“Aku rasa ini sudah melewati sepuluh menit!” Ucap Aelyn, dia melepaskan tangan pria itu yang merangkul tubuhnya, kulitnya terasa terbakar karena harus berdansa di bawah teriknya matahari, kenapa juga harus terus mengikuti keinginan pria itu?
“Kenapa? Apakah pria bernama Louis itu menganggumu? Jangan katakan pria ‘My Ex-mu’ di dunia perkuliahan,” ucap Ethan, dia melepaskan Aelyn yang langsung duduk di kursi, meminum minuman yang diberikan pelayan, dengan satu tangan di saku-nya Ethan berjalan mendekati Aelyn.
Aelyn meneguk minuman itu dengan sekakli tegukan, dia melepaskan rasa dahaganya dan lelahnya dengan menikmati dessert manis yang tersedia disana.
“Kau mengabaikan pertanyaanku?” tanya Ethan lagi, sudah sangat lama dirinya tidak menghadari pesta pernikah
Aelyn terdiam untuk beberapa saat ketika mobil sport Ethan membelah jalanan kota di siang hari, bahkan biasanya jalan yang terkenal macet itu kini mulai berangsung jauh dari kata macet itu sendiri, bahkan seperti Ethan yang menguasai jalanan itu sendiri, pria itu mengemudi dengan atap yang terbuka dan satu datang yang bersandar dan tangan lainya sibuk memutar stir mobil.Walau Ehhan diam, tapi telinganya tidak biaa berbohong jika suara helaan nafas Aelyn menganggu pendengarannya, gadis itu menjadi aneh dan lebih memilih diam, biasanya ketika Ethan menyalakan radio gadis itu pasti akan langsung mengambil alih dan mengganti dengan acara kesukaannya.“Kau baik-baik saja?” Ethan bertanya, dia tidak bisa membiarkan kesunyian menghampiri mereka, dia juga tidak suka jika gadis itu hanya diam saja, memangnya ingin tahu hal apa yang sedan
Aelyn membuang nafas lega, jika Ethan menahan tubuhnya mungkin tubuh itu terduduk di lantai, dengan perasaan gemetar dan ketakutan yang menyelimuti seluruh tubuh Aelyn tidak tahu jika saja tadi dirinya salah melangkah, mungkinkah?Keesokan harinya, dia akan terbangun dengan seluruh ruangan yang didominasi oleh warna putih, atau sama sekali tidak bisa membuka kedua matanya lagi, Aelyn mengutuk dirinya yang begitu mementingkan tas miliknya daripada keselamatannya.Aelyn menoleh ke arah belakang dan tatapan langsung berhenti dengan wajah Ethan yang begitu dekat, entah kenapa Aelyn memilih untuk membalik tubuhnya dan langsung memeluk tubuh pria itu, menangis? Aelyn rasa dia melakukan hal itu saat menyembunyikan wajahnya di tubuh besar Ethan.Tentu saja Ethan lebih terkejut saat Aelyn memeluknya secara tiba-t
Aelyn terbangun dan merasa kepalanya terasa sedikit pusing, dia melihat ke seluruh ruangan dan memperhatikan hanya ada dirinya seorang, tapi ini kamar pria itu kemana perginya Ethan? Ini sudah malam bukan?Aelyn melihat jam yang menunjukan pukul satu dini hari, dia terbangun karena tenggorokan terasa begitu kering, Aelyn turun dari ranjang dengan kaos kebesaran milik Ethan, karena di apartemen pria itu tidak ada pakai yang bisa dipakai, tidak mungkin juga dirinya tertidur dengan memakai gaun mewah, jadi tidak ada pilihan selain memakai pakaian pria itu.Dengan perasaan yang masih setengah mengantuk, Aelyn keluar dari kamar itu dan dengan kegelapan yang menyiksa Aelyn harus terus berus berjalan sampai dapur, dia menuruni anak tangga yang langsung menuju dapur, tapi langkah itu terdengar saat dia mendengar suara.
Weekend belum berakhir bukan? Aelyn bangun lebih awal, bukan bangun melainkan dirinya terus berjaga setelah perdebatan tidak berarti itu berakhir, Aelyn tidak tahu kenapa rasa kesal itu masih menyelimuti hatinya, apalagi ketika dirinya melihat bagaimana kejadian itu terekam jelas dalam otaknya, ketika dirinya harus melihat ruang tamu saat akan pergi ke dapur, dia tidak bisa mengatakan itu hal yang dirinya benci, karena semua punya hak masing-masing. Gadis itu berdiri di bar dapur untuk memikirkan menu apa sarapan pagi kali ini, biasanya Aelyn suka memesan makanan pesan antar tapi kali ini dirinya tidak bisa menggunakan ponselnya, Ethan menahan ponselnya untuk sementara waktu, tentu saja dengan alasan yang tidak bisa membuatnya membantah. Aelyn memutuskan untuk membuka kulkas yang bahkan tinggi hampir sama dengan dirinya, matanya berbinar m
Ethan sibuk dengan ponselnya dan sesekali melirik ke arah Aelyn yang sibuk menatap jalanan kota, mungkin karena lebih sering menghindari tempat, Aelyn jadi memiliki keterbatasan dalam kebebasannya, Ethan sadar secara perlahan dia membawa gadis itu pada dunianya yang sebenarnya.Apakah ini terlalu cepat atau mungkin sudah waktu perlahan Aelyn tahu siapa dirinya, siapa sebenarnya pria yang selama ini diam-diam menjaganya dan seseorang yang jauh di sana mengharapkan gadis itu tahu keberadaannya, berharap ada sebuah interaksi dirinya dengan Aelyn.Hari ini ada acara tender yang hampir setiap bulan dilakukan oleh banyak perusahaan, selain mencari investor lebih banyak, di acara sana bisa menemukan partner kerja yang bermutu, tapi itu hanya namanya sebenarnya itu adalah pertemuan para informan dan beberapa perusahaan untuk mendapatkan informasi lebih.
Aelyn bersandar pada penyangga sofa yang begitu lembut, menatap bosan pada layar televisi di hadapannya, sudah hitungan lima jam Ethan membiarkan dirinya terus berada di dalam kamar hotel ini, banyak hal yang sudah dirinya lewati dan Aelyn bisa mati karena kebosanan yang semakin membuatnya ingin keluar dari sana.Tapi setiap akan melangkah keluar dari kamar hotel, Aelyn harus berhadapan dengan seseorang dengan setelan rapi yang berdiri tepat di depan pintu, membuat dirinya mau tidak mau harus kembali mengurungkan niatnya, dia punya alasan kuat jika mereka bertanya.Aelyn ke arah luar balkon kamarnya, hotel dengan fasilitas kelas atas memang tidak perlu diragukan, di balkon sudah ada kolam renang dan tempat yang bisa digunakan untuk dinner, entah kenapa Aelyn jadi ingin mencelup kakinya di antara kolam sana.
Setelah tiga puluh lima menit berlalu, akhirnya Ethan keluar dari bathroom dengan pakaian sederhananya, dia tidak lagi memakai setelan rapi seperti tadi pagi, mungkin karena pekerjaannya sudah selesai jadi tidak ada salahnya dirinya mengenakan pakaian seperti itu, lagi pula dirinya selalu cocok memakai pakaian apapun, dia selalu terlihat tampan.Ethan menatap bingung ke arah Aelyn yang masih terdiam di sofa dengan handuk yang menutupi tubuhnya, bukankah di kamar lain masih ada bathroom kenapa dia hanya duduk di sana? apakah dia tidak tahu dirinya akan sakit nanti? suhu ruangan ini cukup dingin karena pendingin udara menyala.“Kenapa kau hanya duduk di sana?” Tanya Ethan, dia berjalan mendekati gadis itu sambil melihat ponselnya, duduk di salah sofa di sana.Aelyn menoleh ke arahnya, wajahnya hanya datar ketika Ethan melihat dirinya, seharusnya pria itu mengerti kenapa dia masih duduk di sana! apakah semua pria seperti itu? Tidak! Revan berbeda dengan
Aelyn kembali membuka kulkas yang bahkan sama seperti milik pria itu, banyak sekali makanan sayang sekali mereka hanya satu hari berada di sana, tangan Aelyn terulur untuk mengambil daging yang masih terbungkus dengan baik, sungguh lama dia tidak menikmati steak dan spaghetti.Aelyn memutuskan membuat makan malam sendiri di sana, karena sungguh Aelyn tidak bisa menahan jika perutnya sudah sangat lapar, dirinya lemah dengan jika berusaha dengan perut.Mengeluarkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat Steak dan spaghetti, sejak kapan dirinya jadi kembali rajin masak, bukankah dirinya sangat malas jika urusan masak, dia memang suka memang suka memasak tapi dia tidak suka saat membersihkan peralatan yang dirinya jugakan.Lebih tepatnya, Aelyn malas melakukannya.Dia memakai sarung tangan karena menurutnya itu hal penting, lalu membersihkan bahan sebagai hal penting lainnya, kemudian tangannya terulur untuk mengambil pisau dan mengiris daging setipi