Share

4. Awal Kutukan

Penulis: EN ERR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lagi-lagi kabut tebal berwarna hitam mengurungku. Setelah kabut itu memudar yang kulihat adalah sebuah sedan tengah meluncur turun dalam kecepatan tinggi. Kali ini aku melihat sang pengemudi terbangun dari tidurnya dan mulai panik mengendalikan laju sedan. 

Terlambat.

Sedan itu menghantam pembatas jalan dan terpelanting jatuh ke dalam jurang.

“Ana… aku mohon. Tolong aku…!”

“REVIII!!!”

Aku terbangun, duduk di kasurku dengan keringat sebesar biji jagung menuruni kepala. Tenggorokanku terasa kering. Selimutku melilit kaki dan salah satu bantalku tergeletak di lantai. Nafasku masih memburu. Aku tidak berada di tengah kegelapan hutan, aku aman di kamarku dengan sinar matahari pagi menembus tirai kamar.

Sudah berhari-hari mimpi buruk itu terus menghantuiku.

Mengusap wajah frustasi, aku menendang selimut. Revi yang duduk di ujung kasurku nyaris terlempar oleh selimut.

Eh?!

Aku mengucek mata, le

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Beloved Trouble   5. Permohonan Konyol

    Rumah mungilku terdiri dari dua lantai, berlokasi di pusat kota. Dindingnya bernuansa warna pastel, dengan beberapa kombinasi warna cokelat dan hijau yang terlihat nyaman di mata. Di lantai atas terdapat ruang santai dengan sebuah televisi flat screen ukuran 42 inch, diapit sebuah sofa panjang melengkung hasil dari salah satu desain buatanku, lalu ada kamar tidurku, dan kamar mandi. Sedangkan lantai bawah hampir sepenuhnya menjadi galeri woodcraft dengan dapur kecil dan kamar mandi ekstra di bagian belakang. Ayah menambahkan bangunan tepat di sisi timur rumah untuk dijadikan gudang dan garasi. Kedua mataku masih belum terbiasa melihat Revi menginspeksi isi rumahku dengan jurus ‘menghilang dan menembus’ tembok. Ia kembali padaku dalam sekejap setelah mengagumi isi Kelud Woodcraft─tokoku─yang beberapa sudah memiliki tujuan ekspor ke negara tetangga dengan wajah kagum. “Aku beneran nggak percaya. Look at your self, girl! Si gadis udik telah berevo

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Beloved Trouble   6. I am Stalker

    Ada dua design box bayi pesanan pemilik restoran seafood langgananku, juga design satu set kursi taman bermotif kartun Disney pesanan play group yang berada dua kilometer dari rumahku, yang seharusnya kukerjakan hari ini agar lusa bisa langsung dikerjakan oleh pekerja kakakku. Sayangnya, jadwalku berantakan, dan aku harus mulai mempersiapkan mental, untuk seterusnya jadwal kerjaku pasti tambah berantakan. Sayangnya lagi, pihak yang seharusnya dipersalahkan adalah sesosok hantu yang jelas tidak bisa dimintai pertanggungjawabannya. “Untung saja aku sudah jadi setan. Coba bayangin, apa yang orang bilang jika mereka sampai melihatku tadi naik mobil box? Nggak ada lagi wanita cantik yang mau dekat-dekat denganku.” Tetap merapat ke dinding, aku memberikan tatapan mencemooh pada hantu narsis di sebelah. Aku belum sampai satu hari bersamanya, tapi aku sudah mulai sebal dengan sifat buruknya itu. Sungguh aneh, sembilan ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Beloved Trouble   7. Kencan Buta Sesi 2

    Sabtu malam yang cerah tiba, berlawanan dengan hatiku yang berkabut.Gina sudah meneleponku berulang kali, memastikan agar aku datang ke acaranya. Ia juga sudah memberitahuku lokasi kencan sesi dua-nya berlangsung dan berpesan aku tidak boleh terlambat lagi.Revi melayang kesana-kemari mirip kepulan asap rokok, membuatku semakin terbiasa dengan kehadirannya. Diam-diam aku masih berharap aku sedang bermimpi, tapi tiap kali aku bangun pagi, selalu kudapati sosok Revi transparan menyapaku dengan senyum ceria di sudut kamar. Dia juga selalu menguntitku kemana-mana. Meskipun aku sudah kelelahan, dia malah semakin bersemangat, apalagi malam ini aku bisa bertemu Daniel secara langsung dan segera melancarkan misinya.“Rayu Daniel! Bilang bahwa dulu kamu diam-diam menyukainya dan ternyata rasa itu masih ada sampai sekarang. Ingat, ini adalah satu-satunya cara agar kamu bisa dekat dengannya dan menjauhkan dia dari pamanku,” suruh Revi, kembali mengoar-oarkan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Beloved Trouble   8. Merayu Daniel

    Satu jam berikutnya aku ingin menghilang. “Hom-pim-pa…” “Ana kalah!!” Kerumunan itu bersorak. Sekali lagi memaki dalam hati, aku menatap hampa telapak tanganku yang satu-satunya terbuka ke atas. Aku dipaksa mengikuti gamestak bermoral kawanan-kencan-buta-bodoh-Gina, dan untuk yang ke-empat kalinya aku kalah. Hukuman bagi yang kalah adalah mendapat pertanyaam memalukan dari peserta lain dan wajib dijawab jujur. Mengubur rasa malu, aku sudah menjawab tentang dengan siapa aku first kiss─Gama, mantan pacarku yang bertahan dua setengah bulan saja di tahun ke dua kuliahku, apa yang ingin aku sentuh dari tubuh seorang pria─dadanya yang bidang, dan apa warna celana dalamku malam ini─hitam dengan beberapa renda. Bahkan aku sudah menegak habis lemon ice─pengganti martini yang aku tolak dengan tegas─berulang kali sampai rasanya berubah aneh di mulutku. “Pertanyaan lo kali ini, siapa cowok pertama yang tidur bareng l

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Beloved Trouble   9. Penyesalan

    “Putri tidur, ayo bangun. Saatnya kita menyelematkan dunia.”Hawa dingin merambati tengkuk. Aku bergidik. Melawan rasa sakit di kepala, aku paksakan mataku mengerjap dan membuka. Jam dindingku menunjukkan sudah tengah hari. Bagaikan tersambar petir, aku langsung duduk tegak di kasur.“Tokoku?!”“Tenang, Adik Kecil. Dua pegawaimu yang rajin itu sudah buka toko sejak pagi tadi. Setelah mengintipmu masih tidur nyenyak, mereka memutuskan memulai kerja tanpa dirimu. Kamu nggak usah khawatir, aku membantumu mengawasi mereka kok,” terang Revi sambil duduk di ujung kasurku, persis saat pertama kali dia menampakkan dirinya padaku.Aku mendesah lega, bersyukur karena aku punya pegawai yang tekun sekaligus dapat kupercaya untuk memegang kunci cadangan toko, berjaga-jaga untuk keadaan darurat seperti ini. Mengangkat kepala, aku mulai bingung melihat Revi, meski tidak membutuhkan tidur lagi ia begitu sumringah.“Kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Beloved Trouble   10. Bad Surprise

    Hampir satu jam berikutnya, aku sudah berada di dalam movil Gina, meliuk-liuk di jalanan kota Surabaya yang panas dan gerah. Cuaca yang seperti ini menenggelamkan niatku yang tadinya ingin berjalan-jalan santai di sepanjang trotoar menikmati pemandangan kota sambil menjernihkan pikiran. “Klien gue kali ini seorang wanita cerewet dan super nyebelin. Dia pengen pesta pertunangannya sesempurna mungkin. Kakak gue sudah pusing dibuatnya, dan terpaksa kali ini gue yang harus turun tangan. Wanita ini beruntung karena calon tunangannya tajir dan sama sekali nggak peduli dengan bayaran yang kami minta. Kalau bukan karena calon tunangannya itu, WO kakak gue nggak bakalan sudi ngelayani wanita itu.” Gina masih mengomel ketika mobilnya masuk ke halaman rumah klien yang dia maksud. Sebagai imbalan karena telah mengantar balik mobil boxku, Gina menyeretku untuk mendatangi rumah kliennya. Sebenarnya ini bukan yang pertama kali. Gina bekerja di dua tempat. Terkadang dia berada di ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Beloved Trouble   11. Kabar Buruk

    Aku sedang membuat desain di buku sketsa, tapi garis lengkungan yang kutarik terlalu tajam. Kaki kursi yang kugambar terlihat menjadi tidak seimbang. “Ayolah, Adik Kecil. Maafkan aku…” Aku merobek gambar itu, menjadikannya bola-bola kertas seperti beberapa sebelumnya yang sudah memenuhi keranjang sampah, kemudian mulai menggambar lagi di kertas baru. Hampir satu jam setelah pulang dari rumah Daniel aku menekur di meja kerja tanpa memperdulikan sosok transparan Revi yang mengocehkan kata maaf. Lain lagi dengan Gina. Gadis itu tidak menduga bahwa Daniel ‘tunangan klien cerewetnya’ adalah Daniel yang ‘sangat ia kagumi’. Selama ini yang bersemangat mengurusi masalah pertunangan itu hanya Cherry, dan awalnya kakak Gina yang menangani wanita itu sebelum akhirnya dilimpahkan padanya. Intinya, Gina tidak tahu apa-apa. Sisa perjalanan pulang ia habiskan untuk menyumpahi wanita itu. Ujung pensilku patah. Merasa bosan dengan ocehan maaf Revi, aku membalikkan tub

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • My Beloved Trouble   12. Jadi Tamu Tak Diundang

    Naungan daun pohon palem tidak cukup berhasil menghalangi sorotan terik matahari. Jadinya aku pelan-pelan merapat ke dinding bangunan di belakangku untuk menyelamatkan kulitku dari rasa terbakar. “Yakin mereka bisa dipercaya?” bisikku. “Tentu. Aku sudah sering menyewa mereka dan hasil kerja mereka nggak perlu dipertanyakan lagi,” jawab Revi mantap. “Hah? Pekerjaan macam apa yang kamu lakukan sehingga memerlukan orang seperti mereka untuk menyelesaikannya?” Revi menghindari tatapanku, berupaya keras untuk mencari cara membela diri. “Aku biasa menggunakan mereka untuk menggertak beberapa orang yang membuatku kesal. Itu saja.” Kedua pria besar yang kami bicarakan itu sudah selesai mengenakan kemeja batik. Sedikit lebih baik menghilangkan penampilan preman mereka meski aura preman itu tetap terasa. Beberapa jam yang lalu aku menghubungi mereka, menyebutkan nama Revi sebagai referensiku. Mereka merespon dengan terlalu bersemangat. Kami bertemu di t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • My Beloved Trouble   25. Terlena

    Satu jam berikutnya aku sudah duduk manis di dalam SUV Range Rover Daniel yang mewah mengkilat. Rombongan kerabat jauh datang menjenguk Kakek. Takut membuat canggung suasana aku pamit setelah mendoakan kesembuhan Kakek Daniel dan menyarankan agar lain kali beliau lebih berhati-hati. Sebetulnya aku berniat pulang dengan taxi, tapi Kakek berkeras agar Daniel mengantarku. Sama sekali tidak menyadari raut muka protes cucu kesayangannya. Kami pergi setelah Kakek Daniel sukses membuatku berjanji untuk segera menjenguknya kembali.“Kamu tidak merindukan orangtuamu?”Daniel bertanya sesaat setelah aku menutup telepon dari Ibuku. Seperti biasa, ibu mengecek keadaanku. Kulempar senyum sekilasku pada Daniel.“Dasar penguping! Tentu saja aku sangat merindukan mereka. Biasanya dua minggu sekali aku pulang mengunjungi mereka sekaligus mengambil stok dagangan. Tapi belakangan ini aku terlalu sibuk. Beruntung, berkat kemajuan teknologi saat ini, mereka terasa jauh lebih dekat dari kenyataannya. Aku m

  • My Beloved Trouble   24. Menjenguk

    Kakek Daniel benar-benar seorang pria tua yang luar biasa. Aku masih ingat keadaannya kemarin begitu mengkhawatirkan. Siang ini, melihatnya duduk bersandar di atas ranjang terbaik rumah sakit sambil tersenyum cerah menyambutku, membuat kejadian kemarin hanya seperti mimpi belaka. Kakek Daniel punya semangat hidup yang tinggi dan sama seperti cucunya, tidak mau terlihat lemah di depan orang lain.“Apa kabar, Kek? Aku berharap Kakek benar-benar sudah membaik.”Pelan-pelan aku melepas pelukan Kakek Daniel, berharap selang infusnya tidak aku senggol. Begitu melihatku datang tadi, Kakek menyuruhku mendekatinya dan sambil membentangkan kedua lengannya, ia memintaku memeluknya.Aku usap cepat sudut mataku yang berair. Belakangan ini aku menjadi cengeng.Suara tawa serak meluncur. “Setelah melihatmu aku merasa sangat sehat, Nak. Sebenarnya aku sudah menyuruh Daniel untuk membawaku secepatnya pergi dari tempat ini, tapi dia tidak mau. Aku benci rumah sakit, seolah aroma kematian menantiku di s

  • My Beloved Trouble   23. Dag Dig Dug

    Aku pernah ingat Nenek mengatakan kalau manusia itu sulit lepas dari sifat munafik. Apa yang dipikir, diucap, dirasa, dan dilakukannya sering kali saling bertolak belakang. Meskipun aku mengatakan dengan lantang kalau aku membenci Daniel,faktanya hatiku menolaknya.Sejak dulu Daniel membenciku. Seharusnya aku tidak heran.Tapi sembilan tahun berlalu, waktu yang cukup lama untuk membuat perasaanku kepadanya berubah. Awalnya aku mengira juga semakin membencinya. Faktanya, aku mulai mendamaikan diri dengannya, diam-diam berharap Daniel bisa bersikap baik padaku, memandangku sebagai seorang wanita yang bisa diajaknya bercanda dan tempat keluh kesahnya.Seharian kepalaku dipenuhi bayangan Daniel dan mengingat bagaimana menyakitkannya dia memperlakukan aku kemarin di rumah sakit. Aku putus asa. Aku tidak bisa berkonsentrasi melakukan apapun. Kecewa, sedih, dan gelisah bercampur menjadi satu.“Kak, ketipung ini terbuat dari kayu apa, sih?”Dua

  • My Beloved Trouble   22. Hal yang Tak Berubah

    Roda dari brankar dan kereta peralatan medis bergesekan dengan ubin rumah sakit yang berwarna putih ketika ditarik melintasi ruangan, menimbulkan suara gaduh mengganggu telinga. Pengunjung rumah sakit berlalu-lalang layaknya iklan dalam televisi yang tak perlu terlalu disimak. Beberapa perawat bergerak dalam langkah cekatan yang terlatih, keluar masuk ke dalam ruang bertuliskan ‘ICU’ mengikuti sang dokter. Lagi, seorang dokter bergabung ke dalam ruangan itu dengan wajah cemas yang tak berhasil ia sembunyikan dengan baik di balik wajahnya yang ramah.“Sebaiknya kamu duduk, Adik Kecil. Kamu juga kelihatan pucat, dan aku yakin kakimu itu masih sakit,” saran Revi tulus.Aku menggeleng, tidak memperdulikan deretan bangku di sepanjang lorong. Aku lebih memilih bersandar pada dinding rumah sakit yang dingin, tanpa peduli dengan kaki terkilirku mulai membengkak dan berdenyut sakit. Sebelum salah seorang dokter di ICU itu keluar dan memberitahuku bahwa K

  • My Beloved Trouble   21. Adrenalin

    Akhirnya aku membawa koran Gina pulang. Berharap itu kelak bisa aku tunjukkan ke Daniel dan menjadi tambahan bukti. Meskipun aku tahu Daniel tidak akan percaya begitu saja. Karena malas berjalan menuju lantai dasar dan bersesakkan di eskalator yang ramai dipadati oleh orang-orang yang selesai dari acara di hallroom,kami berdua melangkah lunglai menuju lift. Rombongan orang telah terangkut di dua box lift pertama yang terbuka. Aku menunggu datangnya lift ketiga. Dari arah belakang, muncul sekelompok orang yang menyalipku tergesa-gesa untuk mendahului masuk lift ketiga yang baru datang dan pintunya terbuka. Sepertinya mereka kawanan orang penting, karena mengusir keluar dua orang yang sebelumnya sudah berada di dalam lift. Pintu lift bergerak menutup. Hanya sekilas, tapi cukup jelas untuk melihat kakek Daniel ditengah pria-pria aneh yang salah satunya kuingat sebagai…pria yang kusuruh mengangkut kursi di rumah Daniel. “Mereka se

  • My Beloved Trouble   20. Penyesalan Selalu di Akhir

    Gina dan Hendrik akhirnya berpamitan dan pergi berkencan. Sebenarnya, Gina tadi mengajakku makan siang hanya untuk menemaninya sementara menunggu Hendrik menyelesaikan pekerjaannya.Melihat mereka berdua bergandengan tangan mesra sambil tersenyum satu sama lain, mau tak mau membuatku iri. Gina saja yang mudah bosan dengan pria tampaknya kali ini bisa serius dengan Hendrik. Sedangkan aku, tetap menjadi Si Lajang yang menyedihkan.Menghentikan aksi meratapi diri, aku beralih pada Revi yang bergerak gelisah, seakan-akan ia ingin segera menghilang dari hadapanku. “Apa semua itu tadi benar?”“Apa?” tanya Revi sok polos.“Kamu tahu apa maksudku, Rev.”Revi memasang muka cemberut, sebelum mengacak-acak sendiri rambutnya dengan frustasi. “Ya, begitulah. Daniel memang sedang membalasku. Dia cukup senang melihatku tidak bisa mendekati Cherry lagi.”“Pantas saja aku sering memergokimu memandang Cher

  • My Beloved Trouble   19. Heartbreak

    Hari Senin, awal dari serangkaian hari melelahkan. Meski udara Surabaya yang seperti biasanya sulit bersahabat dengan kulit, foodcourt di lantai enam mall yang Gina dan aku kunjungi penuh hiruk pikuk manusia. Sebenarnya aku sering makan di tempat ini, tapi sejak mengetahui bahwa mall ini salah satu properti keluarga Daniel, rasanya jadi berbeda. Ada sedikit perasaan geram yang mengganjal hati.Beberapa remaja duduk berkelompok di bagian tengah ruangan foodcourtsambil sesekali cekikikan. Tak jauh dari mereka, sekelompok keluarga duduk bersantai setelah lelah berbelanja. Para pegawai serta pramuniaga toko yang istirahat siang mulai berdatangan dan berebut kursi kosong untuk makan siang.Hallroomyang terletak satu lantai di atasku juga terlihat ramai, eskalator yang bergerak naik belum sepi oleh jubelan orang. Dari poster-poster besar yang tadi sempat kulihat dan kubaca sepintas di sudut-sudut mal, ada acara amal ya

  • My Beloved Trouble   18. Kabur

    Sesosok bayangan menghampiriku. Bukan Revi. Karena dulu aku mengidentikkan Revi sebagai titisan malaikat dari surga, dimana pendar cahaya putih yang begitu menghangatkan selalu mengelilingnya.Sedangkan sosok ini, aku lebih menganggapnya sebagai malaikat kegelapan. Dia memiliki sepasang sayap hitam licin seindah bulu burung gagak. Sorot matanya penuh kemisteriusan, namun menjajikan kekuatan dan sensualitas yang bisa membuat wanita bertekuk lutut padanya. Naas, pun aku tidak sanggup mengelak dari godaannya. Sosok itu menghinoptisku, membuatku terpesona, dan aku menjadi percaya bahwa dialah yang pantas aku perjuangkan dalam hidupku yang singkat. Sayap-sayap sang malaikat kegelapan membungkus tubuhku, dan waktu menjadi tidak berarti lagi bagiku ketika ia menciumku, menghirup sebanyak-banyaknya jiwa kehidupanku.Aku bangun dengan aliran air hangat yang lengket di ujung mulut. Menggunakan punggung tangan, aku berusaha mengusap air liurkul. Aku mengernyit, seluruh tubuhku pe

  • My Beloved Trouble   17. Ketika Keadaan Berbalik

    Daniel berlagak menjadi orang brengsek, meskipun dari dulu aku tahu ia memang brengsek.Ia memaksaku menduduki sofa yang sebelumnya ia duduki. Memaksa karena setelah ia mengikatku dengan simpul mati, kugunakan tanganku untuk mencekal kuat-kuat daun pintu kamar mandi dan memakukan kaki ke lantai, tidak mau mengikuti perintahnya untuk kembali ke ruang televisi dengan cara baik-baik. Sambil mengumpat, Daniel memanggulku pergi dan melemparku ke sofa layaknya aku sekarung beras.Aku mendengar langkah kaki menaiki tangga, lelaki itu muncul bersama panci dan sekeresek besar berisi keripik kentang, kacang goreng, dan biskuit kelapa yang kubeli tadi siang. Makanan itu dihamparkan di atas meja. Ia duduk bersila nyaman di atas karpet dengan punggung bersandar pada sofa.“Kamu sudah memakan makanan ini dan aku lihat kamu masih baik-baik saja. Aku putuskan makanan ini aman.”Bagaikan mendengar seorang badut yang mengatakan bahwa ia tidak bisa melawak. Beda

DMCA.com Protection Status