My Beloved Trouble

My Beloved Trouble

last updateLast Updated : 2022-05-27
By:  EN ERR  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
26Chapters
2.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kegagalan dalam cinta dan pria bukanlah kesialan semata. Ana mempercayainya sebagai: ‘kutukan’. Ketika dia mulai frustasi dengan orang-orang yang mengkhawatirkan kehidupan percintaannya, si pembawa kutukan itu datang kembali setelah sembilan tahun yang pahit berlalu. Residivis cinta yang pernah membuat Ana rela melakukan apa saja masih sama memesonanya seperti dulu, meski sosoknya sedikit berbeda. Tubuhnya tidak lagi solid. Dan membuat kelogisan yang dipercayai Ana mulai dipertanyakan. Lebih gila dari itu semua adalah permohonan Revi. Dia berkata Ana harus membantunya menyelamatkan nyawa seseorang. Oke, tidak masalah. Sekali-kali dia memang ingin tampil seperti super hero di film-film. Tapi sulit dipercaya kalau caranya dengan harus merayu orang itu. Bagaimana bisa? Daniel, orang yang mau diselamatkannya itu adalah pria yang paling dibencinya sejak bertahun-tahun lalu. Berdekatan dengan Daniel, membuatnya memikirkan seribu satu cara untuk melukai pria itu dan justru membuat Ana terlihat seperti psikopat kriminalis. Merayunya? Yang benar saja! Tapi kejadian tak wajar yang mulai muncul membuat Ana terpaksa bertindak. Ia menguatkan tekad, akan menyakinkan Daniel yang keras kepala itu sebelum semuanya terlambat. Apapun resikonya! Termasuk mulai menyukai sisi menyebalkan dari Daniel.

View More

Latest chapter

Free Preview

PROLOG

Aku benci gelap. Berdiri di tengah antah berantah yang diselimuti kegelapan mengerikan membuat perasaanku tidak nyaman. Pohon-pohon besar mengurungku dengan bayangannya yang seram. Angin berhembus kuat, membuatku menggigil dingin di balik piyama tipis yang aku kenakan. Aku mendongak, tidak ada bintang, apalagi bulan. Langit hitam membentang luas tanpa ujung. Mendadak, sorot cahaya muncul membeliakkan mata. Sebuah sedan berhenti tak jauh dari tempatku berdiri. Ada tiga siluet hitam tubuh manusia keluar dari sedan lalu berdiri di samping badan sedan yang lampu depannya dibiarkan menyala terang. Mereka sedang beradu mulut dalam nada cepat dan tidak aku mengerti. Setelah berdebat, dua orang dari mereka pergi menggotong sesuatu dari dalam bagasi mobil, tampak sedikit keberatan saat memindahkannya ke jok pengemudi. Dua orang itu tampak sibuk berkutat dengan sesuatu di sana. Setelah pintu dibanting menutup, barulah aku tahu kalau ‘sesuatu’

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
26 Chapters

PROLOG

  Aku benci gelap.  Berdiri di tengah antah berantah yang diselimuti kegelapan mengerikan membuat perasaanku tidak nyaman. Pohon-pohon besar mengurungku dengan bayangannya yang seram. Angin berhembus kuat, membuatku menggigil dingin di balik piyama tipis yang aku kenakan. Aku mendongak, tidak ada bintang, apalagi bulan. Langit hitam membentang luas tanpa ujung. Mendadak, sorot cahaya muncul membeliakkan mata. Sebuah sedan berhenti tak jauh dari tempatku berdiri. Ada tiga siluet hitam tubuh manusia keluar dari sedan lalu berdiri di samping badan sedan yang lampu depannya dibiarkan menyala terang. Mereka sedang beradu mulut dalam nada cepat dan tidak aku mengerti.  Setelah berdebat, dua orang dari mereka pergi menggotong sesuatu dari dalam bagasi mobil, tampak sedikit keberatan saat memindahkannya ke jok pengemudi. Dua orang itu tampak sibuk berkutat dengan sesuatu di sana. Setelah pintu dibanting menutup, barulah aku tahu kalau ‘sesuatu’
Read more

1. Kencan Buta

 “Apa begitu sulit untuk meminta maaf?” Stiletto setinggi 11 cm yang dipakai wanita berambut cokelat itu sama sekali tidak tampak akan bergerak mendekat. Memiringkan kepalanya sedikit, ia hanya melirik ke arahku sekilas. Aku menangkap mimik jijik raut wajahnya ketika melihatku berjongkok memunguti koin-koin logamku yang menggelinding berserakan di atas lantai.  Aku baru saja menarik kartu ATM dari mesin saat wanita itu menabrakku. Ia tidak terlihat merasa bersalah sama sekali. Padahal gara-gara dia isi dompetku berhamburan. “Iihh.” Hanya desisan sinis yang kudengar, lalu wanita itu melangkah pergi ke arah pria yang sedang menunggunya di luar. “Punya BMW aja belagu!” omelku kesal melihat mobil yang ditumpangi wanita itu pergi meninggalkan parkiran bank.  “Orang punya BMW emang boleh  belagu. Siapa sih?!” Aku menggumamkan terimakasih pada seorang bapak yang membantu memungut koin terakhirku sebelum men
Read more

2. Pertemuan Tak Terduga

Aku memutar keran menutup, merubah aliran deras air bening menjadi tetesan dalam tempo yang lebih lambat. “Kencan konyol dan aku idiot!”  Sepuluh menit yang lalu, Putra sudah berhasil membujukku berduet menyanyikan sebuah lagu dangdut koplo. Bahkan dia menggunakan momen itu untuk diam-diam menyentuh rambut dan tubuhku. Aku ingin muntah lagi jika mengingatnya. Mungkin sekarang setelah puas berusaha menggerayangikku, ia tengah menyusun rencana untuk menyeretku ke tempat tidur. Berdalih mual dan pusing, aku bisa kabur ke toilet.  Bayanganku terpantul di cermin persegi yang tergantung. Rona pucat membayang di antara wajah oval tirusku. Rambutku yang model bob dan saat ini sudah memanjang di bawah pundak, tampak lepek. Asal-asalan kusisir rambutku dengan jari. Tiba-tiba aku melihat pantulan sekilas bayangan yang berkelebat cepat di belakangku. Aku berbalik. Tidak ada siapapun di belakang, persis ketika aku masuk tadi. Terdapat dua bilik t
Read more

3. Memori

Sembilan tahun lalu… Kedua tanganku penuh tumpukan buku dan kertas-kertas berisi catatan. Aku baru saja keluar dari perpustakaan kampus. Seperti hari-hari sebelumnya, membantu mengumpulkan bahan materi tugas akhir Revi, senior paling baik yang kukenal empat bulan lalu di acara penyambutan mahasiswa baru. Dan kali ini tugasku bertambah dengan esai sepanjang sepuluh halaman yang harus selesai kukerjakan sebelum tengah hari. Esai itu adalah hukuman yang diberikan oleh Daniel, si asisten dosen paling menyebalkan yang kemarin mendapati aku dan Gina terlarut dalam obrolan rencana akhir pekan, selama hampir setengah jam pelajaran. Ketika asisten dosen itu melontarkan pertanyaan pada kami, otakku benar-benar buntu. Gina justru senang mendapat hukuman, alasannya ia mengidolakan asisten dosen itu melebihi dokter gigi pribadinya yang katanya amat sangat tampan sekaligus mengalahkan pesona Robert Pattinson, aktor tiada tanding versi Gina. Jadi Gina rela melakukan apapun
Read more

4. Awal Kutukan

  Lagi-lagi kabut tebal berwarna hitam mengurungku. Setelah kabut itu memudar yang kulihat adalah sebuah sedan tengah meluncur turun dalam kecepatan tinggi. Kali ini aku melihat sang pengemudi terbangun dari tidurnya dan mulai panik mengendalikan laju sedan.  Terlambat. Sedan itu menghantam pembatas jalan dan terpelanting jatuh ke dalam jurang.“Ana… aku mohon. Tolong aku…!” … “REVIII!!!” Aku terbangun, duduk di kasurku dengan keringat sebesar biji jagung menuruni kepala. Tenggorokanku terasa kering. Selimutku melilit kaki dan salah satu bantalku tergeletak di lantai. Nafasku masih memburu. Aku tidak berada di tengah kegelapan hutan, aku aman di kamarku dengan sinar matahari pagi menembus tirai kamar. Sudah berhari-hari mimpi buruk itu terus menghantuiku. Mengusap wajah frustasi, aku menendang selimut. Revi yang duduk di ujung kasurku nyaris terlempar oleh selimut. Eh?! Aku mengucek mata, le
Read more

5. Permohonan Konyol

Rumah mungilku terdiri dari dua lantai, berlokasi di pusat kota. Dindingnya bernuansa warna pastel, dengan beberapa kombinasi warna cokelat dan hijau yang terlihat nyaman di mata. Di lantai atas terdapat ruang santai dengan sebuah televisi flat screen ukuran 42 inch, diapit sebuah sofa panjang melengkung hasil dari salah satu desain buatanku, lalu ada kamar tidurku, dan kamar mandi. Sedangkan lantai bawah hampir sepenuhnya menjadi galeri woodcraft dengan dapur kecil dan kamar mandi ekstra di bagian belakang. Ayah menambahkan bangunan tepat di sisi timur rumah untuk dijadikan gudang dan garasi. Kedua mataku masih belum terbiasa melihat Revi menginspeksi isi rumahku dengan jurus ‘menghilang dan menembus’ tembok. Ia kembali padaku dalam sekejap setelah mengagumi isi Kelud Woodcraft─tokoku─yang beberapa sudah memiliki tujuan ekspor ke negara tetangga dengan wajah kagum.  “Aku beneran nggak percaya. Look at your self, girl! Si gadis udik telah berevo
Read more

6. I am Stalker

Ada dua design box bayi pesanan pemilik restoran seafood langgananku, juga design satu set kursi taman bermotif kartun Disney pesanan play group yang berada dua kilometer dari rumahku, yang seharusnya kukerjakan hari ini agar lusa bisa langsung dikerjakan oleh pekerja kakakku. Sayangnya, jadwalku berantakan, dan aku harus mulai mempersiapkan mental, untuk seterusnya jadwal kerjaku pasti tambah berantakan. Sayangnya lagi, pihak yang seharusnya dipersalahkan adalah sesosok hantu yang jelas tidak bisa dimintai pertanggungjawabannya. “Untung saja aku sudah jadi setan. Coba bayangin, apa yang orang bilang jika mereka sampai melihatku tadi naik mobil box? Nggak ada lagi wanita cantik yang mau dekat-dekat denganku.” Tetap merapat ke dinding, aku memberikan tatapan mencemooh pada hantu narsis di sebelah. Aku belum sampai satu hari bersamanya, tapi aku sudah mulai sebal dengan sifat buruknya itu. Sungguh aneh, sembilan ta
Read more

7. Kencan Buta Sesi 2

Sabtu malam yang cerah tiba, berlawanan dengan hatiku yang berkabut.Gina sudah meneleponku berulang kali, memastikan agar aku datang ke acaranya. Ia juga sudah memberitahuku lokasi kencan sesi dua-nya berlangsung dan berpesan aku tidak boleh terlambat lagi.Revi melayang kesana-kemari mirip kepulan asap rokok, membuatku semakin terbiasa dengan kehadirannya. Diam-diam aku masih berharap aku sedang bermimpi, tapi tiap kali aku bangun pagi, selalu kudapati sosok Revi transparan menyapaku dengan senyum ceria di sudut kamar. Dia juga selalu menguntitku kemana-mana. Meskipun aku sudah kelelahan, dia malah semakin bersemangat, apalagi malam ini aku bisa bertemu Daniel secara langsung dan segera melancarkan misinya.“Rayu Daniel! Bilang bahwa dulu kamu diam-diam menyukainya dan ternyata rasa itu masih ada sampai sekarang. Ingat, ini adalah satu-satunya cara agar kamu bisa dekat dengannya dan menjauhkan dia dari pamanku,” suruh Revi, kembali mengoar-oarkan d
Read more

8. Merayu Daniel

Satu jam berikutnya aku ingin menghilang. “Hom-pim-pa…” “Ana kalah!!” Kerumunan itu bersorak. Sekali lagi memaki dalam hati, aku menatap hampa telapak tanganku yang satu-satunya terbuka ke atas. Aku  dipaksa mengikuti games tak bermoral kawanan-kencan-buta-bodoh-Gina, dan untuk yang ke-empat kalinya aku kalah. Hukuman bagi yang kalah adalah mendapat pertanyaam memalukan dari peserta lain dan wajib dijawab jujur. Mengubur rasa malu, aku sudah menjawab tentang dengan siapa aku first kiss─Gama, mantan pacarku yang bertahan dua setengah bulan saja di tahun ke dua kuliahku, apa yang ingin aku sentuh dari tubuh seorang pria─dadanya yang bidang, dan apa warna celana dalamku malam ini─hitam dengan beberapa renda. Bahkan aku sudah menegak habis lemon ice─pengganti martini yang aku tolak dengan tegas─berulang kali sampai rasanya berubah aneh di mulutku. “Pertanyaan lo kali ini, siapa cowok pertama yang tidur bareng l
Read more

9. Penyesalan

“Putri tidur, ayo bangun. Saatnya kita menyelematkan dunia.”Hawa dingin merambati tengkuk. Aku bergidik. Melawan rasa sakit di kepala, aku paksakan mataku mengerjap dan membuka. Jam dindingku menunjukkan sudah tengah hari. Bagaikan tersambar petir, aku langsung duduk tegak di kasur.“Tokoku?!”“Tenang, Adik Kecil. Dua pegawaimu yang rajin itu sudah buka toko sejak pagi tadi. Setelah mengintipmu masih tidur nyenyak, mereka memutuskan memulai kerja tanpa dirimu. Kamu nggak usah khawatir, aku membantumu mengawasi mereka kok,” terang Revi sambil duduk di ujung kasurku, persis saat pertama kali dia menampakkan dirinya padaku.Aku mendesah lega, bersyukur karena aku punya pegawai yang tekun sekaligus dapat kupercaya untuk memegang kunci cadangan toko, berjaga-jaga untuk keadaan darurat seperti ini. Mengangkat kepala, aku mulai bingung melihat Revi, meski tidak membutuhkan tidur lagi ia begitu sumringah.“Kenapa
Read more
DMCA.com Protection Status