Satu minggu berlalu, hari berlalu. Benar-benar berganti seperti hitungan jam, namun tetap saja hari kemarin akan berlalu, tidak bisa kembali berputar seperti jam.
Mungkin rasa cepat dan tidak terasa, tapi dalam waktu singkat itu banyak hal terjadi, suatu hal yang mengubah segalanya, perubahan Ethan di kantor dan ketika bertemu diluar selalu membuat Aelyn bingung dan semakin ingin tahu tentangnya.
Dia bekerja seperti biasanya, kakinya? Keesokan harinya Aelyn sudah bisa melompat dan menuruni anak tangga, seperti sihir pria itu menyembuhkan kakinya hanya dengan sekali gerakan.
Project yang Nona Ellena berikan sepenuhnya sudah terselesaikan, dimana Aelyn dapat sebuah keberanian untuk berbicara di depan 40 orang, mempresentasikan idenya dengan percaya dirinya, dan Aelyn menyadari jika saatnya untuk kembali pada dirinya, mengembalikan kepercayaan diri pada dunia kerja dan berhenti bersembunyi di gelapnya ruangan tanpa suara.
Siapa lagi? Jika bukan kar
Aelyn berdiri di sudut ruangan dengan tatapan yang sungguh malas, belum lagi di harus kembali diganggu oleh Ethan yang memaksanya tidak memakai gaun yang mengekspos tubuhnya, baiklah itu masih bisa ditoleransi tapi jika Aelyn terus menuruti perintah tanpa sadar akan sangat menyebalkan jika hidupnya terus berputar tentang Ethan.Dia menatap jam tangannya, baru pukul 7,30. Seperti Aelyn datang lebih awal, dia sudah menghubungi Revan dan Kiera yang kedua kompak mengatakan sedang dalam perjalanan, padahal Aelyn yang tidak ingin berada disana malah berakhir dengan dirinya yang datang lebih awal.‘dimana pria brengsek itu!’ Aelyn menatap ke seluruh ballroom untuk mencari sosok Ethan, sebenarnya Aelyn menanyakan kenapa pria itu memberikan dirinya gaun?Ya, saat sampai ke apartemennya d
Cinta dan sebuah perasaan aneh, dua hal yang berbeda dalam setiap maknanya. Cinta hal universal yang bisa berhubungan dengan apapun lain berbeda dengan perasaan aneh yang selalu diikuti dengan kegelisahan dan menganggap itu hanya hal biasa.Tapi kedua kalimat itu bisa menjadi sebuah jalur yang sama, perasaan aneh yang diikuti dengan berdebarnya degup jantung dan kegugupan yang terasa begitu menyekat, timbulan benih perasaan aneh pada unsur level awal dalam tahap menyukai lalu semakin tumbuh menjadi benih cinta.Hal yang selalu diabaikan bisa jadi hal yang akan disesalkan suatu hari.Aelyn tidak tahu harus bagaimana, selalu berakhir sebuah kejadian yang tidak pernah dialami, hal yang menurunkan begitu aneh dan itu selalu berkaitan dengan Ethan, pria yang tiba-tiba datang dalam hidupnya, mengacauka
Keesokan paginya, mentari seperti sebuah alarm pertama untuk bumi jika malam sudah berlalu, dimana memulai hari dari angka 0 dan melupakan sejuta angka di sisi gelap malam hari.Seperti pepatah yang mengatakan jika ‘hari kemarin adalah sebuah buku dan keesokan waktunya membalik halaman, karena hal yang sudah berlalu tidak akan bisa dikembalikan.’Sinar mentari mengintip sedikit melalui cela gorden di penthouse. Dimana dalam kamar itu ada dekapan eratnya dalam sebuah pelukan dan tebalnya sebuah selimut putih, siapa yang akan tahu jika dibalik itu ada kedua orang yang sama-sama terlelap akibat aktivitas malam.Sinar itu mengenai tepat di wajah Aelyn, perlahan kedua matanya terbuka karena sinar yang semakin panas, wanita itu terbangun dengan tubuh yang d
far Away“Bagaimana dengan tugasmu?” tanya seorang pria tua baya yang sedang menikmati sebatang rokok ditangannya, duduk tegak di sebuah kursi seperti singgasana, di depannya ada putranya yang terduduk menunduk, dengan beberapa pukulan di wajahnya.Ya. Mungkin pria itu habis diberikan pelajaran olehnya.“Ayah tahu sendiri bukan?” ucap pria yang tertunduk itu, dia mengusap sudut bibirnya, menyingkirkan darah yang masih mengalir.“berhenti memanggilku ayahmu!”“Lalu aku harus memanggilmu siapa? Tuanku? Rajaku?” ucapnya, selalu membalas dengan cepat ucapan pria yang dia panggil 'ayah'. Bahkan tidak ada rasa takut walau sekitarnya berdiri penuh dengan gemetar di tubuhnya, bahkan menat
Aelyn menghela nafas panjang, tubuhnya sudah merasa lelah duduk diatas pangkuan pria itu, kenapa menyebalkan sekali! Dan bodohnya Aelyn begitu menurut padanya, tapi pria itu memang selalu membuat dirinya tidak bisa berkutik dengan apapun jika perintahnya sudah keluar.Aelyn menoleh sedikit saat merasa terpaan nafas itu semakin berat di punggungnya, jangan katakan jika pria itu tertidur di sana tapi benar juga, sedikit Aelyn merasa eratan itu sedikit longgar dan bisa bernafas dengan baik.Jika pria itu sudah tertidur, bukankah mudah untuknya lepas dan pergi dari sana, tapi? Baru saja Aelyn akan melepaskan tangan pria itu di perutnya, tangan mungilnya langsung digenggam erat oleh pria itu dan langsung ada pergerakkan dari tubuhnya.“Maaf Tuan Stevano, sepuluh menit sudah berlalu. Aku juga seorang k
Aelyn sibuk dengan layak monitor di hadapannya, tangannya sibuk mengetik sesuatu di layarnya, tanpa sadar waktu terus berlalu, melewati setiap moment yang diabaikan, Aelyn benar-benar hanya ada di depan layar monitor sampai melewatkan makan siang dan kini waktu untuk kembali ke rumah, sebagian karyawan sudah melangkahkan kakinya meninggalkan gedung ini.Revan merentangkan tubuhnya untuk sedikit menghilangkan rasa lelah, dia menoleh melihat Aelyn yang sibuk dengan tugasnya, pasti banyak hal yang ditinggalkan saat project itu diberikan, Aelyn memang gadis pekerja keras.Menjadi Asisten Tuan Kevano sangat melelahkan karena hampir setiap bulan pria itu melakukan perjalanan bisnis diluar, Revan bahkan pernah hampir dirawat seminggu untuk menyelesaikan tugasnya yang begitu menumpuk.Semejak Aelyn mengambil alih tuga
“Ethan!!”Aelyn membuka pintu mobil setelah merasa jika yang mengikuti mereka sudah mati dengan tembakan Ethan yang tepat sasaran, Aelyn berjongkok untuk melihat luka, tembakan itu mengenai lengan kanan pria itu, Aelyn menghela nafas karena peluru tidak mengenai apalagi sampai masuk hanya menyobek pakaiannya dan sedikit menyobek kulitnya.“Apa yang harus aku lakukan?” tanya Aelyn, dia takut jika dia bertindak hal lain akan menimbulkan kesalahan, sekarang dia hanya mengamati bagaimana Ethan melepaskan Jasnya, dia menyobek kemeja putihnya dan memberikannya pada Aelyn.“Tutupi luka itu,” ucapnya, Itu bukanlah hal yang harus ditakutkan, yang Ethan pikirkan bagaimana para musuh itu tahu jika Aelyn berada disini, seperti mulai ada pergerakan yang mereka lakukan, tapi sungguh motif
Aelyn berjalan mendekati Ethan yang sedang membuka seluruh pakaiannya, kotak P3K di tangan Aelyn hampri jauh saat melihat punggung Ethan yang penuh dengan luka, terakhir Aelyn melihatnya luka itu belum ada, kenapa secepat itu ada di sana, luka itu seperti cambukan. Siapa yang berani melakukan hal itu pada pria itu? Cambukan itu cukup banyak hingga memenuhi seluruh punggungnya, Aelyn semakin penasaran dengan pria itu, dia ingin tahu segala tentangnya, memikirkan hal itu hanya akan menyesatkannya dalam kehidupan Ethan, sudah cukup dia harus tinggal di apartemen pria itu karena kejadian tadi, Aelyn tidak akan memastikan apapun jika sampai dia tahu segalanya. “Bersihkan luka-mu,” ucap Aelyn, dia meletakan kontak itu di dekat pria itu, dia tidak berencana akan membersihkannya sendiri, Aelyn rasa pria itu juga bi
Aelyn mengusap air matanya setelah rasanya cukup untuk menangisi seorang pria lagi, masalahnya Aelyn tidak bisa lagi menahan diri untuk berhenti menyakiti dirinya, sudah berulang kali dirinya untuk sadar tapi tetap saja terus jatuh seakan dirinya bisa melewati rasa sakit itu, tidak ada yang benar-benar baik dan buruk, hanya saja harus lebih berhati-hati menentukan. Aelyn menyadarkan kepalanya di kursi, tatapannya mengarah pada keluar jendela dimana sudah tidak lagi aktivitas yang begitu sibuk seperti pagi hari, tapi malam selalu di hiasi dengan lampu jalan yang begitu indah, Aelyn tidak ingin lagi menyukai siapapun, jika perlu hisakah hatinya mati rasa saja? “Nona, Menangis bukanlah hal buruk, terkadang kita butuh hal itu untuk sedikit menghilangkan rasa sedih,” Ucap sang supir, dia memberikan tisu saat mobilnya berhenti untuk menunggu lampu hijau. “Terimakasih Pak,” Ucap Aelyn, dia mengambil beberapa lembar tisu dan mengusap wajahnya, lalu kembali menatap ke arah luar lagi, dia but
Hari ini berjalan cepat di luar perkiraan Aelyn, dipukul yang sudah menunjukkan 7 malam, Aelyn masih berada di gedung Crop Vit Stevano. bukan dirinya sedang menunggu siapa-siapa tapi dimana malam ini dirinya akan tidur, dia tidak mau kembali ke apartemen Ethan atau kembali ke apartemennya yang lama, karena laporan yang Aelyn terima barang miliknya sudah hancur terbakar dan hanya beberapa yang bisa diselamatkan. Dia sudah mendapatkan apartemen baru yang ternyata milik Samuel, harganya cukup sedikit menyisihkan tabungannya, Aelyn memilih untuk menyudahi pekerjaannya dan memutuskan untuk merapikan seluruh barang di atas meja kerjanya, dirinya tidak tahu akan kembali tapi tidak ada pilihan selain pulang ke apartemen barunya. Di dalam sana sudah disediakan seperti apartemen pada umumnya, hanya saja Aelyn tidak memiliki pakaian untuk pergi ke kantor besok atau setidaknya piyama untuk tidur malam ini. Haruskah dirinya pergi ke Mall? Tapi ini sudah malam bukan? bagai
Aelyn kembali ke ruangan kantornya dengan perasaan yang tidak nyaman, sorotan mata itu membuatnya tidak bisa melakukan pembelaan untuk dirinya, sudah jelas jika semua orang memiliki pemikiran mereka sendiri tentang kejadian itu, dan percuma saja Aelyn membuka suaranya, menjelaskan segalanya tidak akan membalikan keadaan, itu sudah terjadi dan Aelyn hanya mencoba berpura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi.Gadis itu melewati ruangan kantor yang sudah di penuhi oleh karyawan lainnya, menarik kursinya dan duduk di sana, tidak mempedulikan apa yang mereka pikirkan dan berharap kejadian itu bisa di lupakan secepatnya, padahal hari ini Aelyn masih ada beberapa hal yang harus di lakukan di ruangan pria itu tapi—seperti dirinya akan menunda atau menyerahkannya pada yang lain.semua yang di dalam satu departemen dengan Aelyn hanya menatap gadis itu dan memperhatikan kekacauan yang tertulis jelas di wajahnya, tidak sedikit yang berpikir jika Aelyn diam-diam memiliki hu
Aelyn membalik tubuhnya hingga harus melangkah beberapa, dia terkejut melihat saat melihat siapa yang menarik tangannya, dia bahkan menjatuhkan Americano yang ada di tangannya.“Hai! Aelyn,” Sapanya, dengan senyuman manis yang membuat dirinya semakin tampan dan tidak tahu kenapa dirinya bisa berada di sini lalu bertemu dengan Aelyn.Aelyn hanya diam saat pria itu terus menatap dengan jarak yang begitu dekat, Aelyn sampai tidak bisa bergerak sedikitpun dan masih dalam balutan keterkejutannya, bagaimana bisa—jika seperti ini dirinya semakin tidak bisa hidup tenang! kenapa semua datang di waktu yang sulit untuk dirinya terima, Aelyn harus bagaimana?“Aelyn? Kau mendengarku?” Tanyanya, pria itu sampai melambaikan tangannya ke wajah gadis itu, lalu terpaksa menariknya menjauh dari lift karena mereka cukup mengganggu berada di depan sana.“Ah? Ya—Apa yang kamu lakukan di sini Samuel?” Tanya Aelyn, dia menepis perg
Bagaimana menceritakannya, ketika dering alarm bergema di seluruh ruangan, membangunkan kedua sosok yang tertidur dibalik selimut dengan terkejut hingga tidak sadar jika hari ini adalah hari waktunya mulai kembali bekerja, keduanya lupa jika kemarin adalah hari terakhir akhir pekan, dan malam panjang membuat keduanya lelah dalam kabut malam.Dengan terburu-buru mereka langsung bersiap, Aelyn sampai harus kembali mengenakan pakaian hotel dan meninggalkan Ethan begitu saja di sana, walau berbahaya dia tidak ingin mengambil resiko bersama pria itu, memikirkan kejadian apa yang sudah terjadi benar-benar membuat dirinya canggung untuk bertatapan dengan pria itu.Dan kini Aelyn terduduk di meja kerjanya dengan perasaan sulit untuk dimengerti, dia tidak percaya dan rasanya ingin menghilang saja dari muka bumi ini, bodoh sekali! sihir apa yang sudah pria itu lakukan pada dirinya, hingga tidak tahu sudah berapa kali Aelyn membiarkan dirinya kembali tidur dengan pria itu.
Aelyn kembali membuka kulkas yang bahkan sama seperti milik pria itu, banyak sekali makanan sayang sekali mereka hanya satu hari berada di sana, tangan Aelyn terulur untuk mengambil daging yang masih terbungkus dengan baik, sungguh lama dia tidak menikmati steak dan spaghetti.Aelyn memutuskan membuat makan malam sendiri di sana, karena sungguh Aelyn tidak bisa menahan jika perutnya sudah sangat lapar, dirinya lemah dengan jika berusaha dengan perut.Mengeluarkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat Steak dan spaghetti, sejak kapan dirinya jadi kembali rajin masak, bukankah dirinya sangat malas jika urusan masak, dia memang suka memang suka memasak tapi dia tidak suka saat membersihkan peralatan yang dirinya jugakan.Lebih tepatnya, Aelyn malas melakukannya.Dia memakai sarung tangan karena menurutnya itu hal penting, lalu membersihkan bahan sebagai hal penting lainnya, kemudian tangannya terulur untuk mengambil pisau dan mengiris daging setipi
Setelah tiga puluh lima menit berlalu, akhirnya Ethan keluar dari bathroom dengan pakaian sederhananya, dia tidak lagi memakai setelan rapi seperti tadi pagi, mungkin karena pekerjaannya sudah selesai jadi tidak ada salahnya dirinya mengenakan pakaian seperti itu, lagi pula dirinya selalu cocok memakai pakaian apapun, dia selalu terlihat tampan.Ethan menatap bingung ke arah Aelyn yang masih terdiam di sofa dengan handuk yang menutupi tubuhnya, bukankah di kamar lain masih ada bathroom kenapa dia hanya duduk di sana? apakah dia tidak tahu dirinya akan sakit nanti? suhu ruangan ini cukup dingin karena pendingin udara menyala.“Kenapa kau hanya duduk di sana?” Tanya Ethan, dia berjalan mendekati gadis itu sambil melihat ponselnya, duduk di salah sofa di sana.Aelyn menoleh ke arahnya, wajahnya hanya datar ketika Ethan melihat dirinya, seharusnya pria itu mengerti kenapa dia masih duduk di sana! apakah semua pria seperti itu? Tidak! Revan berbeda dengan
Aelyn bersandar pada penyangga sofa yang begitu lembut, menatap bosan pada layar televisi di hadapannya, sudah hitungan lima jam Ethan membiarkan dirinya terus berada di dalam kamar hotel ini, banyak hal yang sudah dirinya lewati dan Aelyn bisa mati karena kebosanan yang semakin membuatnya ingin keluar dari sana.Tapi setiap akan melangkah keluar dari kamar hotel, Aelyn harus berhadapan dengan seseorang dengan setelan rapi yang berdiri tepat di depan pintu, membuat dirinya mau tidak mau harus kembali mengurungkan niatnya, dia punya alasan kuat jika mereka bertanya.Aelyn ke arah luar balkon kamarnya, hotel dengan fasilitas kelas atas memang tidak perlu diragukan, di balkon sudah ada kolam renang dan tempat yang bisa digunakan untuk dinner, entah kenapa Aelyn jadi ingin mencelup kakinya di antara kolam sana.
Ethan sibuk dengan ponselnya dan sesekali melirik ke arah Aelyn yang sibuk menatap jalanan kota, mungkin karena lebih sering menghindari tempat, Aelyn jadi memiliki keterbatasan dalam kebebasannya, Ethan sadar secara perlahan dia membawa gadis itu pada dunianya yang sebenarnya.Apakah ini terlalu cepat atau mungkin sudah waktu perlahan Aelyn tahu siapa dirinya, siapa sebenarnya pria yang selama ini diam-diam menjaganya dan seseorang yang jauh di sana mengharapkan gadis itu tahu keberadaannya, berharap ada sebuah interaksi dirinya dengan Aelyn.Hari ini ada acara tender yang hampir setiap bulan dilakukan oleh banyak perusahaan, selain mencari investor lebih banyak, di acara sana bisa menemukan partner kerja yang bermutu, tapi itu hanya namanya sebenarnya itu adalah pertemuan para informan dan beberapa perusahaan untuk mendapatkan informasi lebih.