Cinta dan sebuah perasaan aneh, dua hal yang berbeda dalam setiap maknanya. Cinta hal universal yang bisa berhubungan dengan apapun lain berbeda dengan perasaan aneh yang selalu diikuti dengan kegelisahan dan menganggap itu hanya hal biasa.
Tapi kedua kalimat itu bisa menjadi sebuah jalur yang sama, perasaan aneh yang diikuti dengan berdebarnya degup jantung dan kegugupan yang terasa begitu menyekat, timbulan benih perasaan aneh pada unsur level awal dalam tahap menyukai lalu semakin tumbuh menjadi benih cinta.
Hal yang selalu diabaikan bisa jadi hal yang akan disesalkan suatu hari.
Aelyn tidak tahu harus bagaimana, selalu berakhir sebuah kejadian yang tidak pernah dialami, hal yang menurunkan begitu aneh dan itu selalu berkaitan dengan Ethan, pria yang tiba-tiba datang dalam hidupnya, mengacauka
Keesokan paginya, mentari seperti sebuah alarm pertama untuk bumi jika malam sudah berlalu, dimana memulai hari dari angka 0 dan melupakan sejuta angka di sisi gelap malam hari.Seperti pepatah yang mengatakan jika ‘hari kemarin adalah sebuah buku dan keesokan waktunya membalik halaman, karena hal yang sudah berlalu tidak akan bisa dikembalikan.’Sinar mentari mengintip sedikit melalui cela gorden di penthouse. Dimana dalam kamar itu ada dekapan eratnya dalam sebuah pelukan dan tebalnya sebuah selimut putih, siapa yang akan tahu jika dibalik itu ada kedua orang yang sama-sama terlelap akibat aktivitas malam.Sinar itu mengenai tepat di wajah Aelyn, perlahan kedua matanya terbuka karena sinar yang semakin panas, wanita itu terbangun dengan tubuh yang d
far Away“Bagaimana dengan tugasmu?” tanya seorang pria tua baya yang sedang menikmati sebatang rokok ditangannya, duduk tegak di sebuah kursi seperti singgasana, di depannya ada putranya yang terduduk menunduk, dengan beberapa pukulan di wajahnya.Ya. Mungkin pria itu habis diberikan pelajaran olehnya.“Ayah tahu sendiri bukan?” ucap pria yang tertunduk itu, dia mengusap sudut bibirnya, menyingkirkan darah yang masih mengalir.“berhenti memanggilku ayahmu!”“Lalu aku harus memanggilmu siapa? Tuanku? Rajaku?” ucapnya, selalu membalas dengan cepat ucapan pria yang dia panggil 'ayah'. Bahkan tidak ada rasa takut walau sekitarnya berdiri penuh dengan gemetar di tubuhnya, bahkan menat
Aelyn menghela nafas panjang, tubuhnya sudah merasa lelah duduk diatas pangkuan pria itu, kenapa menyebalkan sekali! Dan bodohnya Aelyn begitu menurut padanya, tapi pria itu memang selalu membuat dirinya tidak bisa berkutik dengan apapun jika perintahnya sudah keluar.Aelyn menoleh sedikit saat merasa terpaan nafas itu semakin berat di punggungnya, jangan katakan jika pria itu tertidur di sana tapi benar juga, sedikit Aelyn merasa eratan itu sedikit longgar dan bisa bernafas dengan baik.Jika pria itu sudah tertidur, bukankah mudah untuknya lepas dan pergi dari sana, tapi? Baru saja Aelyn akan melepaskan tangan pria itu di perutnya, tangan mungilnya langsung digenggam erat oleh pria itu dan langsung ada pergerakkan dari tubuhnya.“Maaf Tuan Stevano, sepuluh menit sudah berlalu. Aku juga seorang k
Aelyn sibuk dengan layak monitor di hadapannya, tangannya sibuk mengetik sesuatu di layarnya, tanpa sadar waktu terus berlalu, melewati setiap moment yang diabaikan, Aelyn benar-benar hanya ada di depan layar monitor sampai melewatkan makan siang dan kini waktu untuk kembali ke rumah, sebagian karyawan sudah melangkahkan kakinya meninggalkan gedung ini.Revan merentangkan tubuhnya untuk sedikit menghilangkan rasa lelah, dia menoleh melihat Aelyn yang sibuk dengan tugasnya, pasti banyak hal yang ditinggalkan saat project itu diberikan, Aelyn memang gadis pekerja keras.Menjadi Asisten Tuan Kevano sangat melelahkan karena hampir setiap bulan pria itu melakukan perjalanan bisnis diluar, Revan bahkan pernah hampir dirawat seminggu untuk menyelesaikan tugasnya yang begitu menumpuk.Semejak Aelyn mengambil alih tuga
“Ethan!!”Aelyn membuka pintu mobil setelah merasa jika yang mengikuti mereka sudah mati dengan tembakan Ethan yang tepat sasaran, Aelyn berjongkok untuk melihat luka, tembakan itu mengenai lengan kanan pria itu, Aelyn menghela nafas karena peluru tidak mengenai apalagi sampai masuk hanya menyobek pakaiannya dan sedikit menyobek kulitnya.“Apa yang harus aku lakukan?” tanya Aelyn, dia takut jika dia bertindak hal lain akan menimbulkan kesalahan, sekarang dia hanya mengamati bagaimana Ethan melepaskan Jasnya, dia menyobek kemeja putihnya dan memberikannya pada Aelyn.“Tutupi luka itu,” ucapnya, Itu bukanlah hal yang harus ditakutkan, yang Ethan pikirkan bagaimana para musuh itu tahu jika Aelyn berada disini, seperti mulai ada pergerakan yang mereka lakukan, tapi sungguh motif
Aelyn berjalan mendekati Ethan yang sedang membuka seluruh pakaiannya, kotak P3K di tangan Aelyn hampri jauh saat melihat punggung Ethan yang penuh dengan luka, terakhir Aelyn melihatnya luka itu belum ada, kenapa secepat itu ada di sana, luka itu seperti cambukan. Siapa yang berani melakukan hal itu pada pria itu? Cambukan itu cukup banyak hingga memenuhi seluruh punggungnya, Aelyn semakin penasaran dengan pria itu, dia ingin tahu segala tentangnya, memikirkan hal itu hanya akan menyesatkannya dalam kehidupan Ethan, sudah cukup dia harus tinggal di apartemen pria itu karena kejadian tadi, Aelyn tidak akan memastikan apapun jika sampai dia tahu segalanya. “Bersihkan luka-mu,” ucap Aelyn, dia meletakan kontak itu di dekat pria itu, dia tidak berencana akan membersihkannya sendiri, Aelyn rasa pria itu juga bi
Keesokan paginya.Aelyn terbangun saat tubuhnya terasa begitu sesak dan panas, dia langsung tersadar dan mengusap keningnya saat melihat seluruh kacauan yang telah terjadi, dia menatap bingung seluruh ruangan itu, ini bukan lagi sofa yang tadi malam! Ini kamar pria itu! Ethan!Aelyn mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya, tangan pria itu menggantung di area pinggangnya, pria itu benar-benar brengsek, bagaimana dia masih bisa memeluk erat tubuh Aelyn setelah melewatkan malam panjang mereka.Gadis itu memutuskan untuk turun dari ranjang setelah bersusah payah melepaskan tangan Ethan di tubuhnya, tangan Aelyn terulur untuk mengambil pakaiannya dan mengenakan saat itu juga.Tatapannya tertuju pada kota Chicago yang terlihat begitu indah dari ket
Aelyn berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya di sana dengan balutan gaun berwarna merah dengan panjang hampir menyentuh lantai, gaun ini sepenuhnya mengekspos punggung belakangnya cukup banyak sehingga hampir ke pinggangnya, gaun yang sudah di pastikan berharga jutaan dolar.“Wow, aku tidak pernah menyadari jika aku secantik ini,” ucapnya, Aelyn merasa dirinya begitu cantik dipasangkan dengan gaun ini, walau sedikit tidak nyaman karena harus menunjukan punggung-nya, tidak masalah selagi tidak menunjukan menunjukkan belahan dadanya.“Aku tidak tahu kau memiliki selera yang baik dalam memilih pakaian,” ucap Ethan, pria itu keluar dari ruang pakaian, pria itu sudah mengenakan setelan yang biasa digunakan saat menghadiri resepsi pernikahan, dengan santai dia memilih jam koleksinya dan tak lupa untuk mengambil dasi kupu-kupu