Share

Bab 8 Pesta

Penulis: arkein
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Selamat malam, Mr. Alean,” sahut Aiden kepada seorang pria berumur yang berhenti tepat di depannya. Sedangkan Stephanie, dia hanya membalas sapaan ini dengan tersenyum.

“Aku kira kau tidak akan datang ke pestaku. Ini adalah sebuah kehormatan yang luar biasa.”

“Kenapa tidak? Aku akan datang kalau ada waktu luang, seperti sekarang,” sahut Aiden bersahabat.

Pria itu menoleh ke samping. Menatap Stephanie dengan sangat sopan. “Ternyata putri Casey yang mendapatkan dirimu. Aku ucapkan selamat untuk kalian berdua.”

“Terima kasih, Mr. Alean,” sahut Stephanie sambil tersenyum manis. “Selamat atas terbukanya hotelmu yang baru ini.”

“Ini tidak akan terjadi jika calon suamimu tidak membantuku,” kekeh pria itu. “Baiklah. Silahkan nikmati pesta ini. Aku harus menyambut tamu lainnya.”

Keduanya mengangguk secara bersamaan. Sesudah pria itu menjauh dari mereka, akhirnya Aiden menunduk. Melihat Stephanie dengan keadaan sangat dekat. Ternyata perempuan itu sangat cantik sekali jika dilihat dari dekat. Apalagi hidungnya yang tinggi, sangat menggemaskan. Tapi, entah kenapa Aiden belum menemukan perasaan spesial dalam dirinya.

“Kau lihat pria itu,” bisik Aiden. Stephanie menurut, dia mengikuti arah mata Aiden. “Kenapa? Kau terkejut, heh?”

Stephanie yang awalnya biasa saja malah diam mematung. Seorang pria menggunakan jas hitam baru saja masuk ke dalam ballroom. Seorang pria yang sangat Stephanie kenal.

“Joshua Oliver. Itu yang akan kau temani ke pesta ini?”

Pertanyaan Aiden memecah konsentrasi Stephanie. Sungguh, dia tidak tahu kalau Joshua akan ada di sini. Pasalnya, pria itu hanya mengajaknya ke sebuah pesta tapi tidak tahu informasi lebih lanjut.

“Ada apa dengan wajahmu?” tanya Aiden. Dia tersenyum tipis sambil merapatkan tubuh mereka. “Aku tahu kalau kau menyimpan perasaan spesial kepadanya—”

“Jika kau tidak tahu apa apa, lebih baik diam—”

“Oh ... oh... kau menyangkal, heh?” kekeh Aiden lemah. “Kalau begitu buktikan. Buktikan juga apa yang kau katakan di halaman mansion Casey. Buktikan kalau kau memang layak disandingkan untukku.”

Mendengar itu membuat Stephanie terkekeh garing. Dia mengibaskan rambutnya ke belakang. Aroma buah-buahan yang ada di rambut itu semakin menebar, masuk ke indra penciuman Aiden dengan sangat sopan.

“Baiklah.”

Walaupun Stephanie menyangkal, Aiden dapat mengetahui kalau Stephanie memiliki sebuah rasa kepada pria yang menjadi musuhnya itu. Aiden tidak tahu perasaan apa itu, yang jelas dia akan mengetahuinya ke depan.

“Kalau begitu ayo. Kita temui dia,” tutur Aiden yang lalu mendorong pinggang Stephanie agar berjalan bersama dengannya.

Aiden membawa Stephanie ke arah segerombolan pria yang juga memakai jas. Aiden mengenali mereka. Para pengusaha muda yang juga menjadi rekan kerja Aiden, kecuali Joshua. Syukurlah mereka ada karena Aiden tidak akan menemui Joshua hanya seorang diri.

“Lihatlah! Mr. Chayton terlihat sangat berbahagia dengan pasangan barunya,” seru seorang pria dengan kekehan kecil. Para rekan kerja itu akhirnya menoleh serentak kepada Aiden dan Stephanie yang ada beberapa langkah di depan mereka.

“Tentu, Mr. Ison. Aku memang sengaja membawa calon menantu Chayton agar kalian mengenalnya,” kata Aiden yang lalu menoleh ke Stephanie yang ada di sampingnya.

Di sisi lain, Joshua yang berada tepat di depan Stephanie hanya bisa diam mematung. Sungguh, dia masih syok menerima fakta ini. Kenapa dirinya baru mengetahui hal ini? Joshua hanya pergi satu minggu tapi sudah banyak ketinggalan informasi.

“Bukankah dia Stephanie Casey?” tanya pria lainnya.

Stephanie tersenyum manis. Dia mengabaikan Joshua yang masih setia menatapnya. “Benar. Aku Stephanie Casey. Senang bertemu kalian semua .... Sejujurnya, ini adalah pengalaman pertamaku datang ke pesta yang dihadiri oleh banyak petinggi penting.”

“Kami tidak ada apa-apanya dibandingkan oleh Casey atau bahkan calon suamimu. Sungguh, kalian adalah perpaduan yang luar biasa.”

Tiba-tiba, Aiden merasakan rangkulan di lengannya sedikit menguat. Ia menunduk melihat Stephanie yang sudah merangkul tangannya dengan mesra. Well, ini adalah hal yang luar biasa bagi Aiden. Ia kira Stephanie akan terkejut atau masih terasa canggung karena keberadaan Aiden.

“Terima kasih. Sebentar lagi kalian akan menerima undangan pernikahan kami. Jadi, kuharap kalian datang,” sahut Aiden yang lalu mencium puncak kepala Stephanie.

Dari ujung mata Aiden, dia dapat melihat kalau Joshua sedang mengepalkan tangannya emosi. Berhasil! Usaha yang Aiden lakukan membuahkan hasil sampai-sampai ia tak tahan untuk menampilkan senyuman.

Pembicaraan mereka akhirnya berlanjut. Stephanie sebenarnya sudah bosan apalagi pembicaraan mereka tak jauh dari bisnis. Sungguh, Stephanie rasanya ingin pulang saja. Dia juga tidak tahan dengan dua pria yang sangat mendominasi ini. Di sebelah ada Aiden, di depan ada Joshua. Mereka mengurung Stephanie seperti di penjara.

“Aku pergi dulu ke kamar mandi,” bisik Stephanie kepada Aiden. Tanpa menunggu jawaban, Stephanie langsung bergegas pergi meninggalkan mereka.

***

Happ

Pergelangan tangan Stephanie dicekal hingga membuatnya berhenti melangkah. Tanpa berbalik badan pun Stephanie sudah tahu siapa pelakunya. Aroma tubuh yang masuk ke paru-paru Stephanie sungguh tidak asing.

“Apa yang terjadi, Stephanie?”

Stephanie mendesah pelan lalu berbalik badan hingga dia bertemu dengan sosok pria tampan, Joshua Oliver. Joshua dengan wajah lembutnya itu berhasil membuat Stephanie merasakan kenyamanan yang luar biasa.

“Joshua ....”

“Apa benar kau akan menikah?” potong Joshua dengan alis yang menyatu.

“Aku bisa menjelaskan ini—”

“Kalau begitu jelaskan kepadaku, Stephanie,” desak Joshua. “Apa yang sudah kalian tutupi dariku? Apa kau tidak menganggapku sebagai sahabat lagi hingga kau tak mengabariku apapun?”

Stephanie meringis pelan. Dia menggeleng, menyangkal tuduhan yang Joshua berikan kepadanya.

Joshua, hanya dialah pria yang berada dekat dengan Stephanie selain daddy dan kakaknya. Tahun ini tepat 3 tahun mereka menjalin hubungan sahabat. Stephanie tidak berniat menyembunyikan apapun dari Joshua.

Dirinya hanya merasa tidak enak kepada Joshua. Sudah berjalan beberapa minggu tapi Stephanie tidak kunjung memberitahukan kabar ini kepada Joshua. Stephanie merasa kalau dia adalah sahabat yang buruk. Karena baginya, hubungan persahabatan haruslah saling terbuka. Tapi Stephanie gagal mewujudkan itu kali ini.

“Jangan katakan kalau hanya aku yang belum mengetahui berita ini?” tanya Joshua lagi.

“Tidak,” sahut Stephanie. “Aku hanya belum yakin memberitakan ini kepada kalian. Ini terjadi secara mendadak. Hanya Nancy yang mengetahui semuanya.”

“Mendadak? Jadi kalian—”

“Tidak baik berbicara di toilet apalagi bersama dengan seorang perempuan yang sudah menjadi milik orang lain.”

Suara berat bercampur basah itu berhasil memotong kalimat Joshua. Di pintu sana, sudah berdiri seorang pria dengan sangat gagah. Mata pria itu memanas kala melihat Joshua yang memegang pergelangan tangan Stephanie. Dengan kasar, dia melepas cekalan tersebut. Tak hanya itu, Aiden juga merangkul pinggang Stephanie. Menandakan kalau hanya dialah pemilik sah dari perempuan berparas cantik, Stephanie.

“Wow. Aku tidak menyangka kalau Stephanie dimiliki oleh seorang pra sombong seperti dirimu. Sungguh, Stephanie sangat sial,” ejek Joshua yang tersenyum remeh.

Stephanie menggigit bibirnya kala merasakan cekalan di pinggangnya menguat. Aiden menekan keras pinggang Stephanie karena merasa emosi dengan apa yang Joshua katakan.

Sampai sini Stephanie tahu kalau Aiden dan Joshua punya sebuah masalah. Dua pria yang punya tampan tak main-main saling mengibarkan bendera perang, dilihat dari cara menatap dan nada berbicara. Mengerikan!

“Yang jelas aku tidak pernah merebut milik orang lain.” Sindiran yang Aiden berikan membuat Joshua terdiam. Apa yang Aiden katakan mampu membuat dirinya merasa masuk ke masa lalu. “Atau kalian memiliki hubungan? Katakan saja agar aku menjauh. Karena bagiku, aku tidak akan mau merebut milik orang lain.”

Stephanie tidak mampu menjawab. Dia hanya bisa menunduk. Mendongak, maka ia akan bertemu dengan Aiden. Menoleh ke depan, maka dia akan bertemu dengan Joshua. Jadi Stephanie hanya punya opsi untuk menunduk. Setidaknya itu adalah pilihan yang aman baginya.

“Baiklah. Diam berarti kalian memang tidak memiliki hubungan apapun. Tapi yang jelas aku tidak tahu perasaan apa yang kalian miliki,” jelas AIden. Dia berdehem kuat. “Kalau kau punya perasaan yang lebih kepada Stephanie, kusarankan untuk berhenti. Karena dia akan menyandang namaku.”

Cup

Sontak Joshua langsung membuang wajah ketika ia melihat pemandangan yang menjijikkan, dimana Aiden mencium puncak kepala Stephanie.

“Kalau begitu kami pergi dulu. Ah ... satu lagi, kami memang dijodohkan. Ku harap itu bisa menjadi jawaban atas pertanyaanmu tadi,” jelas Aiden yang lalu menunduk, menatap Stephanie. “Ayo,” ajaknya untuk keluar dari sana

Aiden sudah tidak mood untuk melanjutkan pesta. Maka dari itu ia memilih untuk pulang sekarang juga. Lagian, tujuan utamanya datang ke pesta ini sudah berjalan dengan lancar. Melihat Joshua dengan raut emosi membuat Aiden merasakan puas.

***

“Aku tidak mau kau berhubungan lagi dengan pria itu,” pinta Aiden sesudah mobil mewah miliknya berada di halaman mansion Casey.

Setelah keheningan melanda dari tempat pesta, akhirnya Aiden mengeluarkan suaranya.

“Aku tidak mau menuruti perintahmu,” tolak Stephanie. Dia memberanikan diri untuk menatap wajah Aiden.

Sebenarnya tadi Stephanie ingin bertanya akan masalah apa yang ada di antara Aiden dan Joshua. Tapi karena mendengar kalimat pertama yang Aiden keluarkan, membuat Stephanie mengurungkan niat.

Bukannya marah, Aiden malah tersenyum. “Beberapa hari lagi kau akan menyandang namaku. Jadi kusarankan kau harus belajar untuk menurut.”

Stephanie mengernyit. Beberapa hari lagi? “Aku belum pernah menyetujui kapan pernikahan ini diadakan!”

“Tapi aku tidak butuh persetujuanmu,” jelas Aiden. Dia menekan tombol yang lalu membuat pintu mobil di sebelah Stephanie terbuka. “Sekarang masuklah. Kau harus butuh istirahat yang banyak— ku berikan kau satu hal tentangku .... Jangan pernah membantah apa yang kukatakan ini, karena kalau iya, maka aku akan menghancurkan Joshua Oliver. Menghancurkannya sama seperti membalikkan tanganku. Ini adalah hal yang mudah bagi seorang Chayton.”

Jari dingin Aiden mengelus pipi Stephanie dengan sangat lembut. Sampai-sampai napas Stephanie terasa tercekat. “Kerja yang bagus untuk malam ini. Kau membuktikan bahwa dirimu layak menjadi menantu Chayton. Selamat malam, Mrs. Chayton .... Mulai sekarang belajarlah membiasakan nama belakangmu.”

Bab terkait

  • My Billionaire Aiden   Bab 9 Aiden Marah

    “Ayo! Katakan padaku bagaimana panasnya pria yang bernama Aiden itu!” Seorang perempuan berambut cokelat highlight terlihat sangat bersemangat. Wajahnya berseri-seri. Ia menatap lawan bicaranya dengan memelas, berharap kalau dia akan menjelaskannya.“Aku tidak mau menjelaskannya, Shirley,” seru Stephanie malas.Shirley Adner, seorang model yang juga merangkap sebagai sahabat Stephanie. Mereka memulai hubungan sejak duduk di bangku perguruan tinggi. Dikarenakan Nancy dan Stephanie yang berbeda universitas, membuat Stephanie sulit bergaul. Tapi untung saja di semester selanjutnya dia menemukan Shirley yang pandai bergaul.Shirley mencebik kesal. “Aku sudah mengundur jadwalku yang padat hanya untuk bertemu denganmu. Mendengar kabar baik ini membuatku langsung terbang. Tapi sayangnya kau tidak menyambutku dengan baik.”Stephanie menghela napasnya panjang. Dia memilih u

  • My Billionaire Aiden   Bab 10 Restoran

    Dan sekarang Aiden sudah berada di sebuah restoran. Matanya terus saja tertuju ke tempat duduk yang berada di sudut. Memperhatikan apa yang mereka lakukan. Pembicaraan mereka sangat kompak sekali. Bahkan dalam jarak yang bisa terbilang jauh, Aiden masih dapat mendengar canda tawa dari mereka. Itu berhasil membuat emosi yang ada dalam Aiden kian membara.Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Aiden punya kesempatan. Langsung saja dia mengikuti perempuan itu yang berjalan ke arah kamar mandi. Perempuan itu tak lain adalah Stephanie.Sebenarnya Aiden ingin sekali menghampiri pria yang menjadi lawan bicara Stephanie. Memberinya pelajaran dengan beberapa pukulan— tapi akhirnya Aiden memutuskan untuk tidak melakukannya. Bukan dirinya takut, tapi ia lebih malas berurusan dengan pria itu. Ditambah lagi dengan kondisi restoran yang sangat ramai. Aiden tidak mau mengambil risiko dimana dirinya menjadi trending topik dengan judul “Seo

  • My Billionaire Aiden   Bab 11 Menghabiskan Waktu

    “Ck. Ternyata kau sangat bawel.” Sindiran yang Aiden berikan berhasil membuat Stephanie semakin bertambah kesal.Baiklah, dia tidak akan lagi bersuara untuk seterusnya. Langsung saja Stephanie mencari tempat ternyaman. Memundurkan kursi, lalu menutup matanya— tidur dengan pulas.Setelah Aiden memarkirkan mobil sportnya di tempat yang memang khusus dipersembahkan untuk dirinya, akhirnya dia memberikan seluruh fokusnya kepada perempuan yang sedang tertidur pulas dengan wajah yang menghadap ke arahnya.Biasanya bentuk wajah terjelek adalah saat dimana kita tertidur, tapi berbeda dengan Stephanie. Dia malah terlihat sangat cantik, sama seperti ketika dia bangun. Bibir yang sedikit tebal itu terlihat tertutup sempurna, bulu matanya yang panjang menambah nilai. Kali ini Aiden membenarkan satu hal, kalau keturunan Chayton memang tidak pernah gagal dalam memproduksi seorang perempuan.

  • My Billionaire Aiden   Bab 12 Adik Aiden

    “Akhirnya kau datang juga, Sayang.”Dan di sinilah mereka berdua berada, di kediaman keluarga Chayton. Stephanie langsung disambut baik oleh Rose. Sedangkan Aiden, dia diabaikan bahkan tidak diajak berbicara sama sekali.“Aku masih berada di sini, Mom.”Setelah beberapa waktu mereka berdua berbicara dengan sangat akrab, akhirnya suara Aiden lah yang membuat perbincangan santai mereka terpotong.Rose hanya bisa menghela napasnya kesal karena Aiden yang sudah memotong pembicaraannya dengan sang menantu. “Kau lebih baik membersihkan dirimu, Aiden. Biarkan Mommymenghabiskan waktu bersama Stephanie. Mommyingin sekali mengenalnya lebih dalam.”Aiden menaikkan alisnya, lalu menarik pandangan ke Stephanie yang duduk di samping Rose. “Lebih baik Mommytanya dulu, apakah Stephanie ingin berbicara

  • My Billionaire Aiden   Bab 13 Penjelasan Amanda

    Beberapa kali Aiden melirik sampingnya melalui ujung mata dan dia hanya mendapati Stephanie yang duduk terdiam di kursinya sambil mengarah ke arah kaca yang ada di samping. Tidak biasanya Stephanie seperti ini. Walaupun hanya terhitung beberapa kali Aiden membawa Stephanie, dia sudah tahu kalau kebiasaan Stephanie yang tidak bisa diam. Kalau tidak ada topik pembicaraan maka pasti akan ada senandung yang Stephanie keluarkan.Aiden tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Yang jelas Stephanie mendadak menjadi pendiam disaat mobil ini sudah berjalan.“Apa ada sesuatu yang terjadi?”Akhirnya setelah berperang dengan dirinya,Aiden mengeluarkan sebuah pertanyaan yang berhasil membuat Stephanie menoleh ke arahnya.“Tidak.”Stephanie menjawab pelan dan setelah itu ia kembali ke posisi semula, menghadap ke arah kaca. Dia mengabaikan Aiden yang terlihat mengger

  • My Billionaire Aiden   Bab 14 Pertama

    Hari pertunangan Aiden dan Stephanie semakin dekat, dimana kedua keluarga itu mempersiapkannya dengan penuh kebahagiaan. Terutama kedua manusia yang mempunyai peran penting dalam pertunangan itu, tapi kali ini ada pengecualian— Stephanie duduk termenung di atas kasur. Setelah melakukanfittinguntuk gaun pertunangan dia langsung masuk ke dalam kamar. Tidak ada senyuman sama sekali yang menunjukkan kalau dia memang tidak merasakan apa yang dirasakan oleh seluruh manusia di Casey’s Mansion. Ingatannya terus berada beberapa hari yang lalu ... disaat Aiden menjelaskan siapa itu Amanda. Setelah Stephanie diantar pulang oleh Aiden, dia langsung bergegas mencari biodata Amanda melalui internet. Betapa kagetnya dia ketika mengetahui kalau Amanda adalah kakak tingkatnya saat di universitas tapi mereka memang tidak saling mengenal dikarenakan disaat Amanda lulus barulah Stephanie masuk. Menurut berita yang beredar, Amanda sangat ak

  • My Billionaire Aiden   Bab 15 Penjelasan lengkap dari Aiden

    “A—apa yang kau lakukan?”Sesudah Stephanie memproses semua apa yang terjadi di kepalanya dengan cepat, akhirnya hanya kalimat itu yang dikeluarkan sebagai bentuk protes akan apa yang Aiden lakukan.Dan Aiden hanya tersenyum mendengar itu. “Kau sedang marah atau bertanya dengan nada yang baik, heh?”Mendengar ejekan yang Aiden berikan kepadanya membuat Stephanie menghela jengah. Kalau saja Aiden tidak melingkarkan tangan di pinggang miliknya, sudah pasti Stephanie akan turun dari tadi.“Kenapa kau menciumku?” Stephanie mengabaikan ejekan itu. “Kau sangat mesum—”“Tidak baik untuk mengatakan bahasa kasar, Sweetie,” potong Aiden yang sudah membawa tangan Stephanie untuk turun dari depan wajahnya. “Orang selembut dirimu tidak cocok mengatakan bahasa kasar.”Cukup! Stepha

  • My Billionaire Aiden   Bab 16 Kedatangan Amanda

    “Kenapa kau meneleponku, Sweetie?”Satu kalimat itu langsung terdengar disaat telepon Stephanie dijawab oleh Aiden yang berada di seberang. Stephanie yang tadi masih mengaplikasikan cairan ke bibirnya sontak berhenti kala mendengar suara berat Aiden yang sangat seksi— walaupun Aiden tidak berada di hadapan Stephanie tapi dia menyadari kalau kekuatan Aiden melingkupinya.“Aku ... ingin keluar.”Sesudah teringat akan tujuannya, Stephanie langsung bersuara. Tidak hanya meminta izin kepada orang tuanya, tapi Stephanie juga harus mengingat Aiden yang akan menjadi tunangannya ... Kalau saja Aiden tidak memberikan mata-mata untuk mengawasinya maka Stephanie tidak perlu repot melakukan ini. Stephanie hanya takut kalau tiba-tiba Aiden datang dengan kemarahannya dan membuat kerusakan— itu terlalu mengerikan.“Keluar? Kemana?”Suara A

Bab terbaru

  • My Billionaire Aiden   Selesai

    Stephanie menghela napasnya bosan melihat Aiden yang terus saja mondar mandir mengelilingi kamar.“Apa kau tidak akan mengizinkannya tidur?” Stephanie bertanya yang berhasil membuat Aiden berhenti.“Dia sudah tidur, Sweetie,” jawab Aiden dengan suara pelannya. Dia menoleh ke bayi yang ada dalam gendongannya lalu kembali ke Stephanie. “See … dia bahkan tidak bergerak sama sekali.”Stephanie yang awalnya kesal malah terkekeh kecil. “Ya, kau sangat hebat. Tapi sekarang dia membutuhkan mommy-nya. Kemarikan putraku, aku ingin tidur bersamanya sekarang!”Aiden merubah wajahnya menjadi masam. Tidak ada pilihan lain. Dia pun berjalan dengan pelan lalu meleta

  • My Billionaire Aiden   Bab 49 Menyadari

    “Ma—ma—ma—ma!”Wanita berambut seleher itu terkekeh kecil karena mendengar ocehan bayi yang berada dalam pangkuannya. Karena tak tahan, akhirnya wanita itu memberikan ciuman bertubi-tubi di pipi gembulnya.“Kenapa kau sangat lucu sekali, hm?” tanya wanita tersebut sembari mengangkat bayi perempuan yang terkekeh karena kegiatan tersebut.“Rasanya aku ingin mengurungmu disini,” lanjutnya sesudah memberikan lagi dot yang berisi susu.Bayu tersebut sontak terdiam. Terlihat jelas dirinya yang sedang berusaha menyedot susu itu. Tak lu

  • My Billionaire Aiden   Bab 48 Pergi

    2 hari kemudian …Mata Aiden tak pernah luput dari Stephanie. Dia bersandar ke daun pintu dan tangan yang bersedekap.Entah sudah berapa lama Aiden terus memandang Stephanie, yang jelas dia tidak pernah meninggalkan perempuan yang sedang terduduk di ranjang rumah sakit dengan pandangan kosong itu.Setelah berperang dengan kepalanya— berusaha mengambil keputusan, Aiden kemudian berjalan mendekat. Mendudukkan setengah bokongnya di kasur yang Stephanie tempati. Meskipun demikian, Stephanie tetap tidak menyadari kalau Aiden sudah berada di sampingnya.

  • My Billionaire Aiden   Bab 46 Menemukan

    Pria dengan setelan jas itu duduk terdiam di ruangan tertutup salah satu restoran Jepang. Ruangan yang semulanya ingin digunakan untuk membahas proyek namun tak kunjung terjadi karena mereka mendapat kabar buruk. Pria itu terus menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Pria itu tidak melakukan apapun setelah mendengar teriakan Stephanie dan kata tolong yang ia katakan sebelum panggilan tadi terputus.“Apa yang harus kita lakukan?!” Bentakan itu keluar dari bibir Joshua yang terus mondar mandir. Dia berhenti dan menjatuhkan pandangannya ke arah Aiden yang masih setia diam. Melihat itu, emosi Joshua mendadak tak terkontrol.“KENAPA KAU DIAM SAJA?!”Alex yang berdiri di depan pintu sudah menduga hal itu akan terjadi. Sebelum Joshua meluka

  • My Billionaire Aiden   Bab 45 Perasaan tidak enak

    Satu gelas susu panas sudah berada di tangan Stephanie. Kaki yang dibalut oleh sandal tipis itu melangkah ke luar. Mencari tempat paling nyaman untuk menjatuhkan bokongnya.Pilihannya jatuh di belakang villa yang menyuguhkan pemandangan sawah yang baru ditanam. Warna hijaunya terlihat sangat menyegarkan di mata Stephanie. Ditariknya oksigen banyak-banyak untuk masuk ke dalam paru-parunya. Udara di sini sungguh berbeda dengan udara kota mereka berasal.Jelas saja, ini adalah pulau pribadi Aiden dimana kendaraan sangat jarang lalu lalang. Bukan pulau baru, melainkan pulau yang sama dengan yang Stephanie kunjungi bersama Aiden, entah berapa bulan yang lalu, Stephanie tidak mengingatnya.

  • My Billionaire Aiden   Liburan

    Erland dan Diana kompak masuk ke ruangan Stephanie, diikuti dengan Rose. Mereka mengabaikan Ransom yang sedang berhadapan dengan Alex.“Kau harus makan—“Kalimat Aiden berhenti karena mendengar suara pintu yang terbuka. Sontak mereka berdua menoleh bersamaan. Mendapati Erland dan Diana yang diam berdiri. Sedangkan Rose, dia berjalan, mendekap sang putra untuk melampiaskan rasa rindu yang sudah mengendap lama.“Mommy kangen.” Diana bergumam, mengelus punggung Aiden yang masih setia mendekap Rose.“Aku juga,” sahut Aiden. Mengecup puncak kepala Rose sebelum melepaskan pelukan tersebut.“S

  • My Billionaire Aiden   Bab 43 Menyelinap

    “Apa yang kau bilang, Stephanie?” Aiden bertanya dengan nada tidak suka dan sedikit meninggi. Dia bahkan sudah mengganti panggilannya— menandakan kalau dirinya tidak menyukai apa yang Stephanie katakan.“Bagaimana bisa kau ingin menggugurkan darah dagingku?” tanyanya, mendesak Stephanie dengan mengguncang kedua bahu wanita yang sedang memejamkan mata karena rasa sakit dari apa yang Aiden lakukan.Stephanie membuka matanya. Bertemu dengan manik Aiden. “Kau menginginkannya karena harta, bukan? Agar Daddy Ransom memberikan harta kekayaan ini padamu, ‘kan?”Untuk sesaat, Aiden terkejut karena Stephanie mengetahui rahasia tersebut, tetapi Aid

  • My Billionaire Aiden   Bab 42 Datang

    “20 menit lagi kita akan meeting, Pak,” kata seorang pria yang menjabat sebagai sekretaris baru di perusahaan Aiden kepada Aiden yang sedang sibuk berperang dengan berkas-berkas.Aiden hanya mengangguk pelan saja lalu menggerakkan tangannya untuk menyuruh pria itu keluar.Dan tak menunggu waktu lama, seorang pria dengan muka yang babak belur masuk ke ruangan Aiden. Aiden menatapnya dengan tajam seraya berdiri menjumpai dirinya yang masih diam memaku di pintu.“Katakan!” desak Aiden setelah menutup pintu ruangan itu. Dia mendorong Alex sampai ke dinding. Mengambil kerahnya lalu berkata, “Jangan buat kepercayaanku hilang sepenuhnya untukmu! Harusnya kau berterima kasih padaku karena masih membiarkanmu hidup, Pengkhianat! Tapi sep

  • My Billionaire Aiden   Bab 41 Terbongkar

    Aiden menahan dirinya untuk tidak menemui Alex yang sedang berjalan ke arah luar. Dan karena emosi yang ada dalam dirinya tak bisa disalurkan dengan benar, membuatnya mengepalkan kedua tangan.Mengetahui fakta tentang dalang dari kejadian dimasa lalunya tentu membuat Aiden kaget. Ditambah lagi ternyata hal itu sudah dirancang sedemikian rupa.Amanda tak bersalah … dapatkah Aiden menyimpulkan itu sekarang?“Akhhgg,” teriak Aiden sambil melemparkan ceret kaca tersebut. Suara gaduh terdengar disaat ceret itu sudah berbentuk kepingan-kepingan dengan ljnggiran tajam yang dapat membuat darah segar mengalir jika tersentuh.Pria yang sedang emosi itu langsung melenggak pergi. Menga

DMCA.com Protection Status