Share

Bab 14 Pertama

Penulis: arkein
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari pertunangan Aiden dan Stephanie semakin dekat, dimana kedua keluarga itu mempersiapkannya dengan penuh kebahagiaan. Terutama kedua manusia yang mempunyai peran penting dalam pertunangan itu, tapi kali ini ada pengecualian— Stephanie duduk termenung di atas kasur. Setelah melakukan fitting untuk gaun pertunangan dia langsung masuk ke dalam kamar. Tidak ada senyuman sama sekali yang menunjukkan kalau dia memang tidak merasakan apa yang dirasakan oleh seluruh manusia di Casey’s Mansion.

Ingatannya terus berada beberapa hari yang lalu ... disaat Aiden menjelaskan siapa itu Amanda. Setelah Stephanie diantar pulang oleh Aiden, dia langsung bergegas mencari biodata Amanda melalui internet. Betapa kagetnya dia ketika mengetahui kalau Amanda adalah kakak tingkatnya saat di universitas tapi mereka memang tidak saling mengenal dikarenakan disaat Amanda lulus barulah Stephanie masuk. Menurut berita yang beredar, Amanda sangat aktif di dunia modelling. Tapi yang aneh adalah nama Amanda tidak pernah lagi kelihatan di peragaan busana terkenal setelah dia melakukan fashion show di Dubai.

Tidak sampai disitu, Stephanie kembali lagi dibebani oleh lelaki yang menguasai pikirannya— Aiden Chayton .... Sampai sekarang Aiden tidak pernah menghubunginya. Dia seperti ditelan oleh bumi. Tentu ini membuat Stephanie semakin resah. Tiap malam Stephanie selalu berpikir yang tidak-tidak ... dimana di kepalanya terlintas kalau Aiden yang pergi untuk mencari Stephanie— Stephanie harus membuang jauh pikiran ini dikarenakan bisa membuat kekuatan negatif mulai menguasai tubuhnya.

***

Dan sekarang Stephanie sedang celingak-celinguk untuk melihat keadaan sekitar— memastikan kalau semuanya aman dan tidak ada yang mengikutinya. Saat ini dirinya sedang berada di sebuah kafe terkenal yang tak jauh dari kota. Sebuah kafe bernuansa cokelat itu terlihat sangat sepi dikarenakan hari ini adalah jam kerja. Setelah ia merasa kalau semuanya sudah aman terkendali barulah dirinya masuk ke dalam kafe tersebut.

“Baru kali ini kau terlambat setengah jam, Stephanie.”

Suara khas pria menyambut kedatangan Stephanie yang baru saja duduk di seberang. Stephanie menghela napasnya panjang agar jantungnya kembali netral seperti semula.

“Maafkan aku. Aku punya urusan yang sangat sibuk, Joshua.”

Perkataan Stephanie membawa Joshua menganggukkan kepalanya. Setelah pramusaji datang dan mereka memesan minuman, barulah terdengar lagi suara Joshua. “Apa urusanmu itu adalah memperhatikan mata-mata dari Aiden?”

Stephanie terkesiap dikarenakan Joshua yang bisa menebaknya dengan tepat. “Sepertinya kau tahu betul tentang Aiden,” kata Stephanie sambil merosotkan bahunya. “Apakah kalian dulunya berteman?”

Dan Stephanie kaget saat melihat anggukan yang Joshua berikan. Hanya dengan anggukan itu bisa membuat berbagai spekulasi timbul dalam benaknya.

“Dulu, tapi sekarang tidak.”

“Kenapa?” Stephanie kembali bertanya. Dalam hati dia sudah mencoba untuk meramalkan doa supaya Joshua mau memberitahunya. “Aku boleh tahu, bukan?”

Joshua membuang napasnya panjang sembari menyandarkan tubuhnya ke krusi. Menatap Stephanie dengan penuh kehangatan sama seperti dulu. Joshua tidak pernah berubah di mata Stephanie.

Sebuah suara terdengar lebih dulu disaat Joshua ingin menjawab. Dan suara itu berasal dari ponsel Stephanie yang berada di atas meja. Sontak saja Stephanie menjadi kesal sendiri kepada ponselnya karena telah mengganggu pembicaraan mereka. Tanpa melihat siapa yang memanggil, dia langsung menjawab dan mendekatkan ke telinga.

“Kau tahu bukan kalau mata-mataku tersebar sama ke pelosok dunia.”

Satu kalimat tanpa jeda itu berhasil membuat jantung Stephanie mendadak berhenti untuk beberapa detik. Dan Stephanie langsung mengarahkan pandangan ke sekeliling untuk mengecek, tapi nihil. Tidak ada orang yang mencurigakan di dalam kafe ini.

“Tidak perlu mengecek, Sweetie.” Suara Aiden yang lagi terdengar membuat Stephanie kembali fokus ke panggilan. “Sekarang kau keluar dan masuk ke mobil yang sudah ada di depan sebelum aku datang dan merusak semua yang ada di dalam sana.”

Habislah kau, Stephanie ....

“Hey, ada apa? Kenapa kau terburu-buru?” tanya Joshua disaat Stephanie yang sudah memasukkan ponsel ke tasnya dan meminum minuman itu sekali teguk.

“Maaf. Aku harus pergi sekarang. Aku lupa kalau aku punya urusan. Sampai nanti, Jos!” Setelah mengucapkan kalimat itu penuh terburu-buru Stephanie lantas melangkah cepat ke luar. Semakin cepat dia keluar maka ancaman Aiden tidak akan menjadi kenyataan.

***

“Alex, kau mau membawaku kemana?”

Setelah beberapa menit mobil yang Stephanie naiki mengendara membelah jalanan, akhirnya Stephanie bersuara. Menatap Alex yang sedang menyetir di depan. Stephanie sudah tahu pria itu dikarenakan ia sempat menangkap Alex melalui pandangan mata di bandara milik Chayton.

“Saya akan membawa Nyonya ke Tuan.”

Seketika Stephanie meringis pelan sambil merutuki dirinya yang sangat bodoh dalam melangkah. Bisa-bisanya Stephanie menyuruh Joshua untuk bertemu di tempat umum ... Tapi, setelah dipikir-pikir ini bukan kesalahan Stephanie. Tapi melainkan Aiden. Kalau begini ceritanya Aiden sudah tidak lagi memikirkan privasi Stephanie. Awas saja, Stephanie akan langsung marah ke Aiden setelah dia bertemu dengan pria itu!

“Tuan terlihat marah, Nyonya.” Alex memberikan sebuah informasi yang bisa dapat dibilang penting sebelum Stephanie melangkah turun dari mobil untuk masuk ke dalam Chayton’s group.

“Tuanmu itu memang setiap hari selalu marah.” Jawaban ketus yang Stephanie berikan membuat Alex sempat tertegun. Stephanie tidak lagi memikirkan kalau pria ini bisa saja memberitahu apa yang dia katakan ke Aiden. “Dan juga selalu menyeramkan! Aku tidak tahu kenapa bisa semua perempuan mendambakan pria bernama Aden itu!” Setelah itu Stephanie langsung membanting pintu mobil dan akhirnya suara yang dihasilkan membuat Alex kembali tersadar.

Stephanie sudah menyiapkan kalimat pertamanya yang akan disampaikan saat bertemu dengan Aiden. Tetapi baru Stephanie masuk ke dalam ruangan milik Aiden, kalimat-kalimat itu langsung lenyap tak tahu kemana lantaran melihat Aiden yang duduk di kursi kebesarannya dengan sorot mata tajam ke arah Stephanie.

“Sudah puas bertemu dengannya lagi?” tanya Aiden yang perlahan-lahan bangkit lalu menghampiri Stephanie dan mendorongnya ke dinding. Kedua tangan Aiden diletakkan ke sebelah Stephanie supaya Stephanie tidak bisa pergi kemana-mana.

Napas Stephanie tercekat kala Aiden mendekatkan dirinya hingga tubuh mereka bersentuhan. Bahkan tangan Stephanie yang ada di dada Aiden tidak bisa menahan.

“Kau memang ingin sekali membuatku merasa marah, Sweetie?” Lagi, Aiden bertanya. Kali ini ekspresi wajahnya berubah. Rahangnya mengeras dengan kuat dan berhasil membuat nyali yang Stephanie sudah siapkan menciut seketika.

“A—aku hanya ingin m—menanyakan sesuatu kepadanya—”

“Tentang aku, bukan?” potong Aiden. Stephanie tidak menyangkal dikarenakan memang itulah kenyataannya. Mendengar Aiden yang menggeram lemah membuat Stephanie menutup matanya penuh takut. “Untuk apa keberadaanku jika aku tidak bisa menjelaskan itu kepadamu?”

“T—tapi kau tidak mau menjelaskan waktu itu, Aiden.” Walaupun ketakutan yang melingkupi, Stephanie masih berani menjawab.

“Aku tidak menjawab karena ingin menyusun kalimat supaya hatimu tidak sakit ketika mendengarnya.”

Dan begitu kagetnya Stephanie ketika mendengar jawaban dari Aiden. Dia terus menyelami manik cokelat itu.

“Aku bahkan menunda untuk menghubungimu agar kita bisa bertemu di waktu yang tepat sambil menjelaskan semuanya,” lanjut Aiden yang lagi-lagi berhasil membuat Stephanie semakin terkejut.

“A—apa?” tanya Stephanie takut disaat wajah Aiden mendekat ke wajahnya.

Cup

Aiden menempelkan bibirnya ke bibir seksi milik Stephanie. Kegiatan yang pria itu lakukan berhasil membuat seluruh tubuh Stephanie mematung tidak berdaya. Gerakan Aiden yang sangat lembut itu berhasil membuat Stephanie tidak meronta.

Ini kali pertama bagi Stephanie.

Disaat Aien memegang wajah Stephanie, disitu pula kesadaran Stephanie pulih seketika. “Apa yang kau lakukan—”

Tak ingin membiarkan Stephanie melanjut, Aiden kembali menyambar bibir itu. Tadinya hanya sebatas menempel, tapi kali ini bertambah liar karena lidah Aiden masuk ke dalam sana disaat bibir Stephanie terbuka.

Aiden menekan tubuh Stephanie dengan tubuhnya. Memegang terus wajah Stephanie supaya tetap pada tempatnya .... Gerakan penuh kelembutan yang Aiden berikan berhasil membuat Stephanie terlena perlahan-lahan.

Rasa kaget itu kini diganti dengan rasa penuh nikmat. Entah kenapa Stephanie bisa merasakan apa yang Aiden lakukan bukan karena nafsu, melainkan lebih berharga dari sekadar itu. Jangan pikir Stephanie akan membalasnya karena dia masih gengsi. Bukan hanya itu saja, Stephanie juga tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Sudah dibilang kalau ini adalah kali pertamanya.

“Aku sempat berpikir dimana letak manismu sampai-sampai kau dipanggil Sweetie.” Setelah pagutan mereka terlepas dan mereka berdua mengisi oksigen ke paru-paru, barulah Aiden kembali bersuara dengan pelan. “Ternyata letak manis yang paling besar ada di bibirmu,” lanjut Aiden yang menyapu bersih cairan yang tertinggal di bibir Stephanie dengan jarinya.

“Ini adalah hukuman karena kau telah melanggar peraturanku, Sweetie,” seru Aiden yang lalu membawa Stephanie duduk di kursi single sofa. Bukannya duduk di sebelah, Aden malah menarik Stephanie untuk duduk di pangkuannya.

Stephanie sudah ingin sekali bersuara. Dia sudah mempunyai kalimat di kepalanya tapi entah kenapa bibirnya sangat sulit dibuka— mereka saling berlawanan arah. Jadilah Stephanie yang hanya bisa pasrah diperlakukan begini.

Tapi satu hal ... jantung Stephanie terus saja berdebar dari awal ciuman itu sampai sekarang.

“Biarkan aku menjelaskan tentang pertanyaan yang ada dibenakmu.”

Bab terkait

  • My Billionaire Aiden   Bab 15 Penjelasan lengkap dari Aiden

    “A—apa yang kau lakukan?”Sesudah Stephanie memproses semua apa yang terjadi di kepalanya dengan cepat, akhirnya hanya kalimat itu yang dikeluarkan sebagai bentuk protes akan apa yang Aiden lakukan.Dan Aiden hanya tersenyum mendengar itu. “Kau sedang marah atau bertanya dengan nada yang baik, heh?”Mendengar ejekan yang Aiden berikan kepadanya membuat Stephanie menghela jengah. Kalau saja Aiden tidak melingkarkan tangan di pinggang miliknya, sudah pasti Stephanie akan turun dari tadi.“Kenapa kau menciumku?” Stephanie mengabaikan ejekan itu. “Kau sangat mesum—”“Tidak baik untuk mengatakan bahasa kasar, Sweetie,” potong Aiden yang sudah membawa tangan Stephanie untuk turun dari depan wajahnya. “Orang selembut dirimu tidak cocok mengatakan bahasa kasar.”Cukup! Stepha

  • My Billionaire Aiden   Bab 16 Kedatangan Amanda

    “Kenapa kau meneleponku, Sweetie?”Satu kalimat itu langsung terdengar disaat telepon Stephanie dijawab oleh Aiden yang berada di seberang. Stephanie yang tadi masih mengaplikasikan cairan ke bibirnya sontak berhenti kala mendengar suara berat Aiden yang sangat seksi— walaupun Aiden tidak berada di hadapan Stephanie tapi dia menyadari kalau kekuatan Aiden melingkupinya.“Aku ... ingin keluar.”Sesudah teringat akan tujuannya, Stephanie langsung bersuara. Tidak hanya meminta izin kepada orang tuanya, tapi Stephanie juga harus mengingat Aiden yang akan menjadi tunangannya ... Kalau saja Aiden tidak memberikan mata-mata untuk mengawasinya maka Stephanie tidak perlu repot melakukan ini. Stephanie hanya takut kalau tiba-tiba Aiden datang dengan kemarahannya dan membuat kerusakan— itu terlalu mengerikan.“Keluar? Kemana?”Suara A

  • My Billionaire Aiden   Bab 17 Stephanie Marah

    Boom!Suara tenang itu membawa mereka bertiga menoleh ke arah sumber suara yang berada tepat di belakang Amanda.Seorang Aiden Chayton sudah berdiri di sana dengan pakaian jas lengkap, tak lupa dengan tatapannya yang tidak pernah lepas dari Stephanie yang sudah dia mematung. Mereka saling bertatapan beberapa saat sampai sebuah suara membuat fokus mereka terpecahkan.“Sayang, akhirnya kita bertemu.” Suara Amanda yang terkesan ramah itu membuat Aiden menarik pandangan. Dia masih diam dikala Amanda sudah berdiri di hadapannya. “Padahal aku berniat ingin menemuimu di Chayton’s Group.”Sedangkan Stephanie, dia masih diam di tempat. Melihat dan menunggu akan apa reaksi yang Aiden berikan kepada perempuan yang pernah punya tempat spesial di hatinya dulu. Melihat tatapan Aiden yang lembut sama seperti dia menatap Stephanie membuat hati perempuan itu terasa diiris-iris&m

  • My Billionaire Aiden   Bab 18 Meeting ditunda

    “Apa kau yakin akan menemuinya?” Pertanyaan yang diberikan oleh Nancy membuat Stephanie menarik pandangan ke arahnya.“Tentu. Aku akan menemuinya. Sekarang!” jawab Stephanie tegas yang lalu diberikan gelengan oleh Nancy.“Tapi, Stephanie, ini sudah sore. Sebentar lagi malam dan keluargamu akan kumpul untuk makan malam.”“Maka aku akan pulang sebelum makan malam.” Stephanie menjawab sambil memegang kedua bahu Nancy. Menatap Nancy dengan penuh keyakinan walau sebenarnya Stephanie tidak yakin jika masalah ini akan selesai sebelum makan malam. “Kau harus percaya kepadaku. Jadi jika daddy atau mommy bertanya tentangku sebelum makan malam, maka kau harus menjawabnya. Kau paham, Nancy?”Nancy mengangguk penuh lesu. Dia terlihat khawatir. Tapi mau bagaimana lagi. Tidak ada yang bisa dilakukan Nancy selain membantu Stephanie. “Baiklah. Aku akan membantumu. Sekarang kau bersiaplah dan aku akan menyiapkan sopir—”

  • My Billionaire Aiden   Bab 19 Bingung

    “Jadi sekarang apa yang ingin kau lakukan?”“Aku tidak tahu, Shirley.” Stephanie menjawab sambil melihat ke arah gelas yang ada di hadapannya. Jarinya juga terus mengetuk-ngetuk pelan gelas keramik tersebut. Dia terlihat seperti orang yang bingung.Shirley menghela napasnya penuh sabar. Dia menarik tangan Stephanie yang membuat Stephanie menoleh ke arahnya. “Lalu apa yang kau rasakan?”Mendengar pertanyaan dari Shirley membawa Stephanie menyatukan kedua alisnya. Menatap Shirley dengan penuh kebingungan. Dia belum mengerti maksud Shirley. Tapi setelah Stephanie mengulang beberapa kali pertanyaan sahabatnya dalam benak, barulah Stephanie mengerti dan mulai menjawab.“Aku merasakan ... nyaman,” jawab Stephanie yang lalu membuang wajahnya ke arah gelas. Dia tidak bisa menjawab karena ditatap oleh Shirley, maka dari itu Stephanie memilih membuang wajahnya. D

  • My Billionaire Aiden   Bab 20 Pertunangan

    Dan pesta pertunangan yang didambakan oleh kedua keluarga itu tercipta pada malam ini. Pesta yang diadakan di halaman Casey’s Mansion. Halaman itu disulap sedemikian rupa sehingga menampilkan tampilan yang luar biasa ciamik dengan tema yang dekat dengan tumbuhan hijau.“Kenapa? Kau pikir aku tidak datang, huh?” Marvin mengeluarkan suaranya sesudah sampai di hadapan Aiden. Menatap Aiden dari ujung kepala sampai ujung kaki untuk beberapa kali. Dia merasa kagum dengan apa yang dilihatnya sekarang. Aiden benar-benar berbeda dengan penampilannya sekarang.“Ck. Harusnya kau tidak datang.” Protes yang dilayangkan Aiden membuat Marvin terlihat kesal. Bukan tanpa sebab, Aiden hanya tidak suka dengan Marvin yang tiba-tiba muncul setelah menghilang tanpa kabar. “Lebih baik kau menghilang saja untuk selamanya.”“Oh ... ternyata kau mencariku, Mr. Aiden?” tanya Marvin dengan

  • My Billionaire Aiden   Bab 21 Stephanie Merasa Bersalah

    Aiden menoleh ke samping. Menatap Stephanie yang sedari tadi masih diam. Tidak ada topik pembicaraan yang mereka buka selama perjalanan kali ini. Dan Aiden, untuk pertama kalinya dia merasa bingung. Bingung ingin membuka pembicaraan dari mana. Salah langkah, maka Stephanie akan marah. Tentu Aiden tidak mau itu terjadi. Untuk saat ini, diam lebih baik.“Aiden.” Panggilan yang Stephanie berikan membuat Aiden kembali menoleh sekilas. Lalu memusatkan ke arah jalanan. “Apa dia akan menceritakan semuanya?”Aiden mengerti maksud pertanyaan Stephanie. Ini tentang ancaman yang Amanda berikan. “Biarkan saja. Lagi pula aku tidak peduli.”“Tidak peduli bagaimana?” tanya Stephanie kesal. Menatap Aiden dengan pandangan tak masuk akal. “Kalau dia menceritakan semuanya bagaimana dengan kita? Jangan pikirkan kita. Pikirkan tentang keluarga. Para tamu juga belum pulang .... Seharusnya kau tidak memb

  • My Billionaire Aiden   Bab 22 Panas

    “Kenapa Calon Menantuku tiba-tiba datang sepagi ini?” Ransom bertanya dengan kekehan di akhir. Ransom sedang jalan santai di teras mansionnya sembari melihat keadaan sekitar. Tapi tiba-tiba ada mobil milik Sean dan ternyata Stephanie keluar dari sana. Dan sekarang, Stephanie sedang berada di hadapannya.“Apa aku tidak bisa datang ke sini, Dad?” tanya Stephanie sambil tersenyum lebar. Stephanie tidak merasa canggung seperti pertama kali mereka bertemu. Dirinya merasakan kalau Ransom sama seperti daddynya, sama-sama punya kesan hangat, terlebih dari tatapan mereka.“Tentu. Kau bisa datang ke sini semaumu. Tapi nanti, kau yang akan menguasai mansion ini, Sayang,” seru Ransom. Dia merasakan ada sesuatu yang bergerak di belakangnya. Segera saja Ransom menoleh ke belakang. Mendapati Rose sedang berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa. “Lihatlah Mommy-mu. Dia sangat semangat menyambutmu sampai-sampai tidak

Bab terbaru

  • My Billionaire Aiden   Selesai

    Stephanie menghela napasnya bosan melihat Aiden yang terus saja mondar mandir mengelilingi kamar.“Apa kau tidak akan mengizinkannya tidur?” Stephanie bertanya yang berhasil membuat Aiden berhenti.“Dia sudah tidur, Sweetie,” jawab Aiden dengan suara pelannya. Dia menoleh ke bayi yang ada dalam gendongannya lalu kembali ke Stephanie. “See … dia bahkan tidak bergerak sama sekali.”Stephanie yang awalnya kesal malah terkekeh kecil. “Ya, kau sangat hebat. Tapi sekarang dia membutuhkan mommy-nya. Kemarikan putraku, aku ingin tidur bersamanya sekarang!”Aiden merubah wajahnya menjadi masam. Tidak ada pilihan lain. Dia pun berjalan dengan pelan lalu meleta

  • My Billionaire Aiden   Bab 49 Menyadari

    “Ma—ma—ma—ma!”Wanita berambut seleher itu terkekeh kecil karena mendengar ocehan bayi yang berada dalam pangkuannya. Karena tak tahan, akhirnya wanita itu memberikan ciuman bertubi-tubi di pipi gembulnya.“Kenapa kau sangat lucu sekali, hm?” tanya wanita tersebut sembari mengangkat bayi perempuan yang terkekeh karena kegiatan tersebut.“Rasanya aku ingin mengurungmu disini,” lanjutnya sesudah memberikan lagi dot yang berisi susu.Bayu tersebut sontak terdiam. Terlihat jelas dirinya yang sedang berusaha menyedot susu itu. Tak lu

  • My Billionaire Aiden   Bab 48 Pergi

    2 hari kemudian …Mata Aiden tak pernah luput dari Stephanie. Dia bersandar ke daun pintu dan tangan yang bersedekap.Entah sudah berapa lama Aiden terus memandang Stephanie, yang jelas dia tidak pernah meninggalkan perempuan yang sedang terduduk di ranjang rumah sakit dengan pandangan kosong itu.Setelah berperang dengan kepalanya— berusaha mengambil keputusan, Aiden kemudian berjalan mendekat. Mendudukkan setengah bokongnya di kasur yang Stephanie tempati. Meskipun demikian, Stephanie tetap tidak menyadari kalau Aiden sudah berada di sampingnya.

  • My Billionaire Aiden   Bab 46 Menemukan

    Pria dengan setelan jas itu duduk terdiam di ruangan tertutup salah satu restoran Jepang. Ruangan yang semulanya ingin digunakan untuk membahas proyek namun tak kunjung terjadi karena mereka mendapat kabar buruk. Pria itu terus menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Pria itu tidak melakukan apapun setelah mendengar teriakan Stephanie dan kata tolong yang ia katakan sebelum panggilan tadi terputus.“Apa yang harus kita lakukan?!” Bentakan itu keluar dari bibir Joshua yang terus mondar mandir. Dia berhenti dan menjatuhkan pandangannya ke arah Aiden yang masih setia diam. Melihat itu, emosi Joshua mendadak tak terkontrol.“KENAPA KAU DIAM SAJA?!”Alex yang berdiri di depan pintu sudah menduga hal itu akan terjadi. Sebelum Joshua meluka

  • My Billionaire Aiden   Bab 45 Perasaan tidak enak

    Satu gelas susu panas sudah berada di tangan Stephanie. Kaki yang dibalut oleh sandal tipis itu melangkah ke luar. Mencari tempat paling nyaman untuk menjatuhkan bokongnya.Pilihannya jatuh di belakang villa yang menyuguhkan pemandangan sawah yang baru ditanam. Warna hijaunya terlihat sangat menyegarkan di mata Stephanie. Ditariknya oksigen banyak-banyak untuk masuk ke dalam paru-parunya. Udara di sini sungguh berbeda dengan udara kota mereka berasal.Jelas saja, ini adalah pulau pribadi Aiden dimana kendaraan sangat jarang lalu lalang. Bukan pulau baru, melainkan pulau yang sama dengan yang Stephanie kunjungi bersama Aiden, entah berapa bulan yang lalu, Stephanie tidak mengingatnya.

  • My Billionaire Aiden   Liburan

    Erland dan Diana kompak masuk ke ruangan Stephanie, diikuti dengan Rose. Mereka mengabaikan Ransom yang sedang berhadapan dengan Alex.“Kau harus makan—“Kalimat Aiden berhenti karena mendengar suara pintu yang terbuka. Sontak mereka berdua menoleh bersamaan. Mendapati Erland dan Diana yang diam berdiri. Sedangkan Rose, dia berjalan, mendekap sang putra untuk melampiaskan rasa rindu yang sudah mengendap lama.“Mommy kangen.” Diana bergumam, mengelus punggung Aiden yang masih setia mendekap Rose.“Aku juga,” sahut Aiden. Mengecup puncak kepala Rose sebelum melepaskan pelukan tersebut.“S

  • My Billionaire Aiden   Bab 43 Menyelinap

    “Apa yang kau bilang, Stephanie?” Aiden bertanya dengan nada tidak suka dan sedikit meninggi. Dia bahkan sudah mengganti panggilannya— menandakan kalau dirinya tidak menyukai apa yang Stephanie katakan.“Bagaimana bisa kau ingin menggugurkan darah dagingku?” tanyanya, mendesak Stephanie dengan mengguncang kedua bahu wanita yang sedang memejamkan mata karena rasa sakit dari apa yang Aiden lakukan.Stephanie membuka matanya. Bertemu dengan manik Aiden. “Kau menginginkannya karena harta, bukan? Agar Daddy Ransom memberikan harta kekayaan ini padamu, ‘kan?”Untuk sesaat, Aiden terkejut karena Stephanie mengetahui rahasia tersebut, tetapi Aid

  • My Billionaire Aiden   Bab 42 Datang

    “20 menit lagi kita akan meeting, Pak,” kata seorang pria yang menjabat sebagai sekretaris baru di perusahaan Aiden kepada Aiden yang sedang sibuk berperang dengan berkas-berkas.Aiden hanya mengangguk pelan saja lalu menggerakkan tangannya untuk menyuruh pria itu keluar.Dan tak menunggu waktu lama, seorang pria dengan muka yang babak belur masuk ke ruangan Aiden. Aiden menatapnya dengan tajam seraya berdiri menjumpai dirinya yang masih diam memaku di pintu.“Katakan!” desak Aiden setelah menutup pintu ruangan itu. Dia mendorong Alex sampai ke dinding. Mengambil kerahnya lalu berkata, “Jangan buat kepercayaanku hilang sepenuhnya untukmu! Harusnya kau berterima kasih padaku karena masih membiarkanmu hidup, Pengkhianat! Tapi sep

  • My Billionaire Aiden   Bab 41 Terbongkar

    Aiden menahan dirinya untuk tidak menemui Alex yang sedang berjalan ke arah luar. Dan karena emosi yang ada dalam dirinya tak bisa disalurkan dengan benar, membuatnya mengepalkan kedua tangan.Mengetahui fakta tentang dalang dari kejadian dimasa lalunya tentu membuat Aiden kaget. Ditambah lagi ternyata hal itu sudah dirancang sedemikian rupa.Amanda tak bersalah … dapatkah Aiden menyimpulkan itu sekarang?“Akhhgg,” teriak Aiden sambil melemparkan ceret kaca tersebut. Suara gaduh terdengar disaat ceret itu sudah berbentuk kepingan-kepingan dengan ljnggiran tajam yang dapat membuat darah segar mengalir jika tersentuh.Pria yang sedang emosi itu langsung melenggak pergi. Menga

DMCA.com Protection Status