Aelyn menghela nafas panjang, tubuhnya sudah merasa lelah duduk diatas pangkuan pria itu, kenapa menyebalkan sekali! Dan bodohnya Aelyn begitu menurut padanya, tapi pria itu memang selalu membuat dirinya tidak bisa berkutik dengan apapun jika perintahnya sudah keluar.
Aelyn menoleh sedikit saat merasa terpaan nafas itu semakin berat di punggungnya, jangan katakan jika pria itu tertidur di sana tapi benar juga, sedikit Aelyn merasa eratan itu sedikit longgar dan bisa bernafas dengan baik.
Jika pria itu sudah tertidur, bukankah mudah untuknya lepas dan pergi dari sana, tapi? Baru saja Aelyn akan melepaskan tangan pria itu di perutnya, tangan mungilnya langsung digenggam erat oleh pria itu dan langsung ada pergerakkan dari tubuhnya.
“Maaf Tuan Stevano, sepuluh menit sudah berlalu. Aku juga seorang k
Aelyn sibuk dengan layak monitor di hadapannya, tangannya sibuk mengetik sesuatu di layarnya, tanpa sadar waktu terus berlalu, melewati setiap moment yang diabaikan, Aelyn benar-benar hanya ada di depan layar monitor sampai melewatkan makan siang dan kini waktu untuk kembali ke rumah, sebagian karyawan sudah melangkahkan kakinya meninggalkan gedung ini.Revan merentangkan tubuhnya untuk sedikit menghilangkan rasa lelah, dia menoleh melihat Aelyn yang sibuk dengan tugasnya, pasti banyak hal yang ditinggalkan saat project itu diberikan, Aelyn memang gadis pekerja keras.Menjadi Asisten Tuan Kevano sangat melelahkan karena hampir setiap bulan pria itu melakukan perjalanan bisnis diluar, Revan bahkan pernah hampir dirawat seminggu untuk menyelesaikan tugasnya yang begitu menumpuk.Semejak Aelyn mengambil alih tuga
“Ethan!!”Aelyn membuka pintu mobil setelah merasa jika yang mengikuti mereka sudah mati dengan tembakan Ethan yang tepat sasaran, Aelyn berjongkok untuk melihat luka, tembakan itu mengenai lengan kanan pria itu, Aelyn menghela nafas karena peluru tidak mengenai apalagi sampai masuk hanya menyobek pakaiannya dan sedikit menyobek kulitnya.“Apa yang harus aku lakukan?” tanya Aelyn, dia takut jika dia bertindak hal lain akan menimbulkan kesalahan, sekarang dia hanya mengamati bagaimana Ethan melepaskan Jasnya, dia menyobek kemeja putihnya dan memberikannya pada Aelyn.“Tutupi luka itu,” ucapnya, Itu bukanlah hal yang harus ditakutkan, yang Ethan pikirkan bagaimana para musuh itu tahu jika Aelyn berada disini, seperti mulai ada pergerakan yang mereka lakukan, tapi sungguh motif
Aelyn berjalan mendekati Ethan yang sedang membuka seluruh pakaiannya, kotak P3K di tangan Aelyn hampri jauh saat melihat punggung Ethan yang penuh dengan luka, terakhir Aelyn melihatnya luka itu belum ada, kenapa secepat itu ada di sana, luka itu seperti cambukan. Siapa yang berani melakukan hal itu pada pria itu? Cambukan itu cukup banyak hingga memenuhi seluruh punggungnya, Aelyn semakin penasaran dengan pria itu, dia ingin tahu segala tentangnya, memikirkan hal itu hanya akan menyesatkannya dalam kehidupan Ethan, sudah cukup dia harus tinggal di apartemen pria itu karena kejadian tadi, Aelyn tidak akan memastikan apapun jika sampai dia tahu segalanya. “Bersihkan luka-mu,” ucap Aelyn, dia meletakan kontak itu di dekat pria itu, dia tidak berencana akan membersihkannya sendiri, Aelyn rasa pria itu juga bi
Keesokan paginya.Aelyn terbangun saat tubuhnya terasa begitu sesak dan panas, dia langsung tersadar dan mengusap keningnya saat melihat seluruh kacauan yang telah terjadi, dia menatap bingung seluruh ruangan itu, ini bukan lagi sofa yang tadi malam! Ini kamar pria itu! Ethan!Aelyn mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya, tangan pria itu menggantung di area pinggangnya, pria itu benar-benar brengsek, bagaimana dia masih bisa memeluk erat tubuh Aelyn setelah melewatkan malam panjang mereka.Gadis itu memutuskan untuk turun dari ranjang setelah bersusah payah melepaskan tangan Ethan di tubuhnya, tangan Aelyn terulur untuk mengambil pakaiannya dan mengenakan saat itu juga.Tatapannya tertuju pada kota Chicago yang terlihat begitu indah dari ket
Aelyn berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya di sana dengan balutan gaun berwarna merah dengan panjang hampir menyentuh lantai, gaun ini sepenuhnya mengekspos punggung belakangnya cukup banyak sehingga hampir ke pinggangnya, gaun yang sudah di pastikan berharga jutaan dolar.“Wow, aku tidak pernah menyadari jika aku secantik ini,” ucapnya, Aelyn merasa dirinya begitu cantik dipasangkan dengan gaun ini, walau sedikit tidak nyaman karena harus menunjukan punggung-nya, tidak masalah selagi tidak menunjukan menunjukkan belahan dadanya.“Aku tidak tahu kau memiliki selera yang baik dalam memilih pakaian,” ucap Ethan, pria itu keluar dari ruang pakaian, pria itu sudah mengenakan setelan yang biasa digunakan saat menghadiri resepsi pernikahan, dengan santai dia memilih jam koleksinya dan tak lupa untuk mengambil dasi kupu-kupu
“Aku rasa ini sudah melewati sepuluh menit!” Ucap Aelyn, dia melepaskan tangan pria itu yang merangkul tubuhnya, kulitnya terasa terbakar karena harus berdansa di bawah teriknya matahari, kenapa juga harus terus mengikuti keinginan pria itu?“Kenapa? Apakah pria bernama Louis itu menganggumu? Jangan katakan pria ‘My Ex-mu’ di dunia perkuliahan,” ucap Ethan, dia melepaskan Aelyn yang langsung duduk di kursi, meminum minuman yang diberikan pelayan, dengan satu tangan di saku-nya Ethan berjalan mendekati Aelyn.Aelyn meneguk minuman itu dengan sekakli tegukan, dia melepaskan rasa dahaganya dan lelahnya dengan menikmati dessert manis yang tersedia disana.“Kau mengabaikan pertanyaanku?” tanya Ethan lagi, sudah sangat lama dirinya tidak menghadari pesta pernikah
Aelyn terdiam untuk beberapa saat ketika mobil sport Ethan membelah jalanan kota di siang hari, bahkan biasanya jalan yang terkenal macet itu kini mulai berangsung jauh dari kata macet itu sendiri, bahkan seperti Ethan yang menguasai jalanan itu sendiri, pria itu mengemudi dengan atap yang terbuka dan satu datang yang bersandar dan tangan lainya sibuk memutar stir mobil.Walau Ehhan diam, tapi telinganya tidak biaa berbohong jika suara helaan nafas Aelyn menganggu pendengarannya, gadis itu menjadi aneh dan lebih memilih diam, biasanya ketika Ethan menyalakan radio gadis itu pasti akan langsung mengambil alih dan mengganti dengan acara kesukaannya.“Kau baik-baik saja?” Ethan bertanya, dia tidak bisa membiarkan kesunyian menghampiri mereka, dia juga tidak suka jika gadis itu hanya diam saja, memangnya ingin tahu hal apa yang sedan
Aelyn membuang nafas lega, jika Ethan menahan tubuhnya mungkin tubuh itu terduduk di lantai, dengan perasaan gemetar dan ketakutan yang menyelimuti seluruh tubuh Aelyn tidak tahu jika saja tadi dirinya salah melangkah, mungkinkah?Keesokan harinya, dia akan terbangun dengan seluruh ruangan yang didominasi oleh warna putih, atau sama sekali tidak bisa membuka kedua matanya lagi, Aelyn mengutuk dirinya yang begitu mementingkan tas miliknya daripada keselamatannya.Aelyn menoleh ke arah belakang dan tatapan langsung berhenti dengan wajah Ethan yang begitu dekat, entah kenapa Aelyn memilih untuk membalik tubuhnya dan langsung memeluk tubuh pria itu, menangis? Aelyn rasa dia melakukan hal itu saat menyembunyikan wajahnya di tubuh besar Ethan.Tentu saja Ethan lebih terkejut saat Aelyn memeluknya secara tiba-t