Share

Bab 08 - Giving Up

Aelyn melangkahkan kakinya di sepinya lorong lantai 15, apalagi tujuannya kesini? 

Setelah kembali ke kantor dan baru saja ingin duduk di kursi, Aelyn di panggil untuk langsung menghadap keruangan Tuan Stevano, entah kenapa rasa gugup terus mengikuti langkahnya, untuk pertama kalinya dia melangkah ke sana dan ada hal apa penting apa yang ingin pria itu sampaikan? 

Aelyn kurang nyaman jika harus berada didalam ruangan dengan orang yang masih asing dengannya, dia memang sulit beradaptasi tapi dia bukan seorang yang pengecut dan langsung menolaknya, yang di hadapannya adalah atasan, pemegang tunggal Stevano Vic Crop. 

Jauh sebelum Aelyn lahir, perusahaan ini sudah mudah beroperasi, menghela nafas sejenak Aelyn menguatkan kakinya untuk berdiri dengan ‘Room Ceo.’ kalimat yang membuat degup jantungnya berpacu.

Dia tidak bisa bohong dan melupakan bagaimana sikap kurang sopannya pagi ini, padahal jelas dirinya yang salah karena tidak memperhatikan jalan, lalu menabrak pria itu dan bahkan memarahinya dengan ucapan yang sedikit kasar.

Tangan mungilnya mengetuk pintu dan dia segera memutar knop pintu, dengan langkah profesional-nya Aelyn mendekati meja Ceo, dan tak lupa menunjukkan senyuman manisnya.

“Selamat Siang Tuan Stevano, saya menghadap untuk mendengarkan panggilan anda.” ucap Aelyn dengan suara formalnya, ini pertama kalinya dia bersikap itu. Padahal pada Tuan Kevano saja Aelyn tidak pernah seperti ini.

Ethan menoleh, tadinya dia memperdulikan siapa yang menghadap tapi siapa sangka jika gadis itu berdiri di hadapannya dengan sopan, Ethan jadi lupa kejadian tadi pagi, dia menemukan dua sisi berbeda Aelyn saat tadi pagi dan sekarang. 

Cukup menarik, gadis itu memiliki karakter yang seimbang, dia bisa begitu profesional dan ketus di waktu tertentu, hal itu membuat sedikit Ethan penasaran, bagaimana jika dia yang melangkah menggodanya.

“Aku memanggilmu sebelum makan siang, kenapa anda baru menemuiku sekarang Nona Isabelle?” tanyanya, Ethan melepaskan ballpoint di tangannya, menatap tajam ke arahnya dengan kedua tangan yang saling bersilang.

Aelyn terteguh, suasana apa yang dia rasakan saat ini, dia merasa tidak nyaman dengan tatapan pria itu, membuat tubuhnya kikuk untuk bergerak dan seakan tatapan itu mengunci tubuhnya. 

“Ak—aku, maaf Tuan Stevano. Lain kali aku akan langsung menemuimu,” Aelyn terbata-bata sambil membungkukkan tubuhnya, kenapa dia jadi begitu gugup dan anehnya lagi tubuhnya bercucuran keringat. 

“Kau yakin? Kau akan datang jika malam hari aku memanggilmu?” tanyanya, Ethan meringai dan sekali lagi dia dibuat merasa jika Aelyn sama seperti wanita yang ada perusahaan ini, dia juga bisa gugup.

Aelyn yang tadinya menunduk langsung menatap kearah pria itu, memberikan tatapan tidak suka padanya, apakah pria itu pikir dirinya sama seperti wanita diluar sana? Yang sedang mudahnya terbuai oleh rayuannya.

“Diluar pekerjaan? Aku tidak akan melakukannya, aku punya hak untuk menolak!” Ucap Aelyn, dia memberikan jawaban terbaik untuk menjatuhkan ucapan pria itu.

‘dia akan menjadi wanita yang sulit dijinakan,’ Ucap Ethan dalam pikirannya, dia tidak begitu tertantang untuk membuat gadis itu sampai menyukainya, dia langsung kembali pada tujuan awal.

“Aku ingin kamu yang presentasi di depan para investor, dan untuk ide-mu kali ini, aku menyukainya.” ucap Ethan, dia memberikan materi yang sudah Nona Ellena buatkan.

“Aku? Tunggu Tuan Stevano! Aku belum pernah melakukannya.” Protes Aelyn. Dia menolak keras saat Ethan memberikan dokumen itu secara langsung.

Ethan menoleh, dia harus segera pergi ke ruang rapat, dengan kedua tangan yang berada di balik saku celana, pria itu membalik tubuhnya dan melangkah ke arah Aelyn.

Sudah otomatis tubuh Aelyn refleks mundur, tapi tubuhnya tersentak dengan ujung meja, dengan ragu menegakkan air liurnya dan menatap Ethan yang semakin dekat dengannya.

“Apa sulitnya untuk belajar hal itu sekarang Nona Isabelle? Atau kamu ingin aku mengajarinya nanti malam?” Tanya Ethan, tangannya menahan dagu gadis itu dan berbicara dengan jarak yang begitu dekat.

“Maaf Tuan Stevano—,”

Kedua langsung menoleh mendengar suara asing, dengan gugup Aelyn langsung menjauh walau harus mendorong pria itu, dengan langkah terburu-buru Aelyn meninggalkan ruangan itu tanpa mengatakan apapun.

Aelyn menyandarkan tubuhnya di dalam lift, dia membuang nafas lega, rasanya seperti keluar dari ruangan yang begitu menyiksa pernafasannya dan Aelyn merasa pacu jantung yang tidak stabil, mungkinkah dia sakit jantung sekarang? 

Bukankah usianya masih muda untuk mendapatkan penyakit itu?

“aku harus menghindarinya,” Aelyn keluar dari lift, dia menggenggam erat dokumen, pikirannya melayang pada ucapan Ethan untuk presentasi? Apakah pria itu ingin menghancurkan idenya, dia tidak pernah melakukan hal itu.

*******

Aelyn meninggalkan gedung pencakar langit itu, udara malam menyejukan dirinya saat keluar dari sana, rasanya dunia yang rumit kembali berdamai disaat waktu pulang, dia menghirup udara seperti melepaskan satu persatu beban pikirannya.

Persetanan dengan utusan presentasi, semenjak pria itu datang. Rasanya sehari Aelyn tidak bisa menikmati pekerjaannya, hidupnya yang tenang seakan dibuat terganggu dengannya.

Dia memberhentikan taksi yang melintas, entah kenapa hari ini dia tidak ingin berada di dalam keramaian kereta, apalagi jam pulang kerja begitu padat, Aelyn ingin menenangkan pikirannya, kebetulan besok adalah akhir pekan, dia bisa seharian memanjakan dirinya di rumah, entah itu membaca buku atau seharian tidur diranjang, apapun itu intinya dia tidak ingin memikirkan presentasi itu.

Aelyn menurunkan kaca jendela mobil, tatapannya melihat seluruh kota chicago, sudah banyak yang berubah. Setiap jalan dipenuhi gedung pencakar langit dan restoran mewah atau sederhana, jalan kota yang tidak pernah lepas dari turis maupun pejalan kaki.

Dia teringat pada kenangan dimana setiap malam ketika dirinya punya waktu, biasanya sang Ibu akan mengajaknya ke pasar malam, menikmati makan seafood dan banyak hal lainnya, dia merindukan kenangan itu. Aelyn tersadar satu hal, hidupnya penuh kesepian, tidak ada lagi warna yang mendekati kehidupannya saat ini, begitu hitam dan putih.

Untuk apa bertahan hingga saat ini?

Tidak ada yang bisa Aelyn memberikan untuk sang Ibu, dia bekerja hanya untuk tetap bertahan di dunia yang serba mahal, hingga dia melupakan apa itu sebuah kencan dan berteman.

“Pak, aku ingin turun disini,” ucap Aelyn, dia memutuskan turun di halte dekat jalur apartemennya, padahal taksi itu bisa menghantar dirinya sampai di depan gedung apartemennya tapi kali ini Aelyn ingin lebih lama menghirup udara malam.

Setelah memberikan beberapa dollar, Aelyn segera melangkah, hanya melewati beberapa area untuk sampai, tapi biasanya dia memilih jalan lain yang cepat sampai, yaitu sebuah gang sepi yang jarang terdapat lampu sorot, memang beresiko bahaya tapi Aelyn sering melintas di sana dan hingga saat ini dia belum terjadi apapun.

Tapi kali ini rasa keras kepalanya harus disalahkan, karena jalur itu dia menemukan sebuah inside menyebalkan lainnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status