"Lenyapkan dia!" perintah Wida yang segera diangguki oleh pria itu. Pria tampan tapi berjiwa psikopat. Tanpa banyak kata pria itu mendekati Lina yang meronta di atas kursi. "Bunuh dia!" perintah Wida lagi sebelum akhirnya bunyian pintu yang terbanting membuat ketiganya kaget. Terlihat beberapa oran
Sementara itu Rey yang sedang berada di kediamannya mulai gelisah. Dia baru saja mendapat informasi kalau Bumi sukses menangkap basah Wida. Dia ingin bertemu Bumi, tapi bingung bagaimana caranya. Tiba-tiba otaknya yang cerdas terbesit sebuah ide saat melihat sang mimi lewat di depan mata. Dia yang
"Aku tidak ke mana-mana, Mi," balasnya datar. "Lalu, kenapa pakaianmu keren begitu?" Kini Bumi yang menimpali. Mendengar itu Rey jadi mencebik. Dia topang dagunya dan menatap sinis ke arah Bumi. "Bukankah aku sejak lahir memang keren? Tapi stop! Cukup kagumi aku saja. Kita tidak dilahirkan di gene
Karena belum berhasil membuka misteri di balik penusukan yang dialaminya dulu, Rey pun terpaksa melanjutkan sandiwaranya. Dia harus bersedia kembali berkutat dengan buku, kerja kelompok, presentasi, PR, ulangan dan lainnya. Termasuk hari ini, dia dipaksa berpartisipasi dalam bazar yang dibuka untuk
Rey terdiam. Dia bahkan mengabaikan Nuna yang bertanya. Matanya hanya fokus pada orang yang dia lihat dan sebaya dengannya. "Farel," ucap Rey akhirnya. Dia bahkan semakin mengamati pria yang sebenarnya adalah sahabatnya waktu sekolah dulu. "Jadi namanya Farel?" ulang Nuna. Rey mengangguk, lantas
Karena penasaran, sepanjang bazar Farel memutuskan terus mengawasi Rey. Dia benar-benar tidak percaya, apa mungkin amnesia seperti itu ada? Dan juga bisa selamat dari penusukan itu sungguh mustahil. Dia bahkan menyaksikan sendiri saat Rey bersimbah darah. Sementara Rey, dalam kesibukan melayani pem
Saat perjalanan pulang, Rey tidak mengoceh seperti biasa, tak juga bermain gadget seperti biasanya. Pria dewasa berbalut seragam olahraga itu hanya memalingkan muka keluar jendela menatap jalanan yang sama sekali tidak menarik minatnya. Beberapa kali dia menghela napas berat, tentu saja suara itu me
Sementara itu, di waktu yang sama tapi berbeda tempat dengan Rey dan Bumi, Yota dan Aryan sedang duduk bersebelahan. Di depan mereka ada sebuah kaca besar dan hanya ada beberapa lubang kecil di bawahnya. Keduanya saling berpegangan tangan menunggu sang ibu keluar dari bilik jeruji besi. "Apa kamu y