selamat, ya, Honey. Banyak orang yang berharap padamu," ucapnya seraya mengelus bahu sang pacar ikut berbahagia. Gibran menoleh dan tersenyum padanya. "Semoga aku bisa membanggakan semua orang yang sudah mendukungku." "Amin." Gibran membentangkan senyumannya, lalu mendekap tubuh Aletta, memeluknya sangat erat.