Beranda / Romansa / My Billionaire Aiden / Bab 12 Adik Aiden

Share

Bab 12 Adik Aiden

Penulis: arkein
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Akhirnya kau datang juga, Sayang.”

Dan di sinilah mereka berdua berada, di kediaman keluarga Chayton. Stephanie langsung disambut baik oleh Rose. Sedangkan Aiden, dia diabaikan bahkan tidak diajak berbicara sama sekali.

“Aku masih berada di sini, Mom.

Setelah beberapa waktu mereka berdua berbicara dengan sangat akrab, akhirnya suara Aiden lah yang membuat perbincangan santai mereka terpotong.

Rose hanya bisa menghela napasnya kesal karena Aiden yang sudah memotong pembicaraannya dengan sang menantu. “Kau lebih baik membersihkan dirimu, Aiden. Biarkan Mommy menghabiskan waktu bersama Stephanie. Mommy ingin sekali mengenalnya lebih dalam.”

Aiden menaikkan alisnya, lalu menarik pandangan ke Stephanie yang duduk di samping Rose. “Lebih baik Mommy tanya dulu, apakah Stephanie ingin berbicara kepada Mommy atau tidak.”

“Tentu aku mau.” Stephanie menjawab cepat. Tak lupa dengan tatapan tidak suka yang ia layangkan ke Aiden setelah Aiden selesai berucap. Tanpa ditanya pun Stephanie akan tetap berbicara dengan Rose. Karena setidaknya itu lebih baik daripada berbicara bersama dengan Aiden yang malah membuatnya semakin kesal.

Walaupun baru bertemu tapi Stephanie bisa merasakan kenyamanan saat berbicara dengan Rose. Rose punya kehangatan di matanya yang bahkan bisa sampai merambat ke tubuh Stephanie.

“Sudahlah, Aiden. Jangan goda Stephanie seperti itu. Lebih baik kau pergi. Ini adalah pembicaraan wanita dan dirimu dilarang untuk berada di sini.”

Akhirnya Stephanie tersenyum puas dikarenakan Rose yang membelanya. Kalau dipikir-pikir, ini adalah kemenangan pertamanya dari Aiden .... Tatapan tajam yang bahkan sudah Aiden persemabahkan untuk Stephanie tidak membuatnya merasakan takut. Karena Stephanie tahu kalau Aiden memang tidak bisa membantah Rose.

Stephanie bisa melihat itu disaat kedatangan mereka, dimana Aiden yang langsung berlalu untuk memeluk Rose. Kesan tegas yang Aiden berikan langsung menguap ketika bertemu dengan Rose. Dia menjadi seperti anak kecil .... Tidak, Stephanie tidak berniat untuk mengejek karena dia juga seperti itu saat bersama dengan orang tuanya. Tapi kalau dipikir-pikir ini bisa dijadikan bahan jika Aiden memancingnya.

“Mommy, I’m coming ....”

Dan setelah beberapa puluh menit sejak kepergian Aiden ke kamar, suara lain terdengar memenuhi ruang keluarga. Suara yang terdengar seperti perempuan itu berhasil membuat Stephanie penasaran dan pada akhirnya dia menoleh ke sumber suara.

Betapa kagetnya ketika ia melihat wujud seorang perempuan yang memakai pakaian didominasi oleh warna hitam— denim jaket, celana jeans, sepatu boots— semuanya serba hitam. Tak lupa dengan helm yang sudah berada di tangan kiri. Dari sini Stephanie bisa menyadari kalau perempuan ini memiliki sifat tomboy tapi masih terlihat sangat cantik.

“Kemarilah, Sayang. Kau belum berkenalan dengan calon kakak iparmu.”

“Kakak ipar?”

Suara pekikan itu membawa Stephanie tertarik ke dunia sebenarnya. Tersenyum, lalu masuk ke dalam pelukan perempuan yang memiliki nama Clara Chelle Chayton. Stephanie hanya mengenal namanya, tidak dengan bentuk wajah perempuan itu. Dirinya hanya mendapat kabar dari berita kalau selama ini keluarga Chayton menyembunyikan jati diri dari seorang Clara— untuk mengapa, Stephanie juga tidak tahu.

“Akhirnya aku akan mempunyai seorang kakak ipar! Dan lihat dirimu, kau sangat cantik. Bahkan kecantikanku kalah jauh denganmu, Kakak!”

Apa yang Clara katakan tidak sepenuhnya benar menurut Stephanie. Clara sangat cantik— hidungnya yang tinggi, manik yang berwarna abu-abu, kelopak mata yang terbentuk jelas— cukup, Stephanie tidak bisa melanjutnya. Karena hanya dari bagian itu saja bisa membuat kepercayaan dirinya memudar. Biasanya Stephanie akan bersikap biasa saja saat bertemu dengan para wanita bahkan model, karena baginya dia masih menang jauh dari mereka. Tetapi setelah melihat bentukan dari Clara, Stephanie tidak berani mengakui kalau dia yang menang.

“Terima kasih.” Walaupun demikian, Stephanie masih mengucapkan sahutan yang baik. Dia tersenyum manis yang bahkan bisa membuat Clara ikut juga tersenyum. “Kau juga sangat cantik— matamu, aku sangat menyukainya.”

“Terima kasih, Kakak. Tapi kau harus tahu, aku kadang kesal dengan warna mataku.” Apa yang Clara katakan membuat Stephanie menyatukan alisnya bingung. “Kakak Aiden selalu mengatakan aku bukanlah anak dari Dad dan Mom. Pasti Kakak bisa membayangkan betapa kesalnya aku.”

Dan otak Stephanie cepat bekerja. Pantas saja Aiden mengatakan itu dikarenakan warna manik Rose dan Ransom berwarna cokelat. Aiden juga punya mata warna yang sama, berbeda dengan Clara. Kalau orang luar menilai, mungkin saja mereka punya pendapat yang sama dengan Aiden.

“Jangan begitu, Clara. Sudah berapa kali Mommy bilang kalau kau adalah anak Mommy. Warna matamu di dapat dari grandma. Berapa kali Mommy harus menujukkan foto grandma kepadamu, heh?”

Clara memutar bola matanya jengah disaat Rose sudah masuk ke mode ngambek. “Aku percaya, Mom. Aku cuman kesal, itu saja. Sudahlah, candaanku sudah tidak bisa diterima oleh generasi tua—”

“Kau mengatakan Mommy tua?”

Kalimat Clara di potong oleh seorang pria yang baru saja masuk ke ruangan itu. Bau aroma sehabis mandi dapat mereka rasakan. Bahkan hanya karena aroma itu saja bisa membuat getaran yang berbeda di Stephanie— sungguh, Aiden punya pesona yang bisa melumpuhkan seorang Stephanie.

“Ah, tidak— Kakak hanya salah paham.” Clara dengan kekehannya yang malah terdengar seperti ketakutan. Ini normal, apalagi melihat mata Aiden yang berubah menjadi setajam pisau pemotong daging.

“Apa benar, Mom?” Aiden bertanya ke Rose. Dirinya belum percaya dengan apa yang Clara katakan .... Baginya, tidak ada yang boleh menghina Rose, jika ada maka orang itu harus bersiap berhadapan dengan Aiden seorang.

“Tidak, Sayang. Kau tidak perlu sekaku itu. Adikmu hanya berniat untuk bercanda.”

“Nah! Sudah? Harusnya Kakak percaya kepada adikmu,” lanjut Clara yang sudah bisa bernapas lega.

Mengabaikan Clara, Aiden malah mengarahkan pandangan ke Stephanie yang masih diam. Disaat Stephanie bisa menangkap mata Aiden, disitu pula Stephanie kembali tersadar dari lamunannya— selama berhubungan dengan Aiden membuatnya sering melamun.

“Baiklah, tapi Kakak masih belum sepenuhnya percaya.” Dan betapa kagetnya Clara saat mendengar perkataan Aiden. “Aku akan mengecek CCTV nanti. Tapi untuk sekarang, biarkan Stephanie ikut bersama denganku.”

“Oh, tidak bisa!”

Sebelum Stephanie menjawab, suara Clara terdengar lebih dulu. Membuat Stephanie kembali mengatupkan bibirnya. Dia sedikit tersentak disaat tangannya sudah diraih oleh Clara, menandakan kalau tidak ada yang boleh membawa Stephanie.

“Kakak punya banyak waktu dengan Kakak ipar nanti. Tapi kalau aku— belum tentu aku bisa menghabiskan waktu bersama dengan menantu Chayton ini. Jadi ....” Clara menjeda kalimatnya dengan sebuah senyuman yang berhasil dihadiahkan cebikan kesal dari Aiden. Rasa takut Clara perlahan lenyap dikarenakan Aiden tidak berbuat apapun dengannya. “Aku akan membawa Kakak Ipar untuk berkeliling di mansion.”

“Mom ....”

Aiden memanggil Rose dengan tatapan memelas. Berharap kalau sang Mommy akan membantunya kali ini. Tapi sayang, Rose malah membuang mukanya setelah menatapnya beberapa detik.

“Pergilah, Clara. Biarkan kakakmu di sini bersama dengan Mommy.

Sebenarnya dari tadi Stephanie sudah menahan napas dikarenakan cemas dengan jawaban dari Rose. Tapi setelah mendengar itu akhirnya dia bisa bernapas dengan lega. Bukan apa-apa, Stephanie hanya masih malas jika berhadapan lagi dengan Aiden. Takutnya Stephanie kembali merasa kesal. Dia tidak akan membiarkan rasa itu hinggap di dirinya setelah hilang untuk beberapa menit.

***

Clara dan Stephanie saling merangkul satu sama lain. Kaki mereka terus melangkah dengan pelan. Lain halnya dengan Clara yang menatap lurus ke depan, Stephanie malah asyik memperhatikan setiap detail mansion ini sembari menghafal beberapa tempat di otaknya.

Chayton’s Mansion dengan mansion keluarganya mengambil tema yang sama— gaya bangunan kuno dengan warna emas yang lebih dominan. Walaupun temanya sama tapi bentuk ruangan dan perabotan jauh berbeda. Mansion dimana Stephanie berada sekarang jauh lebih mewah. Bahkan Sephanie bisa merasakan kalau ada beberapa hiasan yang digunakan terbuat dari emas asli.

“Apa Casey’s mansion dan mansion ini jauh berbeda?”

Clara bertanya yang membuat Stephanie menghentikan kegiatannya. “Kalau diteliti, jauh berbeda. Tapi hanya temanya saja yang sama.”

“Begitu .... Jujur saja aku bosan dengan bentuk mansion ini.”

“Kenapa?”

“Aku sudah tinggal di sini sejak lahir, Kakak. Tentu aku merasa sangat bosan. Apalagi Mommy yang tidak ingin mengubah sesuatu dari mansion ini.”

“Begitu juga dengan Mommy Diana.” Stephanie menimpali. Umur mereka yang terpaut beda 4 tahun tidak membuat rasa canggung ada diantara mereka. “Mereka selalu beranggapan kalau tema ini adalah tema yang paling mewah.”

“Kenapa identitasmu disembunyikan, Clara?” Setelah duduk di taman belakang akhirnya Stephanie kembali bertanya. Rasa penasaran sudah mulai memenuhi kepalanya hingga akhirnya dia memutuskan untuk bertanya.

“Ini semua karena Daddy dan Kakak. Mereka sungguh posesif. Saat aku bertanya, mereka akan selalu menjawab kalau ini adalah demi kebaikanmu.” Clara menjawab dengan wajah yang berubah kesal tapi sedetik kemudian sebelum melanjut kalimatnya, wajahnya berubah menjadi berseri-seri. “Tapi nanti di pertunangan Kakak Ipar, Daddy sudah berjanji untuk mengenalkanku ke publik.”

Pertunangan .... Stephanie kembali teringat— tidak. Ini bukan waktunya untuk memikirkan hal ini.

“Well, aku juga merasa hal demikian. Tapi aku turut berbahagia mendengar berita ini.”

Clara menggeleng. Dia meraih tangan Stephanie. “Justru aku yang sangat bahagia. Akhirnya kehidupan Kakak Aiden tidak lagi monoton,” sahut Clara. “Tapi .... Apa Kakak sudah mengetahui masa lalu Kak Aiden?”

“Masa lalu?”

Bab terkait

  • My Billionaire Aiden   Bab 13 Penjelasan Amanda

    Beberapa kali Aiden melirik sampingnya melalui ujung mata dan dia hanya mendapati Stephanie yang duduk terdiam di kursinya sambil mengarah ke arah kaca yang ada di samping. Tidak biasanya Stephanie seperti ini. Walaupun hanya terhitung beberapa kali Aiden membawa Stephanie, dia sudah tahu kalau kebiasaan Stephanie yang tidak bisa diam. Kalau tidak ada topik pembicaraan maka pasti akan ada senandung yang Stephanie keluarkan.Aiden tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Yang jelas Stephanie mendadak menjadi pendiam disaat mobil ini sudah berjalan.“Apa ada sesuatu yang terjadi?”Akhirnya setelah berperang dengan dirinya,Aiden mengeluarkan sebuah pertanyaan yang berhasil membuat Stephanie menoleh ke arahnya.“Tidak.”Stephanie menjawab pelan dan setelah itu ia kembali ke posisi semula, menghadap ke arah kaca. Dia mengabaikan Aiden yang terlihat mengger

  • My Billionaire Aiden   Bab 14 Pertama

    Hari pertunangan Aiden dan Stephanie semakin dekat, dimana kedua keluarga itu mempersiapkannya dengan penuh kebahagiaan. Terutama kedua manusia yang mempunyai peran penting dalam pertunangan itu, tapi kali ini ada pengecualian— Stephanie duduk termenung di atas kasur. Setelah melakukanfittinguntuk gaun pertunangan dia langsung masuk ke dalam kamar. Tidak ada senyuman sama sekali yang menunjukkan kalau dia memang tidak merasakan apa yang dirasakan oleh seluruh manusia di Casey’s Mansion. Ingatannya terus berada beberapa hari yang lalu ... disaat Aiden menjelaskan siapa itu Amanda. Setelah Stephanie diantar pulang oleh Aiden, dia langsung bergegas mencari biodata Amanda melalui internet. Betapa kagetnya dia ketika mengetahui kalau Amanda adalah kakak tingkatnya saat di universitas tapi mereka memang tidak saling mengenal dikarenakan disaat Amanda lulus barulah Stephanie masuk. Menurut berita yang beredar, Amanda sangat ak

  • My Billionaire Aiden   Bab 15 Penjelasan lengkap dari Aiden

    “A—apa yang kau lakukan?”Sesudah Stephanie memproses semua apa yang terjadi di kepalanya dengan cepat, akhirnya hanya kalimat itu yang dikeluarkan sebagai bentuk protes akan apa yang Aiden lakukan.Dan Aiden hanya tersenyum mendengar itu. “Kau sedang marah atau bertanya dengan nada yang baik, heh?”Mendengar ejekan yang Aiden berikan kepadanya membuat Stephanie menghela jengah. Kalau saja Aiden tidak melingkarkan tangan di pinggang miliknya, sudah pasti Stephanie akan turun dari tadi.“Kenapa kau menciumku?” Stephanie mengabaikan ejekan itu. “Kau sangat mesum—”“Tidak baik untuk mengatakan bahasa kasar, Sweetie,” potong Aiden yang sudah membawa tangan Stephanie untuk turun dari depan wajahnya. “Orang selembut dirimu tidak cocok mengatakan bahasa kasar.”Cukup! Stepha

  • My Billionaire Aiden   Bab 16 Kedatangan Amanda

    “Kenapa kau meneleponku, Sweetie?”Satu kalimat itu langsung terdengar disaat telepon Stephanie dijawab oleh Aiden yang berada di seberang. Stephanie yang tadi masih mengaplikasikan cairan ke bibirnya sontak berhenti kala mendengar suara berat Aiden yang sangat seksi— walaupun Aiden tidak berada di hadapan Stephanie tapi dia menyadari kalau kekuatan Aiden melingkupinya.“Aku ... ingin keluar.”Sesudah teringat akan tujuannya, Stephanie langsung bersuara. Tidak hanya meminta izin kepada orang tuanya, tapi Stephanie juga harus mengingat Aiden yang akan menjadi tunangannya ... Kalau saja Aiden tidak memberikan mata-mata untuk mengawasinya maka Stephanie tidak perlu repot melakukan ini. Stephanie hanya takut kalau tiba-tiba Aiden datang dengan kemarahannya dan membuat kerusakan— itu terlalu mengerikan.“Keluar? Kemana?”Suara A

  • My Billionaire Aiden   Bab 17 Stephanie Marah

    Boom!Suara tenang itu membawa mereka bertiga menoleh ke arah sumber suara yang berada tepat di belakang Amanda.Seorang Aiden Chayton sudah berdiri di sana dengan pakaian jas lengkap, tak lupa dengan tatapannya yang tidak pernah lepas dari Stephanie yang sudah dia mematung. Mereka saling bertatapan beberapa saat sampai sebuah suara membuat fokus mereka terpecahkan.“Sayang, akhirnya kita bertemu.” Suara Amanda yang terkesan ramah itu membuat Aiden menarik pandangan. Dia masih diam dikala Amanda sudah berdiri di hadapannya. “Padahal aku berniat ingin menemuimu di Chayton’s Group.”Sedangkan Stephanie, dia masih diam di tempat. Melihat dan menunggu akan apa reaksi yang Aiden berikan kepada perempuan yang pernah punya tempat spesial di hatinya dulu. Melihat tatapan Aiden yang lembut sama seperti dia menatap Stephanie membuat hati perempuan itu terasa diiris-iris&m

  • My Billionaire Aiden   Bab 18 Meeting ditunda

    “Apa kau yakin akan menemuinya?” Pertanyaan yang diberikan oleh Nancy membuat Stephanie menarik pandangan ke arahnya.“Tentu. Aku akan menemuinya. Sekarang!” jawab Stephanie tegas yang lalu diberikan gelengan oleh Nancy.“Tapi, Stephanie, ini sudah sore. Sebentar lagi malam dan keluargamu akan kumpul untuk makan malam.”“Maka aku akan pulang sebelum makan malam.” Stephanie menjawab sambil memegang kedua bahu Nancy. Menatap Nancy dengan penuh keyakinan walau sebenarnya Stephanie tidak yakin jika masalah ini akan selesai sebelum makan malam. “Kau harus percaya kepadaku. Jadi jika daddy atau mommy bertanya tentangku sebelum makan malam, maka kau harus menjawabnya. Kau paham, Nancy?”Nancy mengangguk penuh lesu. Dia terlihat khawatir. Tapi mau bagaimana lagi. Tidak ada yang bisa dilakukan Nancy selain membantu Stephanie. “Baiklah. Aku akan membantumu. Sekarang kau bersiaplah dan aku akan menyiapkan sopir—”

  • My Billionaire Aiden   Bab 19 Bingung

    “Jadi sekarang apa yang ingin kau lakukan?”“Aku tidak tahu, Shirley.” Stephanie menjawab sambil melihat ke arah gelas yang ada di hadapannya. Jarinya juga terus mengetuk-ngetuk pelan gelas keramik tersebut. Dia terlihat seperti orang yang bingung.Shirley menghela napasnya penuh sabar. Dia menarik tangan Stephanie yang membuat Stephanie menoleh ke arahnya. “Lalu apa yang kau rasakan?”Mendengar pertanyaan dari Shirley membawa Stephanie menyatukan kedua alisnya. Menatap Shirley dengan penuh kebingungan. Dia belum mengerti maksud Shirley. Tapi setelah Stephanie mengulang beberapa kali pertanyaan sahabatnya dalam benak, barulah Stephanie mengerti dan mulai menjawab.“Aku merasakan ... nyaman,” jawab Stephanie yang lalu membuang wajahnya ke arah gelas. Dia tidak bisa menjawab karena ditatap oleh Shirley, maka dari itu Stephanie memilih membuang wajahnya. D

  • My Billionaire Aiden   Bab 20 Pertunangan

    Dan pesta pertunangan yang didambakan oleh kedua keluarga itu tercipta pada malam ini. Pesta yang diadakan di halaman Casey’s Mansion. Halaman itu disulap sedemikian rupa sehingga menampilkan tampilan yang luar biasa ciamik dengan tema yang dekat dengan tumbuhan hijau.“Kenapa? Kau pikir aku tidak datang, huh?” Marvin mengeluarkan suaranya sesudah sampai di hadapan Aiden. Menatap Aiden dari ujung kepala sampai ujung kaki untuk beberapa kali. Dia merasa kagum dengan apa yang dilihatnya sekarang. Aiden benar-benar berbeda dengan penampilannya sekarang.“Ck. Harusnya kau tidak datang.” Protes yang dilayangkan Aiden membuat Marvin terlihat kesal. Bukan tanpa sebab, Aiden hanya tidak suka dengan Marvin yang tiba-tiba muncul setelah menghilang tanpa kabar. “Lebih baik kau menghilang saja untuk selamanya.”“Oh ... ternyata kau mencariku, Mr. Aiden?” tanya Marvin dengan

Bab terbaru

  • My Billionaire Aiden   Selesai

    Stephanie menghela napasnya bosan melihat Aiden yang terus saja mondar mandir mengelilingi kamar.“Apa kau tidak akan mengizinkannya tidur?” Stephanie bertanya yang berhasil membuat Aiden berhenti.“Dia sudah tidur, Sweetie,” jawab Aiden dengan suara pelannya. Dia menoleh ke bayi yang ada dalam gendongannya lalu kembali ke Stephanie. “See … dia bahkan tidak bergerak sama sekali.”Stephanie yang awalnya kesal malah terkekeh kecil. “Ya, kau sangat hebat. Tapi sekarang dia membutuhkan mommy-nya. Kemarikan putraku, aku ingin tidur bersamanya sekarang!”Aiden merubah wajahnya menjadi masam. Tidak ada pilihan lain. Dia pun berjalan dengan pelan lalu meleta

  • My Billionaire Aiden   Bab 49 Menyadari

    “Ma—ma—ma—ma!”Wanita berambut seleher itu terkekeh kecil karena mendengar ocehan bayi yang berada dalam pangkuannya. Karena tak tahan, akhirnya wanita itu memberikan ciuman bertubi-tubi di pipi gembulnya.“Kenapa kau sangat lucu sekali, hm?” tanya wanita tersebut sembari mengangkat bayi perempuan yang terkekeh karena kegiatan tersebut.“Rasanya aku ingin mengurungmu disini,” lanjutnya sesudah memberikan lagi dot yang berisi susu.Bayu tersebut sontak terdiam. Terlihat jelas dirinya yang sedang berusaha menyedot susu itu. Tak lu

  • My Billionaire Aiden   Bab 48 Pergi

    2 hari kemudian …Mata Aiden tak pernah luput dari Stephanie. Dia bersandar ke daun pintu dan tangan yang bersedekap.Entah sudah berapa lama Aiden terus memandang Stephanie, yang jelas dia tidak pernah meninggalkan perempuan yang sedang terduduk di ranjang rumah sakit dengan pandangan kosong itu.Setelah berperang dengan kepalanya— berusaha mengambil keputusan, Aiden kemudian berjalan mendekat. Mendudukkan setengah bokongnya di kasur yang Stephanie tempati. Meskipun demikian, Stephanie tetap tidak menyadari kalau Aiden sudah berada di sampingnya.

  • My Billionaire Aiden   Bab 46 Menemukan

    Pria dengan setelan jas itu duduk terdiam di ruangan tertutup salah satu restoran Jepang. Ruangan yang semulanya ingin digunakan untuk membahas proyek namun tak kunjung terjadi karena mereka mendapat kabar buruk. Pria itu terus menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Pria itu tidak melakukan apapun setelah mendengar teriakan Stephanie dan kata tolong yang ia katakan sebelum panggilan tadi terputus.“Apa yang harus kita lakukan?!” Bentakan itu keluar dari bibir Joshua yang terus mondar mandir. Dia berhenti dan menjatuhkan pandangannya ke arah Aiden yang masih setia diam. Melihat itu, emosi Joshua mendadak tak terkontrol.“KENAPA KAU DIAM SAJA?!”Alex yang berdiri di depan pintu sudah menduga hal itu akan terjadi. Sebelum Joshua meluka

  • My Billionaire Aiden   Bab 45 Perasaan tidak enak

    Satu gelas susu panas sudah berada di tangan Stephanie. Kaki yang dibalut oleh sandal tipis itu melangkah ke luar. Mencari tempat paling nyaman untuk menjatuhkan bokongnya.Pilihannya jatuh di belakang villa yang menyuguhkan pemandangan sawah yang baru ditanam. Warna hijaunya terlihat sangat menyegarkan di mata Stephanie. Ditariknya oksigen banyak-banyak untuk masuk ke dalam paru-parunya. Udara di sini sungguh berbeda dengan udara kota mereka berasal.Jelas saja, ini adalah pulau pribadi Aiden dimana kendaraan sangat jarang lalu lalang. Bukan pulau baru, melainkan pulau yang sama dengan yang Stephanie kunjungi bersama Aiden, entah berapa bulan yang lalu, Stephanie tidak mengingatnya.

  • My Billionaire Aiden   Liburan

    Erland dan Diana kompak masuk ke ruangan Stephanie, diikuti dengan Rose. Mereka mengabaikan Ransom yang sedang berhadapan dengan Alex.“Kau harus makan—“Kalimat Aiden berhenti karena mendengar suara pintu yang terbuka. Sontak mereka berdua menoleh bersamaan. Mendapati Erland dan Diana yang diam berdiri. Sedangkan Rose, dia berjalan, mendekap sang putra untuk melampiaskan rasa rindu yang sudah mengendap lama.“Mommy kangen.” Diana bergumam, mengelus punggung Aiden yang masih setia mendekap Rose.“Aku juga,” sahut Aiden. Mengecup puncak kepala Rose sebelum melepaskan pelukan tersebut.“S

  • My Billionaire Aiden   Bab 43 Menyelinap

    “Apa yang kau bilang, Stephanie?” Aiden bertanya dengan nada tidak suka dan sedikit meninggi. Dia bahkan sudah mengganti panggilannya— menandakan kalau dirinya tidak menyukai apa yang Stephanie katakan.“Bagaimana bisa kau ingin menggugurkan darah dagingku?” tanyanya, mendesak Stephanie dengan mengguncang kedua bahu wanita yang sedang memejamkan mata karena rasa sakit dari apa yang Aiden lakukan.Stephanie membuka matanya. Bertemu dengan manik Aiden. “Kau menginginkannya karena harta, bukan? Agar Daddy Ransom memberikan harta kekayaan ini padamu, ‘kan?”Untuk sesaat, Aiden terkejut karena Stephanie mengetahui rahasia tersebut, tetapi Aid

  • My Billionaire Aiden   Bab 42 Datang

    “20 menit lagi kita akan meeting, Pak,” kata seorang pria yang menjabat sebagai sekretaris baru di perusahaan Aiden kepada Aiden yang sedang sibuk berperang dengan berkas-berkas.Aiden hanya mengangguk pelan saja lalu menggerakkan tangannya untuk menyuruh pria itu keluar.Dan tak menunggu waktu lama, seorang pria dengan muka yang babak belur masuk ke ruangan Aiden. Aiden menatapnya dengan tajam seraya berdiri menjumpai dirinya yang masih diam memaku di pintu.“Katakan!” desak Aiden setelah menutup pintu ruangan itu. Dia mendorong Alex sampai ke dinding. Mengambil kerahnya lalu berkata, “Jangan buat kepercayaanku hilang sepenuhnya untukmu! Harusnya kau berterima kasih padaku karena masih membiarkanmu hidup, Pengkhianat! Tapi sep

  • My Billionaire Aiden   Bab 41 Terbongkar

    Aiden menahan dirinya untuk tidak menemui Alex yang sedang berjalan ke arah luar. Dan karena emosi yang ada dalam dirinya tak bisa disalurkan dengan benar, membuatnya mengepalkan kedua tangan.Mengetahui fakta tentang dalang dari kejadian dimasa lalunya tentu membuat Aiden kaget. Ditambah lagi ternyata hal itu sudah dirancang sedemikian rupa.Amanda tak bersalah … dapatkah Aiden menyimpulkan itu sekarang?“Akhhgg,” teriak Aiden sambil melemparkan ceret kaca tersebut. Suara gaduh terdengar disaat ceret itu sudah berbentuk kepingan-kepingan dengan ljnggiran tajam yang dapat membuat darah segar mengalir jika tersentuh.Pria yang sedang emosi itu langsung melenggak pergi. Menga

DMCA.com Protection Status